Anda di halaman 1dari 15

PERGKEMBANGAN KULINER TRADISIONAL NUSANTARA KOTA BANDUNG SEBAGAI

TUJUAN  WISATA

ABSTRAK
Kota Bandung  sebagai kota pelajar dan kota industri menjadi daya tarik penduduk dari berbagai daerah di
wilayah nusantara untuk datang ke Bandung dengan tujuan menuntut ilmu dan mencari pekerjaan. Heterogenitas
penduduk kota Bandung selain merupakan kendala terutama dalam mengelola penduduknya, sekaligus potensi
yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pusat kuliner Nusantara yang dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi Kota Bandung. Kuliner nusantara di Kota Bandung dapat ditemukan para wisatawan di restoran-
restoran mewah, café, rumah makan sampai dengan di warung pingiran jalan. Namun keberadaan kuliner
Nusantara di Kota Bandung masih tersebar dan belum tertata di pusat-pusat wisatra kuliner nusantara. Kota
Bandung belum memiliki  peta kuliner nusantara baik di lihat dari asal maupun jenisnya, karena memang belum
diidentifikasi keberadaannya. Keberadaan peta wisata kuliner nusantara di kota Bandung dirasakan penting,
karena selain dapat memudahkan para wisatawan untuk mencari tempat kuliner, juga dapat digunakan
pemerintah dalam melakukan penarikan restribusi. Berdasarkan uraian di atas, tulisan ini mencoba menelaah
secara konseptual tentang kondisi dan daya tarik  serta penataan kuliner Nusantara di Kota Bandung sebagai
tujuan  wisata.
Kata Kunci: Kuliner Nusantara, Tujuan Wisata

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Keindahan alam Indonesia dengan beraneka ragam etnik dan keunikan budaya yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sejak dulu menjadi perhatian dan daya tarik wisatawan mancanegara  maupun wisatawan
nusantara.  Berdasarkan pada potensi itu, Indonesia menempatkan sektor pariwisata menjadi sektor
andalan  untuk pemasukan devisa Negara sekaligus peningkatan perekonomian masyarakat Indonesia.
Kota Bandung yang juga dikenal sebagai Paris van Java karena keindahan kotanya ternyata juga
menyimpan harta karun lain di dalamnya. Harta karun tersebut adalah warisan kuliner yang turun temurun
hingga menjadi ciri khas dari kota Bandung itu sendiri. Macam-macam wisata kuliner Bandung kini menjadi
elemen lain yang banyak dicari oleh para wisatawan, selain tempat wisata, dan akomodasi jika ingin berkunjung
ke kota beriklim dingin ini. Banyak wisatawan lokal maupun mancanegara ramai berbondong-bondong
mengunjungi kota Bandung untuk berlibur di akhir pekannya yang pada akhirnya hal itu seakan menjadi magnet
bagi orang Bandung sendiri untuk merambah bisnis kuliner karena setiap wisatawan sudah pasti akan berbelanja
buah tangan saat mereka berlibur.
Jika anda berkunjung ke kota ini akan disuguhi berbagai macam sajian makanan.Terlintas dalam
pikiran “Tape Singkong”.Tape singkong merupakan fermentasi tradisional yang sudah tak asing lagi.Kuliner
Bandung yang satu ini memang sudah berpuluh-puluh tahun menjadi primadona oleh-oleh atau

makanan khas yang lekat dengan kota Kembang ini.Meskipun kita sendiri bisa membuatnyadi rumah,tapi beda
rasa nya jika kita membeli tape di Bandung.Selain tape Bandung banyak sekali makanan tradisional yang khas
dari kota Bandung ,diantaranya Batagor,Bandrek,Cireng,Es goyobod,Surabi,Colenak,Oncom,dan lain-lain.
 Peuyeum memang sangat terkenal di Bandung. Biasanya para pengunjung dan wisatawan, baik lokal
dan bahkan turis mancanegara pada saat liburan atau berkunjung ke Bandung mereka selalu membeli peuyeum
sebagai oleh-oleh baik untuk tetangga, kerabat, atau keluarganya di kota asal mereka. Peuyeum yang bisa anda
temui di Bandung bukan hanya peuyeum sampeu, namun salah satu kuliner Bandung lainnya yang terbuat dari
beras ketan dan prosesnya hampir sama seperti membuat peuyeum sampeu yang difermentasi dengan ragi yaitu
peuyeum ketan.  Peuyeum ketan pun banyak sekali peminatnya. Rasanya yang manis dan masam membuat
ketagihan lidah sebagian orang. Namun, peuyeum sebenarnya bukan hanya berasal dari Bandung, daerah lain di
Jawa Barat pun banyak yang membuat dan menyediakan aneka peuyeum sebagai makanan
3
khasnya. Hanya karena peuyeum sempat fenomenal dan terkenal di Bandung, maka dari itu orang-orang lebih
mengenal peuyeum Bandung.
Semakin banyaknya masyarakat asli Bandung yang menekuni bisnis kuliner, maka semakin banyak
pula varian makanan dan minuman yang ditawarkan. Dari waktu ke waktu sudah terbukti ada macam-macam
makanan yang dilahirkan di Kota Kembang ini. Meski sebagian besar merupakan variasi dari makanan yang
sudah ada, sebagian lain diantaranya merupakan inovasi makanan baru di dunia kuliner Indonesia. Kreativitas
dalam dunia kuliner di Bandung seolah tiada henti, selalu ada saja produk-produk baru yang membuat orang
penasaran untuk mencobanya. Tempat-tempat makanan mulai dari pinggir jalan sampai dengan restoran
berbintang tumbuh subur di Kota ini dan menjadi pusat buruan para wisatawan dari berbagai daerah, apalagi
dari Jakarta. Biasanya di akhir pekan kita bisa melihat banya sekali kendaraan bernomor  polisi “B” yaitu para
pendatang dari Jakarta. Bahkan orang-orang Jakarta sengaja ke Bandung hanya untuk mencari makanan dan
oleh-oleh pavorit.

Berbicara tentang wisata kuliner, maka kita akan membicarakan tentang menu yang ditawarkan. Dan
apabila kita membedah lebih dalam lagi mengenai berbagai menu kuliner yang ada di Kota Kembang ini, maka
kita akan menemukan banyak sekali aneka makanan dan minuman yang menggugah selera.akan tetapi beberapa
yang menjadi ciri khas dari Bandung saja.
Menu khas dari tempat-tempat wisata kuliner Bandung yang pertama ialah Peuyeum.Peuyeum adalah
sejenis tape yang juga berbahan dasar dari singkong yang difermentasi hingga menimbulkan rasa manis dan
asam. Makanan yang sudah sejak jaman dahulu menjadi ikon kuliner kota Bandung ini biasanya banyak
ditemukan di sejumlah pasar tradisional, terminal bus, toko oleh-oleh, dan juga di beberapa tempat wisata.
Sayangnya saat ini kepopuleran tape Bandung sudah banyak teralihkan dengan makanan lain yang
lebih modern,sehingga tape kurang di minati dan beralih pada makanan lain seperti Kue cubit,Pan Cake,dan
brownies tentunya dengan penawaran rasa yang lebih bervariatif dan harga yang cukup terjangkau.Padahal
sudah kita ketahui manfaat yang terkandung di dalam
4
tape.Namun, beberapa orang kreatif  mampu menggunakan peluang usaha di bidang kuliner, dengan alat yang
semakin canggih untuk mengolah tape Bandung menjadi makanan yang lebih menarik, seperti tape bol.Tape ini
merupakan makanan berbahan dasar tepung terigu dan tape sampeu (tape singkong) yang kemudian digoreng
berbentuk bola-bola dengan ditaburi gula tepung halus. Ada lagi colenak (kepanjangan dari: dicocol enak).
Kuliner bandung ini disajikan dalam bentuk potongan tape sampeu yang dibubuhi bumbu kinca kelapa (gula
merah yang dilarutkan dan dicampur dengan kelapa parut).
Dengan begitu penikmat tape Bandung tidak pernah surut.  Bahkan salah satu makanan favorit
kebanyakan orang seperti brownies kini sudah bisa dikombinasikan dengan makanan tradisional tape singkong,
maka namanya menjadi brownies tape.Dengan kekretifan masyarakat yang mampu menciptakan berbagai
macam makanan sehingga dapat membantu perekonomian rakyat dan memberi konstribusi pada pemerintah
kota Bandung karena banyaknya orang yang berburu wisata kuliner ke Bandung.Anda bisa mudah menemukan
jejeran penjual tape singkong di sepanjang jalan Cileunyi

Bandung dan di beberapa toko oleh-oleh khas Bandung.


Identifikasi Masalah
1.      Apa yang dimaksud kuliner tradisional ?
2.      Bagaimana cara mempertahankan kulinert radisional pada era modern ?
3.      Apa pengaruh wisata kuliner terhadap perekonomian kota Bandung ?
Tujuan Pengkajian
1.      Mendeskripsikan apa kuliner tradisional.
2.      Mengetahui bagaimana cara mempertahankan kuliner tradisional pada era modern.
3.      Mengetahui apa pengaruh wisata kuliner terhadap perekonomian kota Bandung.
Ruang Lingkup Kajian
Kata tradisional berasal dari kata tradisi yang secara etimologis istilah ini berasal dari kata latin
"traditum" yang artinya diteruskan (transmitted) dari masa lalu ke masa sekarang. Masyarakat tradisional adalah
masyarakat yang menjunjung tinggi leluhurnya dan memegang teguh adat istiadatnya. Pada umumnya
masyarakat tradisional adalam masyarakat yang memiliki pandangan
5
bahwa melaksanakan warisan nenek moyangnya yang berupa nilai-nilai hidup, norma, harapan, cita-cita,
merupakan kewajiban, kebutuhan, dan kebanggaan. Melaksanakan tradisi leluhur berarti menjaga keharmonisan
masyarakat, namun sebaliknya melanggar tradisi berarti dapat merusak keharmonisan masyarakat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,wisata adalah bepergian secara bersama-sama dengan tujuan
untuk bersenang-senang, menambah pengetahuan, dan lain-lain. Selain itu juga dapat diartikan sebagai
bertamasya atau piknik.Sedangkan kuliner adalah hasil olahan yang berupa masakan.ler Wisatawan terbagi
menjadi tiga yaitu :
1.      Wisatawan Nusantara ialah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan di wilayah teritorial Indonesia
bukan untuk bekerja atau sekolah dengan jangka waktu kurang dari 6 bulan ke Objek wisata komersial
(bertransaksi).
2.      Wisatawan Mancanegara ialah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan di luar negara
asalnya, selama kurang dari 12 bulan pada suatu destinasi tertentu, dengan tujuan perjalanan

tidak untuk bekerja atau memperoleh pengahasilan.


3.      Pengunjung (Pelancong) ialah Penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke objek wisata komersial
selama satu hari (pulang - pergi) tanpa menginap di akomodasi komersial.(Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata Republik Indonesia).
Makanan tradisional Indonesia adalah segala jenis makanan olahan asli Indonesia, khas daerah
setempat, mulai dari makanan lengkap, selingan dan minuman, yang cukup kandungan gizi, serta biasa
dikonsumsi oleh masyarakat daerah tersebut.
Tape adalah salah satu makanan tradisional Indonesia yang dihasilkan dari proses peragian (fermentasi)
bahan pangan berkarbohidrat, seperti singkong dan ketan.Tapai bisa dibuat dari singkong (ubi kayu) dan
hasilnya dinamakan tapai singkong.
Colenak berasal dari singkatan “dicocol enak”. Penganan khas tanah Parahyangan ini terbuat
dari peuyeum (tape singkong) yang dibakar. Colenak ini disantap dengan cara dicocolkan pada gula jawa cair
yang dicampur dengan serutan kelapa.
6
Cireng adalah singkatan dari aci digoreng, sedangkan cilok adalah aci dicolok. Sesuai dengan
namanya, cireng terbuat dari tepung aci/tapioka yang diberi bumbu lalu digoreng. Dengan berkembangnya
jaman, pengolahan cireng menjadi semakin inovatif. Kini ada cireng dengan berbagai macam isi, mulai dari
keju, daging ayam, sosis, barbeque. Ada juga rujak cireng yaitu cireng dicocol dengan bumbu kecap cengek.
Bandros adalah makanan khas Jawa Barat, tepatnya dari Sukabumi,yang terbuat dari campuran tepung
beras, kelapa parut, dan santan. Bentuknya mirip dengan kue pukis karena memang menggunakan cetakan yang
serupa. Namun tentu saja rasanya berbeda dengan pukis yang memiliki citarasa manis. Bandros memiliki rasa
gurih kelapa/santan. Ada juga bandros manis yang bagian atasnya ditaburi gula putih.
Combro merupakan singkatan dari oncom di jero (jero artinya ‘dalam’ dalam bahasa
sunda). Comro atau combro dibuat dari parutan singkong yang bagian dalamnya diisi dengan sambal omcom
yang kemudian digoreng.

Bentuknya bulat agak pipih dan rasanya gurih pedas.


Awug adalah makanan tradisional khas bandung yang terbuat dari tepung beras, kelapa, aroma daun
pandan dan gula merah yang dikukus didalam aseupan (kukusan berbentuk lancip untuk membuat tumpeng).
Postulat dan Hipotesis
Manusia dalam kelangsungan hidupnya memerlukan makanan dan minuman baik berupa tumbuh-
tumbuhan maupun benda lain yang di ciptakan dan diperuntukan bagi manusia,sesuai dengan keyakinan muslim
bahwa makanan tersebut ada yang halal dan yang haram,baik makanan atau minuman.Secara garis besar di
jelaskan di dalam al-quran bahwa semua makanan dan minuman yang baik adalah halal,yang mengandung arti
bermanfaat dan berguna bagi kelangsungan hidup manusia baik jasmani jiwa maupun akalnya.Sedangkan
makanan dan minuman yang haram akan mempengaruhi terhadap tubuh atau jiwa itu sendiri.
Makanan yang halal adalah makanan yang dibolehkan oleh agama
7
dari segi hukumnya, baik halal dzatnya, dibolehkan oleh agama, misalnya telor, buah-buahan, sayur-mayur dan
lain-lain. Makanan halal hakikatnya adalah makanan yang didapat dan diolah dengan cara yang benar nenurut
agama, misalnya makanan seperti contoh di atas yang diperoleh dengan usaha yang benar, sapi yang disembelih
dengan menyebut nama Allah dan lain-lain.
Adapun lawan dari halal adalah haram, yaitu makanan yang secara dzatnya dilarang oleh agama untuk
dimakan, misalnya daging babi, daging anjing, darah, bangkai selain bangkai ikan, dan lain-lain. Sedangkan
haram karena hakikatnya adalah haram untuk dimakan karena cara memperoleh atau cara mengolahnya,
misalnya telor hasil mencuri, daging hasil menipu, dan lain sebagainya.
Adapun makanan yang baik yaitu makanan yang dapat dipertimbangkan dengan akal, dan ukurannya
adalah kesehatan. Artinya makanan yang baik adalah yang berguna dan tidak membehayakan bagi tubuh
manusia dilihat dari sudut kesehatan. Maka makanan yang baik lebih bersifat kondisional, tergantung situasi dan
kondisi manusia yang bersangkutan,

misalnya suatu jenis makanan sangat baik untuk si A, belum tentu baik pula untuk si B atau si C. Makanan yang
baik belum tentu halal dan yang halal belum tentu baik.
Berikut ini beberapa ayat Al Qur’an dan hadits terkait dengan makanan yang baik, halal, dan haram:
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.”(QS Al Baqarah: 168)
 “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan
kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.” (QS Al
Baqarah: 172).
Di dalam ayat ini, Allah mengulangi kembali agar memakan makanan yang baik, sebagaimana yang
ditegaskan dalam ayat 168. Selanjutnya Allah menyeru agar selalu bersyukur terhadap nikmat-Nya jika benar-
benar beribadah dan menghamba kepada-Nya.
8
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia
tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”( QS Al Baqarah: 173 ).
Adapun hadist yang menjelaskan yaitu artinya :“Dari Abu ABdillah Nu’man bin Basyir r.a,”Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara
keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka,
barang siapa yang takut terhadap syubhat, berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan
barang siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan.
Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya di sekitar (ladang) yang dilarang untuk
memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki

larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal
daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh.
Dari dulu hingga sekarang banyak sekali pertanyaan di seputar kehalalan tape ini mengingat tape
mengandung alkohol dan alkohol merupakan komponen yang paling banyak terdapat pada minuman keras,
sedangkan minuman keras adalah salah satu bentuk khamar yang keharamannya jelas.Firman Allah yang artinya
:“ Dan di halalkan bagi mereka yang baik-baik, serta    diharamkan atas mereka yang buruk-buruk.(Al-
A’raf,157).
Cara Memperoleh Data        
             Penulis memperoleh data sebagai bahan dalam penulisan Karya Ilmiah ini, penulis melakukan kajian
pustaka,melakukan browsing internet dan hasil pemikiran sendiri.
Sistematika Penulisan
              Dalam karya tulis ini terdapat sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I memuat pendahuluan yang berisi :Latar belakang masalah,identifikasi
9
masalah,tujuan pengkajian,ruang lingkup kajian,postulat dan hipotesis,cara memperoleh data,sistematika
penulisan.
Bab II memuat isi  :Landasan Teori dan  Analisis.
Bab III memuat penutup yang berisi :Kesimpulan.
BAB II
ISI
Landasan Teori
Rendra,(1998) mengatakan Kuliner adalah suatu bagian hidup yang erat kaitannya dengan konsumsi
makanan sehari-hari .Kuliner merupakan sebuah gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-
hari. Karena setiap orang memerlukan makanan yang sangat dibutuhkan sehari-hari. Mulai dari makanan yang
sederhana hingga makanan yang berkelas tinggi dan mewah.
Menurut Kasiram,(1983) memandang perkembangan adalah sebagai makna adanya permunculan sifat 
sifat baru yang berbeda dari sebelumnya, dalam hal ini adalah perkembangan itu adalah sebuah proses yang di
lalui oleh seorang individu dalam menyempurnakan sifat sifat sebelumnya

yang mana ini mendapatkan faktor dari pengalaman dari berbagai faktor yang dialami oleh manusia. Dimana
faktor tersebut bisa datanya dari luar dan juga bisa datang dari dalam diri seseorang. Selanjutnya pendapat
mengenai perkembangan juga di ungkapkan oleh Harlock yang memandang perkembangan sebagai serangkaian
perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari adanya proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas
serangkaian perubahan bersifat kualitatif dan kuantitatif. Ini berarti bahwa perubahan itu adalah serangkaian
perubahan yang dialami individu dai kematangan  dan pengalaman yang di hasilkan dari interaksi yang di
lakukan dengan sekitarnya yang menyebabkan adanya perubahan yang dapat di hitung maupun dirasakan.
Rohendi,(2001)mengungkapkan dalam perspektif antropologi, makanan bukanlah sesuatu yang
dipandang semata-mata berhubungan dengan aspek fisiologis dan biologis manusia melainkan secara
menyeluruh terserap dalam suatu sistem budaya makanan. Sistem budaya makanan mencakup kegiatan
produksi, distribusi, dan konsumsi makanan yang di dalamnya tersirat pemenuhan kebutuhan manusia
10
primer, sosial, dan budaya- dalam rangka melangsungkan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraan diri,
keluarga, dan masyarakatnya, dihadapkan pada sumber daya lingkungan alam (juga sosial budaya) yang dapat
dimanfaatkannya.
Menurut Roedjito (1989 : 3–6) makanan dalam suatu masyarakat sangat ditentukan oleh keadaan sosial
budayanya. Cara makan suatu masyarakat atau suatu daerah akan dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan
makan. Individu yang hidup bermasyarakat sepanjang sejarah telah mengembangkan pola tingkah laku yang
khas, bertalian dengan cara mereka melakukan kegaitan yang berhubungan dengan pangan. Dengan demikian,
kegiatan memilih makanan, belanja pangan, mengawetkan, mengolah dan menghidangkan makanan akan
berkembang menjadi kebiasaan dan tradisi. Mengembangkan kebiasaan makan, mempelajari cara yang
berhubungan dengan konsumsi pangan dan menerima atau menolak bentuk atau jenis makanan tertentu, yang
dimulai dari permulaan hidupnya akan menjadi bagian dari perilaku yang berakar pada masyarakat tersebut.
Adat dan tradisi merupakan dasar perilaku tersebut, yang

berbeda diantara kelompok yang satu dengan yang lain. Kepercayaan terhadap makanan ditentukan oleh budaya
yang merupakan suatu pedoman dimana cara makan dan penerimaan terhadap makanan terbentuk. Hal tersebut
diajarkan dengan seksama kepada generasi berikutnya.
Makanan tradisional adalah makanan yang telah membudaya di kalangan masyarakat Indonesia, serta
telah ada sejak nenek           moyangsuku nusantara suku nusantara (Muhilal,1995).  Menurut Winarno (1993),
makanan tradisional adalah makanan yang pekat dengan tradisi setempat. Sementara itu Hadisantosa (1993),
mendefinisikan pangan tradisional sebagai makanan yang dikonsumsi oleh golongan etnik dan wilayah spesifik,
diolah berdasarkan resep yang secara turun temurun. Bahan yang digunakan berasal dari daerah setempat dan
makanan yang dihasilkan juga sesuai dengan selera masyarakat.
Pengembangan kuliner nusantara tidak saja mampu mengatasi persoalan ketidak seimbangan pola
komsumsi produk import dan tradisional, tetapi juga memberi manfaat ekonomi secara langsung kepada para
pelaku ekonomi,
11
kesempatan kerja dan lebih jauh meningkatkan efektifitas berfungsinya organisasi-organisasi sosial
kemasyarakatan dalam upaya melindungi keberlanjutan sistem produksi makanan tradisionil. Sementara itu,
upaya mengembangkan makanan tradisional nusantara dihadapkan pada kendala antara lain sanitasi yang buruk,
proses pengolahan yang overcook, kurang memperhatikan gizi, lemahnya unsur teknologi, atau kendala budaya
yang sering kali menghambat transfer pengetahuan tentang makanan tradisional itu sendiri.
Dari perspektif antropologi, kuliner tidak terlepas dari pola konsumsi dan kapitalisme. Identitas sosial
menyangkut kelas sosial dapat terlihat lewat pola-pola makan yang akhirnya bisa dijadikan bahan refleksi
tentang kesenjangan sosial-budaya atau juga polarisasi kelas di Indonesia. Kegiatan makan seringkali dianggap
sebagai kegiatan pemenuhan kebutuhan dasar semata, padahal dari sudut kajian antropologi budaya, kegiatan
makan merupakan suatu bagian dari tujuh unsur kebudayaan. Setiap kebudayaan memiliki kekhasan tersendiri
dalam kegiatan makan, mulai dari menyiapkan

bahan makanan, proses memasak, mengemas, hingga proses memakannya.


Max Weber,mengatakan Kota adalah suatu tempat yang penghuninya dapat memenuhi sebagian besar
kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Ciri kota adalah adanya pasar sebagai benteng serta mempunyai sistem
hukum tersendiri dan bersifat kosmopolitan.
Menurut Prof. Salah Wahab (dalam Yoeti, 1982:107) mengatakan pariwisata adalah suatu aktivitas
manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat  pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam
suatu negara itu sendiri atau di luar negeri (meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain) untuk mencari
kepuasan yang  beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia memperoleh pekerjaan.
Shmoll dalam Yoeti (2008) mengatakan bahwa wisatawan itu bertindak dengan kehendak hatinya dan
bebas memilih daerah wisata yang akan dikunjunginya, obyek dan atraksi wisata yang akan dilihatnya atau
fasilitas serta produk apa yang dibutuhkan atau diinginkannya. Permintaan dalam industri pariwisata terdiri dari
beberapa fasilitas atau produk yang berbeda,
12
namun sangat erat kaitannya dengan kebutuhan wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang
dilakukannya (composite demand). Lebih lanjut menurut Shmoll, faktor-faktor yang menentukan permintaan
terhadap daerah kunjungan wisata antara lain:
1.      Harga (price),
2.      Daya tarik wisata (tourist attractions), fasilitas yang tersedia (tourist facilities),
3.      Bentuk-bentuk pelayanan lainnya (services) seperti transportasi lokal,dan             hiburan.
4.      Kemudahan-kemudahan untuk berkunjung (accessibilities) seperti sarana jalan,   jembatan, tenaga listrik, atau
persediaan air bersih.
5.       Pre travel services and informations
Images of tourist destination.
Sammeng (2000) menjelaskan bahwa produk pariwisata merupakan mata rantai dari serangkaian
komponen yang satu dengan yang lainnya saling terkait dan saling mempengaruhi. Inilah yang menyebabkan
pariwisata memiliki pengaruh ganda (multiplier effect) yang sangat besar.
Seperti pada bagan diatas, jelas bahwa seorang wisatawan berkunjung ke suatu tempat atau daerah
tertentu karena

tertarik oleh sesuatu, atau dengan kata lain daerah tersebut mempunyai daya tarik bagi wisatawan tersebut.
Kemudian untuk menunjang kebutuhan wisatawan terhadap produk pariwisata, salah satu hal penting untuk
pengembangan pariwisata adalah kemudahan atau fasilitas wisata, seperti kemudahan mendapatkan informasi,
mengurus dokumen perjalanan, ATM center, dan sebagainya. Aksesibilitas untuk mencapai tempat tujuan wisata
mejadi salah satu komponen penting selanjutnya. Aksesibilitas tersebut dapat berupa moda transportasi udara,
transportasi darat, dan transportasi laut. Tidak jarang salah satu faktor yang membuat wisatawan tertarik
melakukan perjalanan ke daerah tujuan wisata karena alasan kuliner (makanan dan minuman) serta akomodasi
(penginapan). Untuk itu, fasilitas dan ketersediaan akomodasi serta makanan dan minuman menjadi faktor yang
penting dalam menunjang industri pariwisata. Hiburan dan cenderamata merupakan produk terakhir dari industri
pariwisata yang melengkapi kebutuhan wisatawan akan produk pariwisata.
Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan wisata atau melakukan
13
perjalanan adalah berkaitan dengan kebutuhan, motif dan kepribadian seseorang. Terdapat faktor pendorong
(kebutuhan dan motif) yaitu kebutuhan untuk membebaskan diri, menemukan diri sendiri, istirahat dan
relaksasi, prestige, keluarga, mencari pengalaman baru, petualang dan tantangan,  serta faktor penarik atraksi ,
yaitu mencakup manusia, tempat dan aktivitas (Arma dalam Fandeli,1995).
Sementara menurut Mathiesen dan Wall (dalam Fandeli:1995) tuntutan kebutuhan orang melakukan
kegiatan wisata  terutama dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, dan teknologi, serta termasuk di dalamnya
adalah meningkatnya pendapatan dan kemampuan daya beli yang semakin  tinggi, keinginan orang melepaskan
diri dari tekanan hidup sehari-hari di kota, keinginan mendapatkan perubahan suasana dan memanfaatkan waktu
senggang sesudah bekerja, bertambahnya kemajuan-kemajuan dalam bidang trasportasi mengakibatkan
perjalanan lebih mudah, cepat dan nyaman, serta kemudahan-kemudahan dalam mobilitas, serta tingkat
pendidikan yang lebih tinggi akan meningkatkan pula keinginan orang untuk melihat dan memperoleh

pengalaman baru mengenai masyarakat dan tempat yang ingin dikunjungi.


Suatu daerah dapat menjadi daerah tujuan wisata hanya jika mempunyai potensi wisata untuk
dikembangkan menjadi objek dan atraksi wisata yang harus komplementer dengan motif perjalanan
wisatawan.  Potensi wisata tersebut berupa potensi alam, potensi budaya dan potensi manusia (Soekardijo
1996:50). Potensi wisata kemudian dikembangkan menjadi obyek dan daya tarik wisata. Objek wisata sendiri
adalah sesuatu yang dapat dilihat dan disaksikan tanpa disiapkan terlebih dahulu, contohnya pemandangan alam,
pantai, danau, gunung dan sebagainya, sedangkan atraksi wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau
disaksikan melalui pertunjukan / show yang khusus diselenggarakan untuk para wisatawan, harus dipersiapkan
terlebih dahulu, sebagai contoh upacara tradisional, kesenian rakyat tradisional dan lain-lain.
Pengangkatan suatu potensi wisata bisa dikatakan berhasil jika penampilannya unik, khas dan menarik
dan waktu pelaksanaanya sesuai dengan waktu luang yang dimiliki calon wisatawan. Sesudah memenuhi dua
syarat di atas, menurut Soekadijo
14
(1996:61) suatu objek atau atraksi wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya,
menahan mereka ditempat tersebut dalam jangka waktu yang cukup lama dan memberikan kepuasan kepada
wisatawan yang datang berkunjung. Sementara menurut Oka A.Yoeti(1997:59) terdapat  kekhususan dalam
kepariwisataan yang baik yaitu :
a.       Objek harus menarik untuk disaksikan maupun dipelajari.
b.      Mempunyai kekhususan beda dari objek yang lain.
c.       Prasarana menuju ke tempat tersebut terpelihara dengan baik.
d.      Perlu dilengkapi dengan sarana akomodasi dan hal lain yang dianggap perlu.
Daya tarik utama wisata kuliner adalah produk makanan. Produk makanan merupakan hasil proses
pengolahan bahan mentah menjadi makanan siap dihidangkan melalui kegiatan memasak (Farida Arifianti :
38).  Lebih lanjut Davis dan Stone ( 1994 : 44) mengemukakan bahwa karakteristik fisik dari produk makanan
dan minuman antara lain kualitas, penyajian, susunan menu, porsi makanan, siklus hidup produk, dekorasi ruang
maupun

pengaturan meja. Sebagian makanan dan minuman disajikan dan disediakan di restoran yaitu suatu tempat atau
bangunan yang diorganisir secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua
tamunya baik berupa makanan maupun minuman (Marsum WA. 1991:7). Selain restoran, tempat penjualan
makanan dan minuman yang banyak berdiri adalah warung makan yaitu tempat penjualan makanan pokok
dalam skala lebih kecil dan lebih sederhana daripada restoran, dan toko atau pusat jajanan yaitu tempat yang
secara khusus hanya menjual makanan kudapan yang sebagian besar berupa makanan kering ( Hasan Saputro
2004: 12-13).
Alamsyah,Yuyun (2008).Cara mempertahankan makanan tradisional.Memang ketika kita mengikuti
memakan apa yang dimakan oleh orang-orang luar negeri bisa dikatakan keren dan tidak ketinggalan zaman,
tetapi kita juga harus mencintai makanan tradisional yang kita miliki.
Yang pertama, biasanya makanan-makanan tradisional hanya diperjual-belikan di Indonesia, kita harus
bisa memperkenalkannya ke negara-negara yang besar dan maju agar negara
15
tersebut juga bisa merasakan makanan asli indonesia. Saat kita pergi berkunjung ke luar negeri, jangan lupa
membawa makanan tradisional Nusantara dan persilahkan kepada orang-orang disana untuk mencicipinya.
Yang kedua, pemerintah juga harus mendukung memperkenalkan makanan tradisional Indonesia di
luar negeri. Jika tanpa dukungan pasti makanan tradisional Indonesia tidak bisa dikenal oleh negara-negara
asing lainnya. Contohnya, pemerintah harus membentuk kelompok-kelompok yang bisa memperkenalkan
makanan tradisional di luar negeri.
Yang ketiga, menumbuhkan kesadaran dari diri sendiri untuk tetap melestarikan makanan tradisional
karena hal tersebut bisa dibilang adalah jati diri bangsa. Walaupun hanya dengan sedikit kesadaran, hal tersebut
akan menyelamatkan makanan tradisional di negeri ini.
Yang keempat, Pembelajaran tentang budaya harus ditanamkan sejak dini. Namun  sekarang ini banyak
yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya lokal. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita
dapat mengetahui pentingnya budaya lokal

dalam membangun budaya bangsa serta bagaimana cara mengadaptasi budaya lokal di tengah maraknya
globalisasi.
Analisis
Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan rasionalistik.Metode
kualitatif rasionalistik ini didasarkan atas pendekatan holistik berupa suatu konsep umum (grand concept) yang
diteliti pada objek tertentu (spesificobject) ,yang kemudian mendudukkan kembali hasil penelitian yang didapat
pada konsepu mumnya. Paradigma  penelitian  kualitatif   diantaranya   diilhami  falsafah  rasionalisme  yang
menghendaki adanya pembahasan holistik, sistemik, dan mengungkapkan makna dibalik fakta empiris sensual.
Secara epistemologis, metodologi penelitian dengan pendekatan rasionalistik menuntut agar objek yang diteliti
tidak dilepaskan dari konteksnya atau setidaknya objek diteliti dengan fokus tertentu, tetapi tidak mengeliminasi
konteksnya.
Pengumpulan data menggunakan pendekatan studi literature (pustaka), yang bersumber dari sejumlah
literatur yang  meliputi buku-buku yang dapat mendukung isi penulisan, artikel media massa, dan penelusuran
literatur on-line
16
(situs website) yang bersifat menambah wahana keilmuan sebagai penunjang topik pembahasan.
Kemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai etnis, menyebabkan corak ragam makanan
tradisional di nusantara juga sangat beranekaragam.Globalisasi dan kemajuan pembangunan ekonomi saat ini
memberikan pengaruh kepada pergeseran pola konsumsi makanan ke arah produk import. Sejalan dengan era
global dan sistem ekonomi dunia yang semakin liberal, berpengaruh pada pergeseran pola komsumsi dan
senantiasa menghantui akan hilangnya corak ragam makanan khas tradisional bangsa Indonesia. Dalam posisi
demikian, upaya melestarikan dan mengembangkan makanan tradisionil nusantara merupakan hal penting dan
sangat strategis. Dari hasil penelitian diatas,penulis dapat membuktikan bahwa perkembangan kuliner
tradisional di kota bandung sangat berkembang pesat.Banyak orang-orang dari berbagai wilayah,bahkan dari
luar pulau Jawa yang mencari rizki dengan cara bisnis kuliner di kota Bandung karena sudah terkenal dengan
wisata kulinernya .Dengan ke kreatifan masyarakat Bandung maka kuliner di buat

sedemikian rupa sehingga menarik para wisatawan untuk berburu kuliner ke kota Bandung.
Tape
Tape merupakan makanan tradisional khas kota Bandung yang terkenal dengan aromanya yang
khas.Dari dulu hingga sekarang makanan yang satu ini tetap eksis.Makanan yang satu ini sangatlah mudah kita
temui disepanjang jalan Cileunyi maupun di toko oleh-oleh.Meski terbuat dari bahan yang sangat sederhana
yaitu singkong yang di beri taburan ragi kemudian di fermentasi beberapa hari sampai matang,maka singkong
yang awalnya keras akan berubah menjadi lembek.
Faktor yang mempengaruhi permintaan
Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tape. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi
dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1.Faktor Internal
• Harga
Harga panganan yang satu ini relatif murah,yaitu Rp.10.000 per kilonya.Sehingga orang tidak berpikir
panjang untuk membelinya,selain rasanya yang khas tape juga memiliki
17
kandungan vitamin yang baik untuk kesehatan.
• Lokasi
Lokasi yang sangat strategis berada di sepanjang jalan tempat oleh-oleh khas kota Bandung,sehingga
masyarakat maupun wisatawan dari berbagai wilayah yang melewati jalan tersebut mudah untuk
mendapatkannya..Hal tersebut dapat mempengaruhi kenaikan permintaan tape Bandung.
2.Faktor Eksternal
• Cuaca
Cuaca sangat mempengaruhi permintaan, karena tape sangat cocok untuk dimakan pagi-pagi sebagai
pendamping kopi atau teh.Dan penjual tape memiliki tempat masing-untuk berjualan sehingga pengunjung bisa
memilih dengan santai,tidak seperti penjual yang tidak memiliki tempat atau kios.Sehingga kualitas tape terjaga
dari debu atau faktor lain yang dapat merusak tape.
•Selera
Tape ini merupakan makanan tradisional, karena tape bisa diolah menjadi panganan yang lain seperti

kue,dan banyak ditemui disepanjang jalan. maka banyak konsumen yang menyukai tape,oleh karena itu selera
dapat meningkatkan permintaan.
Faktor yang mempengaruhi penawaran
1.Faktor Eksternal
• Pesaing
Jumlah pesaing penjual tape sangat banyak sehingga penjual harus memiliki cara sendiri untuk menarik
para pelanggan.Karena semakin banyak pesaing maka pendapatan akan menurun.
Brownies dan Bollen Keju Tape Bandung
Brownies tape merupakan salah satu makanan yang memiliki cita rasa yang berbeda dengan brownies
yang lain. Meski terbuat dari bahan yang sederhana, diantaranya coklat bubuk,margarin,gula pasir,telur,tepung
terigu, baking powder,garam,tape singkong,kismis.Sedangkan Bollen Keju Tape yaitu makanan khas kota
Bandung yang terbuat dari bahan-bahan yang beberapa komponennya sama dengan Brownies Tape.Salah satu
Brownies Tape dan Bollen Keju tape yang terkenal di Bandung adalah Brownie dan Bollen Kartikasari yang
berada di Jl. Terusan Jakarta no. 77E Bandung.
18
Usaha ini awalnya hanya membuat kue-kue sederhana seperti bolu kukus dan kue lapis. Hal ini mulai
ditekuni pada tahun 1970-an. Semakin lama pelanggannya bertambah dan muncullah ide untuk mendirikan
bisnis dengan nama “Kartika Sari”. Sejak berdirinya toko kue ini telah memiliki pelanggan setia dan menjadi
bagian dari ciri khas Kota Bandung.
Kelebihan Brownies dan Bollen Tape ini terletak pada teksturnya yang lembut, empuk, dan manisnya
pas. Selain itu, semua bahan dasar nya mulai dari tepung, gula sampai tape juga segar kondisinya dan
berkualitas baik. Dengan kemasan yang menarik ini dan sesuai dengan isi nya. Tak butuh waktu lama, setelah
matang dan didinginkan sebentar, dessert berbentuk persegi ini bisa dituang, kemudian di kemas dengan
berbagai kemasan. Untuk mendapatkan tekstur yang empuk dan lembut,tepung dan bahan-bahan yang lain sesui
dengan ukuran yang telah ditentukan.
Faktor yang mempengaruhi permintaan
Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Brownies dan Bollen. Faktor-faktor tersebut
dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor Internal
• Harga
Mungkin menurut kalangan bawah memandang harga Brownies dan Bollen  yang berkisar antar
Rp.40.000-180.000 per dus cukup mahal tetapi kalangan menengah ke atas harga tidak menjadi masalah,karena
harga sesuai dengan kualitas makanan yang dibeli.
• Lokasi
Lokasi yang sangat strategis berada di tengah-tengah kota Bandung,sehingga masyarakat maupun
wisatawan dari berbagai wilayah yang berkunjung dan ingin membeli buah tangan khas Bandung menjadi
mudah untuk mendapatkannya.Hal ini dapat mempengaruhi kenaikan permintaan Brownies dan Bollen.
2. Faktor Eksternal
•Cuaca
Cuaca sangat mempengaruhi permintaan, karena tempat yang nyaman ini berda di tempat terbuka
berupa toko keliling atau orang yang berjualan memakai mobil bak terbuka sehingga apabila cuaca panas para
konsumen enggan untuk membeli produkawug. Hal

19
ini yang membuat permintaan terhadap produk tersebut menjadi menurun.
• Selera
Brownies dan Bollen ini merupakan makanan tradisional, karena tempat ini berada dikawasan yang
mayoritas kantor dan pernduduk di perumahan elit, maka banyak konsumen yang menyukai Brownies dan
Bollen,oleh karena itu selera dapat meningkatkan permintaan.
Faktor yang mempengaruhi penawaran
Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran .Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1.Faktor Internal
• Harga
Harga dari produk ini akan mempengaruhi penawaran  Browniers dan Bollen..Karena apabila harga
dari produk meningkat maka penawaran akan meningkat.
2.Faktor Eksternal
• Harga
Apabila harga barang baku meningkat sementara modal tetap, maka

produksi akan di turunkan sehingga penawaran pun akan turun.


• Pesaing
Jumlah pesaing Brownis yang bergerak di bidang kuliner khususnya di bidang makanan dessert seperti
Brownies di kota bandung  sangat banyak sehingga termasuk kedalam kategori pasar perasingan sempurna
sehingga sesuai dengan teori maka semakin banyak penawaran yang ditawarka.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa makanan berkait dengan kebudayaan, setiap orang
tidak akan pernah melupakan makanan tradisionalnya. Meskipun terjadi pergeseran pola makan akibat
globalisasi dan perkembangan ekonomi, orang akan selalu memproduksi dan mencari  makanan tradisional
untuk memenuhi kebutuhan makan sehari hari. Kondisi inilah tampaknya yang menjadi alasan bagi pelaku
usaha kuliner untuk menyajikan makanan tradisional di kotakota besar karena mereka percaya bahwa orang
yang merantau ke kota akan cenderung mencari makanan tradisional daerahnya.
Heteroginitas masyarakat kota Bandung menjadikan kota ini menjadi pusat kuliner nusantara. Setiap
orang
20
yang datang ke Bandung cenderung berusaha mencari makanan khas tradisional daerahnya masingmasing,
karena dari aspek budaya orang tidak dapat meninggalkan begitu saja makanan yang biasa mereka makan.
Potensi kemajemukan etnis di kota Bandung dijadikan peluang bagi pelaku usaha kuliner untuk mendapatkan
keuntungan melalui membuka usaha makanan tradisional atau kuliner nusantara. Usaha di bidang makanan
tradisional atau kuliner nusantara di Kota Bandunga dapat ditemui mulai dari restoran mewah dengan harga
yang mahal,  kafe yang nyaman,  warung makan yang murah, sampai dengan warung pinggiran jalan. Oleh
karena itu berkunjung keBandung kiranya belumlah lengkap apabila belum berwisata kuliner di seputaran kota
Bandung yang nyaman dan asri.
Berbagai jenis kuliner nusantara seperti makanan khas tradisional Jawa, Sulawesi, sumatera, NTB,
Kalimantan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Betawi, dan makanan dari daerah-daerah lain di Indonesia sudah
banyak dijajakan di kota Bandung. Makanan khas Jawa  Timur  yang mewakili masakan nusantara di kota
Bandung seperti berbagai jenis soto, rawon, rujak cingur, pecel dan lain-lain. Masakan khas mewakili kota
Yogyakarta

(seperti gudeg)  berkembang pesat di kota bandung dari mulai dari rumah makan sampai di warung-warung
pinggir jalan.  Masakan Jawa Tengah seperti ayam Suharti, soto bangkong, surabi Solo, tengkleng, banyak
diminati oleh masyarakat yang berkunjung ke kota Bandung maupun masyarakat kota Bandung sendiri.
Masakan Sulawesi seperti coto makasar, konro, ikan bakar banyak tersebar di Kota Bandung. Masakan khas
Sumatera seperti masakan padang bertebaran di Kota Bandung mulai dari restoran besar sampai dengan warung
pinggiran jalan banyak dijumpai di Bandung. Masakan khas Nusa Tengagara Barat seperti ayam taliwang juga
banyak digemari masyarakat kota Bandung. Akhirakhir ini kota Bandung dimeriahkan dengan dibukanya
banyak makanan nusantara yaitu “kedei Aceh” yang menyajikan dan menjual makanan khas Aceh, dan Rumah
makan “Raja Melayu” yang menyajikan masakan khas melayu (daerah Riau).
Kota Bandung dan umumnya Jawa Barat, juga memiki kekhasan kuliner tradisional yang melengkapi
keberadaan kuliner nusantara di Kota Bandung. Sedangkan    jenis     minuman         khas tradisional Jawa Barat
dan orang Sunda pada
21
umumnya  antara lain lahang, bandrek, bajigur, goyobod,es puter, sakoteng dan es cingcauw. Masih banyak lagi
makanan dari nusantara yang dibuka di Kota Bandung yang belum  sempat diidentifikasi sebagai potensi
peta  wisata.  Sampai saat ini kuliner nusantara yang ada di Kota Bandung belum diidentifikasi menjadi peta
wisata kuliner nusantara.
Selain peta wisata kuliner yang telah diidentifikasi dan disusun seperti tertera pada tabel 1 di atas,
masih banyak lagi restoran, café, rumah makan dan warung pingiran jalan di wilayah seputar kota Bandung
yang belum teridentisfikasi. Meskipun sebagian tempat tersebut berada di luar Kota Bandung, namun tempat
kuliner tersebut menjadi incaran para wisatawan yang berkunjung di Bandung setelah mereka melakukan
wisata. Di  bagian utara Kota Bandung misalnya terdapat tempat wisata kuliner seperti “The Peak”, “Kampung
Daun”, “Balcony” yang merupakan sebuah resto di kompleks bangunan Hotel Bilique dan Fame Station di Jalan
Sersan Bajuri. Di tempat ini banyak pilihan menu untuk masakan Canton dan tempat makan pribadi. House du
Chocolait  atau House de Chocolate, berada di kompleks  Apartment 

Setiabudi. Rumah makan “Daeng Tata” belum lama ini dibuka di Bandung yang menyajikan makanan khas
Makassar seperti Sop Konro panas, Iga Bakar. Ikan Bakar Cianjur  juga tersedia di Bandung, Café “Suis
Butcher” di Jln. Martadinata dan “ Steak House Tomodachi” di Jln. Sukajadi serta berbagai masakan
mancanegara,  Jepang dan terutama masakan Eropa juga banyak di kota Bandung.
Kuliner tradisional di wilayah kota Bandung sudah tersebar dari mulai restoran mewah, café, rumah
makan sampai dengan warung dipingiran jalan. Keberadaan kota Bandung sebagai pusat kuliner sudah diketahui
oleh banyak orang termasuk wisatawan dari luar kota Bandung seperti DKI Jakarta. Saat ini banyak wisatawan
nusantara utamanya DKI Jakarta yang sengaja datang ke Bandung hanya untuk datang ke tempat-tempat wisata
kuliner nusantara. Didukung adanya jalan tol cipularang, akses transportasi antara Bandung-Jakarta menjadi
sangat mudah dengan jarak tempuh Bandung-Jakarta yang hanya 2,5 jam. Kemudahan akses transportasi
tersebut mendorong banyak warga Jakarta pada hari sabtu dan minggu berkunjung ke Bandung hanya untuk
melakukan wisata belanja dan
22
wisata kuliner.  Data pada bulan Januari 2006, jumlah kendaraan yang masuk ke Bandung sebanyak 25.665.
Pendapatan yang diterima Jasa Marga pada saat tersebut adalah sebesar Rp 276,7 juta. Sekitar 80% pengunjung
adalah wisatawan dari luar kota. Dari jumlah itu, 60% adalah orang Jakarta. Sisanya pengunjung dari Jawa,
Sulawesi, Yogyakarta, dan Solo. Bahkan, turis asing dari kawasan Asia Tenggara, Jepang, Belanda, Belgia
kerap kali berbelanja di kawasan ini.
Kemudahan akses transportasi tersebut belum diimbangi oleh pemerintah kota Bandung dalam
penataan wisata kuliner nusantara. Hal ini dapat dilihat dari belum dimilikinya konsep penataan wisata kuliner
di kota Bandung. Kuliner nusantara di Kota Bandung masih tersebar diberbagai tempat, sehingga para
wisatawan tidak dengan mudah menemukan kuliner nusantara yang diinginkan. Pemerintah Kota Bandung Juga
belum mengidentifikasi keberadaan kuliner nusantara yang ada di kota Bandung, sehingga  Kota Bandung
belum memiliki sebuah peta wisata kuliner nusantara. Keberadaan peta wisata kuliner nusantara ini penting,
karena dapat digunakan sebagai petunjuk para wisatawan dalam

mencari tempat wisata kuliner. Sudah saatnya kota Bandung melakukan identifikasi keberadaan kuliner
nusantara dan memiliki peta wisata kuliner nusantara di kota Bandung.
Keberadaan peta wisata kuliner nusantara ini selain bermanfaat sebagai petunjuk bagi wisatawan, juga
berfungsi sebagai media promosi kuliner nusantara di Kota Bandung. Pemerintah daerah kota Bandung  secara
khusus belum melakukan pembinaan inovasi melalui teknologi untuk merubah rasa dan tampilan makanan
tradisional nusantara agar menarik dan  enak dinikmati. Upaya inovasi terhadap makanan tradisional banyak
dilakukan oleh pelaku usaha sendiri seperti „surabi setiabudhi‟, sehingga tampilannya menarik, rasanya enak
dan diminati oleh semua lapisan masyarakat.
Pemerintah kota Bandung belum memiliki konsep bagaimana menata wisata kuliner nusantara agar
dapat bermanfaat bukan saja bagi pelestarian kuliner nusantara itu sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi
perkembangan kepariwisataan di Kota Bandung. Melalui penataan wisata kuliner yang tepat, wisata kuliner
nusantara dapat menarik wisatawan nusantara untuk
23
datang ke kota Bandung. Banyaknya wisatawan yang datang ke Bandung akan berdampak pada perkembangan
ekonomi kota bandung, sehingga ekonomi masyarakat khususnya pelaku usaha akan meningkat dan sekaligus
menjadi salah satu sumber peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) melalui restribusi.
Penataan kuliner nusantara di kota Bandung banyak dilakukan oleh para pelaku usaha, seperti tempat-
tempat jajanan di pusat perbelanjaan “Paskal” di Jln Pasirkaliki Bandung, Pusat Jajanan Jln. Burangrang, dan
lain-lain.. Di tempat ini tersedia berbagai kuliner nusantara, sehingga pengunjung dengan mudah dapat
menemukan makanan khas daerah dan dapat memilih masakan dari berbagai daerah. Belum banyak tempat-
tempat wisata kuliner nusantara yang seperti di pusat perbelanjaan “Paskal”, keberadaan kuliner nusantara di
kota Bandung masih tercerai berai, kondisi ini tentu akan menyulitkan para wisatawan untuk menemukan
tempat-tempat kuliner nusantara.
Dalam menata wisata kuliner di kota bandung, agar Bandung menjadi pusat kuliner nusantara,
pemerintah Kota Bandung melalui dinas Pariwisata perlu

mengambil langkah-langkah sebagai berikut:


1.      Pemerintah kota Bandung perlu peraturan daerah (perda) yang mengatur penataan wisata kuliner termasuk
didalamnya wisata kuliner nusantara. Peraturan pemerintah ini penting, karena dapat digunakan sebagai acuan
dalam pembangunan pariwisata di Kota Bandung termasuk penataan wisata kuliner nusantara. 
2.      Pemerintah daerah melalui Dinas Pariwisata bekerjasama pihak luar (perguruan tinggi) melakukan penelitian
dengan tujuan untuk mengidentifikasi keberadaan usaha kuliner nusantara di Kota Bandung baik yang berkait
dengan potensi maupun jenis  kuliner nusantara, kemudian dibuat peta wisata kuliner nusantara di kota
Bandung.
3.      Pemerintah daerah melalui dinas pariwisata melakukan pembinaan dan pelatihan bagi para pelaku usaha kuliner
nusantara baik berkait dengan manajemen, pengolahan makanan yang bersih, dan pemasaran produk kuliner
nusantara.
4.      Pemerintah Kota Bandung perlu memfasilitasi pembangunan fasilitas dan sarana prasarana yang
24
diperlukan untuk pengembangan pusat-pusat usaha kuliner nusantara sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah daerah. Pembangunan fasilitas seperti wisata kuliner di pusat perbelanjaan “Pascal”
perlu diperbanyak sesuai dengan pengaturan zona wilayah, sehingga pelaku usaha kuliner nusantara dapat
mengakses fasilitas tersebut dan wisatawan dengan mudah dapat memilih tempat serta menemukan pusat wisata
kuliner yang dekat sesuai tujuan kedatangan mereka.
Tetapi pada penelitian ini penulis akan memperdalam dampak ekonomi dan sosial saja,dengan
penjelasan dibawah ini :
a.       Dampak ekonomi dapat bersifat positif maupun negatif dalam setiap pengembangan obyek wisata. Untuk segi
positif dampak ekonomi ini ada yang langsung dan ada juga yang tidak langsung. Dampak positif langsungnya
adalah : membuka lapangan pekerjaan yang baru untuk komunitas lokal, baik itu sebagai pegawai bagian
kebersihan, kemananan, ataupun yang lainnya yang sesuai dengan kemampuan, skill dari masyarakat sekitar
yang
bisa dipergunakan oleh pihak PIM, atau dengan berjualan, seperti : makanan, minuman atau voucher hp di
sekitar PIM sehingga masyarakat lokal bisa mendapatkan peningkatan taraf hidup yang layak. Selain untuk
masyarakat lokal, dampak ekonomi juga akan berpengaruh bagi pemerintah daerah yang akan mendapatkan
pendapatan dari pajak. Sedangkan dampak ekonomi yang tidak langsung adalah kemajuan pemikiran akan
pengembangan suatu obyek wisata, adanya emansipasi wanita sehingga wanita pun bisa bekerja. Suatu
pengembangan obyek wisata apabila diatur, ditata dan dipantau dengan baik tidak akan menghasilkan dampak
negatif bagi sektor ekonominya, tetapi apabila tidak dilakukan, diatur, ditata dengan baik maka akan
menimbulkan kerugian baik bagi pihak pengembang obyek itu sendiri maupun pihak komunitas lokal daerah
setempat.
b.      Dampak positif sosial:dengan adanya pembaharuan kebanggaan budaya maka masyarakat dapat memperbaharui
kembali rasa bangga mereka terhadap peninggalan-peninggalan bersejarah ataupun budaya.
25
c.       Dampak negatif sosial :setiap pengelola obyek wisata selalu menginginkan tempat wisata untuk menyedot
wisatawan baik domestik maupun internasional, tetapi ada hal-hal yang harus diperhitungkan karena apabila
suatu obyek wisata terlalu padat, maka bisa menyebabkan hilangnya kenyamanan bagi penduduk setempat dan
membuat masyarakat setempat menjadi tidak nyaman dan pada akhirnya akan terbentuk garis batas antara
penduduk lokal setempat dengan wisatawan yang terlalu banyak.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kota Bandung  sebagai kota pelajar dan kota industri
menjadi daya tarik penduduk dari berbagai daerah di wilayah nusantara untuk datang ke bandung dengan tujuan
menuntut ilmu dan mencari pekerjaan. Heterogenitas penduduk kota Bandung selain merupakan kendala
terutama dalam mengelola penduduknya, sekaligus potensi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pusat
kuliner

tradisional yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Kota Bandung.


Kuliner tradisional yang telah diolah menjadi makanan modern di kota Bandung dapat ditemukan para
wisatawan di restoran-restoran mewah, café, rumah makan sampai dengan di warung pingiran jalan. Namun
keberadaan kuliner tradisional di kota Bandung masih tersebar dan belum tertata di pusat-pusat wisata
kulinertradisional. Kalauapun sudah ada pusat-pusat kuliner tradisional seperti di pusat Perbelanjaan “Pascal”
dan di beberapa tempat lainnya, inisiatif pemusatan kuliner datang dari para pelaku usaha dan bukan dari
pemerintah Kota Bandung. 
Kota Bandung sudah memiliki peta wisata kuliner yang tersebar berdasarkan zona-zona pembangunan, Namun
peta kuliner tersebut baru merupakan peta restoran, café dan rumah makan yang tidak menunjukkan ada
tidaknya kuliner nusantara ditempat itu.  Kota Bandung belum memiliki peta kuliner tradisional baik dilihat dari
asal maupun jenisnya, karena memang belum di identifikasi keberadaannya.
26
Keberadaan peta wisata kuliner nusantara di kota Bandung penting, karena selain dapat memudahkan para
wisatawan untuk mencari tempat kuliner, juga dapat sumber pendapata pemerintah (PAD) melalui penarikan
restribusi.

Anda mungkin juga menyukai