TUJUAN WISATA
ABSTRAK
Kota Bandung sebagai kota pelajar dan kota industri menjadi daya tarik penduduk dari berbagai daerah di
wilayah nusantara untuk datang ke Bandung dengan tujuan menuntut ilmu dan mencari pekerjaan. Heterogenitas
penduduk kota Bandung selain merupakan kendala terutama dalam mengelola penduduknya, sekaligus potensi
yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pusat kuliner Nusantara yang dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi Kota Bandung. Kuliner nusantara di Kota Bandung dapat ditemukan para wisatawan di restoran-
restoran mewah, café, rumah makan sampai dengan di warung pingiran jalan. Namun keberadaan kuliner
Nusantara di Kota Bandung masih tersebar dan belum tertata di pusat-pusat wisatra kuliner nusantara. Kota
Bandung belum memiliki peta kuliner nusantara baik di lihat dari asal maupun jenisnya, karena memang belum
diidentifikasi keberadaannya. Keberadaan peta wisata kuliner nusantara di kota Bandung dirasakan penting,
karena selain dapat memudahkan para wisatawan untuk mencari tempat kuliner, juga dapat digunakan
pemerintah dalam melakukan penarikan restribusi. Berdasarkan uraian di atas, tulisan ini mencoba menelaah
secara konseptual tentang kondisi dan daya tarik serta penataan kuliner Nusantara di Kota Bandung sebagai
tujuan wisata.
Kata Kunci: Kuliner Nusantara, Tujuan Wisata
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Keindahan alam Indonesia dengan beraneka ragam etnik dan keunikan budaya yang dimiliki oleh
bangsa Indonesia sejak dulu menjadi perhatian dan daya tarik wisatawan mancanegara maupun wisatawan
nusantara. Berdasarkan pada potensi itu, Indonesia menempatkan sektor pariwisata menjadi sektor
andalan untuk pemasukan devisa Negara sekaligus peningkatan perekonomian masyarakat Indonesia.
Kota Bandung yang juga dikenal sebagai Paris van Java karena keindahan kotanya ternyata juga
menyimpan harta karun lain di dalamnya. Harta karun tersebut adalah warisan kuliner yang turun temurun
hingga menjadi ciri khas dari kota Bandung itu sendiri. Macam-macam wisata kuliner Bandung kini menjadi
elemen lain yang banyak dicari oleh para wisatawan, selain tempat wisata, dan akomodasi jika ingin berkunjung
ke kota beriklim dingin ini. Banyak wisatawan lokal maupun mancanegara ramai berbondong-bondong
mengunjungi kota Bandung untuk berlibur di akhir pekannya yang pada akhirnya hal itu seakan menjadi magnet
bagi orang Bandung sendiri untuk merambah bisnis kuliner karena setiap wisatawan sudah pasti akan berbelanja
buah tangan saat mereka berlibur.
Jika anda berkunjung ke kota ini akan disuguhi berbagai macam sajian makanan.Terlintas dalam
pikiran “Tape Singkong”.Tape singkong merupakan fermentasi tradisional yang sudah tak asing lagi.Kuliner
Bandung yang satu ini memang sudah berpuluh-puluh tahun menjadi primadona oleh-oleh atau
makanan khas yang lekat dengan kota Kembang ini.Meskipun kita sendiri bisa membuatnyadi rumah,tapi beda
rasa nya jika kita membeli tape di Bandung.Selain tape Bandung banyak sekali makanan tradisional yang khas
dari kota Bandung ,diantaranya Batagor,Bandrek,Cireng,Es goyobod,Surabi,Colenak,Oncom,dan lain-lain.
Peuyeum memang sangat terkenal di Bandung. Biasanya para pengunjung dan wisatawan, baik lokal
dan bahkan turis mancanegara pada saat liburan atau berkunjung ke Bandung mereka selalu membeli peuyeum
sebagai oleh-oleh baik untuk tetangga, kerabat, atau keluarganya di kota asal mereka. Peuyeum yang bisa anda
temui di Bandung bukan hanya peuyeum sampeu, namun salah satu kuliner Bandung lainnya yang terbuat dari
beras ketan dan prosesnya hampir sama seperti membuat peuyeum sampeu yang difermentasi dengan ragi yaitu
peuyeum ketan. Peuyeum ketan pun banyak sekali peminatnya. Rasanya yang manis dan masam membuat
ketagihan lidah sebagian orang. Namun, peuyeum sebenarnya bukan hanya berasal dari Bandung, daerah lain di
Jawa Barat pun banyak yang membuat dan menyediakan aneka peuyeum sebagai makanan
3
khasnya. Hanya karena peuyeum sempat fenomenal dan terkenal di Bandung, maka dari itu orang-orang lebih
mengenal peuyeum Bandung.
Semakin banyaknya masyarakat asli Bandung yang menekuni bisnis kuliner, maka semakin banyak
pula varian makanan dan minuman yang ditawarkan. Dari waktu ke waktu sudah terbukti ada macam-macam
makanan yang dilahirkan di Kota Kembang ini. Meski sebagian besar merupakan variasi dari makanan yang
sudah ada, sebagian lain diantaranya merupakan inovasi makanan baru di dunia kuliner Indonesia. Kreativitas
dalam dunia kuliner di Bandung seolah tiada henti, selalu ada saja produk-produk baru yang membuat orang
penasaran untuk mencobanya. Tempat-tempat makanan mulai dari pinggir jalan sampai dengan restoran
berbintang tumbuh subur di Kota ini dan menjadi pusat buruan para wisatawan dari berbagai daerah, apalagi
dari Jakarta. Biasanya di akhir pekan kita bisa melihat banya sekali kendaraan bernomor polisi “B” yaitu para
pendatang dari Jakarta. Bahkan orang-orang Jakarta sengaja ke Bandung hanya untuk mencari makanan dan
oleh-oleh pavorit.
Berbicara tentang wisata kuliner, maka kita akan membicarakan tentang menu yang ditawarkan. Dan
apabila kita membedah lebih dalam lagi mengenai berbagai menu kuliner yang ada di Kota Kembang ini, maka
kita akan menemukan banyak sekali aneka makanan dan minuman yang menggugah selera.akan tetapi beberapa
yang menjadi ciri khas dari Bandung saja.
Menu khas dari tempat-tempat wisata kuliner Bandung yang pertama ialah Peuyeum.Peuyeum adalah
sejenis tape yang juga berbahan dasar dari singkong yang difermentasi hingga menimbulkan rasa manis dan
asam. Makanan yang sudah sejak jaman dahulu menjadi ikon kuliner kota Bandung ini biasanya banyak
ditemukan di sejumlah pasar tradisional, terminal bus, toko oleh-oleh, dan juga di beberapa tempat wisata.
Sayangnya saat ini kepopuleran tape Bandung sudah banyak teralihkan dengan makanan lain yang
lebih modern,sehingga tape kurang di minati dan beralih pada makanan lain seperti Kue cubit,Pan Cake,dan
brownies tentunya dengan penawaran rasa yang lebih bervariatif dan harga yang cukup terjangkau.Padahal
sudah kita ketahui manfaat yang terkandung di dalam
4
tape.Namun, beberapa orang kreatif mampu menggunakan peluang usaha di bidang kuliner, dengan alat yang
semakin canggih untuk mengolah tape Bandung menjadi makanan yang lebih menarik, seperti tape bol.Tape ini
merupakan makanan berbahan dasar tepung terigu dan tape sampeu (tape singkong) yang kemudian digoreng
berbentuk bola-bola dengan ditaburi gula tepung halus. Ada lagi colenak (kepanjangan dari: dicocol enak).
Kuliner bandung ini disajikan dalam bentuk potongan tape sampeu yang dibubuhi bumbu kinca kelapa (gula
merah yang dilarutkan dan dicampur dengan kelapa parut).
Dengan begitu penikmat tape Bandung tidak pernah surut. Bahkan salah satu makanan favorit
kebanyakan orang seperti brownies kini sudah bisa dikombinasikan dengan makanan tradisional tape singkong,
maka namanya menjadi brownies tape.Dengan kekretifan masyarakat yang mampu menciptakan berbagai
macam makanan sehingga dapat membantu perekonomian rakyat dan memberi konstribusi pada pemerintah
kota Bandung karena banyaknya orang yang berburu wisata kuliner ke Bandung.Anda bisa mudah menemukan
jejeran penjual tape singkong di sepanjang jalan Cileunyi
misalnya suatu jenis makanan sangat baik untuk si A, belum tentu baik pula untuk si B atau si C. Makanan yang
baik belum tentu halal dan yang halal belum tentu baik.
Berikut ini beberapa ayat Al Qur’an dan hadits terkait dengan makanan yang baik, halal, dan haram:
Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu.”(QS Al Baqarah: 168)
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan
kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.” (QS Al
Baqarah: 172).
Di dalam ayat ini, Allah mengulangi kembali agar memakan makanan yang baik, sebagaimana yang
ditegaskan dalam ayat 168. Selanjutnya Allah menyeru agar selalu bersyukur terhadap nikmat-Nya jika benar-
benar beribadah dan menghamba kepada-Nya.
8
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika
disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia
tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”( QS Al Baqarah: 173 ).
Adapun hadist yang menjelaskan yaitu artinya :“Dari Abu ABdillah Nu’man bin Basyir r.a,”Saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Di antara
keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka,
barang siapa yang takut terhadap syubhat, berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. Dan
barang siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan.
Sebagaimana penggembala yang menggembalakan hewan gembalaannya di sekitar (ladang) yang dilarang untuk
memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki
larangan dan larangan Allah adalah apa yang Dia haramkan. Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal
daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh.
Dari dulu hingga sekarang banyak sekali pertanyaan di seputar kehalalan tape ini mengingat tape
mengandung alkohol dan alkohol merupakan komponen yang paling banyak terdapat pada minuman keras,
sedangkan minuman keras adalah salah satu bentuk khamar yang keharamannya jelas.Firman Allah yang artinya
:“ Dan di halalkan bagi mereka yang baik-baik, serta diharamkan atas mereka yang buruk-buruk.(Al-
A’raf,157).
Cara Memperoleh Data
Penulis memperoleh data sebagai bahan dalam penulisan Karya Ilmiah ini, penulis melakukan kajian
pustaka,melakukan browsing internet dan hasil pemikiran sendiri.
Sistematika Penulisan
Dalam karya tulis ini terdapat sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I memuat pendahuluan yang berisi :Latar belakang masalah,identifikasi
9
masalah,tujuan pengkajian,ruang lingkup kajian,postulat dan hipotesis,cara memperoleh data,sistematika
penulisan.
Bab II memuat isi :Landasan Teori dan Analisis.
Bab III memuat penutup yang berisi :Kesimpulan.
BAB II
ISI
Landasan Teori
Rendra,(1998) mengatakan Kuliner adalah suatu bagian hidup yang erat kaitannya dengan konsumsi
makanan sehari-hari .Kuliner merupakan sebuah gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-
hari. Karena setiap orang memerlukan makanan yang sangat dibutuhkan sehari-hari. Mulai dari makanan yang
sederhana hingga makanan yang berkelas tinggi dan mewah.
Menurut Kasiram,(1983) memandang perkembangan adalah sebagai makna adanya permunculan sifat
sifat baru yang berbeda dari sebelumnya, dalam hal ini adalah perkembangan itu adalah sebuah proses yang di
lalui oleh seorang individu dalam menyempurnakan sifat sifat sebelumnya
yang mana ini mendapatkan faktor dari pengalaman dari berbagai faktor yang dialami oleh manusia. Dimana
faktor tersebut bisa datanya dari luar dan juga bisa datang dari dalam diri seseorang. Selanjutnya pendapat
mengenai perkembangan juga di ungkapkan oleh Harlock yang memandang perkembangan sebagai serangkaian
perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari adanya proses kematangan dan pengalaman dan terdiri atas
serangkaian perubahan bersifat kualitatif dan kuantitatif. Ini berarti bahwa perubahan itu adalah serangkaian
perubahan yang dialami individu dai kematangan dan pengalaman yang di hasilkan dari interaksi yang di
lakukan dengan sekitarnya yang menyebabkan adanya perubahan yang dapat di hitung maupun dirasakan.
Rohendi,(2001)mengungkapkan dalam perspektif antropologi, makanan bukanlah sesuatu yang
dipandang semata-mata berhubungan dengan aspek fisiologis dan biologis manusia melainkan secara
menyeluruh terserap dalam suatu sistem budaya makanan. Sistem budaya makanan mencakup kegiatan
produksi, distribusi, dan konsumsi makanan yang di dalamnya tersirat pemenuhan kebutuhan manusia
10
primer, sosial, dan budaya- dalam rangka melangsungkan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraan diri,
keluarga, dan masyarakatnya, dihadapkan pada sumber daya lingkungan alam (juga sosial budaya) yang dapat
dimanfaatkannya.
Menurut Roedjito (1989 : 3–6) makanan dalam suatu masyarakat sangat ditentukan oleh keadaan sosial
budayanya. Cara makan suatu masyarakat atau suatu daerah akan dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan
makan. Individu yang hidup bermasyarakat sepanjang sejarah telah mengembangkan pola tingkah laku yang
khas, bertalian dengan cara mereka melakukan kegaitan yang berhubungan dengan pangan. Dengan demikian,
kegiatan memilih makanan, belanja pangan, mengawetkan, mengolah dan menghidangkan makanan akan
berkembang menjadi kebiasaan dan tradisi. Mengembangkan kebiasaan makan, mempelajari cara yang
berhubungan dengan konsumsi pangan dan menerima atau menolak bentuk atau jenis makanan tertentu, yang
dimulai dari permulaan hidupnya akan menjadi bagian dari perilaku yang berakar pada masyarakat tersebut.
Adat dan tradisi merupakan dasar perilaku tersebut, yang
berbeda diantara kelompok yang satu dengan yang lain. Kepercayaan terhadap makanan ditentukan oleh budaya
yang merupakan suatu pedoman dimana cara makan dan penerimaan terhadap makanan terbentuk. Hal tersebut
diajarkan dengan seksama kepada generasi berikutnya.
Makanan tradisional adalah makanan yang telah membudaya di kalangan masyarakat Indonesia, serta
telah ada sejak nenek moyangsuku nusantara suku nusantara (Muhilal,1995). Menurut Winarno (1993),
makanan tradisional adalah makanan yang pekat dengan tradisi setempat. Sementara itu Hadisantosa (1993),
mendefinisikan pangan tradisional sebagai makanan yang dikonsumsi oleh golongan etnik dan wilayah spesifik,
diolah berdasarkan resep yang secara turun temurun. Bahan yang digunakan berasal dari daerah setempat dan
makanan yang dihasilkan juga sesuai dengan selera masyarakat.
Pengembangan kuliner nusantara tidak saja mampu mengatasi persoalan ketidak seimbangan pola
komsumsi produk import dan tradisional, tetapi juga memberi manfaat ekonomi secara langsung kepada para
pelaku ekonomi,
11
kesempatan kerja dan lebih jauh meningkatkan efektifitas berfungsinya organisasi-organisasi sosial
kemasyarakatan dalam upaya melindungi keberlanjutan sistem produksi makanan tradisionil. Sementara itu,
upaya mengembangkan makanan tradisional nusantara dihadapkan pada kendala antara lain sanitasi yang buruk,
proses pengolahan yang overcook, kurang memperhatikan gizi, lemahnya unsur teknologi, atau kendala budaya
yang sering kali menghambat transfer pengetahuan tentang makanan tradisional itu sendiri.
Dari perspektif antropologi, kuliner tidak terlepas dari pola konsumsi dan kapitalisme. Identitas sosial
menyangkut kelas sosial dapat terlihat lewat pola-pola makan yang akhirnya bisa dijadikan bahan refleksi
tentang kesenjangan sosial-budaya atau juga polarisasi kelas di Indonesia. Kegiatan makan seringkali dianggap
sebagai kegiatan pemenuhan kebutuhan dasar semata, padahal dari sudut kajian antropologi budaya, kegiatan
makan merupakan suatu bagian dari tujuh unsur kebudayaan. Setiap kebudayaan memiliki kekhasan tersendiri
dalam kegiatan makan, mulai dari menyiapkan
tertarik oleh sesuatu, atau dengan kata lain daerah tersebut mempunyai daya tarik bagi wisatawan tersebut.
Kemudian untuk menunjang kebutuhan wisatawan terhadap produk pariwisata, salah satu hal penting untuk
pengembangan pariwisata adalah kemudahan atau fasilitas wisata, seperti kemudahan mendapatkan informasi,
mengurus dokumen perjalanan, ATM center, dan sebagainya. Aksesibilitas untuk mencapai tempat tujuan wisata
mejadi salah satu komponen penting selanjutnya. Aksesibilitas tersebut dapat berupa moda transportasi udara,
transportasi darat, dan transportasi laut. Tidak jarang salah satu faktor yang membuat wisatawan tertarik
melakukan perjalanan ke daerah tujuan wisata karena alasan kuliner (makanan dan minuman) serta akomodasi
(penginapan). Untuk itu, fasilitas dan ketersediaan akomodasi serta makanan dan minuman menjadi faktor yang
penting dalam menunjang industri pariwisata. Hiburan dan cenderamata merupakan produk terakhir dari industri
pariwisata yang melengkapi kebutuhan wisatawan akan produk pariwisata.
Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan wisata atau melakukan
13
perjalanan adalah berkaitan dengan kebutuhan, motif dan kepribadian seseorang. Terdapat faktor pendorong
(kebutuhan dan motif) yaitu kebutuhan untuk membebaskan diri, menemukan diri sendiri, istirahat dan
relaksasi, prestige, keluarga, mencari pengalaman baru, petualang dan tantangan, serta faktor penarik atraksi ,
yaitu mencakup manusia, tempat dan aktivitas (Arma dalam Fandeli,1995).
Sementara menurut Mathiesen dan Wall (dalam Fandeli:1995) tuntutan kebutuhan orang melakukan
kegiatan wisata terutama dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, dan teknologi, serta termasuk di dalamnya
adalah meningkatnya pendapatan dan kemampuan daya beli yang semakin tinggi, keinginan orang melepaskan
diri dari tekanan hidup sehari-hari di kota, keinginan mendapatkan perubahan suasana dan memanfaatkan waktu
senggang sesudah bekerja, bertambahnya kemajuan-kemajuan dalam bidang trasportasi mengakibatkan
perjalanan lebih mudah, cepat dan nyaman, serta kemudahan-kemudahan dalam mobilitas, serta tingkat
pendidikan yang lebih tinggi akan meningkatkan pula keinginan orang untuk melihat dan memperoleh
pengaturan meja. Sebagian makanan dan minuman disajikan dan disediakan di restoran yaitu suatu tempat atau
bangunan yang diorganisir secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua
tamunya baik berupa makanan maupun minuman (Marsum WA. 1991:7). Selain restoran, tempat penjualan
makanan dan minuman yang banyak berdiri adalah warung makan yaitu tempat penjualan makanan pokok
dalam skala lebih kecil dan lebih sederhana daripada restoran, dan toko atau pusat jajanan yaitu tempat yang
secara khusus hanya menjual makanan kudapan yang sebagian besar berupa makanan kering ( Hasan Saputro
2004: 12-13).
Alamsyah,Yuyun (2008).Cara mempertahankan makanan tradisional.Memang ketika kita mengikuti
memakan apa yang dimakan oleh orang-orang luar negeri bisa dikatakan keren dan tidak ketinggalan zaman,
tetapi kita juga harus mencintai makanan tradisional yang kita miliki.
Yang pertama, biasanya makanan-makanan tradisional hanya diperjual-belikan di Indonesia, kita harus
bisa memperkenalkannya ke negara-negara yang besar dan maju agar negara
15
tersebut juga bisa merasakan makanan asli indonesia. Saat kita pergi berkunjung ke luar negeri, jangan lupa
membawa makanan tradisional Nusantara dan persilahkan kepada orang-orang disana untuk mencicipinya.
Yang kedua, pemerintah juga harus mendukung memperkenalkan makanan tradisional Indonesia di
luar negeri. Jika tanpa dukungan pasti makanan tradisional Indonesia tidak bisa dikenal oleh negara-negara
asing lainnya. Contohnya, pemerintah harus membentuk kelompok-kelompok yang bisa memperkenalkan
makanan tradisional di luar negeri.
Yang ketiga, menumbuhkan kesadaran dari diri sendiri untuk tetap melestarikan makanan tradisional
karena hal tersebut bisa dibilang adalah jati diri bangsa. Walaupun hanya dengan sedikit kesadaran, hal tersebut
akan menyelamatkan makanan tradisional di negeri ini.
Yang keempat, Pembelajaran tentang budaya harus ditanamkan sejak dini. Namun sekarang ini banyak
yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya lokal. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita
dapat mengetahui pentingnya budaya lokal
dalam membangun budaya bangsa serta bagaimana cara mengadaptasi budaya lokal di tengah maraknya
globalisasi.
Analisis
Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan rasionalistik.Metode
kualitatif rasionalistik ini didasarkan atas pendekatan holistik berupa suatu konsep umum (grand concept) yang
diteliti pada objek tertentu (spesificobject) ,yang kemudian mendudukkan kembali hasil penelitian yang didapat
pada konsepu mumnya. Paradigma penelitian kualitatif diantaranya diilhami falsafah rasionalisme yang
menghendaki adanya pembahasan holistik, sistemik, dan mengungkapkan makna dibalik fakta empiris sensual.
Secara epistemologis, metodologi penelitian dengan pendekatan rasionalistik menuntut agar objek yang diteliti
tidak dilepaskan dari konteksnya atau setidaknya objek diteliti dengan fokus tertentu, tetapi tidak mengeliminasi
konteksnya.
Pengumpulan data menggunakan pendekatan studi literature (pustaka), yang bersumber dari sejumlah
literatur yang meliputi buku-buku yang dapat mendukung isi penulisan, artikel media massa, dan penelusuran
literatur on-line
16
(situs website) yang bersifat menambah wahana keilmuan sebagai penunjang topik pembahasan.
Kemajemukan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai etnis, menyebabkan corak ragam makanan
tradisional di nusantara juga sangat beranekaragam.Globalisasi dan kemajuan pembangunan ekonomi saat ini
memberikan pengaruh kepada pergeseran pola konsumsi makanan ke arah produk import. Sejalan dengan era
global dan sistem ekonomi dunia yang semakin liberal, berpengaruh pada pergeseran pola komsumsi dan
senantiasa menghantui akan hilangnya corak ragam makanan khas tradisional bangsa Indonesia. Dalam posisi
demikian, upaya melestarikan dan mengembangkan makanan tradisionil nusantara merupakan hal penting dan
sangat strategis. Dari hasil penelitian diatas,penulis dapat membuktikan bahwa perkembangan kuliner
tradisional di kota bandung sangat berkembang pesat.Banyak orang-orang dari berbagai wilayah,bahkan dari
luar pulau Jawa yang mencari rizki dengan cara bisnis kuliner di kota Bandung karena sudah terkenal dengan
wisata kulinernya .Dengan ke kreatifan masyarakat Bandung maka kuliner di buat
sedemikian rupa sehingga menarik para wisatawan untuk berburu kuliner ke kota Bandung.
Tape
Tape merupakan makanan tradisional khas kota Bandung yang terkenal dengan aromanya yang
khas.Dari dulu hingga sekarang makanan yang satu ini tetap eksis.Makanan yang satu ini sangatlah mudah kita
temui disepanjang jalan Cileunyi maupun di toko oleh-oleh.Meski terbuat dari bahan yang sangat sederhana
yaitu singkong yang di beri taburan ragi kemudian di fermentasi beberapa hari sampai matang,maka singkong
yang awalnya keras akan berubah menjadi lembek.
Faktor yang mempengaruhi permintaan
Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tape. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi
dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1.Faktor Internal
• Harga
Harga panganan yang satu ini relatif murah,yaitu Rp.10.000 per kilonya.Sehingga orang tidak berpikir
panjang untuk membelinya,selain rasanya yang khas tape juga memiliki
17
kandungan vitamin yang baik untuk kesehatan.
• Lokasi
Lokasi yang sangat strategis berada di sepanjang jalan tempat oleh-oleh khas kota Bandung,sehingga
masyarakat maupun wisatawan dari berbagai wilayah yang melewati jalan tersebut mudah untuk
mendapatkannya..Hal tersebut dapat mempengaruhi kenaikan permintaan tape Bandung.
2.Faktor Eksternal
• Cuaca
Cuaca sangat mempengaruhi permintaan, karena tape sangat cocok untuk dimakan pagi-pagi sebagai
pendamping kopi atau teh.Dan penjual tape memiliki tempat masing-untuk berjualan sehingga pengunjung bisa
memilih dengan santai,tidak seperti penjual yang tidak memiliki tempat atau kios.Sehingga kualitas tape terjaga
dari debu atau faktor lain yang dapat merusak tape.
•Selera
Tape ini merupakan makanan tradisional, karena tape bisa diolah menjadi panganan yang lain seperti
kue,dan banyak ditemui disepanjang jalan. maka banyak konsumen yang menyukai tape,oleh karena itu selera
dapat meningkatkan permintaan.
Faktor yang mempengaruhi penawaran
1.Faktor Eksternal
• Pesaing
Jumlah pesaing penjual tape sangat banyak sehingga penjual harus memiliki cara sendiri untuk menarik
para pelanggan.Karena semakin banyak pesaing maka pendapatan akan menurun.
Brownies dan Bollen Keju Tape Bandung
Brownies tape merupakan salah satu makanan yang memiliki cita rasa yang berbeda dengan brownies
yang lain. Meski terbuat dari bahan yang sederhana, diantaranya coklat bubuk,margarin,gula pasir,telur,tepung
terigu, baking powder,garam,tape singkong,kismis.Sedangkan Bollen Keju Tape yaitu makanan khas kota
Bandung yang terbuat dari bahan-bahan yang beberapa komponennya sama dengan Brownies Tape.Salah satu
Brownies Tape dan Bollen Keju tape yang terkenal di Bandung adalah Brownie dan Bollen Kartikasari yang
berada di Jl. Terusan Jakarta no. 77E Bandung.
18
Usaha ini awalnya hanya membuat kue-kue sederhana seperti bolu kukus dan kue lapis. Hal ini mulai
ditekuni pada tahun 1970-an. Semakin lama pelanggannya bertambah dan muncullah ide untuk mendirikan
bisnis dengan nama “Kartika Sari”. Sejak berdirinya toko kue ini telah memiliki pelanggan setia dan menjadi
bagian dari ciri khas Kota Bandung.
Kelebihan Brownies dan Bollen Tape ini terletak pada teksturnya yang lembut, empuk, dan manisnya
pas. Selain itu, semua bahan dasar nya mulai dari tepung, gula sampai tape juga segar kondisinya dan
berkualitas baik. Dengan kemasan yang menarik ini dan sesuai dengan isi nya. Tak butuh waktu lama, setelah
matang dan didinginkan sebentar, dessert berbentuk persegi ini bisa dituang, kemudian di kemas dengan
berbagai kemasan. Untuk mendapatkan tekstur yang empuk dan lembut,tepung dan bahan-bahan yang lain sesui
dengan ukuran yang telah ditentukan.
Faktor yang mempengaruhi permintaan
Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Brownies dan Bollen. Faktor-faktor tersebut
dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
• Harga
Mungkin menurut kalangan bawah memandang harga Brownies dan Bollen yang berkisar antar
Rp.40.000-180.000 per dus cukup mahal tetapi kalangan menengah ke atas harga tidak menjadi masalah,karena
harga sesuai dengan kualitas makanan yang dibeli.
• Lokasi
Lokasi yang sangat strategis berada di tengah-tengah kota Bandung,sehingga masyarakat maupun
wisatawan dari berbagai wilayah yang berkunjung dan ingin membeli buah tangan khas Bandung menjadi
mudah untuk mendapatkannya.Hal ini dapat mempengaruhi kenaikan permintaan Brownies dan Bollen.
2. Faktor Eksternal
•Cuaca
Cuaca sangat mempengaruhi permintaan, karena tempat yang nyaman ini berda di tempat terbuka
berupa toko keliling atau orang yang berjualan memakai mobil bak terbuka sehingga apabila cuaca panas para
konsumen enggan untuk membeli produkawug. Hal
19
ini yang membuat permintaan terhadap produk tersebut menjadi menurun.
• Selera
Brownies dan Bollen ini merupakan makanan tradisional, karena tempat ini berada dikawasan yang
mayoritas kantor dan pernduduk di perumahan elit, maka banyak konsumen yang menyukai Brownies dan
Bollen,oleh karena itu selera dapat meningkatkan permintaan.
Faktor yang mempengaruhi penawaran
Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran .Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1.Faktor Internal
• Harga
Harga dari produk ini akan mempengaruhi penawaran Browniers dan Bollen..Karena apabila harga
dari produk meningkat maka penawaran akan meningkat.
2.Faktor Eksternal
• Harga
Apabila harga barang baku meningkat sementara modal tetap, maka
(seperti gudeg) berkembang pesat di kota bandung dari mulai dari rumah makan sampai di warung-warung
pinggir jalan. Masakan Jawa Tengah seperti ayam Suharti, soto bangkong, surabi Solo, tengkleng, banyak
diminati oleh masyarakat yang berkunjung ke kota Bandung maupun masyarakat kota Bandung sendiri.
Masakan Sulawesi seperti coto makasar, konro, ikan bakar banyak tersebar di Kota Bandung. Masakan khas
Sumatera seperti masakan padang bertebaran di Kota Bandung mulai dari restoran besar sampai dengan warung
pinggiran jalan banyak dijumpai di Bandung. Masakan khas Nusa Tengagara Barat seperti ayam taliwang juga
banyak digemari masyarakat kota Bandung. Akhirakhir ini kota Bandung dimeriahkan dengan dibukanya
banyak makanan nusantara yaitu “kedei Aceh” yang menyajikan dan menjual makanan khas Aceh, dan Rumah
makan “Raja Melayu” yang menyajikan masakan khas melayu (daerah Riau).
Kota Bandung dan umumnya Jawa Barat, juga memiki kekhasan kuliner tradisional yang melengkapi
keberadaan kuliner nusantara di Kota Bandung. Sedangkan jenis minuman khas tradisional Jawa Barat
dan orang Sunda pada
21
umumnya antara lain lahang, bandrek, bajigur, goyobod,es puter, sakoteng dan es cingcauw. Masih banyak lagi
makanan dari nusantara yang dibuka di Kota Bandung yang belum sempat diidentifikasi sebagai potensi
peta wisata. Sampai saat ini kuliner nusantara yang ada di Kota Bandung belum diidentifikasi menjadi peta
wisata kuliner nusantara.
Selain peta wisata kuliner yang telah diidentifikasi dan disusun seperti tertera pada tabel 1 di atas,
masih banyak lagi restoran, café, rumah makan dan warung pingiran jalan di wilayah seputar kota Bandung
yang belum teridentisfikasi. Meskipun sebagian tempat tersebut berada di luar Kota Bandung, namun tempat
kuliner tersebut menjadi incaran para wisatawan yang berkunjung di Bandung setelah mereka melakukan
wisata. Di bagian utara Kota Bandung misalnya terdapat tempat wisata kuliner seperti “The Peak”, “Kampung
Daun”, “Balcony” yang merupakan sebuah resto di kompleks bangunan Hotel Bilique dan Fame Station di Jalan
Sersan Bajuri. Di tempat ini banyak pilihan menu untuk masakan Canton dan tempat makan pribadi. House du
Chocolait atau House de Chocolate, berada di kompleks Apartment
Setiabudi. Rumah makan “Daeng Tata” belum lama ini dibuka di Bandung yang menyajikan makanan khas
Makassar seperti Sop Konro panas, Iga Bakar. Ikan Bakar Cianjur juga tersedia di Bandung, Café “Suis
Butcher” di Jln. Martadinata dan “ Steak House Tomodachi” di Jln. Sukajadi serta berbagai masakan
mancanegara, Jepang dan terutama masakan Eropa juga banyak di kota Bandung.
Kuliner tradisional di wilayah kota Bandung sudah tersebar dari mulai restoran mewah, café, rumah
makan sampai dengan warung dipingiran jalan. Keberadaan kota Bandung sebagai pusat kuliner sudah diketahui
oleh banyak orang termasuk wisatawan dari luar kota Bandung seperti DKI Jakarta. Saat ini banyak wisatawan
nusantara utamanya DKI Jakarta yang sengaja datang ke Bandung hanya untuk datang ke tempat-tempat wisata
kuliner nusantara. Didukung adanya jalan tol cipularang, akses transportasi antara Bandung-Jakarta menjadi
sangat mudah dengan jarak tempuh Bandung-Jakarta yang hanya 2,5 jam. Kemudahan akses transportasi
tersebut mendorong banyak warga Jakarta pada hari sabtu dan minggu berkunjung ke Bandung hanya untuk
melakukan wisata belanja dan
22
wisata kuliner. Data pada bulan Januari 2006, jumlah kendaraan yang masuk ke Bandung sebanyak 25.665.
Pendapatan yang diterima Jasa Marga pada saat tersebut adalah sebesar Rp 276,7 juta. Sekitar 80% pengunjung
adalah wisatawan dari luar kota. Dari jumlah itu, 60% adalah orang Jakarta. Sisanya pengunjung dari Jawa,
Sulawesi, Yogyakarta, dan Solo. Bahkan, turis asing dari kawasan Asia Tenggara, Jepang, Belanda, Belgia
kerap kali berbelanja di kawasan ini.
Kemudahan akses transportasi tersebut belum diimbangi oleh pemerintah kota Bandung dalam
penataan wisata kuliner nusantara. Hal ini dapat dilihat dari belum dimilikinya konsep penataan wisata kuliner
di kota Bandung. Kuliner nusantara di Kota Bandung masih tersebar diberbagai tempat, sehingga para
wisatawan tidak dengan mudah menemukan kuliner nusantara yang diinginkan. Pemerintah Kota Bandung Juga
belum mengidentifikasi keberadaan kuliner nusantara yang ada di kota Bandung, sehingga Kota Bandung
belum memiliki sebuah peta wisata kuliner nusantara. Keberadaan peta wisata kuliner nusantara ini penting,
karena dapat digunakan sebagai petunjuk para wisatawan dalam
mencari tempat wisata kuliner. Sudah saatnya kota Bandung melakukan identifikasi keberadaan kuliner
nusantara dan memiliki peta wisata kuliner nusantara di kota Bandung.
Keberadaan peta wisata kuliner nusantara ini selain bermanfaat sebagai petunjuk bagi wisatawan, juga
berfungsi sebagai media promosi kuliner nusantara di Kota Bandung. Pemerintah daerah kota Bandung secara
khusus belum melakukan pembinaan inovasi melalui teknologi untuk merubah rasa dan tampilan makanan
tradisional nusantara agar menarik dan enak dinikmati. Upaya inovasi terhadap makanan tradisional banyak
dilakukan oleh pelaku usaha sendiri seperti „surabi setiabudhi‟, sehingga tampilannya menarik, rasanya enak
dan diminati oleh semua lapisan masyarakat.
Pemerintah kota Bandung belum memiliki konsep bagaimana menata wisata kuliner nusantara agar
dapat bermanfaat bukan saja bagi pelestarian kuliner nusantara itu sendiri, tetapi juga bermanfaat bagi
perkembangan kepariwisataan di Kota Bandung. Melalui penataan wisata kuliner yang tepat, wisata kuliner
nusantara dapat menarik wisatawan nusantara untuk
23
datang ke kota Bandung. Banyaknya wisatawan yang datang ke Bandung akan berdampak pada perkembangan
ekonomi kota bandung, sehingga ekonomi masyarakat khususnya pelaku usaha akan meningkat dan sekaligus
menjadi salah satu sumber peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) melalui restribusi.
Penataan kuliner nusantara di kota Bandung banyak dilakukan oleh para pelaku usaha, seperti tempat-
tempat jajanan di pusat perbelanjaan “Paskal” di Jln Pasirkaliki Bandung, Pusat Jajanan Jln. Burangrang, dan
lain-lain.. Di tempat ini tersedia berbagai kuliner nusantara, sehingga pengunjung dengan mudah dapat
menemukan makanan khas daerah dan dapat memilih masakan dari berbagai daerah. Belum banyak tempat-
tempat wisata kuliner nusantara yang seperti di pusat perbelanjaan “Paskal”, keberadaan kuliner nusantara di
kota Bandung masih tercerai berai, kondisi ini tentu akan menyulitkan para wisatawan untuk menemukan
tempat-tempat kuliner nusantara.
Dalam menata wisata kuliner di kota bandung, agar Bandung menjadi pusat kuliner nusantara,
pemerintah Kota Bandung melalui dinas Pariwisata perlu
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kota Bandung sebagai kota pelajar dan kota industri
menjadi daya tarik penduduk dari berbagai daerah di wilayah nusantara untuk datang ke bandung dengan tujuan
menuntut ilmu dan mencari pekerjaan. Heterogenitas penduduk kota Bandung selain merupakan kendala
terutama dalam mengelola penduduknya, sekaligus potensi yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pusat
kuliner