MIKROENKAPSULASI
ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem penghantaran obat baru pada
semester 7 tahun ajaran 2017/2018
Disusun oleh :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2017
PEMBAHASAN
I. Pendahuluan
Tipe mikroenkapsulasi secara umum ada dua yaitu satu inti (single core)
dan banyak inti (multiple core) pada bagian dindingnya. Mikrokapsul dengan
banyak inti memiliki inti yang tersebar secara merata di bagian dinding dan
bagian tengah mikrokapsul biasanya berupa rongga kosong yang dihasilkan dari
pemuaian selaa tahap pengeringan akhir (Jafari et al., 2008). Mikrokapsul dengan
satu inti biasanya memiliki muatan inti yang tinggi, misalnya 90% dari total berat
mikrokapsul. Sedangkan mikrokapsul dengan struktur banyak inti biasanya
memiliki persentase pelapis hingga 70% dari berat mikrokapsul. Bahan pelapis ini
akan rusak secara mekanik (pengunyahan, pemanasan, dan pelarut), perubahan
pH, enzim, serta sifat fisik dan kimia dari bahan inti (kelarutan, difusivitas,
tekanan uap, dan koefisien partisi) dan pelapis (ketebalan, porositas, dan
kemampuan bereaksi) sehingga bahan inti akan terlepas).
1. Spray drying
Teknik spray drying mengubah bahan yang awalnya berupa bahan cair
menjadi materi padat. Pada proses spray drying, bahan yang akan dikeringkan
disemprotkan dalam bentuk kabut. Luas permukaan bahan yang kontak langsung
dengan media pengering dapat lebih besar sehingga menyebabkan penguapan
berlangsung lebih baik. Faktor yang mempengaruhi spray drying adalah bentuk
penyemprot, kecepatan alir produk dan sifat produk (Paramita, 2010).
Penggunaan spray drying tidak terbatas pada bahan makanan saja, tetapi juga
pada makhluk hidup bersel tunggal, misalnya bakteri. Mikroenkapsulasi
menggunakan spray dyring paling banyak digunakan dalam industri karena
biayanya relatif lebih rendah. Di bidang farmasi, mikroenkapsulasi banyak
digunakan terutama pada drying process, grranulasi, preparasi disperse padat,
alterasi polimorfisme obat, preparasi serbuk kering untuk sediaan aerosol,
pembuatan sediaan lepas terkendali, dan proses penyalutan obat untuk
memperbaiki rasa atau melindungi zat aktif dari proses oksidasi (Yeo et al, 2001).
Spray drying berguna untuk bahan yang sensitif terhadap panas karena proses
pengeringan berlangsung sangat cepat. Pada proses spray drying, bahan yang akan
dikeringkan disemprotkan dalam bentuk kabut. Luas permukaan bahan yang
kontak langsung dengan media pengering dapat lebih besar sehingga
menyebabkan penguapan berlangsung lebih baik. Faktor yang mempengaruhi
spray drying adalah bentuk penyemprot, kecepatan alir produk dan sifat produk.
3. Spinning disk
5. Teknik coacervation
Merupakan pemisahan fase cair/cair secara spontan yang terjadi ketika dua
polimer yang bermuatan berlawanan (misalnya protein dan polisakarida)
dicampur dalam media berair kemudian mengarah ke pemisahan menjadi dua
fase. Fase yang lebih rendah disebut (kompleks) coacervate dan memiliki
konsentrasi yang tinggi dari kedua polimer. Fase atas disebut sebagai supernatan
atau fase kesetimbangan, yang merupakan larutan polimer encer. Coacervate
digunakan sebagai bahan makanan, misalnya pengganti lemak atau memberi rasa
yang mirip daging dan biomaterial, seperti lapisan tipis (film) yang dapat dimakan
dan kemasan. Metode ini sangat efisien dan menghasilkan mikrokapsul dengan
ukuran yang lebih bervariarif daripada teknik mikroenkapsulasi yang lain
(Paramita, 2010).
Proses ini meliputi tiga tahap, pertama, mecampur tiga fase yang saling tidak
melarutkan (fase kontinyu atau air, bahan aktif yang akan dimikroenkapsulasi dan
bahan pelapis). Kedua, bahan pelapis membentuk lapisan pada bahan inti. Hal ini
dicapai dengan merubah pH, suhu atau kekuatan ion yang menghasilkan
pemisahan fase (coacervation) dari pelapis dan sebaran inti yang terjebak.
Terakhir, bahan pelapis memadat karena adanya panas, crosslinking (hubungan
silang) dan teknik desolvasi. Mikrokapsul yang dihasilkan dari pemisahan fase
encer memiliki dinding yang larut air dan bahan aktif yang bersifat menjauhi air
(hidrofobik), seperti minyak sayur, penyedap rasa, dan vitamin yang larut dalam
minyak (Paramita, 2010).
a. Penambahan Non-solvent
b. Perubahan suhu
Ketika dua jenis polimer yang berbeda secara kimia dalam suatu
pelarut tidak tercampurkan/inkompatibel, maka fase pemisahan akan
terjadi dalam sistem mikrokapsul. Obat akan terdispersi ke dalam salah
satu larutan polimer dan ditambahkan polimer yang lain, ketika mencapai
titik jenuh dengan penambahan polimer lain tersebut, terjasi fase
pemisahan dan pembentukan droplet yang mengandung zat aktif dan
mengalami coalescing membentuk mikrokapsul. Pada kondisi yang sama,
garam inorganik juga dapat ditambahkan ke dalam larutan yang berisi
polimer larut air untuk membentuk fase pemisahan.
7. Liposom entrapment
Liposom terbentuk dari dua lapis membran yang mana terdiri dari molekul
lipid seperti fosfolipid (lecithin) dan kolesterol. Mereka terbentuk ketika lipid
terpisah pada media cair dan terekspos sebagai potongan yang menggunakan
microfluidization atau penggilingan koloid. Mekanisme utama dalam
pembentukan liposom adalah interaksi hidrofilik dan hidrofobik antara fospolipid
dan molekul air. Bahan aktif dapat ditangkap dengan bahan cair dari liposom atau
dengan menangkap dengan membran. Ukuran partikel antara 30 nm atau beberapa
dalam bentuk mikron. Penyimpanan menyebabkan ukuran menjadi lebih besar
sehingga perlu dijaga dengan electrostatic repulsion (seperti dengan penambahan
lipid pada membran pelapis (Zuidam and Shimoni, 2010). Menurut Madene et al.
(2006), kerugian metode ini adalah kestabilannya hanya dalam waktu yang
pendek, susah dalam proses scale up dan susah dalam proses kapsul karena bahan
membutuhkan kondisi kering.
V. Aplikasi Mikroenkapsulasi
1. Mikroenkapsulasi Vitamin C
2. Mikroenkapsulasi Mikroorganisme
NSAID merupakan jenis obat analgesic yang paling umum digunakan untuk
mengobati nyeri pada arthritis, namun kebanyakan obat golongan ni memiliki
efek samping terutama pada saluran gastrointestinal. Salah satu upaya untuk
mengurangi efek samping obat ini adalah dengan formulasi sediaan lepas
terkendali untuk mengoptimasi pelepasan obat dengan dosis yang konstan
menggunakan teknologi mikrokapsul (Abadi et al, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
A. M. Urbanska, J. Bhathena, C. Martoni, and S. Prakash. 2009. Estimation of the
potential antitumor activity of microencapsulated Lactobacillus acidophilus
yogurt formulation in the attenuation of tumorigenesis in Mice. Digestive
Diseases and Sciences, vol. 54, no. 2, pp. 264–273.
Abadi, S.S., Moin A., Veerabhadrappa G.H. 2016. Review Article: Fabricated
Microparticles: An Innovative Method to Minimize the Side Effects of
NSAIDs in Arthritis. Crit Rev Ther Drug Carrier Syst. 2016;33(5):433-
488.
Ahad, H. A., Kumar, C. S., Reddy, K. K., Kumar, A., Sekhar, C., Sushma, K., et
al. 2010. Preparation and Evaluation of Sustained Release Matrix Tablets of
Gliquidone Based on Combination of Natural and Synthetic Polymers.
Journal of Advanced Pharmaceutical Research, 1(2): 108-114.
Khamanga, S. M., Parfitt, N., Tsitsi Nyamuzhiwa, Haidula, H., & Walker1, R. B.
2009. The Evaluation of Eudragit Microcapsules Manufactured by Solvent
Evaporation Using USP Apparatus 1. Dissolution Technologies.
Lachman, L., Lieberman, H. A., & Kanig, J.L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Wang, W., Liu, X., Xie, Y., Zhang, H. a., Yu, W., Xiong, Y., et al. 2006.
Microencapsulation Using Natural Polysaccharides For Drug Delivery and
Cell Implantation. Journal of Material Chemistry, 3252–3267.
Weiss,P., Lapkowski, M., LeGeros, R. Z., Bouler, J. M., Jean, A., & Daculsi, A.
G. 2007. FTIR Spectroscopic Study of an Organic/mineral Composite for
Bone and Dental Substitute Materials. J Mater Sci Mater Med, 8(10), 621-
629.
Yeo, Yoon., Namjin Baek, and Kinam Park. 2001. Microencapsulation Methods
for Delivery of Protein Drugs. Biotechnol. Bioprocess Eng. 2001, Vol. 6,
No. 4.