Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karang Sambung merupakan laboratorium alam dan monumen


geologi yang sangat menarik bagi obyek penelitian maupun wisata alam. Salah
satu kecamatan di bagian utara Kabupaten Kebumen ini disebut laboratorium
alam geologi karena menghadirkan variasi struktur dan jenis batuan di kawasan
yang relatif tidak luas. Nilai ilmiahnya bertambah penting setelah lahir teori
tektonik lempeng, karena menurut para ahli geologi daerah ini pernah menjadi
batas lempeng konvergen berupa jalur subduksi pada jaman Kapur yang berlanjut
hingga Pegunungan Meratus, Kalimantan. Batuan-batuan hasil tumbukan
tersebut kini terangkat ke permukaan dan dapat diamati dalam kondisi yang
relatif segar.
Karang sambung merupakan sutu-satunya tempat didunia yang dalam satu
tempat terdapat berbagai jenis batuan dalam satu wilayah dan jarak tidak terlalu jauh,
dan bentang alam yang sangat baik untuk melakukan penelitian. Karang sambung
adalah tempat penelitian bagi para ilmuan untuk meneliti batuan dan bentang alam.
Bukan hanya ilmuan dari indonesia, banyak ilmuan dari luar juga melakukan
penelitian da karangsambung.
Oleh karena begitu pentingnya, kawasan ini kemudian ditetapkan sebagai
Cagar Alam Geologi Nasional yang dikelola oleh Balai Informasi dan Konservasi
Kebumian Karangsambung-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Hal ini
bertujuan agar batuan-batuan langka yang terdapat di Karang Sambung terlindung
dari kepunahan akibat ditambang oleh penduduk. Sebab Karang Sambung juga
menjadi bukti teori tektonik lempeng dan menjadi referensi dunia

1
1.2 Maksud
1. Mengetahui jenis batuan apa saja yang terdapat di Karangsambung secara
makroskopis
2. Mengetahui sayatan petrografi dari batuan yang terdapat di Karngsambung
secara mikroskopis
3. Mampu mendeskripsi batuan yang ada di Karngsambung melalu sifat optik
mineralnya
4. Menginterpretasi terbentunya batuan tersebut dari kenampakan sayatan
petrografinya

1.3 Tujuan
1. Mampu mendeskripsi batuan yang ada di Karngsambung melalu sifat optik
mineralnya
2. Mmapu menginterpretasi terbentunya batuan tersebut dari kenampakan
sayatan petrografinya

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Pada kegiatan fieldtrip di Karngsambung dilaksanakan pada :
Hari, tanggal : Minggu, 4 Mei 2019
Pukul : 01.00-selesai
Tempat : Kampus Geologi Karangsambung, Kebumen Jawa Tengah

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiografi Regional


Daerah Karangsambung berada di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa
Tengah, Indonesia. Batas wilayah di sebelah utara daerah ini adalah dengan
wilayah Banjarnegara, di timur berbatasan dengan wilayah Wadaslintang, di
sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kebumen dan di sebelah barat
berbatasan dengan daerah Gombong
Secara geografis, daerah Karangsambung mempunyai koordinat 7⁰34’00”
- 7⁰36’30” LS dan 109⁰37’00” - 109⁰44’00” BT. Secara administratif, daerah
pemetaan Gunung Paras termasuk kedalam Kecamatan Karangsambung dan
Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Secara
fisiografis, daerah Karangsambung termasuk ke dalam Zona Pegunungan Serayu
Selatan.
Daerah Karangsambung memiliki elevasi ± 11m dpl dengan morfologi
yang disebut sebagai amphitheatre, merupakan suatu antiklin raksasa yang
memiliki sumbu yang menunjam (inclined anticline) ke arah Timur Laut yang
telah mengalami erosi. Morfologi yang khas ini memanjang ke arah Barat mulai
dari daerah Klepoh hingga Kali Larangan. Sayap-sayap dari antiklin raksasa
tersebut membentuk morfologi berupa perbukitan di bagian utara (G. Paras) dan
Selatan (G.Brujul dan Bukit Selaranda) dari daerah pemetaan. Perbukitan ini
memiliki arah memanjang Timur-Barat. Sumbu antiklin tersebut mengalami
proses erosi yang membentuk morfologi berupa lembah di daerah
Karangsambung dengan adanya perbukitan-perbukitan terisolasi yang berupa
tubuh batuan beku (intrusi) dan batu gamping (Jatibungkus) serta konglomerat

3
(Pesanggrahan). Pada daerah pemetaan, di sebelah Barat Laut dari lembah
Karangsambung, terdapat perbukitan kompleks (Pagerbako dan Igir Kenong)
yang tersusun atas lithologi berupa fragmen-fragmen raksasa batuan metamorf
( filit) dan batu sedimen laut dalam (perselingan rijang dan gamping merah) yang
tertanam di dalam massa dasar lempung.Perbedaan morfologi di daerah ini
disebabkan oleh perbedaan karakteristik geologi yang dicerminkan oleh lithologi
yang menyusun daerah tersebut yang memiliki kekerasan dan resistensi yang
berbeda-beda terhadap erosi yang akhirnya membentuk morfologi yang khas dari
daerah ini, serta pengaruh dari struktur geologi yang berupa perlipatan dan sesar
yang berkembang di daerah Karangsambung.Daerah Karangsambung dilewati
oleh sungai besar yang disebut Sungai Luk Ulo dan sungai-sungai kecil yang
bermuara di Luk Ulo. Sungai Luk Ulo mengalir dari Utara hingga ke Selatan
daerah pemetaan (membelah perbukitan Waturanda dan Gunung Brujul) dan
merupakan sungai yang telah memasuki tahap sungai tua dicirikan oleh bentuk
Luk Ulo yang meander. Sungai Luk Ulo dan sungai-sungai kecil yang mengalir
di daerah Karangsambung juga memiliki peran penting dalam pembentukan
morfologi di daerah ini berkaitan dengan proses erosi dan sedimentasi
2.2 Geomorfologi Karangsambung
Geomorfologi merupakan studi mengenai bentuk-bentuk permukaan bumi dan
semua proses yang menghasilkan bentuk-bentuk tersebut.Morfologi daerah
Karangsambung merupakan perbukitan struktural, disebut sebagi kompleks
melange. Tinggian yang berada didaerah ini antara lain adalah Gunung
Waturanda, bukit Sipako, Gunung Paras, Gunung brujul, serta bukit Jatibungkus.
Penyajian melange di lapangan Karangsambung merupakan dalam bentuk blok
dengan skala ukuran dari puluhan hingga ratusan meter, selain itu juga terdapat
melange yang membentukl sebuah rangkaian pegunungan.[1]Daerah
Karangsambung oleh para ahli geologi sering disebut sebagai lapangan terlengkap
di dunia. Karangsambung merupakan jejak-jejak tumbukan dua lempeng bumi
yang terjadi 117 juta tahun sampai 60 juta tahun yang lalu. Ia juga merupakan

4
pertemuan lempeng Asia dengan lempeng Hindia. Ia merupakan saksi dari
peristiwa subduksi pada usia yang sangat tua yaitu pada zaman Pra-Tersier. Di
daerah ini terjadi proses subduksi pada sekitar zaman Paleogene (Eosen, sekitar
57,8 juta sampai 36,6 juta tahun yang lalu). Oleh karena itu, pada tempat ini
terekam jejak-jejak proses paleosubduksi yang ditunjukan oleh singkapan-
singkapan batuan dengan usia tua dan merupakan karakteristik dari komponen
lempeng samudera. Karangsambung merupakan tempat singkapan batuan terbesar
batuan-batuan dari zaman Pre-Tersier yang terkenal dengan sebutan Luk Ulo
Melange Complex , suatu melange yang berhubungan dengan subduksi pada
zaman Crateceous (145.5 ± 4.0 hingga 65.5 ± 0.3 juta tahunyang lalu) yang
diperkirakan berumur 117 juta tahun.Tersingkapnya batuan melange di daerah
Karangsambung ini disebabkan oleh adanya tektonik kompresional yang
menyebabkan daerah tersebut dipotong oleh sejumlah sesar-sesar naik disamping
adanya pengangkatan dan proses erosi yang intensif. Apabila diperhatikan bahwa
posisi batuan melange ini dijumpai di sekitar inti lipatan antiklin dan di sekitar
zona sesar naik dan kenyataannya pada saat sekarang posisi inti lipatan ini berada
di bagian lembah yang didalamnya mengalir aliran sungai Luk Ulo yang
menunjukan bahwa di daerah tersebut proses erosi berlangsung lebih
intensif.Melange Luk Ulo didefinisikan oleh Asikin (1974) sebagai percampuran
tektonik dari batuan yang mempunyai lingkungan berbeda, sebagai hasil dari
proses subduksi antara Lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah
Lempeng Benua Asia Tenggara, yang terjadi pada Kala Kapur Atas-Paleosen.
Melange tektonik ini litologinya terdiri atas batuan metamorf, batuan basa dan
ultra basa, batuan sedimen laut dalam (sedimen pelagic) yang seluruhnya
mengambang di dalam masa dasar lempung hitam yang tergerus (Scally clay).
Selanjutnya penulis ini membagi kompleks melange menjadi dua satuan
berdasarkan sifat dominansi fragmenya, yaitu Satuan Seboro dan Satuan
Jatisamit. Kedua satuan tersebut mempunyai karakteristik yang sama yaitu masa
dasarnya merupakan lempung hitam yang tergerus (Scally clay). Bongkah yang

5
berada di dalam masa dasar berupa boudin dan pada bidang permukaan tubuh
bongkahnya juga tergerus. Beberapa macam dan sifat fisik komponen melange
tektonik ini, antara lain batuan metamorf, batuan sedimen dan batuan
beku.Morfologi perbukitan disusun oleh endapan melange, batuan beku, batuan
sedimen dan endapan volkanik Kuarter, sedangkan morfologi pedataran disusun
oleh batuan melange dan aluvium. Seluruh batuan penyusun yang berumur lebih
tua dari Kuarter telah mengalami proses pensesaran yang cukup intensif terlebih
lagi pada batuan yang berumur Kapur hingga Paleosen.Morfologi perbukitan
dapat dibedakan menjadi dua bagian yang ditentukan berdasarkan bentuknya
(kenampakannya), yaitu perbukitan memanjang dan perbukitan prismatik.
Perbukitan memanjang umumnya disusun oleh batuan sedimen Tersier dan batuan
volkanik Kuarter, sedangkan morfologi perbukitan prismatik umumnya disusun
oleh batuan yang berasal dari melange tektonik dan batuan beku lainnya (Intrusi).
Perbedaan kedua morfologi tersebut akan nampak jelas dilihat, apabila kita
mengamatinya di puncak bukit Jatisamit.Bukit Jatisamit terletak di sebelah barat
Karangsambung (Kampus LIPI). Tubuh bukit ini merupakan bongkah batuan
sedimen terdiri atas batulempung merah, rijang, batugamping merah dan chert
yang seluruhnya tertanam dalam masa dasar lempung bersisik. Pada bagian
puncak bukit inilah kita dapat melihat panorama daerah Karangsambung secara
leluasa sehingga ada istilah khusus yang sering digunakan oleh para ahli geologi
terhadap pengamatan morfologi di daerah ini yaitu dengan sebutan
“Amphitheatere”. Istilah ini mengacu kepada tempat pertunjukan dimana
penonton berada di atas tribune pertunjukan. Istilah ini digunakan karena di
tempat inilah kita dapat mengamati seluruh morfologi secara lebih jelas.Ada
beberapa fenomena geologi yang dapat dijelaskan di tempat ini, yaitu :
 Daerah bermorfologi pedataran
terletak di sekitar wilayah aliran Sungai Luk Ulo. Sungai ini merupakan
sungai utama yang mengalir dari utara ke selatan mengerosi batuan melange
tektonik,melange sedimenter, sedimen Tersier (F. Panosogan. F. Waturanda,

6
F. Halang ). Di sekitar daerah Karangsambung, morfologi pedataran ini
terletak pada inti antiklin sehingga tidak mengherankan apabila di daerah ini
tersingkap batuan melange yang berumur tua, terdiri atas konglomerat, lava
bantal, rijang, lempung merah, chert dan batugamping fusulina. Bongkah
batuan tersebut tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay).
 Morfologi perbukitan
disusun oleh batuan melange tektonik, batuan beku, batuan sedimen Tersier
dan batuan volkanik Kuarter. Perbukitan yang disusun oleh melange tektonik
dan intrusi batuan beku umumnya membentuk morfologi perbukitan dimana
puncak perbukitannya terpotong-potong (tidak menerus/terpisah-pisah). Hal
ini disebabkan karena masing-masing tubuh bukit tersebut (kecuali intrusi)
merupakan suatu blok batuan yang satu sama lainnya saling terpisah yang
tertanam dalam masa dasar lempung bersisik (Scally clay). Morfologi
perbukitan dimana batuan penyusunnya terdiri atas batuan sedimen Tersier
dan batuan volkanik Kuarter nampak bahwa puncak perbukitannya menerus
dan relatif teratur sesuai dengan sumbu lipatannya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan bentuk perbukitan antara batuan melange
dengan batuan sedimen Tersier/volkanik.Satuan morfologi ini dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu:a.    Di bagian selatan menunjukkan struktur sinklin
pada puncak Gunung Paras.b.    Di bagian timur sebelah barat
memperlihatkan kenampakan lembah yang memanjang dan melingkar
menyerupai tapal kuda membentuk amphiteatre.c.    Di bagian utara sampai
selatan merupakan rangkaian pegunungan seperti Gunung Paras,  Dliwang,
Perahu, dan Waturondo. Setelah dilakukan interpretasi proses pembalikan
topografi, secara detail, bentuk bentang alam dari Gunung Paras ke selatan
sampai Gunung Waturondo, direkonstruksi awalnya merupakan antikline pada
lembahnya, dengan memposisikan kelurusan puncaknya, dan Bukit Bujil
sebagai pilarnya. Namun saat ini telah mejadi puncak Gunung paras dengan
struktur sinkilin dan antikilinnya,tersusun oleh batuan Sedimentasi Breksi

7
Volkanik. Selain itu juga, terdapat bukit- bukit seperti Bukit Pesanggrahan,
Bukit Bujil, dan Bukit Jati Bungkus.Satuan daerah perbukitan ini, tampak
bergelombang lemah dan terisolir pada pandang luas cekungan morfologi
amphiteatre. Batuan yang mengisi satuan ini, menunjukkan Breksi Volkanik
yang tersebar dari Gunung Paras sampai Gunung Waturondo dan sinklinnya
yang terlihat pada puncak Gunung Paras ke arah timur.
 Satuan Perbukitan-Pegunungan Kompleks Melange(Campur Aduk
Batuan)
Satuan morfologi ini memperlihatkan bukit-bukit memanjang dengan DAS
Sungai Gebong dan Sungi Cacaban yang membentuk rangkaian Gunung
Wangirsambeng, Gunung Sigedag dan Bukit Sipako. Puncak Gunung
wangirsambeng berupa bentukan panorama bukit memanjang dengan
perbedaan ketinggian antara 100-300 M di atas permukaan laut. Di daerah ini
juga, nampak bentang alam yang memperlihatkan bukit-bukit prismatic hasil
proses tektonik
 Lajur Pegunungan Serayu Selatan
Bagian utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari Lajur
Pegunungan Serayu Selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran
rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang
mencapai ketinggian hingga 520 m. Musim hujan di daerah ini berlangsung
dari Oktober hingga Maret, dan musim kemarau dari April hingga September.
Masa transisi diantara kedua musim itu adalah pada Maret-April dan
September-Oktober. Tumbuhan penutup atau hutan sudah agak berkurang,
karena di beberapa tempat telah terjadi pembukaan hutan untuk berladang
atau dijadikan hutan produksi (jati dan pinus)

8
2.3 Stratigrafi Karangsambung

Gambar 2.1 Kolom stratigrafi karangsambung

Stratigrafi yaitu suatu ilmu yang mempelajari tentang lapisan-lapisan sabtuan


serta hubungannya dengan lapisan batuan yang lainnya, yang bertujuan untuk
mendapatkan pengetahuan tentang sejarah bumi.Secara garis besar, stratigrafidaerah
Karangsambung diurutkan berdasarkan umur dari tua ke muda, yaitu:
1.      Komplek Melange Luk Ulo atau Formasi Melange berumuran Pra-tersier.
2.      Formasi Karangsambung yang terdiri atas lempung hitam.
3.      Formasi Totogan dengan batuan utamanya lempung bersisik’ Scaly Clay

9
4.      Formasi Waturanda, terdiri atas perlapisan batu pasir dan batuan breksi.
5.      Formasi Penosongan, terdiri dari perselingan lempung dan pasir karbonat.

 Kompleks melange luk ulo / formasi luk ulo


Luk Ulo merupakan formasi tertua berupa melange yang sangat
kompleks, berumur Pre-Tersier. Batuannya meliputi graywacke, lempung
hitam, lavabantal yang berasosiasi dengan rijang dan gamping merah, tirbidit
klastik, dan ofiolit yang tersisipkan diantara batuan metamorfose berfasies
sekis. Batuan-batuan tersebut merupakan hasil dari pencampuran secara
tektonik pada jalur penunjaman (zona subduksi) yang juga telah melibatkan
batuan-batuan asal kerak samudra dan kerak benua. Kompleks ini dibagi
menjadi 2 satuan berdasarkan dominasi fragmen pada masa dasrnya, yaitu
satuan Jatisamit disebelah barat dan satuan Seboro di sebelah utara.Satuan
Jatisamit merupakan batuan yang berumur paling tua. Satuan ini terdiri
bongkah asing di dalam masa dasar lempung hitam. Bongkah yang ada adalah
batuan beku basa, batupasir graywacke, serpentinit, rijang, batugamping
merah dan sekis mika. Batuan tersebut membentuk morfologi yang tinggi
seperti Gunung Sipako dan Gunung Bako
 Formasi karangsambung
Karakteristik litologi dari formasi Karangsambung yaitu terdiri dari
batulempung abu-abu yang mengandung concression besi, batugamping
numulites, konglomerat, dan batu pasir kuarsa polemik yang berlaminasi.
Batupasir graywacke sampai tanah liat hitam menunjukkan struktur yang
bersisik dengan irisan ke segala arah dan hampir merata di permukaan.
Struktur tersebut diperkirakan sebagai hasil mekanisme pengendapan yang
terjadi dibawah permukaan air dengan volume besar, estimasi ini didukung
oleh gejala merosot yang dilihat pada inset batupasir. Umur Formasi
Karangsambung ini adalah dari Eosen Tengah (45 juta tahun) sampai Eosen
Akhir (36 juta tahun) dilihat dari adanya foraminifera plankton.

10
 Formasi totogan
Formasi Totogan mempunyai karakteristik yang sama dengan Formasi
Karangsambung. Ditandai dengan litologi berupa batulempung dengan warna
coklat, dan kadang-kadang ungu dengan struktur scaly (menyerpih). Juga
terdapat fragmen berupa batukarang yang terperangkap pada batulumpur,
batupasir, batukapur fossil dan batuan beku. Umur dari formasi Totogan
adalah Oligosen (36-25 juta tahun), yang didasarkan pada keberadaan
Globoquadrina praedehiscens danGlobigeriona binaensis
 Formasi waturanda
Usia formasi Waturanda ini hanya dapat ditentukan secara langsung
berdasarkan posisi statigrafi kebawah diperkirakan sebagai usia Meocene
(25,2-5,2 juta tahun) yang terdiri dari breksi vulkanik dan batupasir wacke
dengan sisipan batu lempung dibagian atas. Masa dasar batupasir berwarna
abu-abu dengan butir sedang hingga kasar, terdiri atas kepingan batuan beku
dan obsidian.
 Formasi penosogan
Formasi Penosogan diendapkan diatas Formasi Waturanda dengan
litologi berupa perubahan secara berangsur dari satuan breksi kearah atas
menjadi perselingan batupasir tufan dan batulempung merupakan ciri batas
dari Formasi Penosogan yang terletak selaras di atasnya.Secara umum formasi
terdiri dari perlapisan tipis sampai sedang batupasir, batulempung, sebagian
gampingan, kalkanerit, napal-tufan dan tuf. Bagian bawah umumnya dicirikan
oleh pelapisan batupasir dan batulempung, kearah atas kadar karbonatnya
semakin tinggi.  Bagian atas terdiri atas perlapisan batupasir gampingan, napal
dan kalkanerit. Bagian atas didomonasi oleh batulempung tufan dan tuf.

11
2.4 Klasifikasi Batuan Beku

Gambar 2.2 Klasifikasi Russel B travis 1955

12
Gambar 2.3 Klasifikasi batuan beku fragmental menurut Pettijohn 1975 dan Fisher

2.6 Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik

Gambar 2.4 Klasifikasi menurut Pettijohn

2.7 Klasifikasi Batuan Sedimen Karbonat

13
Gambar 2.5 Klasifikasi Folk 1959

Gambar 2.6 Klasifikasi Dunham 1962

Gambar 2.7 Klasifikasi Embry & Klovan 1971

14
3.1 Sayatan Peraga GTA M2
Preparat sayatan GTA M2 ini diamati menggunakan mikroskop
polarisasi dengan Pengamatan Nikol Sejajar, Nikol Silang, dan Baji Kuarsa.
Pengamatan dilakukan dengan perbesaran 4x untuk pengamatan secara umum,
sedangkan hasil dari pengamatan menghasilkan Tekstur dan Komposisi
mineral penyusun batuan ini. Karena adanya penjajaran mineral dan memiliki
struktur parallel yang ditimbulkan oleh mineral-mineral pipih dan dapat
diperlihatkan oleh mineral prismatik yang menunjukkan orientasi tertentu,
sehingga pada sayatan ini memiliki struktur yaitu Foliasi, dengan spesifikasi
yaitu adanya perulangan mineral equigranular / equidimensional sehingga
termasuk kedalam struktur foliasi schistosic. Dengan Tekstur Umum berupa
ketahanan yang sudah tidak menunjukkan kenampakan batuan sebelumnya
atau biasa disebut Kristaloblastik, Ukuran butir yang masih dapat diamati
dengan mata biasa disebut Fanerit, Hubungan antar butir yang memiliki
bidang batas yang kurang jelas dan kurang teratur (subhedral), dalam batuan
metamorf ini disebut hypidioblastik, dan bentuk butir yang terdiri dari mineral
– mineral berbentuk tabular atau bisa disebut lepidoblastik.
Dari Segi komposisi terdiri dari beberapa mineral. Mineral pertama
merupakan mineral ubahan dari mineral primer karena adanya proses

15
metamorfisme yang mengubah mineral tertentu yang biasanya tidak resisten
karena pengaruh suhu dan tekanan tertentu, yang pertama yaitu mineral
dengan warna colorless dengan gelapan bergelombang yang sudah memiliki
bentuk yang tidak teratur yaitu mineral kuarsa sekunder dengan kelimpahan
rata-rata 12% dalam sayatan, lalu terdapat mineral yang berwarna hijau
dengan bentuk prismatic yang subhedral, yaitu mineral Klorit degan
kelimpahan rata-rata sebesar 2% yang mendominasi komposisi sayatan
batuan ini, kemudian terdapat juga mineral dengan kenampakan berwarna
abu-abu yang berbentuk prismatic yang merupakan mineral mika dengan
kelimpahan rata-rata sebesar 86% dalam sayatan batuan ini. Karena mineral
klorit terbentuk dari mineral primer berupa biotit / hornblende tetapi tidak ada
dalam komposisi sayatan ini, maka memperkuat bukti bahwa sayatan ini
memiliki ketahanan yang kristaloblastik karena sudah tidak memiliki
struktur / tekstur batuan asalnya.

Tabel 3.2 Persentase Kelimpahan Komposisi Sayatan Batuan GTA M2


Nama Mineral MP 1 MP 2 MP 3 Rata-Rata
Klorit 5% - - 2%
Kuarsa 15% 10% 10% 12%
Sekunder
Mika 80% 90% 90% 86%

Berdasarkan dengan struktur yang dimiliki yaitu adanya penjajaran


mineral atau foliasi yang berupa schistosic yang kemudian apabila dilihat
komposisi mineral dari sayatan ini yang didominasi oleh mika, maka dapat
diinterpretasikan bahwa sayatan batuan ini memiliki nama batuan berupa
Schist Mika (IUGS SCMR Textural Name).
Petrogenesa batuan peraga GTA M2 berdasarkan strukturnya yang
foliasi menunjukan bahwa proses pembentukan batuan ini didominasi

16
pengaruh tekanan yang tinggi dan pengaruh suhu, hal inilah yang
mengakibatkan pada batuan ini terbentuk penjajaran mineral. Ketahanan
terhadap proses metamorfisme yang kristaloblastik menunjukan bahwa tekstur
batuan asal atau protolith sudah tidak terlihat, ukurannya yang fanerik
menunjukan bahwa protolith batuan ini tersusun batuan dengan komposisi
mineral yang fanerik. Mineral penyusun batuan ini tersusun oleh Kuarsa
sekunder, mika, dan klorit, berdasarkan komposisi mineral yang terkandung
pada batuan menunnjukan bahwa batuan ini terbentuk pada fasies regional
dengan tipe fasies greenchist dengan mineral penyusun yang dominan yaitu
mineral mika dan ditemukannya mineral klorit. Fasies greenschist
menunjukan bahwa pada batuan ini pengaruh temperatur sedang (dari 300 -
500°C) dan pengaruh tekanan yang tinggi (lebih dari 4 kilobars), sehingga
batuan ini terbentuk pada setting tectonic yaitu orogenic metamorphism.
Dilihat dari komposisi mineral utama penyusun batuan ini yaitu mineral
kuarsa, mika, dan klorit maka dapat diintepretasikan bahwa batuan metamorf
ini berasal dari protolith berupa slate, dimana mineral klorit bisa berasal dari
mineral Hornblende / biotit. Proses pembentukan batuan ini, dikarenakan agen
pengontrol utamanya adalah tekanan dan suhu maka dapat diintepretasikan
durasi pembentukannya membutuhkan waktu yang cukup lama. Pada batuan
ini diintepretasikan telah mengalami tahapan diagenesis dengan maksimal,
yaitu bertahap mulai dari proses deformasi atau perubahan, re-orientasi
mineral-mineral yang terubahkan dari mineral granular menjadi mineral pipih
terorientasi lebih teratur, kemudian mengalami segregasi atau pemilahan dan
yang terakhir mengalami re-kristalisasi lebih lanjut akibat pengaruh tekanan
yang tinggi dan suhu. Dilihat dari proses pembentukan dimana mengalami
diagesisis secara maksimal, protolith slate, setting tektonic pada orogenic
metamorphism, facies metamorfisme regional dengan tipe fasies greenschist
dan agen pengontrol batuan ini berupa tekanan yang tinggi dan suhu maka

17
dapat ditarik kesimpulan bahwa batuan ini tergolong batuan metamorf dengan
tingkatan derajat metamorfisme high grade metamophism.

Gambar 3.. Fasies Metamorfisme peraga GTA M2

18
Gambar 3.. Tipe Metamorfisme peraga GTA M2

Gambar 3.. Setting tectonic peraga GTA M2

19
Gambar 3.. Proses yang terjadi pada saat metamorfisme

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
 Dari Hasil deskripsi pada sayatan GTA M2, yaitu sayatan batuan dengan
Struktur Foliasi Schistosic, Tekstur Umum derajat metamorfisme
Kristaloblastik, Ukuran butir Fanerit, Hubungan Antar butir Hypidioblastik
dan bentuk butir Lepidoblastik, komposisi berupa Mika, Kuarsa Sekunder ,
dan Klorit maka batuan bernama Schict Mika (berdasarkan struktur dan
komposisi).

20
21

Anda mungkin juga menyukai