Dokumen - Tips - Laporan Praktikum Mekanisasi Pertanian Full
Dokumen - Tips - Laporan Praktikum Mekanisasi Pertanian Full
MEKANISASI PERTANIAN
Oleh :
Abdul Mufti Putra
13011037
Oleh :
Abdul Mufti Putra
13011037
Penulis
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
I. PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Maksud dan Tujuan...............................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Identifikasi Alat dan Mesin Pertanian.................................................4
B. Kapasitas Kerja Lapang.......................................................................12
C. Membajak...........................................................................13
III. METODE PRAKTIKUM..........................................................................15
A. Tempat dan Waktu Praktikum............................................................15
B. Alat dan Bahan Praktikum..................................................................15
C. Cara Kerja..........................................................................15
a. Mengidentifikasi Alat dan Mesin.....................................................15
b. Membajak dengan Hand Traktor.....................................................16
c. Menghitung Kapasitas Kerja Lapang dan Efisiensi Kerja...........16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................18
A. Hasil 18
B. Pembahasan...........................................................................................29
V. KESIMPULAN...........................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
A. Latar Belakang
Perkembangan zaman dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan
teknologi memiliki dampak yang luar biasa terhadap kehidupan manusia.
Manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi untuk berfikir akan selalu
mengembangkan sesuatu hal agar menjadikan kehidupannya menjadi lebih
baik. Oleh karena itu, proses perubahan akan terus berjalan.
Pertanian merupakan sektor yang sangat penting untuk menunjang
kehidupan manusia sejak masa prasejarah hingga saat ini. Begitu juga dengan
Indonesia, pertanian tidak bisa dilepaskan karena Indonesia sampai saat ini
masih merupakan negara agraris. Meskipun saat ini Indonesia sedang
bergerak menuju negara perindustrian, sektor pertanian masih memegang
perekonomian Indonesia. Akan tetapi keadaan pertanian Indonesia saat ini
bisa dikatakan kurang baik (Departemen Pertanian Sumsel, 1993).
Pada awalnya, penerapan pertanian konvensional mampu meningkatkan
produktivitas pertanian Indonesia dan pangan secara nyata tetapi semakin
lama efisiensi produksi semakin menurun karena pengaruh umpan balik
berbagai dampak yang merugikan. Sifat produk pertanian yang mudah rusak
dan kondisi lingkungan Indonesia dengan temperatur dan kelembaban yang
tidak teratur akibat pemanasan global akan mempercepat proses kerusakan
komoditas pertanian. Perlakuan yang buruk terhadap komoditas ketika
didistribusikan juga memperburuk kualitas komoditas pertanian. Akibat hasil
pertanian Indonesia yang buruk, produk impor lebih banyak beredar di
masyarakat dibandingkan produk lokal. Hal ini menunjukkan masyarakat
lebih mempercayai kualitas produk pertanian impor daripada produk
pertanian dalam negeri. Hal ini mengakibatkan kerugian besar bagi petani,
karena hasil pertaniannya tidak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga
berakibat pada siklus pertanian selanjutnya. Karena jika tidak ada yang
mengonsumsi hasil pertanian petani maka tidak ada umpan balik untuk siklus
pertanian berikutnya karena kurangnya modal. Jadi, peningkatan teknologi
pertanian sangat dibutuhkan untuk meningkatkan nilai mutu produk pertanian
lokal ( Reksohadiprojo, 1986 ).
Mekanisasi pertanian diartikan sebagai pengenalan dan penggunaan
dari setiap bantuan yang bersifat mekanis untuk melangsungkan operasi
pertanian. Bantuan yang bersifat mekanis tersebut termasuk semua jenis alat
atau perlengkapan yang digerakkan oleh tenaga manusia, hewan, motor bakar,
motor listrik, angin, air, dan sumber energi lainnya. Secara umum mekanisasi
pertanian dapat juga diartikan sebagi penerapan ilmu teknik untuk
mengembangkan, mengorganisasi, dan mengendalikan operasi di dalam
produksi pertanian. (Daywin,dkk, 1976).
Ruang lingkup mekanisasi pertanian juga berkembang sejalan dengan
perkembangan teknologi dan modernisasi pertanian. Ada pula yang
mengartikan bahwa pada saat ini teknologi mekanisasi yang digunakan dalam
proses produksi sampai pasca panen (penanganan dan pengolahan hasil)
bukan lagi hanya teknologi yang didasarkan pada energi mekanis. Jenis
teknologi tersebut digunakan baik untuk proses produksi, pemanenan, dan
penanganan atau pengolahan hasil pertanian. ( Yunus, 2004 ).
Mekanisasi pertanian bertujuan untuk meningkatkan produktifitas
tenaga kerja, meningkatkan produktifitas lahan, dan menurunkan ongkos
produksi. Penggunaan alat dan mesin pada proses produksi dimaksudkan
untuk meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kualitas hasil, dan
mengurangi beban kerja petani. Pengembangan teknologi pertanian diarahkan
untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat kita
umumnya dan petani khususnya. (Hardjosentono,dkk, 2000).
Sesuai dengan definisi dari mekanisasi pertanian (agriculture
mechanization), maka penggunaan alat mekanisasi pertanian adalah untuk
meningkatkan daya kerja manusia dalam proses produksi pertanian dan dalam
setiap tahapan dari proses produksi tersebut selalu memerlukan alat mesin
pertanian (Sukirno, 1999).
Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu
yang membuat perubahan tersebut bisa dimengerti, logis, dan dapat diterima.
Diharapkan perubahan suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang
menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara
umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah :
a) mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia
b) mengurangi kerusakan produksi pertanian
c) menurunkan ongkos produksi
d) menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi
e) meningkatkan taraf hidup petani
f) memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsisten (tipe pertanian
kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial
farming).
Tujuan tersebut di atas dapat dicapai apabila penggunaan dan pemilihan
alat mesin pertanian tepat dan benar, tetapi apabila pemilihan dan
penggunaannya tidak tepat hal sebaliknya yang akan terjadi (Rizaldi, 2006).
C. Garu (Harrow)
Alat dan mesin pertanian yang digunakan untuk melakukan
pengolahan tanah kedua adalah alat pengolahan tanah jenis garu
(harrow). Penggunaan garu sebagai pengolah tanah kedua, selain
bertujuan untuk lebih meghancurkan dan meratakan permukaan tanah
hingga lebih baik untuk pertumbuhan benih maupun tanaman, juga
bertujuan untuk mengawetkan lengas tanah dan meningkatkan
kandungan unsur hara pada tanah dengan jalan lebih menghancurkan
sisa-sisa tanaman dan mencampurnya dengan tanah. Macam-macam
garu yang digunakan untuk pengolahan tanah kedua adalah garu
piringan (disk harrow); garu bergigi paku (spikes tooth harrow); garu
bergigi per (springs tooth harrow); dan garu-garu untuk pekerjaan
khusus (special harrow) (Pratomo, dkk. 1983).
c. Waktu Hilang
Waktu hilang merupakan variabel yang paling sulit dinilai dalam
hubungannya dengan kapasitas lapang.Waktu lapang bisa hilang akibat
penyetelan / pembetulan atau pelumasan alat, kerusakan, penggumpalan,
belok di ujung, dsb. Dalam kaitannya dengan kapasitas lapang efektif dan
efisiensi lapang, waktu hilang tidak mencakup waktu pemasangan atau
perawatan harian alat, ataupun waktu hilang akibat kerusakan yang berat.
Waktu hilang hanya mencakup waktu untuk perbaikan kecil di lapang dan
waktu untuk pelumasan yang dibutuhkan di luar perawatan harian, di
samping hal-hal lain seperti diuraikan di depan. Waktu lapang total
dianggap sama dengan jumlah waktu kerja efektif ditambah waktu hilang.
Waktu yang dipakai untuk perjalanan dari dan ke lapang biasanya
tercakup dalam menggambarkan biaya overall dari suatu pengerjaan,
namun tak diperhitungkan ketika menentukan kapasitas lapang efektif atau
efisiensi lapang.
d. Efisiensi lapang
Efisiensi lapang ialah perbandingan antara kapasitas lapang efektif
dengan kapasitas lapang teoritis, dinyatakan dalam persen. Efisiensi
lapang melibatkan pengaruh waktu hilang di lapang dan ketakmampuan
untuk memanfaatkan lebar teoritis mesin.
C. Membajak
Membajak tanah adalah sebuah proses kegiatan dalam pengolahan tanah
yang dilakukan di masa tanam. Kegiatan ini merupakan proses yang tidak bisa
ditinggalkan dalam rangka menyuburkan kembali tanah yang sebelumnya
sudah dipakai. Sebagaimana kita ketahui, unsur hara dalam tanah itu sangat
terbatas, sehingga perlu upaya penggemburan setelah masa panen. Kegiatan
membajak ini paling sering dilakukan di lahan basah (sawah) dibandingkan
dengan lahan kering (ladang, pekarangan).
Membajak tanah berarti melakukan pembalikan tanah dengan alat seperti
cangkul, garu, waluku dan traktor. Pembalikan tanah biasanya sampai
kedalaman 30-50 cm, tergantung jenis tanah yang dimiliki oleh petani. Setelah
dilakukan pembalikan maka tanah harus diratakan sampai halus agar bisa jadi
media tanam yang baik. Proses membajak tanah akan kelihatan berhasil jika
pertumbuhan tanaman kelihatan baik. Media tanam harus dipastikan
mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman.
Fase membajak tanah merupakan tahap yang paling banyak
menghabiskan tenaga para petani, beaya yang dikeluarkan pun tidak sedikit.
hampir 40% beaya produksi dihabiskan pada fase pengolahan tanah ini. Pada
tanaman padi, para petani sering kali harus segera menjual hasil panennya atau
bahkan terjerat utang dikarenakan petani membutuhkan uang tunai untuk
membayar pekerja dalam pengolahan tanah.
Melakukan kegiatan membajak sawah sebenarnya memiliki makna yang
cukup dalam, dimana petani harus mengerti bahwa untuk menghasilkan
produksi yang baik, diperlukan media tanam yang bagus. Benih yang unggul
akan menjadi percuma jika lingkungannya tidak mendukung. Pola pertanian
sawah di Indonesia, khususnya jawa, dimana pada sawah yang beririgasi
hampir tiap tahun panen 3 kali cukup menguras bahan-bahan organik yang
terkandung dalam tanah. hal ini berdampak pada semakin menurunnya
kesuburan tanah dengan ditandai tekstur tanah yang semakin keras dan tandus.
Bahkan di musim kemarau akan terlihat sekali tanah tersebut mengalami
retak-retak yang cukup besar. Kondisi ini diperparah dengan pemakaian pupuk
dan pestisida kimia yang berlebihan.
III. METODE PRAKTIKUM
b. Bahan
- Kertas
- Lahan Percobaan
C. Cara Kerja:
a. Mengidentifikasi Alat dan Mesin
1. Dosen memberikan penjelasan nama-nama alat dan bagian-bagiannya
kepada mahasiswa.
2. Mencatat informasi yang ada pada alat dan mesin pertanian yang ada
di gudang UPT Kebun UMBY (traktor roda 4, traktor roda 2, bajak
singkal, bajak piringan, garu piringan, dan knapsack sprayer) pada
kertas yang telah disediakan.
3. Menggambar alat-alat tersebut beserta bagian-bagiannya pada kertas
yang telah disediakan.
1. Hasil
Dari praktikum mekanisasi pertanian yang telah dilaksanakan,
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Pengamatan Spesifikasi Traktor Besar
Nama : Traktor Besar
Merk : Juff Bilt
Model/Tipe :-
Negara Pembuat/Tahun : Amerika/-
Motor Penggerak
Nama : Mesin Diesel
Merk :-
Model/Tipe : D8/8
HP/RPM :-
Jumlah Silinder :1
Volume Silinder (cc) :-
Perbandingan Kompresi :-:-
Urutan Penyalaan :-
Sistem Pendinginan : Radiator
Sistem Pelumasan : Oli
Sistem Transmisi : Roda Gigi
- Kopling :-
- PTO :-
- Persneling :-
Ukuran Traktor
Panjang/Lebar/Tinggi (cm) : 300 cm/116 cm/140 cm
Berat (kg) :-
Jarak Poros Roda (mm) : 1160 mm
Jarak Antar Roda (mm) :
- Depan : 1200 mm
- Belakang : 750 mm
Renggang dengan Tanah (mm) : 230-300 mm
Ukuran Roda (mm) :
- Depan : 450 mm
- Belakang : 950 mm
Kapasitas Tangki (l) : 5 Liter
Bahan Bakar : Solar
Pelumas :
- Mesin : Oli
- Transmisi : Oli
- Saringan Udara : Oli
Keterangan :
1. Roda Besar (Utama)
2. Roda Depan
3. Stir Traktor
4. Bajak
5. Tangki Bahan Bakar
6. Dudukan Rem
7. Gigi
8. Sambungan Depan
9. Mesin Traktor
10. Kursi Operator
11. Filter
Motor Penggerak
Nama : Diesel
Merk : Kubota
Model/Tipe : RD 85 DI/Direct Injection
HP/RPM : 8,5-10,5/1000
Volume Silinder (cc) :-
Perbandingan Kompresi :-:-
Sistem Pendinginan :-
Sistem Pelumasan : Oli
Sistem Transmisi : Gear Chain
- Kopling : Ada
- Persneling : Ada
Ukuran Traktor
Panjang/Lebar/Tinggi (cm) : 275 cm/113 cm/95 cm
Berat (kg) :-
Jarak Antar Roda (mm) :
Renggang dengan Tanah (mm) : 230-300 mm
Ukuran Roda (mm) :
Kapasitas Tangki (l) : 5 Liter
Bahan Bakar : Solar
Pelumas :
- Mesin : Oli
- Transmisi : Oli
- Saringan Udara : Kering
Keterangan :
1. Pegangan (Handling)
2. Roda
3. Knalpot
4. Motor Penggerak Roda (Puly)
5. Standard
6. Tangki Bahan Bakar
7. Tutup Tangki
8. Tutup Pendingin
9. Pen Belt
10. Tuas Standar
11. Pengait Bajak
12. Tuas Persneling
13. Pengatur Gas
14. Kopling
15. Puly Mesin
16. Spenroll
Ukuran
Panjang/Lebar/Tinggi (cm) : 66 cm/40 cm/65 cm
Renggang Bawah (mm) :-
Renggang Samping (mm) :-
Berat (kg) :-
Perlengkapan Bajak
Singkal Bajak (Coulter) : Ada
Jointer : Tidak
Roda Alur (Furrow Wheel) : Tidak
Roda Dukung (Land Wheel) : Tidak
Gambar 3. Bajak Singkal dan Bagian-bagiannya
Keterangan :
1. Pembongkar tanah (Bajak)
2. Pembalik tanah (Singkal)
3. Pengunci
4. Pengatur kedalaman
5. Pengait dengan traktor
6. Landside
7. Kerangka
Ukuran
Panjang/Lebar/Tinggi (cm) : 110 cm/40 cm/57 cm
Renggang Bawah (mm) :-
Renggang Samping (mm) :-
Berat (kg) :-
Perlengkapan Bajak
Singkal Bajak (Coulter) : Tidak
Jointer : Tidak
Roda Alur (Furrow Wheel) : Ada
Roda Dukung (Land Wheel) : Tidak
Keterangan :
1. Roda Alur
2. Roda Piringan
3. Pengait dengan traktor
4. Kerangka
Ukuran
Panjang/Lebar/Tinggi (cm) : 120 cm/55 cm/55 cm
Berat :-
Perlengkapan Garu
Roda Alur (Furrow Wheel) : Ada
Roda Dukung (Land Wheel) : Ada
Keterangan :
1. Garu piringan
2. Setelan utama
3. Setelan garu piringan
4. Lubang sambung
5. Lubang gandeng
6. Piringan berlubang
7. Kerangka
Ukuran
Panjang/Lebar/Tinggi (cm) : - /64 cm/62 cm
Berat : 10 kg
L1= x 100 %
–
= x 100 %
= 42,3 %
L2= x 100 %
= x 100 %
= 38 %
L3 = x 100 %
= x 100 %
= 2,4 %
d. Waktu hilang karena macet
- Waktu total (T) = 10 menit 18 detik = 618 detik
- Waktu macet (T2) = 51 detik
- Persen waktu hilang karena macet (L4)
L4 = x 100 %
= x 100 %
= 8,25 %
e. Efisiensi kerja
- L1 = 42,3 % = 0,423
- L2 = 38 % = 0,38
- L3 = 2,4 % = 0,024
- L4 = 8,25 % = 0,0825
Efisiensi kerja = (1 – L1) (1 – L2) (1 – L3 – L4) x 100%
= (1 – 0,423) (1 – 0,38) (1 – 0,024 – 0,0825) x 100%
= (0,577) (0,62) (0,8935) x 100%
= 31,96 %
B. Pembahasan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan informasi bahwa
setiap alat dan mesin pertanian mempunyai bagian dan kegunaannya masing-
masing di dalam kaitannya untuk dapat menjalankan usaha pemeliharaan,
perbaikan dan penggunaannya di lapangan.
Dalam praktikum mengidentifikasi alat dan mesin pertanian, mahasiswa
mengidentifikasi traktor roda empat, hand traktor, bajak singkal, bajak
piringan, garu piringan, dan knapsack hand sprayer. Agar penggunaan alat
dan mesin tersebut nantinya dapat digunakan secara efektif dan efisien, maka
diperlukan pengetahuan mengenai watak laku teknis dari alat dan mesin,
mulai dari bagian beserta fungsi hingga operasionalnya.
Dalam kaitannya dibidang pertanian, traktor merupakan sumber daya
dalam bidang pertanian. Traktor yang diidentifikasi pada praktikum ini yaitu
traktor roda empat dan hand traktor. Pada dasarnya masing-masing traktor
mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Namun pada dasarnya
traktor mempunyai komponen sama yang tidak dimiliki oleh kendaraan jenis
lain. Antara lain pengunci differensial (differential lock), final drive, tempat
pengambilan daya (Power Take Off), sistem pengangkatan hidrolis, batang
penarik (draw bar), double throtle, dan double pedal. Untuk traktor roda
empat, cocok digunakan di lahan yang sangat luas, sedangkan hand traktor
digunakan dilahan yang tidak terlalu luas.
Alat pengolah tanah, baik primer maupun sekunder yang diidentifikasi
yaitu, bajak singkal, bajak piringan dan garu piringan. Bajak singkal
menggunakan tipe penggandengan maunted dan jenis daya penarikan berupa
hand traktor. Bajak singkal ditujukan untuk pemecahan banyak tipe tanah dan
cocok sekali untuk pembalikan tanah serta penutupan sisa-sisa tanaman.
Untuk bagian-bagian bajak singkal, biasanya bajak ini dilengkapi jointer yang
berfungsi untuk menutup serasah lebih sempurna dalam pembajakan.
Pada bajak piringan, piringan pada bajak merupakan komponen
pemotong, pengangkat dan pembalik tanah pada bajak piringan. Beberapa
keunggulan bajak piringan terhadap singkal antara lain dapat bekerja ditanah
lengket dan liat, di tanah kering dan keras di mana singkal tidak bisa masuk
kedalam tanah, di tanah kasar dan di dalamnya banyak batu-batu dan akar,
menghasilkan pembajakan yang lebih dalam dari bajak singkal.
Garu piringan mempunyai ukuran dan kecekungan piringan yang
relative lebih kecil dibandingkan dengan bajak piringan, hal ini disebabkan
pada pengolahan tanah kedua dilakukan lebih dangkal dan tidak diperlukan
pembalikan tanah yang efektif seperti pengolahan tanah pertama. Pada garu
piringan ini menggunakan 5 piringan dalam setiap rangkaian dengan
menggunakan satu poros. Jenis piringan adalah piringan standard yaitu tepinya
rata. Sudut piringan pada garu yaitu 90° hingga 130°, sudut ini mempengaruhi
lebar potongan tanah dan kecenderungan menggelinding.
Untuk alat pemeliharaan tanaman yang diidentifikasi yaitu knapsack
hand sprayer. Prinsip kerja alat ini adalah memecah cairan menjadi butiran
partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus
ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan
daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya
dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan partikel dengan
menggunakan tekanan (hydolic atomization), yakni cairan di dalam tangki
dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir
melalui selang karet menuju ke alat pengabut (nozel). Cairan dengan tekanan
tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga
cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus.
Pada praktikum pengukuran kapasitas kerja lapang, digunakan traktor
tangan merk Quick tipe G-3000. Praktikum ini memiliki tujuan untuk
(performance) alat mesin pengolah tanah secara mekanis ditinjau dari aspek
teknik kerekayasaan, teknik operasional dan aspek ekonominya. Pada
praktikum ini traktor tidak dikendalikan oleh praktikan, melainkan oleh
operator yang sudah ahli. Mahasiswa hanya bertugas mengumpulkan data
pengukuran lebar kerja, waktu total, waktu macet, waktu belok, jarak lurus per
5 putaran roda, dan luas lahan. Pengolahan tanah dengan traktor mini pada
praktikum ini menggunakan pola tepi. Pola operasi lapang ini cocok untuk
mengerjakan tanah yang bentuk lahannya empat persegi panjang pada
praktikum. Pola ini umumnya digunakan untuk pengerjaan tanah
menggunakan bajak singkal karena mempunyai satu arah pembalikan tanah,
umumnya kearah kanan. Pembajakan dimulai dari arah tepi sebelah kanan,
bajak diangkat pada ujung lintasan dan kembali diturunkan, selama bajak
diangkat itu merupakan pengumpulan data waktu tidak efektif. Arah gerakan
traktor berlawanan arah jarum jam. Pada saat pembajakan, adakalanya roda
mengalami slip. Setelah semua data terkumpul dilakukan perhitungan.
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan informasi bahwa persen
waktu yang hilang karena lebar kerja (overlapping) sebesar 42,3%, karena slip
sebesar 38%, untuk membelok sebesar 2,4%, karena macet/kerusakan sebesar
8,25% sehingga efisiensi kerja yang diperoleh sebesar 31,96%.
Semakin besar nilai efisiensi kerja maka penggunaan traktor semakin
baik pula, begitupun sebaliknya. Kecilnya efisiensi kerja pada praktikum kali
ini sebagian besar disebabkan oleh overlapping, yaitu adanya tumpang tindih
pembajakan atau dengan kata lain hasil bajakan sebagian terbajak lagi serta
disebabkan oleh banyaknya waktu slip.
Dengan bertambah komplek dan bertambah mahalnya mesin, makin
pentinglah untuk mendapatkan keluaran maksimum dari mesin tersebut.
Meminimumkan waktu hilang di lapang merupakan salah satu cara guna
memperbaiki kapasitas lapang. Pengkajian waktu sering menunjukkan daerah
perbaikan potensial dalam pengelolaan mesin. Jumlah waktu belok yang
berlebihan dapat menunjukkan kebutuhan untuk memperbaiki kondisi atau
lebar head-land aatu mengganti pola belok. Waktu berhenti yang berlebihan
dapat berarti dibutuhkannya sistem perawatan preventif yang lebih baik
Pada praktikum latihan membajak, traktor yang di gunakan untuk
membajak yaitu hand traktor atau traktor tangan merk Quick tipe G-3000.
Awal mula yaitu menghidupkan motor pengerak. traktor yang menggunakan
motor diesel dihidupkan dengan engkol. Mula – mula engkol dipasang pada
poros engkol (crank Shaft). Setelah gas dibesarkan sedikit. Engkol diputar
beberapa kali sampai putarannya cukup untuk menghidupakan motor.
Sewaktu pemutaran, jangan lupa menarik alat penghilang kompresi
(dekompresi level). Traktor roda dua baru dapat maju setelah motor
dihidupkan. Setelah itu periksalah apakah gigi / porsneling sudahj netral dan
kopling, jika tidak mungkin saja dapat menimbulkan kecelakaan. Disamping
itu pada traktor terdapat alat yang dapat mengatur kecepatan rendah atau
tinggi. Alat ini digunakan untuk menambah atau mengurangi kecepatan
lajunya traktor dan juga untuk putaran garu/ cangkul putar.
Traktor dapat dihentikan cukup dengan menarik tongkat kopling
kebelakang, yaitu ke posisi “OFF”. Kalau dalam posisi “OFF” traktor belum
berhenti , berarti penyetelan kopling tidak baik atau piringannya sudah aus.
Setelah traktor berhenti, segera netralkan gigi kembali dan turunkan gas.
Membelokkan traktor sewaktu bekerja dilakukan dengan menggunakan
steering clutch/ kopling pembelok kiri dan kanan. Sewaktu membelok jangan
lupa menurunkan gas dan mengangkat sedikit bagian belakang traktor agar
pembelokannya lebih mudah dilaksanakan. Hal ini perlu dilakukan terutama
kalau bekerja ditanah yang lembek dan basah. Jika tidak ada kemungkinan
traktor terbenam. Tekanlah kopling pembelok kiri bila hendak membelok
kekiri dan tekanlah kopling kekanan kalau hendak membelok kekanan.
Traktor harus dapat jalan lurus ke muka selama operasi. Kalau traktor
jaln berbelok – belok. Maka akan menyulitkan pekerjaan selanjutnya dan
memungkinkan traktor terbenam terutama jika tanahnya basah atau lembek.
Ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk membuat traktor dapat berjalan
lurus kedepan yaitu :
1. Operator harus memandang lurus kedepan.
2. Peganglah pegangan traktor dengan tangan lentur dan tidak kaku.
3. Jika traktor membelok ke kiri atau kekanan, tekanlah segera kopling
pembelok kanan atau kiri.
V. KESIMPULAN