Anda di halaman 1dari 7

JIM FKepVolume IV No.

2 Tahun 2020

JENJANG KARIR PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


MEURAXA KOTA BANDA ACEH

NURSING CAREER ADVANCEMENT LEVEL AT MEURAXA REGIONAL


HOSPITAL OF BANDA ACEH

Ade Sausan ; Muhammad Yusuf


1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Univesitas Syiah Kuala
Banda Aceh
2
Bagian Keilmuan Manajemen Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
ade.s@mhs.unsyiah.ac.id, yusuf_fkep@yahoo.com

ABSTRAK
Karir merupakan salah satu deretan posisi yang sedang ditempati oleh seseorang dalam perjalanan
usianya. Jenjang karir merupakan sistem untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme sesuai
dengan bidang pekerjaan melalui peningkatan kompetensi. Jenjang karir bisa berdampak baik kepada
perawat, pasien dan juga rumah sakit.. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
jenjang karir perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh. Jenis Penelitian
dengan pendekatan deskriptif eksploratif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non
probability sampling dengan total sampling dengan jumlah sampel 36 responden. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner baku dari menkes yang sudah dimodifikasi oleh peneliti dengan motede
analisis univariat. Penelitian ini menunjukkan bahwa 63,9% perawat dengan perawat klinis I masih
belum melakukan kompetensi sesuai dengan level karir yaitu perawat klinik I. Direkomendasikan
kepada perawat untuk lebih meningkatkan kompentensi sesuai dengan level jenjang karir sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah
Meuraxa Kota BandaAceh.

Kata Kunci : perawat, perawat klinis, jenjang karir

ABSTRACT
A career is a series of the position occupied by a certain person during his life. Career advancement
level is a system to improve competence and professionalism based on the field of work through the
competency improvement. This advancement gives a good impact on the nurse, patient, and hospital.
This research aims to find out the overview of the nursing career path at Meuraxa Regional Hospital of
Banda Aceh. The type of this research is using the exploratory descriptive approach. The sampling
technique used is non-probability sampling with a total sampling of 36 respondents. The data collection
is using a standard questionnaire from the Ministry of Health which has been modified by the
researcher by using the univariate analysis method. This research shows that 63.9% of the nurse with
Level I Registered Nurse has not met the competency according to career level, which is Level I
Registered Nurse. The nurses are recommended to improve the competency, based on the career
advancement level. Thus, it can improve the nurse service quality at Meuraxa Regional Hospital of
Banda Aceh.

Keywords : nurse, clinical nurse, career advancement level

119
JIM FKepVolume IV No.2 Tahun 2020

PENDAHULUAN (Suroso, 2011). Adapun lima tingkatan


jenjang karir perawat professional yaitu :
Rumah sakit adalah pemberi pelayanan (1) perawat klinik I , (2) perawat klinik II,
kesehatan yang memberikan fasilitas (3) perawat klinik III, (4) perawat klinik
dimulai dari pelayanan rawat inap, rawat IV, dan (5), perawat klinik V (Depkes,
jalan dan gawat darurat. Setiap rumah 2006). Dan juga menurut Peraturan Meteri
sakit berkewajiban menjamin keselamatan Kesehatan RI No 44 Tahun 2017
pasien selama berada dirumah sakit sesuai pemerintah juga sudah mengembangkan
dengan standar pelayanan rumah sakit tentang jenjang karir prefesional perawat
(Depkes RI, 2018). Keperawatan klinik, ada empat tingkatan level karir
merupakan suatu kegiatan keperawatan yaitu: (1) perawat klinis, (2) perawat
yaitu dengan pemberian asuhan menejer, (3) perawat pendidik, dan (4)
keperawatan kepada individu, keluarga, perawat peneliti / riset.
kelompok atau pun masyarakat baik
mereka dalam keadaan sakit maupun Berdasarkan survei yang dilakukan oleh
dalam keadaaan sehat (Undang-Undang mahasiswa residensi dari Fakultas Ilmu
Republik Indonesia No 38 Tahun 2014). Keperawatan Universitas Indonesia di
Rumah Sakit Umum Daerah Jawa Tengah
Perawat merupakan tenaga kesehatan pada tahun 2009 didapatkan hasil 58,33%
profesioanal yang berkompeten dan juga kepala ruang mengatakan perlu adanya
memehami akan keterbatasan perawat itu pengembangan karir bagi perawat,
sendiri, baik secara mandiri saat sedangkan 52% perawat pelaksana
memberikan palayanan keperawatan yang mengatakan belum memahami tentang
aman kepada pasien dimana sesuia dengan sistem jenjang karir (Linggardini, 2009
tanggung jawab yang sudah di tetapkan dalam Suroso, 2011). Dan juga
oleh standar profesi serta pendidikan berdasarkan data survey yang dilakukan
kualifikasi, dan juga bekerja sama dengan oleh Suroso (2010 dalam Suroso, 2011) di
tim kesehatan yang lain, menghargai peran rumah sakit yang sama didapatkan 88,6%
dan sudut pandang dari rekan kerja tim kepala ruang dan 94,3% ketua tim /
tersebut (Kornela, 2014). perawat pelaksana mengatakan perlu
adanya jenjang karir pada perawat klinik.
Karir merupakan salah satu deretan posisi Oleh karena itu, sistem pengembangan
atau jabatan yang sedang ditempati oleh jenjang karir perawat perlu dilakukan oleh
seseorang dalam perjalanan usianya setiap rumah sakit agar bisa meningkatkan
(Robbin, 2006). Menurut Permenkes RI terhadap kualitas pelayanan yang
(2017) juga menjelaskan bahwa jenjang diberikan dan juga akan mempengaruhi
karir merupakan dimana sistem atau jalur peningkatan kepuasan dan kinerja perawat.
untuk meningkatnya peran perawat
professional dalam institusi ataupun rumah Dari hasil wawancara dengan Komite
sakit. Keperawatan RSUD Meuraxa Kota Banda
Aceh didapatkan bahwa di rumah sakit
Di Indonesia sudah diterapkan jenjang tersebut masih belum efektif terjalannya
karir perawat dimana disusun oleh implementasi jenjang karir perawat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia dikarenakan perawat kurang mengetahui
(PPNI) bersama dengan Dapartemen tentang implementasi jenjang karir, belum
Kesehatan (Depkes) dalam bentuk paham dengan implementasi jenjang karir,
pedoman jenjang karir perawat tahun 2006 serta perawat pelaksana masih

120
JIM FKepVolume IV No.2 Tahun 2020

menganggap bahwa jenjang karir di rumah Analisa data terdiri dari analisa univariat
sakit tidak penting. Jenjang karir di RSUD yang digunakan untuk melihat distribusi
Meuraxa Kota Banda Aceh sudah ada frekuensi dan persentase setiap variabel.
pada tahun 2017, namun baru pada tahun
2019 rumah sakit baru terfokus pada HASIL
implementasi jenjang karir perawat dan itu
hanya baru sampai tahap pemetaan atau Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, didapatkan hasil sebagai
mapping baik itu perawat lama atau baru.
berikut:
Komite Keperawatan RSUD Meuraxa
Kota Banda Aceh juga mengatakan bahwa Tabel 1. Demografi Perawat
implementasi jennjang karir perawat
hanya untuk pemenuhan dokumentasi No Data Demografi f %
sebagai salah satusyarat untuk akreditasi 1. Umur Perawat
rumah sakit. a. 26-29 tahun 18 50,0
b. 30-33 tahun 14 38,9
Dari uraian yang telah dikemukaan di atas, c. >34 tahun 4 11,1
bahwa jenjang karir perawat di RSUD
2. Jenis Kelamin
Meuraxa Kota Banda Aceh adalah hal
yang masih perlu untuk mendapatkan a. Laki-laki 7 19,4
perhatian khusus dari pihak rumah sakit b. Perempuan 29 80,6
dalam menjalankan perannya dalam 3. Pengalaman Kerja
manajemen rumah sakit, maka penelitian a. 1-2,5 tahun 8 22,2
ini terbatas hanya untuk melihat b. 3-5 tahun 26 72,2
implementasi jenjang karir perawat pada
c. >6 tahun 2 5,6
Rumah Sakit Umum Meuraxa Daerah
Banda Aceh, maka dirumuskan masalah 4. Pendidikan Terakhir
penelitian sebagai berikut Bagaimana a. D3 keperawatan 18 50,0
gambaran Jenjang Karir Perawat di Rumah
b. D4 Keperawatan 1 2,8
Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda
Aceh. c. S1 Keperawatan 17 47,2

METODE

Penelitian ini menggunakan metode Hasil Penelitian karakteristik perawat pada


deskriptif eksploratif dengan desain
tabel1 menunjukkan bahwa usia rata-rata
crosssectional study yang dilaksanakan
tanggal 17-30 September 2019 di ruang perawat adalahberada pada umur 26 – 29
rawat inap RSUD Meuraxa Kota Banda tahun dengan frekuensi 18 orang (50,0%).
Aceh. Sampel dalam penelitian ini adalah Untuk jenis kelamin perawat klinik I yang
36 perawat. Teknik pengambilan sampel terbanyak adalah perempuan yaitu 29
yaitu metode total sampling. orang (80,6%). Untuk pengkategorian
Pengumpulan data dilakukan secara masa bekerja sebagian perawat klinik I
lembar observasi dengan menggunakan nilai distribusi tertinggi beradapada3 – 5
kuesioner dari Permenkes yang sudah tahun dengan frekuensi 26 orang (72,2 %).
dimofikasi oleh peneliti. Yang terdiri dari Untuk tingkat pendidikan terakhir perawat
dua bagian yaitu: perawat klinik I dan klinik I yang terbanyak adalah D3
perawat klinik II. Pengumpulan data Keperawatan yaitu sebanyak 18 orang
dilakukan setelah mendapatkan surat lulus (50,0 %).
uji etik dari Komite Etik Penelitian
Fakultas Kperawatan Universitas Syiah
Kuala.

121
JIM FKepVolume IV No.2 Tahun 2020

Tabel 2. Pelaksanaan Kompetensi Perawat penelitian ini menemukan ada 58,1%


Klinik I perawat pelaksana masuk dalam
pengkatagorian tidak sesuai, dimana masih
No Kategori f % ada perawat pelaksana dengan PK I belum
1. Kompeten 13 36,1 mengerjakan pekerjaan sesuai dengan
2. Tidak 23 63,9 kompetensi mereka. Dikarnakan sebagian
Kompeten perawat pelaksana dengan jenjang karir
Jumlah 100
PK I masih belum memahami dan
mengetahui apa itu jenjang karir perawat,
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diketahui
oleh karena itu perawat PK I di setiap
bahwa sebaran jenjang karir perawat di
ruangan masih mengerjakan tugas dari PK
Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
lainnya.
Kota Banda Aceh berada pada katagori
tidak kompeten yaitu sebanyak 23 orang
Penyebab perawat klinik I masih
(63,9%) dan katagori kompeten yaitu
mengerjakan dan juga masih belum baik
sebanyak 13 orang (36,1%).
mengerjakan tugas mereka dikarnakan
kurangnya pengetahuan perawat tentang
Tabel 3. Kompetensi diluar Batas Perawat
jenjang karir di rumah sakit dikarnakan
Klinik I
belum terlaksanakannya dengan baik
jenjang karir perawat, hal ini sependapat
No Kategori f %
dengan Kornela, Hariyanto, dan
1. Kompeten 5 13,9
2. Tidak 31 86,1 Pusparahaju (2014) dimana tidak
Kompeten terlaksananya jenjang karir perawat di
Jumlah 100 rumah sakit akan memberikan dampak
pada tingkat kepuasan perawat dirumah
Berdasarkan tabel 3. diatas dapat diketahui sakit dan akan mempengaruhi motivasi
bahwa kompetensi di luar batas perawat kerja perawat itu sendiri.
klinik I berada pada katagori tidak
kompeten yaitu 31 orang (86,1%). Sedang Pasang, Kadar, dan Natzir (2018) dimana
kan 5 orang (13,9%) berada pada katagori mereka mengatakan bahwa harus ada
kompeten. jadwal pelatihan untuk peningkatan
profesional perawat itu sendiri, dukungan
PEMBAHASAN dari rumah sakit juga sangat diperlukan
dalam memberikan dampak positif kepada
kompetensi yang dilakukan oleh perawat perawat dalam pelatihan staf sebagai
pelaksana dengan jenjang karir level I di bentuk professional serta ini juga akan
Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa membantu perawat dalam
Kota Banda Aceh berada dalam katagori mempertahankan praktik keperawatan
tidak kompeten yaitu sebanyak 23 orang terbaik dan juga dalam kemajuan karir
(63,9 %). Ini menunjukkan bahwa mereka.
sebagian perawat pelaksana dengan
jenjang karir level I tidak melakukan Pernyataan diatas juga sejalan dengan
kompetensi sesuai dengan level jenjang pernyatan dari Kornela (2014) yaitu
karir yaitu Perawat Klinis I. dimana untuk mencapai sistem jenjang
karir professional perawat maka sikap
Penelitian ini didukung oleh penelitian keterampilan, dan pengetahuan harus
yang dilakukan oleh Kusumah, Noprianty ditingkatkan sesuai dengan kompetensi
dan Lealasari (2019) dimana dalam mereka. Dimana pihak rumah sakit harus

122
JIM FKepVolume IV No.2 Tahun 2020

mengupayakan adanya pendidikan dan waktu perawatan dan juga meningkatnya


juga pelatihan yang berkesinambungan biaya perawatan pasien (Kornela, 2014).
bagi perawat dan juga didukung dengan
Kompetensi diluar batas perawat klinik I
penghargaan baik dari pengakuaan atas
di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
hasil kerja , promosi jabatan maupun Kota Banda Aceh berada berada dalam
bentuk dalam finansial tidak sesuai (86,1%). Ini menunjukkan
bahwa sebagian perawat pelaksana dengan
Perawat pelaksana dengan jenjang karir PK I sudah melakukan kewenangan sesuai
PK I di ruang rawat inap RSUD Meuraxa dengan tugas mereka.
mengatakan bahwa reward yang mereka
dapatkan tidak sebanding dengan apa yang Berdasarkan dari obsevasi yang dilakukan
mereka kerja setiap kali melakukan pada 36 perawat pelaksana dengan PK I
pekerjaan di rumah sakit. Hal ini sudah melakukan kewenangan sesusia
sebanding dengan penelitian yang dengan tugas mereka. Penelitian ini di
dilakukan oleh Saragih dan Lala (2013) dukung oleh penelitian yang dilakukan
mengatakan bahwa ada 55,7% perawat oleh Kusumah, Noprianty dan Lealasari
mempunyai jenjang karir yang tidak sesuai (2019) dimana mereka menemukan ada
sehingga akan berdampak pada tingkat 56,3% perawat pelaksana dengan jenjang
kepuasan kerja yang rendah, sebagian kari PK I dikatagorikan kedalam katagori
kecil perawat pelaksana mengakui bahwa sesuai. Dimana perawat pelaksana dengan
beban kerja PK I lakukan tidak sebanding PK I sudah mengerjakan tugas sesuai
dengan reward yang diterima oleh perawat dengan wewenang yang seharusnya dan
tersebut. Padahal mereka melakukan tidak mengambil alih wewenang dari PK
kewenangan yang seharusnya dilakukan II.
oleh perawat PK II dan juga III, oleh
karena itu hal tersebut yang membuat Faktor keberhasilannya dikarnakan
perawat PK I tidak puas.Kurangnya perawat PK I sudah merata di setiap
sosialisasi yang dilakukan oleh pihak ruangan di RSUD Meuraxa Kota Banda
manajemen keperawatan rumah sakit akan Aceh. Pendapat tersebut sesuai dengan
berdampak pada perawat dan juga rumah penelitian yang dilakukan oleh Kusumah
sakit itu sendiri, hal tersebut sejalan (2019) dimana perawat pelaksana dengan
dengan penelitian yang dilakukan oleh PK I sudah mengerti akan wewenang yang
Indra (2006) dimana akar permasalahan sudah ada, sehingga pada saat
pengembangan jenjang karir adalah belum pelaksanaannya bisa daplikasikan dengan
adanya regulasi (kebijakan dan pedoman) baik pada saat mereka bertugas.
tentang sistem pengembangan jenjang
karir dan minimnya sosialisasi yang Dari hasil observasi yang dilakukan oleh
dilakukan oleh manajemen keperawatan peneliti, perawat pelaksana dengan PK I
rumah sakit. sudah melakukan tugas kewenangannya
atau tugas mereka sendiri. Hal ini
Kurangnya kepuasan kerja perawat akan sependapat dengan peneitian yang
memberikan dampak negatif bagi rumah dilakukan oleh Marwiati (2018) dimana
sakit itu sendiri yaitu dimana perawat tugas dari perawat pelaksana dengan Pk I
merasa bahwa kinerja mereka tidak adalah membantu mengelola pasien yang
dihargai dan hal ini cenderung akan non komplikasi yang sifatnya hanya
membuat perawat meninggalkan rumah mandiri seperti meliputi implementasi
sakit. Kurangnya perawat yang memadai tindakan keperawatan mandiri dan
dan kompeten dalam pelayanan kalaboratif, perawat klinis I juga memiliki
keperawatan juga dapat memberikan kewenangan untuk melaksanakan tugas
dampak negatif bagi rumah sakit yaitu yaitu mengelola pasien dalam shif yang
menurnnya kualitas pelayanan kepada ada sehingga kegiatan pengelolaan pasien
pasien, meningkatkan resiko terjadinya menjadi optimal. Erb (2012) mengatakan
kejadian yang tidak diinginkan dimana bahwa juga skill merupakan keahlian dasar
jugan akan berdampak pada lamanya yang menjadi kunci praktik keperawatan

123
JIM FKepVolume IV No.2 Tahun 2020

yang dilakukan sesuai dengan kompetensi mereka melakukan kompetensi di luar


perawat, skill yang dipunya perawat klinis batas mereka yaitu mereka melakukan
I adalah skill dasar yaitu melakuan tindakan berupa memasang kateter pada
pengkajian kepada pasien, menentukan pasien total care yang seharusnya itu
diagnosa, menyusun perencanaan, merupakan tindakan yang dilakukan oleh
melakukan implementasi dan juga perawat dengan level karir II, hal ini
melakykan evaluasi keperatan kepada terjadi dikarnakan kurangnya sosialisasi
pasien. yang dilakukan oleh rumah sakit, hal ini
didukung dengan penelitian yang
Keterampilan dalam melayani pasien pada dilakukan oleh Neila (2013) yang
saat bertugas juga sangat mempengaruhi menyatakan bahwa Dapartemen Kesehatan
dalam kesembuhan pasien. Hal ini sejalan sebagai lembaga yang membuat suatu
dengan penelitian yang dilakukan oleh kebijakan terhadap perawat diharapkan
Miksova (2014) bahwa adanya perawat agar pengembangan karir perawat
yang terampil, cekatan mapu disosialisasikan kepada perawat dengan
meminimalkan biaya rumah sakit, alat ukur yang jelas.
meningkatkan kualitas, kepuasan pasien
dan isu keselamatan pasien itu sendiri. Pengembangan karir perawat sekaligus
juga menjadi perhatian manajemen. Oleh
Jika perawat klinis 1 tidak melakukan sebab itu dari pihak rumah sakit untuk
sesuai dengan tugas kewenagannya akan mengadakan suatu intervensi kompetensi
berdampak pada pasien dan juga rumah dengan salah satu cara receptor mentor
sakit itu sendiri. Hal ini juga dijelaskan
yang guna meningkatkan kompetensi yang
oleh Feo dan Kitson (2016) ada beberapa
dampak jika perawat klinis I tidak sesuai akhirnya akan berpengaruh terhadap karir
mengerjakan tugasnya yaitu adanya perawat itu sendiri (Subiantoro, 2018)
komplen dari pasien, terdapat pemilihan
perawat oleh pasien, kajadian fatal dan KESIMPULAN
juga ancaman patients safety. Perawat
yang kurang tanggap dan kurang cakap Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dalam melakukan praktik keperawatan
gambaran kompetensi perawat klinik I di
menyebabkan kasus – kasus yang
Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa
mengancam keselamatan pasien, Kota Banda Aceh berada pada kategori
kurangnya dalam berespon sesuai dengan
tidak sesuai, yaitu 23 responden (63,9%).
kebutuhan pasien ini disebabkan karena
banyaknya faktor seperti kapasitas perawat Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
yang kurang, sistem manajerial yang gambaran kompetensi diluar batas
kurang mendukung dan setting pelayanan kompetensi perawat klinik I di Rumah
yang tdak sesuai. Sakit Umum Daerah Mueraxa Kota Banda
Aceh berada pada kategori tidak
Dalam hasil observasi yang dilakukan oleh kompeten, yaitu 31 responden (86,1%).
penliti di RSUD Meuraxa Kota Banda
Aceh terdapat ada beberapa perawat yang Diharapkan kepada perawat agar
melakukan kewenangan dari perawat mengikuti pelatihan pengembangan
klinik II, dikarnakan kurangnya perawat jenjang karir perawat klinis baik itu di
klinik I diruangan tersebut dan juga
rumah sakit atau diluar rumah sakit.
pemetaan yang kurang di ruangan tersebut.
Sehingga ada beberapa perawat yang REFERENSI
melakukan pekerjaan dari PK lainnya.
Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan.
Pada saat peneliti melakukan observasi di (2006). Pedoman Pengembangan
ruang rawat inap RSUD Meuraxa Kota Jenjang Karir Prefesional Perawat.
Banda Aceh, peneliti mendapatkan bahwa Jakarta: Depkes RI
ada beberapa perawat yang mengerjakan
perkerjaan dari perawat klinik II, dimana

124
JIM FKepVolume IV No.2 Tahun 2020

DepkesRI. (2017). Peraturan Menteri Marwati. (2018). Deskripsi Implementasi


Kesehatan Republik Indonesia Kompetensi Perawat Sesuai Clinical
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Appointment di Rumah Sakit
keselamatan pasien. Jakarta: Depkes Umum Daerah KRT Setjonegoro
RI. Diunduh pada 22 Februari 2019 Wonosobo. Jurnal PPKM III. 314-
https://jdih.baliprov.go.id/uploads/pr 326.
oduk-
hukum/peraturan/2017/PERMENKE Miksova, Z., Samaj, M., Machalkova, L.,
S/permenkes-11-2017.pdf & Ivanova, K. (2014). Fulfilling
The Competencies Of Members Of
DepkesRI. (2018). Peraturan Menteri A Nursing Team. Kontakt. 16(2).
Kesehatan Republik Indonesia e108-e118.
Nomor 4 Tahun 2018 Tentang
Pasang, M. T., Kadar, K. S., & Natzir. R.
Kewajiban Rumah Sakit dan
(2018). Nurses’ Perceptions and
Kewajiban Pasien. Diunduh pada 25
Expectations on The
April 2019
Implementation of Career Ladder in
https://doi.org/10.22201/fq.18708404
Public Hospital in Makassar.
e.2004.3.66178
Indonesian Contemporary Nursing
Journal, (2)1. 30-37.
Erb, K. (2012). Fundamentals of Nursing :
Concepts, Process and Practice. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Pearson Prentice Hall Indonesia Nomor 40 Tahun 2017
tentang Pengembangan Jenjang
Feo, R., & Kitson, A. (2016). Promoting Karir Profesional Perawat Klinik.
Patient-Centred Fundamental Care In
Acute Healthcare System: A Saragih, S. G., & Lala, A. (2013).
Discussion Paper. International Hubungan Jenjang Karir Dengan
Journal of Nursing Stdies. 57. 1-11 Kepuasan Kerja Perawat di Rumah
Sakit Santo Borromeus. E-Journal
Kusumah, N. A. R., Noprianty, R., STIKES Santo Borromeus.
&Lealasari. (2019). Evaluasi
Suroso, J. (2011). Penataan Sistem Jenjang
Pelaksanaan Kompetensi Jenjang
Karir Berdasarkan Kompetensi
Karir Profesional Perawat. Jurnal
untuk Meningkatkan Kepuasan
Kesehatan Vokasional. 4(2). 93-
Kerja dan Kinerja Perawat di
101. Diunduh pada tanggal 20
Rumah Sakit. Explanasi, (6)2. 123-
November 2019
131.
http://jurnal.ugm.ac.id/jkesvo/article
/view/44840 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Kornela, F. K., Hariyanto, T., & Keperawatan.
Pusparahaju, A. (2014).
Pengembengan Model Karir Perawat
Klinis di Unit Ruawat Inap Rumah
Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya,
(28)1. 59-64. Diunduh pada tanggal
02 Maret 2019
http://download.garuda.ristekdikti.go
.id/article.php?article=1765553&val
=4387&title=pengembangan%20mo
del%20jenjang%20karir%20perawat
%20klinis%20di%20unit%20rawat%
20inap%20rumah%20sakit .

125

Anda mungkin juga menyukai