Anda di halaman 1dari 9

“IBU”

Dua puluh tahun engkau menghidupiku

Dengan tangan terbuka

Kasih sayangmu kau berikan padaku

Dengan hati yang tulus cintamu kau korbankan

demi aku......

Aku yang kau kasihi engkau rela mengorbankan jiwamu..

Dan demi aku yang kau sayangi...

Kau langkahkan kakimu yang rapuh..

Demi aku yang kau cintai..

Ibu....

Apa yang harus kuberikan untuk membuatmu bahagia...

Apa yang harus ku lakukan untuk membuatmu tersenyum..

Ibu...

Aku hanyalah seorang yang lemah..

Namun aku kan berkorban..

Demi kasih sayang yang slama ini kau berikan pada ku..

Terima kasih ibu..


“Puisi untuk ayah”

Ragamu yang selama ini menemaniku...

Jiwamu yang memberikan semangat bagiku...

Dan pengorbananmu yang selama ini kau pertaruhkan...

Hanya untuk aku.. anakmu....

Keringat yang selama ini bercucuran....

Ia kan menjadi saksi bisu atas pengorbananmu..

Keteguhanmulah yang membawaku menuju jalan ini..

Dan semua itu takkan pernah terbayar olehku...

Ayah...

Aku takkan membuat harapan...

Aku takkan membuat impian..

Tapi aku kan membuat kenangan...

Kenangan yang kan membuatmu bangga...

Kenangan yang kan membuat sejarah dalam hidupku..

Kenangan yang kan membalas semua..

Demi semua yang tlah terkorbankan untukku....

Ayah....

Aku hanyalah seorang anak yang tak berdaya..

Tapi ku kan membuktikan pada dunia..

Bahwa aku bisa menjadi seorang SARJANA...

Terima kasih ayah....

By : Ahmad Gibran.
“ bait-bait puisi untuk sang bunda”

Jiwa yang penuh cinta...

Yang selama ini menemani lembaran hidupku...

Raga yang penuh kasih dan sayang...

Yang selama ini aku bersama dekapannya...

Takkan pernah semua itu terganti...

Dan takkan pernah semua itu musnah...

Ketika dinginnya malam merasuki tubuh mungil ini..

Dekapan bunda yang kan menghangatkannya...

Ketika malam mencekam merasuki pikiran ini...

Kasih sayang bunda yang kan meneranginya..

Langkahnya yang gontai ia korbankan untuk aku anaknya..

Ia rela menahan haus dan lapar berhari-hari hanya demi aku anaknya...

Bunda.....

Aku hanyalah insan yang lemah ketika ku berada didekapmu...

Bunda, aku tak bisa membalas apa yang tlah engkau berikan semua padaku..

Aku hanya bisa menorehkan bait-bait puisi untukmu...

Bunda..

Sungguh tiada benda yang lebih besar dari cintamu padaku..

Dan tiada benda yang lebih halus dari kasih sayangmu..

Terima kasih bunda.......

By : Ahmad Gibran.
“ apa itu cinta..? “

tak pernah ku tahu akan jawaban itu....

dan tak pernah terfikirkan olehku...

ketika hati bergejolak bertanya pada raga ini...

apa itu arti cinta sejati....?

bagiku semua cinta adalah anugrah....

untukku cinta adalah kebahagiaan...

dan bagiku cinta itu adalah hasrat....

aku tak pernah tahu arti cinta bagimu....

sesering kali aku bertanya pada rembulan tentang arti cinta...

namun ia hanya memberikan isyarat yang tak pernah ku tahu maknanya...

dan aku bertanya pada sang malam yang kelam...

ia pun menorehkan isyarat keheningan untukku...

ku trus berjalan hingga letih menyusuri kehidupan...

mencari arti sebenarnya cinta sejati...

dan lilin-lilin malamlah yang ku temukan di ujung jalanku..

ia mengajarkanku tentang arti cinta....

cinta mengajarkan keikhlasan padaku...

cinta memberikanku arti kehidupan....

cinta mengajarkan kepadaku arti tentang sebuah perjuangan....

dan cinta menghembuskan arti sebuah pengorbanan....

By : Ahmad Gibran.
“siapa aku?”

Malam yang dingin membuatku semakin tak mengerti.....

Aku tenggelam dalam kelamnya malam...

Tak ku temukan setitik cahaya pun di dalamnya...

Mata hatiku tak mampu lagi tuk melihat dan mendengar..

Harus kemana ku labuhkan sejenak kapal pikiranku yang rapuh ini...

Adakah dermaga yang dapat ku singgahi walau sejenak...

Harus bagaimanakah aku ini...

Ku tak lagi mengenal ragaku...

Ku tak lagi mengenal jiwaku...

Aku bagaikan sebuah bayangan..

Kemana pun ia kan pergi, ia kan melangkah..

Namun ia takkan pernah merasakan langkahnya...

Sang raga siapakah engkau sebenarnya..?

Mengapa engkau selalu bersamaku..

Dan sang jiwa bagaimanakah wujudmu..?

Mengapa engkau selalu menghantui setiap langkahku...

Pikiran siapakah engkau sebenarnya...?

Mengapa engkau selalu membuatku bingung dengan permainanmu....

Dan aku ini, siapakah sebenarnya..?

Mengapa tak pernah ku tahu tentang siapa diriku yang sebenarnya...

By : Ahmad Gibran.
“Cinta... siapa engkau?”

Sesekali aku terbang bersama keindahanmu...

Dan terkadang aku terjerumus dalam jurang kehampaanmu...

Namun aku tak pernah menganggap semua itu ada...

Selama ini aku tlah menjadi budakmu...

Selama ini, aku tak pernah tahu tentang wujudmu....

Karena engkau selalu datang dengan bayangmu....

Aku tak pernah tahu sifat-sifatmu....

Yang selama ini tlah menjadikanku budak...

Aku tak dapat mengalihkan pandanganku dari kejayaanmu..

Namun ku juga tak mampu pergi dari jurang mu yang fana...

Cinta.... siapakah engkau..?

Mengapa engkau selalu menggantung dalam benakku...?

Cinta,.. adakah celah bagiku untuk ku berpaling darimu..?

Aku tlah lelah mengejar bayangmu...

Aku tlah bosan mengartikan argumenmu..

Dan aku tlah lelah mengikuti permainanmu...

Cinta.. biarkanlah ku temukan duniaku..

Biarkanlah ku mencari bayangku sendiri...

Yang selama ini tak pernah ku temukan dalam kehadiranku...

Dan ku akan mencari pembayang yang kan membawaku dalam surganya...

By : Ahmad Gibran.
“Inikah cinta itu?”

Setiap lembar ku tulis namamu dalam baitnya....

Dalam ingatan slalu ku hias akan wajahmu...

Dan di setiap langkah ku ukir jejakmu...

Tak pernah sesekali ku berfikir engkau kan menghapusnya....

Tak pernah sesekali ku menuai indahnya cinta...

Setiap ku ingin memeluk cahaya cinta...

Angin selalu menyapukan awan untukmu...

Hingga ku tak mampu berbuat....

Dalam setiap langkahku...

Engkau selalu menjadikan bayang semu...

Di setiap hembus nafasku....

Engkau selalu memberikanku kehampaan....

Inikah perlakuan cinta yang selama ini ku tanam...

Kini tumbuh menjadikan hati ini hancur berkeping..

Membuat mulut ini terbungkam oleh kebisuan...

Dan apakah ini yang namanya cinta....?

Sang fajar takkan pernah sanggup....

Ketika ia kan kehilangan sang rembulan....

Begitu pula dengan raga ini..

ia takkan pernah sanggup ketika engkau menjadi bayang semu...

yang kelak kan menjadikannya racun yang manis....

dan itu kan terminum oleh buaian cinta....

hingga engkau merasakannya...

dan kan menjadikan dirimu kekar...

By : Ahmad Gibran.
“Mungkin bila nanti”

Hati yang tlah lama terkurung dalam sepi...

Jiwa yang selama ini tak mengenal lagi cinta.....

Dan raga ini yang tlah lama merindukan bayangmu...

Akankah semua itu ku dapatkan kembali...?

Setiap lembar waktu ku arungi penuh kehampaan...

Dan langkah yang tak pasti, entah kemana ku kan berlabuh...

Akankah ada hati yang selama ini ku inginkan....

Akankah ada jiwa yang kan mendampingiku...

Di saat jiwa ini letih akan semua...

Dan disaat ku terpuruk dalam kelam...

Ia kan menerangiku dengan kasih sayangnya...

Tapi dimanakah ku kan mendapatkan semua itu..?

Mungkin bila nanti ku tak melihat lagi...

Mungkin bila nanti ku tak mendengar lagi..

Dan mungkin bila nanti ketika ku tak merasakan lagi

Ku akan mendapatkan semua apa yang tlah ku pendam dalam hati....

By : Ahmad Gibran.
“ Cinta dan dusta “

Awan bersebunyi di balik tabir kebisuan...

Ketika ku mulai bertanya tentang cinta padanya..

Dan gunung-gunung merasa angkuh...

Ketika ku merebah dalam buaiannya..

Aku tak mengerti arti tentang cinta...

Aku juga tak pernah mengerti ari tentang dusta....

Terkadang aku tenggelam di keduanya...

Dan berlayar dalam khayalannya yang indah...

Sesekali ku bersenandung tentang cinta...

Tapi ku tak pernah merasakan indahnya cinta...

Dan sesekali ku berfikir tantang dusta...

Namun yang ku dapat hanyalah kehampaan yang nyata..

Pada siapakah aku harus bertanya tentang keindahannya...

Dan pada siapa aku harus belajar tentang arti kedustaan...

Yang terkadang keduanya menyelimutiku bersaaan...

Cinta... siapakah engkau..? dusta.. mengapa engkau selalu bersamanya?

By : Ahmad Gibran

Anda mungkin juga menyukai