Anda di halaman 1dari 6

JURNAL PENGABDIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

ISSN: 2549-8347 (Online), ISNN: 2579-9126 (Print)


Volume 1 No. 2 September 2017

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN


PUPUK KOMPOS

COMMUNITY EMPOWERMENT THROUGH COMPOSTING TRAINING


1)
Arum Asriyanti Suhastyo
2)
Program Studi Agroteknologi
Politeknik Banjarnegara
Jl. Raya Madukara Km. 2 Kenteng Banjarnegara, Jawa Tengah
Telepon: (0286)591145
email: arumasriyanti11@gmail.com

ABSTRAK

Kegiatan pemberdayaan masyarakat berupa transfer teknologi tentang pembuatan kompos adalah
sebagai upaya memanfaatkan potensi lingkungan sekitar berupa sisa sampah organik. Kegiatan ini
dilaksanakan di Kelurahan Rejasa Kecamatan Madukara Kabupaten Banjarnegara. Metode yang
digunakan dalam kegiatan ini yaitu pemberian materi dan demonstrasi. Pemberian materi tentang
berbagai bahan sisa sampah organik disekitar lingkungan Kelurahah Rejasa yang dapat digunakan
sebagai sumber bahan baku pembuatan pupuk kompos. Demonstrasi dilakukan dengan melakukan praktik
pembuatan pupuk kompos dengan menggunakan bahan baku hijauan/dedaunan, bonggol pisang, dan
kotoran sapi yang banyak terdapat disekitar Kelurahan Rejasa, kemudian ditambahkan dengan super
decomposer, sekam padi, gula pasir, dan air. Transfer teknologi pembuatan pupuk kompos memberikan
manfaat yang besar yaitu adanya peningkatan pengetahuan warga tentang manfaat bahan sisa sampah
organik sebagi bahan baku pembuatan pupuk kompos.

Kata kunci: pemberdayaan, pupuk, organik, kompos

ABSTRACT
Community development and transfer of technology on composting is an effort to exploit the potential of
the surrounding environment in the form of residual organic waste. This event was held in the village
Rejasa Madukara District of Banjarnegara district. The method used in this activity is the provision of
material and demonstrations. Provision of material on a variety of materials leftover organic waste
village Rejasa surrounding environment that can be used as a source of raw material for making compost.
Demonstrations conducted by practicing composting using forage raw material / foliage, banana weevil,
and cow dung that is widely available around the village Rejasa, then added with a super decomposer,
rice husks, sugar, and water. Transfer composting technology provides great benefits that their increased
knowledge of citizens about the benefits of waste materials of organic waste as a raw material for making
compost.

Key Word:empowerment, fertilizers, organic, compost

Submited : 30 Nopember 2016 Revision : 2 Desember 2016 Accepted : 21 Januari 2017

PENDAHULUAN dengan letak di sebelah utara kabupaten..


Kelurahan Rejasa mempunyai luas wilayah
Kelurahan Rejasa merupakan salah
106.850 Ha dan secara administrasi dibagi
satu dari 12 kelurahan di Kabupaten
menjadi 4 RW, 14 RT. Jumlah penduduk
Banjarnegara. Secara geografis Kelurahan
Kelurahan Rejasa sebanyak 2.342 jiwa
Rejasa masih dekat dengan ibukota
dengan jumlah laki-laki 1111 jiwa dan
kabupaten kurang lebih berjarak 2 km,
63
Arum Asriyanti Suhastyo
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan
Pembuatan Pupuk Kompos di Kelurahan Rejasa Banajrnegara

jumlah perempuan 1231 jiwa. Mata dikandungnya. Menurut Prihandini dan


pencaharian penduduk Kelurahan Rejasa Purwanto (2007) proses pengomposan
beragam dari pegawai negeri, pegawai adalah proses menurunkan C/N bahan
swasta, petani, peternak, pedagang serta ibu organik hingga sama dengan C/N tanah (<
rumah tangga (Banjarnegarakab, 2016). 20).
Kelurahan Rejasa mempunyai Menurut Setyorini et al (2006), agar
potensi untuk memanfaatkan lahan pembuatan kompos berhasil maka syarat
pekarangan sebagai salah satu sumber yang diperlukan antara lain:
mencapai kemandirian masyarakat dengan 1. Ukuran bahan mentah. Sampai batas
budidaya tanaman organik. Budidaya tertentu, semakin kecil ukuran potongan
tanaman organik yang akan dilakukan bahan mentahnya, semakin cepat pula
berbasis sumberdaya lokal dengan waktu pembusukannya. Ukuran bahan
memanfaatkan potensi lingkungan sekitar. sekitar 5-10 cm sesuai untuk
Penggunaan pupuk juga dengan pengomposan ditinjau dari aspek
memanfaatkan sampah organik, seresah sirkulasi udara yang mungkin terjadi.
daun tanaman sekitar serta sisa peternakan 2. Suhu dan ketinggian bahan. Makin
seperti kotoran sapi yang banyak terdapat di tinggi volume timbunan makin mudah
Kelurahan Rejasa. Pemanfaatan sisa bahan timbunan menjadi panas, sebaliknya
organik yang dibuat pupuk kompos salah apabila terlalu dangkal akan kehilangan
satunya sangat bermanfaat untuk panas dengan cepat. Dalam keadaan
mengurangi pencemaran lingkungan. suhu kurang optimum, bakteri-bakteri
Penggunaan pupuk kompos dalam jangka yang bekerja pada timbunan tersebut
panjang dapat memperbaiki sifat fisik, tidak akan berkembang secara wajar,
kimia dan biologi tanah. Pupuk kompos akibatnya pembuatan kompos akan
mudah dibuat dan teknologinya sederhana. berlangsung lebih lama, Sebaliknya
Kompos adalah bahan-bahan timbunan terlalu tinggi akan
organik (sampah organik) yang mengakibatkan suhu menjadi tinggi.
telahmengalami proses pelapukan karena 3. Nisbah C/N. Mikroba perombak bahan
adanya interaksi antara organik memerlukan karbon sebagai
mikroorganisme(bakteri pembusuk) yang sumber energi untuk pertumbuhan dan
bekerja di dalamnya. Bahan-bahan organik nitrogen untuk pembentukan protein.
tersebutseperti daun, rumput, jerami, sisa- Rasio C/N 30 merupakan nilai yang
sisa ranting dan dahan, kotoran diperlukan untuk proses pengomposan
hewan,rerontokan kembang, air kencing, yang efisien. Apabila C/N rasio terlalu
dan lain-lain (Murbandono, 2000). besar (>40) atau terlalu kecil (<20) akan
Selama ini sisa tanaman dan mengganggu kegiatan biologis proses
kotoran hewan belum sepenuhnya dekomposisi.
dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk 4. Kelembaban. Timbunan kompos harus
buatan. Kompos bisa terjadi dengan selalu lembab, dengan kandungan
sendirinya, lewat proses alamiah. lengas 50-60% agar mikroba tetap
Namun,proses tersebut berlangsung lama beraktivitas. Kelebihan air akan
sekali, dapat mencapai puluhan tahun. mengakibatkan volume udara jadi
Bahan-bahanorganik tidak dapat langsung berkurang, sebaliknya bila terlalu
digunakan tanpa dikomposkan terlebih kering proses dekomposisi akan
dahulukarena bahan organik yang masih terhenti.
mentah tidak dapat langsung dimanfaatkan 5. Aerasi. Aktivitas mikroba aerob
olehtanaman. Bahan organik itu harus memerlukan oksigen selama proses
diuraikan terlebih dahulu agar tanaman perombakan berlangsung. Pembalikan
dapatmenyerap unsur hara yang timbunan bahan kompos selama proses

64
JPPM ISSN: 2549 – 8347 (Online)
ISNN: 2579 – 9126 (Print)
Vol. 1 No. 2 September 2017
Arum Asriyanti Suhastyo
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan
Pembuatan Pupuk Kompos di Kelurahan Rejasa Banajrnegara

dekomposisi berlangsung sangat METODE


dibutuhkan dan berguna untuk
Kegiatan ini dilaksanakan pada
mengatur pasokan oksigen bagi
tanggal 27 Januari 2016 di Balai Pertemuan
aktivitas mikroba.
Kelurahan Rejasa, Kecamatan Madukara,
6. Nilai pH. pH optimum berkisar 5,5-
Kabupaten Banjarnegara. Peserta kegiatan
8,0. Pada pH tinggi terjadi kehilangan
yaitu warga Rt 2 Rw 2 Kelurahan Rejasa.
nitrogen akibat volatilisasi. Pada awal
Metode yang digunakan dalam kegiatan
pengomposan umumny pH agak
transfer teknologi ini yaitu pemberian
masam karena aktivitas bakteri
materi dan demonstrasi. Peserta menyimak
menghasilkan asam. Namun
paparan dari pemateri yang dilanjutkan
selanjutnya pH akan bergerak menuju
dengan demonstrasi pembuatan kompos.
netral.
Alat-alat yang digunakan dalam pelatihan
7.
berupa hijauan/daun-daunan/bonggol
Selama ini masyarakat belum
pisang, kotoran sapi, super decomposer,
terlalu paham dengan manfaat kompos.
sekam padi, gula pasir, air, terpal,
Padahal kompos mempunyai manfaat
golok/pisau, ember dan cangkul.
diantaranya adalah: 1) memperbaiki
struktur tanah berlempung sehingga
menjadi ringan; 2) memperbesar daya ikat HASIL DAN PEMBAHASAN
tanah berpasir sehingga tanah tidak
berderai; 3) menambah daya ikat tanah Kegiatan pemberdayaan
terhadap air dan unsur-unsur hara tanah; 4) masyarakat berupa transfer teknologi
memperbaiki drainase dan tata udara dalam tentang pembuatan kompos adalah sebagai
tanah; 5) mengandung unsur hara yang upaya memanfaatkan potensi lingkungan
lengkap, walaupun jumlahnya sedikit sekitar berupa sisa sampah organik. Warga
(jumlah ini tergantung dari bahan pembuat Rt 2 Rw 2 Kelurahan Rejasa yang
pupuk organik); 6) membantu proses mengikuti kegiatan ini memperoleh
pelapukan bahan mineral; 7) memberi pengetahuan tentang pembuatan pupuk
ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia; kompos.
serta 8) menurunkan aktivitas
mikroorganisme yang merugikan (Yovita, Pada pembuatan kompos ini
2001). digunakan limbah bahan organik yang ada
disekitar lingkungan RT 2 Rw 2, seperti
Bahan untuk pembuatan kompos hijaun/dedaunan, bonggol pisang, kotoran
sangat mudah diperoleh karena tersedia sapi. Metode pengomposan yang dilakukan
disekitar kita, dan cara pembuatannya pun yaitu secara aerob dipermukaan tanah.
sangat mudah semua orang bisa membuat Menurut Simanungkalit et al (2009)
baik dalam skala besar maupun untuk terdapat beberapa metode pengomposan
keperluan pekarangan rumah sendiri. Akan antara lain:
tetapi masih kurangnya pengetahuan dan
keterampilan tentang pembuatan pupuk 1. Metode Indore.Pengomposan dilakukan
kompos berbahan sumber daya lokal, di dalam lubang, yang dibuat dekat
membuat masyarakat enggan untuk kandang ternak. Lubang berukuran
membuatnya, maka dari itu perlu adanya kedalaman 1 m, lebar 1,5-2 m, panjang
pelatihan pembuatan pupuk kompos. lubang tergantung dari ketersediaan
bahan. Bahan dasar yang digunakan
adalah campuran sisa/residu tanaman,
kotoran ternak, urine ternak, abu bakaran
kayu, dan air. Bahan yang keras tidak

65
JPPM ISSN: 2549 – 8347 (Online)
ISNN: 2579 – 9126 (Print)
Vol. 1 No. 2 September 2017
Arum Asriyanti Suhastyo
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan
Pembuatan Pupuk Kompos di Kelurahan Rejasa Banajrnegara

boleh melebihi 10%. Semua bahan yang air.Kompos bisa dibuat secara alamiah
tersedia disusun menurut lapisan-lapisan namun proses ini memerlukan waktu yang
dengan ketebalan masing-masing 15 cm, lama, karena mikroorganisme pengurainya
dengan total ketebalan 1,0-1,5 m. Setiap sedikit, oleh karena itu ditambahkan
lapisan disiram urine ternak secara dekomposer untuk mempercepat proses
merata, kelembaban tumpukan dijaga pengomposan. Dekomposer akan
sekitar 90%. Pembalikan dilakukan 3 mempengaruhi pembuatan kompos dengan
kali, yaitu pada 15, 30 dan 60 hari setelah dua cara yaitu inokulasi strain
kompos mulai dibuat. Metode ini juda mikroorganisme yang efektif dalam
disebut metode anaerob. menghancurkan bahan organik dan
meningkatkan kadar nitrogen yang
2. Metode heap. Pengomposan dilakukan merupakan makanan tambahan bagi
di permukaan tanah. Petak timbunan mikroorganisme tersebut (Gaur, 1983).
dibuat berukuran lebar 2 m, panjang 2 m Dekomposer kompos bisa dibuat sendiri
dan tinggi timbunan 1,5 m. Lapisan dengan memanfaatkan sumber daya
dasar pertama adalah bahan yang kaya alam/bahan –bahan organik yang ada
karbon setebal 15 cm (dedaunan, jerami, disekitar kita seperti bonggol pisang, daun
serbuk gergaji, dan batang jagung), gamal, rebung, sisa buah-buahan dan lain-
lapisan berikutnya adalah bahan yang laian. Bahan-bahan ini mengandung
kaya nitrogen setebal 10-15 cm (residu mikroorganisme sehingga disebut juga
sisa tanaman, rumput segar, kotoran MOL ( mikroorganisme lokal). Akan tetapi
ternak, dan sampah organik). Timbunan sekarang sudah banyak dijual di kios-kios
disusun hingga ketinggian 1,5 m. pertanian dekomposer yang mengandung
Kelembaban dijaga dengan berbagai bakteri pengurai yang bisa sesuai
menambahkan air secukupnya. dengan bahan dasar pembuatan kompos.
Pembalikan dilakukan setelah 6 dan
12minggu setelah proses pengomposan Pada pembuatan kompos ini juga
berlangsung. ditambahkan sekam padi. Sekam padi
berfungsi sangat baik untuk meningkatkan
3. Metode Berkeley. Bahan dasar yang kualitas kompos dari segi teksturnya selain
digunakan adalah: dua bagian bahan untuk mengurangi kelebihan air. Selain itu
organik kaya selulosa dan satu bagian juga ditambahkan gula pasir yang berfungsi
bahan organik kaya nitrogen dengan untuk sumber energi bagi mikroorganisme
nilai rasio C/N 30:1. Bahan disusun pengurai selama proses pembuatan kompos.
berlapis-lapis hingga ketebalan Air juga dibutuhkan kehidupan
berukuran 2,4 x 2,2 x 1,5 m. Setelah 2-3 mikroorganisme didalam dekompser
hari proses pengomposan berjalan kompos .
terbentuk suhu tinggi, secara berkala
kompos harus dibalik. Setelah hari ke- Langkah selanjutnya dalam proses
10, suhu mulai menurun dan bahan pembuatan kompos ini adalah bahan-bahan
berubah menjadi remah dan berwarna yang besar dipotong-potong atau dicincang
coklat gelap. Pengomposan selesai dengan ukuran 2-4 cm. Pada pemotongan
setelah 2 minggu. bahan tidak boleh terlau besar karena
mengakibatkan proses penguraian berjalan
lambat sedangkan kalau terlalu kecil akan
Selain bahan utama sebagai bahan menyebabkan terurainya/hilangnya difusi
dasar pembuatan kompos diperlukan bahan oksigen sehingga akan terjadi aktivitas
lain seperti dekomposer/aktivator, sekam bakteri anaerob. Bentuk bahan berpengaruh
padi/serbuk gergaji, gula pasir, serta terhadap kelancaran difusi oksigen yang

66
JPPM ISSN: 2549 – 8347 (Online)
ISNN: 2579 – 9126 (Print)
Vol. 1 No. 2 September 2017
Arum Asriyanti Suhastyo
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan
Pembuatan Pupuk Kompos di Kelurahan Rejasa Banajrnegara

diperlukan serta karbondioksida yang


dihasilkan ( Suriawiria, 2002). Selanjutnya Kompos ini dibolak-balik 2 hari
bahan baku disusun berlapis, lapisan dasar sekali untuk mengontrol suhu agar tidak
yang pertama adalah kotoran sapi kemudian terlalu panas. Jika terlalu kering bisa
berturut-turut potongan daun-daunan, ditambahkan air gula dan dekomposer
bonggol pisang sekam padi, setelah itu apabila terlalu basah bisa ditambahkan
siram dengan air gula dan dekomposer sekam padi/serbuk gergaji. Setelah itu
bergantian sedikit-sedikit sampai lembab. ditutup dengan terpal dan diletakkan
ditempat yang teduh.
Kelembaban yang dibutuhkan
adalah sekitar 50-60% agar mikroba tetap Penggunaan hijauan/dedaunan,
beraktivitas. Kelembaban yang lebih rendah bonggol pisang dan kotoran sapi sebagai
atau lebih tinggi akan menyebabkan bahan pembuatan kompos merupakan
mikroorganisme tidak berkembang atau pemanfaatan potensi lokal. Disekitar Rt 2
mati. Selanjutnya dibuat lapisan lagi seperti Rw 2 banyak terdapat sisa kotoran sapi yang
lapisan pertama dan seterusnya sampai belum termanfaatkan. Pengolahan kotoran
ketinggian maksimal 1,5 m. Setelah Proses sapi yang mempunyai kandungan N, P dan
pengomposan juga sangat dipengaruhi K yang tinggi sebagai pupuk kompos dapat
aerasi. Aerasi yang cukup akan mensuplai unsur hara yang butuhkan tanah
memperlancar proses pengomposan. Jika dan memperbaiki struktur tanah menjadi
aerasi terlalu tinggi maka penguapan air dan lebih baik (Setiawan, 2002). Dibawah ini
kehilangan panas meningkat, sehingga adalah gambar kegiatan transfer teknologi
memperlambat proses penguraian bahan beruapa pemaparan materi dan pembuatan
organik. Sedangkan jika aerasi tidak cukup kompos di Kelurahan Rejasa.
maka proses penguraian lambat ( Winarni,
1997).

Gambar 1. Pemaparan materi dan praktek pembuatan kompos

Pupuk kompos sangat berperan kompos ke dalam tanah akan memacu


dalam peningkatan produksi pertanian baik perkembangan mikroorganisme dalam
secara kualitas maupun kuantitas, tanah, gas CO2 yang dihasilkan
mengurangi pencemaran lingkungan, dan mikroorganisme akan dipergunakan untuk
meningkatkan kualitas lahan secara fotosintesis tanaman dan menghasilkan
berkelanjutan. Kompos banyak mengandung hormon-hormon pertumbuhan (
mikroorganisme, dengan ditambahkannya Matenggomena, 2013).
67
JPPM ISSN: 2549 – 8347 (Online)
ISNN: 2579 – 9126 (Print)
Vol. 1 No. 2 September 2017
Arum Asriyanti Suhastyo
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan
Pembuatan Pupuk Kompos di Kelurahan Rejasa Banajrnegara

berbahan kotoran sapi. Pusat


Transfer teknologi pembuatan Penelitian dan Pengembangan
pupuk kompos memberikan manfaat yang Peternakan.
besar bagi warga Rt 2 Rw 2 Kelurahan
Rejasa yaitu adanya peningkatan Setyorini D., Saraswati R.,Anwar EA.
pengetahuan tentang manfaat bahan sisa (2006). Kompos. Pupuk Organik
sampah organik sebagi bahan baku dan Pupuk Hayati. Editor: RDM
pembuatan pupuk kompos. Sehingga Simanungkalit., Didi Ardi
diharapkan kedepannya warga Rt 2 Rw 2 Suridikarta., Rasti Saraswati,
Kelurahan Rejasa bisa membuat sendiri
Diah Setyorini dan Wiwik
pupuk kompos dari bahan-bahan organik
yang ada disekitar mereka. Hal ini juga Hartatik. Balai Besar Litbang
dalam rangka untuk mencapai kemandirian Sumberdaya Lahan Pertanian
masyarakat untuk memanfaatkan potensi Badan Penelitian dan
yang ada disekitar sebagai bahan baku Pengembangan Pertanian
pupuk organik untuk mendukung
mewujudkan ketahanan pangan antara lain Setiawan, A.I. (2002). Memanfaatkan
melalui pemanfaatan pekarangan dengan Kotoran Ternak. Cetakan ke tiga,
tanaman sayuran. Jakarta : Penebar Swadaya.

SIMPULAN Simanungkalit RDM., Suriadikarta D A.,


Saraswati R., Setyorini D., dan
Warga Rt 2 Rw 2 Kelurahan Rejasa
Hartatik W. (2009). Teknik
memiliki peningkatan pengetahuan dan
pembuatan kompos. Informasi
keterampilan tentang manfaat bahan sisa Ringkas Bank Pengetahuan Padi
sampah organik sebagi bahan baku Indonesia
pembuatan pupuk kompos
Suriwiria HU., (2002). Pupuk Organik
Kompos dari Sampah. Bioteknologi
DAFTAR PUSTAKA Agroindustri.Bandung : Humaniora
Utama Press.
Banjarnegarakab. (2016). Kabupaten
Banjarnegara. Winarni I. (1997). Kajian penggunaan
Http://www.banjarnegarakab.go.id/. plastik lembarandan anyaman
Diakses tanggal 11 Maret 2016. bamboo sebagai penutup tumpukan
pada pengomposan sampah kota
Gaur, AC. (1983). A Manual of Rural model Cina. Skripsi. Jurusan
Composting FAO. Rome : United Teknologi Industri Pertanian.
Nation. Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Matenggomena MF. (2013). Pemanfaatan Yovita. 2001. Membuat Kompos Secara
sampah rumah tangga untuk Kilat. Jakarta : Penebar Swadaya.
budidaya tanaman sayuran organik
di pekarangan rumah. Agroinovasi,
17 -23, XLIII, ( 3503).

Murbandono, L. HS. (2000). Membuat


Kompos. Jakarta : Penebar swadaya.

Prihandini, PW, dan Purwanto, T. (2007).


Petunjuk teknis pembuatan kompos
68
JPPM ISSN: 2549 – 8347 (Online)
ISNN: 2579 – 9126 (Print)
Vol. 1 No. 2 September 2017

Anda mungkin juga menyukai