Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL

TINJAUAN FORMULIR PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN


BERDASARKAN SNARS EDISI 1.1 DI RUMAH SAKIT ASTRINI
WONOGIRI TAHUN 2020

Oleh :
FARREL REVALDY HERMAWAN
18111089

Program Studi Diploma III Rekam Medik dan Informatika Kesehatan


Politeknik Kesehatan Bhakti Mulia Sukoharjo
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini Kementerian Kesehatan melakukan penguatan pelayanan
kesehatan untuk tahun 2015-2019 karena, Kesehatan merupakan salah satu
faktor terpenting dalam pelaksanaan pembangunan nasional, karena
kesehatan sebagai kebutuhan yang sangat mendasar dan dibutuhkan oleh
setiap manusia. Sesuai dengan perkembangan cara berfikir masyarakat
Indonesia yang semakin kritis terhadap hak-hak mereka, terutama dalam
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit melalui seorang
dokter, yang dapat dilihat dengan adanya masalah yang terjadi di indonesia
yang berdampak pada dokter yang menanggani di rumah sakit, seperti kasus
yang terjadi di Klinik Citra Asri Yogyakarta kurangnya penerapan
persetujuan tindakan medis (informed consent) pada persalinan yang
dilakukan oleh Bidan di Klinik Citra Asri Yogyakarta menyebabkan sering
terjadi kesalahan yang merugikan bidan. Tetapi tanggung jawab Bidan bila
melakukan kesalahan yaitu menyelesaikan melalui mediasi atau memberikan
ganti rugi (Pratiwi, 2018).

Setiap proses pencatatan data harus menggunakan formulir. Formulir


rekam medis sebagai penetapan tanggung jawab merekam data dan media
komunikasi antar orang/ bagian / organisasi. Formulir rekam medis yang
sudah dirancang dan digunakan harus sesuai dengan tujuan formulir tersebut.
Hal ini sebagaimana tertulis dalam Permenkes Republik Indonesia
No.269/Menkes/Per/III/2008, bahwa formulir rekam medis meliputi aspek
anatomi, aspek fisik, dan aspek isi. Pada pertengahan tahun 2015 di Rumah
Sakit Mulia Hati Wonogiri mengadakan penelitian tentang analisis desain
formulir persetujuan tindakan, dilihat dari aspek fisik kertas yang digunakan
berjenis HVS dengan berat 70 gram dan kertas A4, Formulir tidak
menggunakan karbonasi, pada heading sudah mencantumkan nomor formulir,
item – item masih ada yang tidak dilengkapi, pada formulir tidak terdapat
kolom. Close bagian tanda tangan pihak rumah sakit sering tidak diisi, aspek
isi bagian nomor telepon penanggung jawab/ wali sering tidak diisi.
(Pamungkas, 2016) .

Penggunaan formulir persetujuan tindakan kedokteran di Rumah Sakit


Astrini Wonogiri sangat dibutuhkan karena meningkatnya kunjungan pasien
BPJS ke rumah sakit sebanyak 31-32 pasien rawat inap per hari. Berdasarkan
studi pendahuluan di Rumah Sakit Astrini Wonogiri untuk pengisian formulir
persetujuan tindakan kedokteran dari beberapa dokumen yang ada sudah
cukup baik akan tetapi dalam segi desain masih ada kekuranagan oleh karena
itu desain formulir belum sesuai dengan SNARS edisi 1.1. dilihat dari aspek
anatomi pada bagian kepala (heading) belum ada nomor revisian atau
keterangan revisian pada formulir persetujuan tindakan kedokteran karena
formulir tersebut belum pernah di revisi, dilihat dari aspek fisik kertas yang
digunakan HVS 60 gram, dilihat dari aspek isi adanya beberapa item
persetujuan yang kurang lengkap seperti keterangan diagnosis (diagnosis
kerja dan diagnosis banding), dasar diagnosis, kondisi pasien, tindakan yang
akan di usulkan, tatacara tindakan, tujuan tindakan, manfaat tindakan, resiko
tindakan, kemungkinan alternative dari tindakan, prognosis dari tindakan,
kemunghkinan hasil yang tidak terduga, kemungkinan hasil bila tidak di
lakukan tindakan, tanda tanagan penerima informasi.Permasalahan yang akan
timbul dengan desain formulir yang belum sesuai menyebabkan formulir
mudah sobek, dalam penyimpanan formulir mudah rusak, dan formulir
belum memenuhi syarat akreditasi. dari permasalahan yang ada dan
pentingnya formulir perstujuan tindakan kedokteran Sehigga penulis
menggambil judul “Tinjauan Formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran
Berdasarkan SNARS Edisi 1.1 di Rumah Sakit Astrini Wonogiri Tahun
2020”
B. Rumusan Masalah
Bagaimana analisis desain formulir persetujuan tindakan kedokteran
berdasarkan SNARS Edisi 1.1 di Rumah Sakit Astrini Wonogiri Tahun 2020?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Desain formulir rekam medis formulir persetujuan tindakan
kedokteran rawat inap berdasarkan SNARS Edisi 1.1 di Rumah Sakit
Astrini Wonogiri Tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui aspek anatomi formulir persetujuan tindakan kedokteran
rawat inap berdasarkan SNARS Edisi 1.1 Rumah Sakit Astrini
Wonogiri Tahun 2020.
b. Mengetahui aspek fisik formulir persetujuan tindakan kedokteran
rawat inap berdasarkan SNARS Edisi 1.1 di Rumah Sakit Astrini
Wonogiri Tahun 2020.
c. Mengetahui aspek isi formulir persetujuan tindakan kedokteran
rawat inap berdasarkan SNARS Edisi 1.1 di Rumah Sakit Astrini
Wonogiri Tahun 2020.
d. Mendesain ulang formulir persetujuan tindakan kedokteran rawat
inap berdasarkan SNARS Edisi 1.1 di Rumah Sakit Astrini Wonogiri
Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan dalam bidang ilmu rekam medis khususnya
tentang desain formulir berdasarkan SNARS Edisi 1.1
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam mendesain formulir
persetujuan tindakan kedokteran berdasarkan SNARS Edisi 1.1 di Rumah
Sakit Astrini Wonogiri.
3. Bagi Akademik
Sebagai bahan pembelajaran dan referensi tambahan di perustakaan
khususnya desain formulir.

E. Ruang Lingkup Penelitian


1. Lingkup Keilmuan
Lingkup keilmuan dari penelitian adalah ilmu rekam medik dan
informasi kesehatan.
2. Lingkup Materi
Lingkup materi yang digunakan adalah desain formulir rekam Medis,
khususnya formulir persetujuan tindakan kedokteran.
3. Lingkup Lokasi
Lingkup lokasi dalam penelitian adalah bagian unit rekam medis di
Rumah Sakit Astrini Wonogiri.
4. Lingkup Metode
Lingkup metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan
cross sectional dan metode pengumpulan data dengan observasi dan
wawancara.
5. Lingkup Objek
Lingkup objek yang diteliti adalah formulir persetujuan tindakan
kedokteran.
6. Lingkup Waktu
Lingkup waktu Penelitian proposal ini pada Bulan Maret 2021

F. Keaslian Penelitian
Peneliti tentang desain formulir Persetujuan tindakan kedokteran ditinjau
dari SNARS Edisi 1.1 yang relevan dengan kopetensi yang diambil dengan
tujuan membandingkan karya tulis ilmiah dan mengetahui perbedaan serta
persamaan dan beberapa judul karya tulis ilmiah dan jurnal sebelumnya
adalah :
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Variabel
Lokasi Metode
No Judul Penelitian Peneliti yang
Penelitian penelitian
diteliti
1 Perancangan Endah Puskesmas Formulir Research
Desain Formulir puspitasar, Kauman Rawat And
Rekam Medis dkk/2017/ Kabupaten Jalan Developme
Pasien Rawat STIKes Ponorogo Poliklinik nt Dengan
Jalan Poliklinik Buana Umum Metode
umum di Husada Wawancara
Puskesmas Ponorogo Dan
Kauman Observasi
Kabupaten
Ponorogo
2 Desain Formulir Atma Rumah Formulir Kualitatif
Assesment Awal Deharja dan Sakit Assesment Dengan
Medis Gawat Selviana Daerah Awal Metode
Darurat Juwita Balung Medis Wawancara
Berdasarkan Swari/2017/ Jember Gawat Dan
Standar Politeknik Darurat Observasi
Akreditasi Negeri
Rumah Jember
Sakit Versi 2012
Di Rumah Sakit
Daerah Balung
Jember
3 Tinjauan desain Zulfa rissa Rumah Formulir Diskriptif,
formulir laporan amartha sakit laporan retrospektif,
operasi di lihat 2016 umum operasi observasi,
dari aspek daerah dan
anatomi,fisik,da boyolali wawancara
nisi di rumah
sakit umum
daerah simo
boyolali tahun
2016
4 Tinjauan Agus Puskesmas Informed Deskriptif,
formulir Suryanto Pucang consent observasi,
informed consent 2019 Sawit dan
berdasarkan wawancara
aspek anatomi,
fisik, da nisi di
Puskesmas
Pucang Sawit.

Dari tabel 1.1 dapat dilihat perbedaan antara penelitian yang serupa
dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis antara lain sebagai berikut:
1. Penelitian Endah puspitasari, dkk (2017) yang berjudul “Perancangan
Desain Formulir Rekam Medis Pasien Rawat Jalan Poliklinik umum di
Puskesmas Kauman Kabupaten Ponorogo”.
Hasil penelitian Puspitasari, dkk (2017) perancangan desain formulir
rekam medis pasien rawat jalan poliklinik umum yaitu menggunakan
kertas HVS berukuran lebar 22 cm dan panjang 34 cm dengan berat
kertas 80 gram dengan tinta berwarna hitam, formulir warna merah muda
untuk perempuan dan biru untuk laki-laki.
Persamaan penelitian ini terletak pada formulir rekam medis yang
digunakan untuk pelayanan rawat jalan, metode pengambilan data berupa
observasi, wawancara, dan meninjau aspek anatomi, fisik dan isi.
Perbedaannya terdapat pada judul dan tempat pelayanan penelitian
menggunakan formulir rawat jalan poliklinik umum, jenis penelitian
yang digunakan research and development dan tempat penelitian
dilakukan di puskesmas kauman ponorogo. Sedangkan peneliti
menggunakan formulir persetujuan tindakan kedokteran, jenis penelitian
deskriptif dan tempat penelitian di Rumah Sakit Astrini Wonogiri.
2. Penelitian Atma Deharja dan Selviana Juwita Swari (2017) yang berjudul
Desain Formulir Assesment Awal Medis Gawat Darurat Berdasarkan
Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 Di Rumah Sakit Daerah
Balung Jember.
Hasil penelitian Atma dan Swari (2017) adalah mengevaluasi
formulir assesment awal medis gawat darurat pada Aspek anatomi bagian
instruction lingkari (+/-) menjadi (*) lingkari item yang sesuai dan di beri
tanda (√). Pada Aspek isi meliputi identitas pasien, waktu kedatangan,
cara bayar pasien, jenis kasus, lambang triage, pasien datang, cara
komunikasi, survei primer ABCDE, tanda-tanda vital, antropometri,
skala nyeri, anamnesis, RPD, RPS, RPK, rekonsiliasi obat, resiko jatuh,
fungsional, pemeriksaan fisik, diagram anatomi tubuh, diagnosa kerja,
rencana tindakan dan evaluasi, tindak lanjut dan kondisi akhir pasien.
Persamaan penelitian ini terletak pada kegunaan formulir peneliti
yaitu untuk asesmen awal pasien, metode penelitian observasi,
wawancara dan meninjau aspek anatomi, fisik dan isi. Perbedaan
penelitian terdapat pada penggunaan formulir yang dilakukan pada
pelayanan gawat darurat, jenis penelitian kualitatif, metode
brainstorming, penelitian dan tempat penelitian di Rumah Sakit Daerah
Balung Jember yang di sesuaikan standar akredtasi rumah sakit versi
2012, Sedangkan peneliti menggunakan formulir yang dilakukan pada
pelayanan rawat inap, jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
cross sectional dan tempat penelitian di Rumah Sakit Astrini Wonogiri .
3. Penelitian Zulfa Rissa Amartha (2016) yang berjudul Tinjauan Desain
Formulir Laporan operasi di lihat dari aspek Anatomi, fisik, dan isi
rumah sakit umum daerah simo boyolali
Hasil pengamatan Zulfa Rissa Amartha (2016) di rumah sakit umum
daerah simo boyolali formulir laporan operasi aspek anatomi heading
belum terdapat identitas rumah sakit bagian instruction tidak ada perintah
cara pengisian foemulir. Bagian body batas tepi atas 2,5 cm, batas tepi
kiri 1,8cm, batas tepi bawah 4,9cm, dan batas tepi kanan 1,6 cm. Aspek
fisik menggunakan kertas HVS warna merah muda 60 gram bentuk folio
persegi panjan. Aspek isi terdiri 4 kolom.Item-item pada formulir laporan
operasi sudah berkelompok sesuai jenisnya. Aspek isi untuk kejelasan
kata sudah dapat di pahami oleh petugas. Terminologi data yang terdapat
pada formulir laporan operasi sudah jelas dan dapat di pahami oleh
petugas.Pada analisis kuantitatif ada berapa Riview yang tidak di isi yaitu
pada riview identifikasi tertinggi pada item nama perawat yaitu 50%
riview pelaporan tertinggi nama terang yaitu 24% dan riview pencatatan
tidak ada coretan tanpa paraf yaitu 5%
Persamaan penelitian ini terletak pada metode penelitian observasi,
wawancara dan meninjau aspek anatomi, fisik dan isi. Perbedaan
penelitian terdapat pada penggunaan formulir yang dilakukan pada
pelayanan gawat darurat, jenis penelitian kualitatif, metode
brainstorming, penelitian dan tempat penelitian di di rumah sakit umum
daerah simo boyolali, Sedangkan peneliti menggunakan formulir yang
dilakukan pada pelayanan rawat inap, jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan cross sectional dan tempat penelitian di Rumah Sakit Astrini
Wonogiri.
4. Penelitian Agus Suryanto (2019) yang berjudul Tinjauan formulir
informed consent berdasarkan aspek anatomi, fisik, dan isi di puskesmas
pucang sawit.
Hasil pengamatan Aspek anatomi formulir informed consent pada
bagian heading belum terdapat no revision atau tanggal terbit, pada
bagian introduction sudah ada, pada bagian instruction belom ada. Pada
bagian isi belom adanya keterangan informasi persetujuan dan
penolakan. Pada bagian close sudah ada. Aspek fisik formulir informrd
condsent pada bahan masih menggunakan HVS 60 gram, bentuk, ukuran,
warna sudah sesuai dengan teori, dan pada terminology data sudah baik
ada yang menggunakan istilah Bahasa medis, singkatan dan symbol.
Persamaan penelitian ini terletak pada penelitian observasi,
wawancara dan meninjau aspek anatomi, fisik dan isi. Perbedaan
penelitian terdapat pada metode pengambilan data observasi, penelitian
dan tempat penelitian di Puskesmas Pucang Sawit, Sedangkan peneliti
menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross
sectional dan tempat penelitian di Rumah Sakit Astrini Wonogiri.
Dari beberapa Karya tulis ilmiah dan Jurnal penelitian di atas
membuktikan bahwa penelitian belum pernah di lakukan, di lihat dari
persamaan dan perbedaan dari beberapa penelitian.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Rumah Sakit
Rekam medis adalah jawaban dari pertanyaan tentang siapa, apa, dimana,
dan bagaimana pelayanan perawatan pasien selama di rumah sakit. Dalam
melengkapi rekam medis harus mempunyai data tertulis untuk
menghasilkan diagnosis, jaminan, pengobatan, dan hasil akhir dari
perawatan pasien. Rekam medis juga sebagai pemberi keterangan, baik
secara tertulis maupun yang terekam tentang identitas pasien, anamnese,
diagnose dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien serta
pengobatan pasien secara rawat inap, rawat jalan maupun pelayanan gawat
darurat (Rustiyanto, 2010:17).
Dalam penulisan rekam medis, tidak semua penulisan atau
pencatatan yang dibuat dalam suatu pelayanan kesehatan dapat disebut
sebagai rekam medis. Karena catatan rekam medis baru akan disebut
sebagai rekam medis apabila bisa menceritakan kembali siapa yang
melakukan, dimana kejadiannya, mengapa itu dilakukan, bagaimana
melakukannya, apa hasilnya (bila ada) dan sebagainya (Sudra, 2017:1.22).

B. Rekam Medis
1. Pengertian Rekam Medis
Permenkes Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam medis,
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis adalah siapa, apa,
dimana dan bagaimana perawatan pasien selama dirumah sakit, untuk
melengkapi rekam medis harus memiliki data yang cukup tertulis dalam
rangkaian kegiatan guna menghasilkan suatu diagnosis, jaminan,
pengobatan dan hasil akhir (Rustiyanto, 2015:2).

2. Tujuan Rekam Medis


a. Tujuan Primer Rekam Medis :
1) Bagi Pasien
a) Mencatat jenis pelayanan yang telah diterima
b) Bukti pelayanan
c) Memungkinkan tenaga kesehatan dalam menilai dan menangani
tenaga kesehatan dalam menilai dan menangani kondisi resiko
d) Mengetahui biaya pelayanan
2) Bagi Pihak Pemberi Pelayanan Kesehatan
a) Membantu kelanjutan pelayanan (sarana komunikasi)
b) Menggambarkan keadaan penyakit dan penyebab (sebagai
pendukung diagnostik kerja)
c) Menunjang pengambilan keputusan tentang diagnosis dan
pengobatan
d) Menilai dan mengelola resiko perorangan pasien
e) Menfasilitasi pelayanan sesuai dengan pedoman praktik klinis
f) Mendokumentasikan faktor resiko pasien
g) Menilai dan mencatat keinginan serta kepuasan pasien
h) Menghasilkan rencana pelayanan
i) Menetapkan saran pencegahan atau promosi kesehatan
j) Sarana pengingat para klinis
k) Menunjang pelayanan pasien
l) Mendokumentasikan pelayanan yang diberikan
3) Bagi Manajemen Pelayanan Pasien
a) Mendokumentasikan adanya kasus penyakit gabungan dan
praktinya
b) Menganalisis kegawatan penyakit
c) Merumuskan pedoman praktik panganan resiko
d) Memberikan corak dalam penggunaan pelayanan
e) Dasar penilaian dalam penggunaan sarana pelayanan (utilisasi)
f) Melaksankan Kegiatan menjaga mutu
4) Bagi Penunjang Pelayanan Pasien
a) Alokasi sumber
b) Menganalisis kecenderungan dan mengembangkan dugaan
c) Menilai beban kerja
d) Mengomunikasikan informasi berbagai unit kerja
5) Bagi Pembayaran dan Penggantian Biaya
a) Mendokumentasikan unit pelayanan yang memungut biaya
pemeriksaan
b) Menetapkan biaya yang harus dibayar
c) Mengajukan klaim asuransi
d) Mempertimbangkan dan mengutuskan klaim asuransi
e) Dasar dalam menetapkan ketidakmampuan dalam pembayaran
(mis. kompensasi pekerjaan)
f) Menangani pengeluaran
g) Melaporkan pengeluaran
h) Menyelenggarakan analisis aktuarial (tafsiran pra penetapan
asuransi)
b. Tujuan Sekunder Rekam Medis
1) Edukasi
a) Mendokumentasikan pengalaman profesional dibidang kesehatan
b) Menyiapkan sesi pertemuan dan prestasi
c) Bahan pengajaran
2) Peraturan (Regulasi)
a) Bukti pengajuan perkara ke pengadilan (litigasi)
b) Membantu pemasaran pengawasan (surveillance)
c) Menilai kepatuhan sesuai standar pelayanan
d) Sebagai dasar pemberian akreditasi bagi profesional dan rumah
sakit
e) Membandingkan organisasi pelayanan kesehatan
3) Riset
a) Mengembangkan produk baru
b) Melaksanakan riset klinis
c) Menilai teknologi
d) Studi keluaran pasien
e) Studi efektifitas serta analisis manfaat dan biaya pelayanan pasien
f) Mengidentifikasi populasi yang beresiko
g) Mengembangkan registrasi dan basis atau pangkalan (database)
h) Menilai manfaat dan biaya sistem rekaman
4) Pengambilan kebijakan
a) Mengalokasikan sumber-sumber
b) Melaksanakan rencana strategis
c) Memonitor kesehatan masyarakat
5) Industri
a) Melaksanakan riset dan pengembangan
b) Merencanakan strategi pemasaran
(Hatta, 2014:80)
2. Kegunaan Rekam Medis
Kegunaan rekam medis secara umum antara lain :
a. Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahlinya yang ikut
ambil bagian didalam memberikan pelayanan pengobatan, perawatan
kepada pasien.
b. Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus
diberikan kepada seorang pasien.
c. Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan
penyakit, dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di rumah
sakit.
d. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi
terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.
e. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter
dan tenaga kesehatan lainnya.
f. Menyediakan data-data khususnya yang sangat berguna untuk penelitian
dan pendidikan.
g. Sebagai dasar didalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis
pasien.
h. Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai
bahan pertanggungjawaban dan laporan.
(Rustiyanto, 2010:18)
3. Isi Rekam Medis
Berdasarkan PERMENKES No: 269/MENKES/PER/III/2008 data-
data yang harus dimasukkan dalam Medical Record dibedakan untuk
pasien yang diperiksa di unit rawat jalan dan rawat inap dan gawat darurat.
Setiap pelayanan baik di rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat dapat
membuat rekam medis dengan data-data sebagai berikut:
a. Pasien Rawat Jalan = 1) Identitas Pasien; 2) Tanggal dan Waktu; 3)
Anamnesa (sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit); 4) Hasil
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Medis; 5) Diagnosis; 6) Rencana
Penatalaksanaan; 7) Pengobatan atau Tindakan; 8) Pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien; 9) Untuk kasus gigi dan dilengkapi
dengan odontogram klinik; 10) Persetujuan tindakan medis.
b. Pasien Rawat Inap = 1) Identitas pasien; 2) Tanggal dan waktu; 3)
Anamnesis; 4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis; 5)
Diagnosis; 6) Rencana penatalaksanaan; 7) Pengobatan dan atau
tindakan; 8) Persetujuan tindakan bila perlu; 9) Catatan observasi klinis
dan hasil penobatan; 10) Ringkasan pulang; 11) Nama dan tanda tangan
dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan
pelayanan kesehatan; 12) Pelayanan lain yang telah diberikan oleh
tenaga kesehatan tertentu; 13) Untuk kasus gigi dan dilengkapi dengan
odontogram klinik.
(Sudra, 2017:1.24).

C. Desain Formulir
1. Pengertian Formulir Rekam Medis
Menurut sudra (2017:1.32) formulir dapat di definisikan sebagai
secarik kertas yang memiliki ruang untuk di isi, formulir rekam medis di
definisikan sebagai dokumen atau media yang di gunakan untuk mencatat
atau merekam terjadinya peristiwa pelayanan kesehantan atau teransaksi
traupetik. Sedangkan desain formulir adalah kegiatan merancang formulir
berdasarkan kebutuhan transaksi kegiatan pelayanan dan penyusunan atau
pembuatan laporan organisasi.
2. Tujuan penggunaan Formulir Rekam Medis
Menurut Sudra (2017;1.32) tujuan penyediaan dan penggunaan formulir
rekam medis adalah:
a. Memudahkan proses pengumpulan data.
b. Mempercepat proses pelayanan.
c. Meningkatkan keakuratan data.
d. Menstandarkan informasi.
e. Memperjelas pembagian data ( data medis, keuangan, administrasi, dan
operasional).
f. Menunjang proses pengolahan informasi.
3. Manfaat Formulir Rekam Medis
Menurut Sudra (2017:1.33) penggunaan formulir rekam medis mengacu
pada beberapa manfaatnya antara lain:
a. Untuk mencatat atau merekam data transaksi pelayanan kesehatan.
b. Untuk menetapkan dan menunjukkan tanggung jawab yang timbul
dalam suatu trsnsaksi pelayanan kesrhatan.
c. Untuk mengursngi aspek lupa dengan merancang formulir yang mampu
memandu pengguna dalam proses pengisianya.
d. Sebagai media komunikasi antar tenaga kesehatan.
4. Formulir Informed Consent
Menurut permenkes RI No. 290/Menkes/per/III/2008
tentang persetujuan tindakan medis. Persetujuan tindakan medis atau
persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang di berikan oleh
pasien atau keluarga terdekat setelah mendapet pemjelasan secara
lengkap mengenai tindakan kedokteran gigi yang akan di lakukan
terhadap pasien.
Menurut pasal 8 permenkes RI No.
269/Menkes/Per/III/2008 Bab IV tentang rekam medis, rekam medis di
rumah sakit wajib di simpan sekurang-kurangnya untuk jangka waktu 5
(lima) tahun terhitung dari tanggal telakhir pasien berobat atau di
pulangkan, setelah batas 5 (lima) tahun rekam medis dapat di
musnahkan kecuali ringkasan pulang dan persrtujuan tindakan medik.
Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik harus di simpan
dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal dibuatnya
ringkasan tersebut.
5. Komponen formuulir Rekam Medis
Menurut sudra (2017:1.35) komponen-komponen formulir rekam medis
meliputi:
a. Aspek anatomi formulir meliputi pemikiran tentang bagian kepala
(heading) pendahuluan ( introduction) perintah ( intrukction) isi
(body) dan bagian penutup (close).
1) Bagian kepala (heading), meliputi judul formulir, subjudul, nama
institusi, logo, nomor kode dan revisi, nomor halaman, dan
informasi pelengkap lainnya. Heading ini bisa ditempatkan di
bagian atas atau sisi kanan formulir. Semua formulir dalm suatu
institusi hendaknya memiliki posisi heading yang sama. Posisi
heading mempertimbangkan aspek penjilidan, penyimpanan,
pelipatan dan penataan formulir.
2) Bagian pendahuluan (introduction) berisi keterangan tambahan
mengenai formulir. Jika memang bagian heading sudah cukup
menggambarkan fungsi dan tujuan formulir tersebut maka tidak
perlu lagi ditambahkan.
3) Bagian perintah (instruction) berisi penjelasan singkat tentang
jumlah lembar, cara pengisian, cara pengiriman. Bagian ini
biasanya diatur penempatannya agar lebih jelas, singkat, dan
tidak mengganggu alur pembacaan dan pengisian formulir.
4) Bagian isi (body) merupakan inti dari suatu formulir. Dibagian
inilah data dicatat. Penggunaan metode pengelompokkan
(grouping), urutan (sequence), bentuk dan ukuran huruf (font),
warna area (color), batas tepi (margin), spasi (space), garis
(lines), dan cara pengisian berperan terhadap hasil pengisian
formulir.
Menurut Rachmani (2003:24) pertimbangan yang harus
diperhatikan dalam sebuah body antara lain:

a) Margins (batas pinggir)


(1) Margin minimum untuk batas atas 2/6 (0,32)
(2) Margin minimum untuk batas bawah 3/6 (1,27)
(3) Margin minimum untuk batas sisi 3/10 (0,76)
b) Spacing
(1) Horizontal spacing disediakan 1/12 untuk huruf elite atau
1/10 untuk huruf.
(2) Vertical spacing terdapat enam garis vertical setiap inci pada
mesin ketik standar, elite dan pica. Diberikan 1/6 atau
kelipatannya, untuk setiap baris pengetikan.
(3) Untuk spacing yang dibuat dengan tulisan tangan, berikan
horizontal spacing 1/10 sampai 1/12 perkarakter, vertical
spacing memerlukan 1/4 sampai 1/3. Kalau desain kotak
yang digunakan, 1/3 diperlukan
c) Rules
Rules adalah garis vertical atau horizontal. Garis ini bisa solid
(langsung), dotted (terputus-putus), atau pararel berdekatan yang
melayani berbagai tujuan.

d) Type Style (jenis huruf)


Jenis huruf penting dalam hal keterbacaan dan penonjolan.
Untuk suatu formulir, paling baik adalah menggunakan sedikit
mungkin jenis huruf dan ukuran huruf. Item-item dan tingkat
kepentingan yang sama hendaknya dicetak dengan huruf yang
sama di semua bagian formulir. Biasanya jenis italic dan bold
digunakan untuk penekanan, tapi terbatas pada kata-kata yang
memerlukan penekanan khusus.
e) Cara pencatatan
Hampir semua formulir dihasilkan dengan tangan, mesin ketik,
atau cetak komputer.
5) Close
Close (penutup) merupakan bagian akhir dari suatu formulir namun
memiliki arti yang sama pentingnya dengan bagian-bagian
sebelumnya. Pada bagian ini tercantum tanda tangan, nama terang,
keterangan tempat, tanggal (dan jam bila diperlukan).
a. Aspek Isi
Menurut Sudra (2017:1.36) Desain formulir dalam pembuatanya
harus memperhatikan aspek isinya, yaitu :
1) Upayakan sesedikit mungkin pengisian dengan cara menulis
langsung. Upayakan pengisisn dengan cara memilih, memberi tanda,
dan sebagainya.
2) Upayakan menggunakan metode upper left caption (ULC) untuk
menandai dan memberi keteranga pada setiap item yang harus diisi.
Penggunaan ULC biasanya bisa memperjelas dan menambah luas
area pengisian.
3) Sediakan area (spasi) yang cukup untuk semua item isian dan sesuai
dengan cara pengisianya (ditulis atau di ketik).
4) Cantumkan keterangan cara pengisian yang jelas. Keterangan ini
umumnya ditempatkan sebelum item yang akan diisi.

b. Aspek Fisik
Menurut Sudra (2017:1.35) aspek fisik formulir meliputi pikiran
tentang bahan, bentuk, ukuran, dan warna.
1) Jika formulir kertas, hendaknya menggunakan kertas dengan kualitas
yang baik dan tahan lama. Formulir rekam medis tidak boleh
menggunakan kertas buram (baik warna coklat maupun warna
putih).
2) Jika berupa formulir kertas, hendaknya semua formulir memiliki
ukuran yang sama dan standar, biasanya A4.
3) Setiap formulir harus mencantumkan identitas pasien minimal
berupa item nama pasien dan nomor rekam medis.
4) Warna dasar formulir hendaknya putih atau warna muda lainnya
untuk menjaga nilai kontras antara warna dasar formulir dengan
warna tintanya.

D. Analisis Perancangan Formulir


Perancangan formulir merupakan refleksi dari perancangan sistem, oleh
sebab itu sebagai perancang harus mengenal tujuan sistem tersebut, fungsi–
fungsi yang terkait serta syarat–syarat terselenggaranya sistem tersebut
sehingga dapat dijelaskan mengapa formulir itu dibuat.Perancangan formulir
dapat efektif bila disertai kebijakan pengontrolan formulir yang memadai,
sehingga dapat dilakukan penghematan dalam hal :
1. Jumlah tenaga yang mengisi formulir.
2. Frekuensi kesalahan dalam melengkapi isi formulir.
3. Semua keterangan atau data dapat tersajikan dan apakah ada data atau
informasi yang tidak penting atau diperlukan yang perlu dihilangkan.
4. Pencatatan dan kertas yang digunakan.
Prinsip dasar yang melandasi perancangan formulir :
1. Sedapat mungkin manfaatkan tembusan atau copy formulir.
2. Hindari duplikasi dalam pengumpulan data.
3. Membuat rancangan sederhana dan seringkas mungkin.
4. Masukkanlah unsur internal chek dalam merancang formulir.
5. Mencantumkan nama dan alamat organisasi pada formulir yang akan
digunakan untuk pihak luar.
6. Mencantumkan nama formulir untuk memudahkan identifikasi.
7. Memberi nomor untuk identifikasi formulir.
8. Merancang formulir sedemikian rupa sehingga penulis hanya
membubuhkan tanda , atau , atau menjawab “ya” atau “tidak”, untuk
menghemat waktu pengisian.
9. Bila ada pembagian zona bagilah menurut blok – blok daerah yang logis
yang berisi data yang terkait. Pembagian blok atau zona diperlukan untuk
memudahkan mengingat bagi pencatatan data.
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang formulir :
1. Siapa yang memerlukan atau akan mendapat informasi yang akan dicatat
dalam formulir yang harus dibuat.
2. Adakah formulir yang sekarang digunakan berisi informasi yang sama.
3. Apakah elemen–elemen yang harus dicantumkan didalam formulir telah
disusun menurut urutan yang logis untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya kesalahan dalam pengisian formulir dan akan mengurangi waktu
pengisian.
4. Apakah formulir tersebut akan memerlukan penulisan dengan tangan atau
pemrosesan dengan mesin atau kedua-duanya.
5. Apakah formulir tersebut akan disimpan di dalam suatu arsip.
Informasi yang diperlukan dalam merancang kembali suatu formulir, perlu
dilakukan survei guna mengumpulkan informasi :
1. Bersangkutan dengan formulir itu sendiri ( isi, jumlah lembar tembusan
dan jenis yang digunakan ).
2. Bersangkutan dengan kegiatan penyediaan, pengisian dan pencatatan
formulir tersebut.

E. Standar Nasional AKreditasi Rumah Sakit ( SNARS 1.1 )


1. Pengertian dan Konsep Akreditasi
Konsep dasar akreditasi pelayanan kesehatan adalah berfokus kepada
tiga aspek utama yaitu berorientasi kepada pasien, mutu, serta keselamatan
pelayanan dan askes pelayanan.
Akreditasi rumah sakit pengakuan terhadap mutu pelayanan rumah
sakit, setelah dilakukan penelitian bahwa rumah sakit telah memenuhi
standar akreditasi (Permenkes RI No 34 tahun 2017). Tujuan akreditasi
rumah sakit berdasarkan Permenkes RI No 34 tahun 2017 yaitu:
a. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dan melindungi
keselamatan pasien rumah sakit.
b. Meningkatkan perlindungan bagi masyarakat, sumber daya manusia di
rumah sakit dan rumah sakit sebagai institusi.
c. Mendukung program pemerintahan dibidang kesehatan.
d. Meningkatkan profesionalisme rumah sakit Indonesia di mata
internasional.
2. Penyelenggaraan Akreditasi Rumah Sakit
a. Persiapan Akreditasi
Persiapan Akreditasi dilakukan oleh rumah sakit yang akan
menjalani proses akreditasi meliputi kegiatan:
1) Penilaian mandiri (Self assesment), bertujuan untuk mengukur
kesiapan dan kemampuan rumah sakit untuk pemenuhan standar
akreditasi dalam rangka survey akreditasi. Penilaian mandiri (Self
assesment) dilakukan dengan instrument akreditasi. Instrument
akreditasi merupakan alat ukur yang dipakai oleh lembaga
independen penyelenggara akreditasi untuk menilai rumah sakit
dalam memenuhi standar akreditasi.
2) Workshop diselenggarakan untuk menunjang pemenuhan standar
akreditasi rumah sakit.
3) Bimbingan akreditasi merupakan proses pembinaan terhadap rumah
sakit untuk meningkatkan kinerja dalam mempersiapkan survei
akreditasi.
b. Pelaksanaan Akreditasi
Pelaksanaan akreditasi dilakukan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi meliputi kegiatan:
1) Survei akreditasi merupakan penilaian untuk mengukur pencapaian
dan cara penerapan standar akreditasi.
2) Penetapan status akreditasi dilakukan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi berdasarkan rekomendasi dan surveior.
c. Pasca Akreditasi
Kegiatan pasca akreditasi dilakukan dalm bentuk survei verivikasi.
Survei verivikasi bertujuan untuk mempertahankan dan atau
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit sesuai dengan rekomendasi
dan surveior, survei verivikasi hanya dilakukan oleh lembaga
independen penyelenggara akreditasi yang telah melakukan penetapan
status akreditasi terhadap rumah sakit dalam hal ini rumah sakit telah
mendapatkan penetapan status akreditasi, namun pada saat survei
verivikasi tidak dapat mempertahankan dan atau meningkatakan mutu
pelayanan sesuai dengan rekomendasi surveior, lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang melakukan penetapan status akreditasi
dapat melakukan pencabutan penetapan status akreditasinya.
3. Pengertian SNARS edisi 1.1
Program Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia mulai dilaksanakan
untuk pertama kalinya yaitu pada tahun 1995 yang mencakup 5 pelayanan
yang harus dipenuhi. Kemudian dalam perjalannya, yaitu mulai tahun
1998, jumlah pelayanan yang harus terakreditasi adalah menjadi 12
Pelayanan, dan tahun 2001 bertambah kembali menjadi 16 pelayanan.
Melihat perkembangan Dunia Secara Global, bahwa tuntutan dalam dunia
kesehatan semakin berkembang. KARS juga mengamati dan melakukan
sebuah perbandingan dan pembelajaran terhadap Badan Akreditasi luar
Negeri yang telah melakukan akreditasi lebih baik dengan standar
International. Maka dari itulah, mulai tahun 2012 terjadi perubahan
paradigma dalam akreditasi yang akan diterapkan yaitu mengacu pada
standar akreditasi dari Joint Commision International (JCI) Edisi 4.
Mengacu pada undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
"Rumah Sakit sebagai institusi kesehatan perlu terus meningkatkan mutu
layanan dan keselamatan pasien secara berkesinambungan dan
berkelanjutan. Peningkatan mutu dan keselamatan pasien merupakan
proses kegiatan yang tidak pernah berhenti dan harus selalu dilakukan
oleh rumah sakit di Indonesia". Maka Rumah sakit wajib memperbaharui
akreditasi setiap tiga tahun sekali, sebagi kontrol terhadap mutu akreditasi
yang telah dicapai. Perkembangan pemikiran dan tujuan akan kualitas
rumah sakit yang semakin baik, mendorong Tim KARS menyusun sebuah
standar akreditasi bersifat nasional yang diberlakukan diseluruh rumah
sakit yang ada di Indonesia. Maka pada awal tahun 2018 tepatnya 1
Januari 2018, Akreditasi Rumah sakit tidak lagi menggunakan Versi 2012
dan diganti dengan SNARS Edisi 1.1. SNARS merupakan Standar yang
digunakan untuk mengukur kepatuhan rumah sakit dalam proses memberi
pengakuan terhadap Rumah Sakit oleh lembaga independen penyelenggara
Akreditasi yang diresmikan oleh Menteri kesehatan Disebut sebagai Edisi
1, Setelah itu pada awal tahun 2020 tepatnya 1 januari 2020 merupakan
revisi pertama dari SNARS edisi 1 standar nasional untuk akreditasi rumah
sakit. Menjadi SNARS edisi 1.1 Suatu standar akan membantu
menjelaskan makna sepenuhnya dari standar tersebut, memberikan
penjelasan bagaimana standar tersebut selaras dengan program
keseluruhan, menentukan parameter untuk ketentuan-ketentuan atau
memberikan “gambaran tentang ketentuan dan tujuan-tujuannya” salah
satu pengelompokan standar nasional akreditasi rumah sakit edisi 1.1
(SNARS edisi 1.1) pada bab 2 Hak Pasien dan Keluarga (HPK) 2.2
sebagai berikut:
a. Standar HPK 2.2
Pasien dan keluarga menerima informasi tentang penyakit, rencana
tindakan, dan DPJP serta para PPA lainya agar mereka dapat
memutuskan tentang asuhanya.
b. Maksud dan Tujuan HPK 2.2
Anggota staf menjelaskan setiap tindakan atau prosedur yang di
usulkan kepada pasien dan keluarga. Informasi yang di berikan memuat
elemen :
1) Diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis banding) dan dasar
diagnosis
2) Kondisi pasien
3) Tindakan yang di usulkan
4) Tata cara dan tujuan tindakan
5) Manfaat dan risiko tindakan
6) Nama orang mengerjakan tindakan
7) Kemungkinan alternatif dari tindakan
8) Prognosis dari tindakan
9) Kemungkinan hasil yang tidak terduga
10) Kemungkinan hasil bila tidak di lakukan tindakan.
c. Elemen Penilaian HPK 2.2
1) Ada regulasi yang mengatur pelaksanaan proses untuk menjawab
pertanyaan informasi kopetensi dan kewenangan dari PPA.( R )
2) Pasien di berikan informasi tentang elemen 1) sampai 10) yang
relevan dengan kondisi dan rencana tindakan (D,W)
3) DPJP, PPJA dan PPA lainya harus memperkenalkan dari saat
pertama kali bertemu pasien. (W,S)
F. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah formuliasi atau suatu perumusan untuk
mendukung di jadikan kerangka konsep (Notoatmodjo:2010). Kerangka teori
pada penelitian ini dapat di lihat pada gambar 2.1 di bawah ini
1 Rekam medis

Dokumen Analisis Evaluasi Desain Formulir


2
Rekam medis persetujuan tindakan kedokteran dari
4 aspek:
3 Formulir persetujuan
1. Aspek Anatomi
tindakan kedokteran 2. Aspek Fisik
3. Aspek Isi

5 Perancangan Desain Formulir persetujuan tindakan kedokteran

6 Hasil Desain Formulir persetujuan tindakan kedokteran Baru

Gambar 2.1 kerangka teori


(Sumber : Permenkes RI (2008), Ratman (2013), Sudra (2017)).

G. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang
akan dilakukan. Kerangka konsep ini dikembangkan atau diacukan kepada
tujuan penelitian yang telah dirumuskan, serta didasari oleh kerangka teori
yang telah disajikan dalam tujuan pustaka sebelumnya (Notoatmodjo,
2010:100)

Formulir persetujuan
tindakan kedokteran

Analisis Formulir
1 Aspek Anatomi
2 Aspek Fisik
3 Aspek Isi

Perancangan Desain Ulang Formulir


persetujuan tindakan kedokteran
Hasil Desain Formulir persetujuan
tindakan kedokteran Baru
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
(Sumber : . Permenkes RI (2008), Ratman (2013), Sudra (2017)).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu suatu
penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang biasanya
bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang
terjadi didalam suatu populasi tertentu. Penelitian ini mendeskripsikan
formulir persetujuan tindakan kedokteran Rumah Sakit Astrini Wonogiri
Tahun 2020.
Rencana yang digunakan penelitian ini dengan pendekatan cross
sectional. cross sectional yaitu penelitian yang variabel sebab atau resiko dan
akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan
secara simultan dalam waktu yang sama. Pada pendekatan ini bertujuan untuk
mengetahui analisis formulir persetujuan tindakan kedokteran.

B. Populasi dan Sample


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua formulir persetujuan
tindakan kedokteran di Rumah Sakit Astrini Wonogiri pada tribulan
terakhir tahun 2020 yang berjumlah 763 formulir persetujuan tindakan.
Jumlah populasi tersebut diperoleh dari jumlah kunjungan rawat inap baik
pasien baru maupun lama pada tribulan terakhir tahun 2020. Peneliti
datang menemui petugas rekam medis bagian pelaporan untuk
menanyakan berapa jumlah kunjungan pasien rawat inap baik pasien lama
atau baru selama tahun 2020 di Rumah Sakit Astrini Wonogiri. Petugas
rekam medis memberikan buku register pasien rawat inap. Peneliti
membuka buku register rawat inap untuk mengetahui Formulir persetujuan
tindakan yang merupakan satu kesatuan populasi. Kemudian mencatat
jumlah kunjungan pasien rawat inap baik pasien baru maupun pasien lama
pada tibulan terakhir tahun 2020 di Rumah Sakit Astrini Wonogiri. Setelah
mencatat peneliti menghitung sampel yang akan digunakan dalam
penelitian analisis desain formulir persetujuan tindakan kedokteran
berdasarkan SNARS Edisi 1.1.
2. Sampel
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 88
formulir persetujuan tindakan kedokteran dengan menggunakan simple
random sampling atau sederhana. Peneliti mengambil secara acak
dokumen rekam medis sebanyak 88 dokumen untuk dilakukan analisa
kuantitatif terhadap aspek anatomi, fisik dan isi pada lembar formulir
persetujuan tindakan kedokteran. Cara yang digunakan untuk mengambil
sampel yaitu peneliti menghitung menggunakan formula yaitu
menggunakan rumus slovin, berdasarkan perhitungan sampel yang
digunakan pada peneliti ini sebanyak 88 nomor rekam medis pasien rawat
inap. Setelah peneliti mendapatkan nomor urut Nomor Rekam Medis
peneliti datang ke Rumah Sakit Astrini Wonogiri untuk memperoleh data
keseluruhan populasi untuk mengetahui nomer rekam medis yang akan
diambil sebagai sampel peneliti.

C. Tekhnik Pengumpulan Sampel


Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan teknik sistem random
sampling dengan mengambil secara acak formulir atau dokumen rekam
medis. Pada teknik acak ini semua formulir dalam populasi mempunyai
probabilitas atau kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
Populasi yang diambil sejumlah 763 diperoleh dari jumlah kunjungan rawat
inap baik pasien baru maupun lama selama tahun 2020 dengan cara
menghitung menggunakan rumus slovin, dengan rumus slovin hasil
perhitungan sebanyak 88 sampel. Setelah peneliti mendapatkan nomor urut
Nomor Rekam Medis peneliti datang ke Rumah Sakit Astrini Wonogiri untuk
memperoleh data keseluruhan populasi untuk mengetahui nomer rekam medis
yang akan diambil sebagai sampel peneliti, sedangkan untuk menentukan
jumlah / besar sampel nya peneliti menggunakan rumus slovin dengan tingkat
ketepatan yang diinginkan 0,01, berikut perhitungannya:

Rumus Slovin :
N
n=
1+ Ne2
763
n= 2
1+763( 10 %)
763
n=
1+763( 0,1)2
763
n=
1+763(0,01)
763
n=
1+7,63
763
n=
8,63
n=88

D. Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Formulir
persetujuan tindakan kedokteran, berdasarkan SNARS Edisi 1.1.
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel
No Variabel Devinisi operasional variabel

1 Persetujuan Formulir rawat inap sebelom melalukan


Tindakan tindakan kedokteran yang penting untuk
Kedokteran identifikasi bukti persetujuan tindakan untuk
memulai proses asuhan medis pada unit rawat
inap.
2 Aspek anatomi Aspek anatomi formulir meliputi pikiran
tentang bagian kepala (heading), pendahuluan
(introduction), perintah (instruction), isi
(body), dan penutup (close)
No Variabel Devinisi operasional variabel

a. Heading Mencakup judul formulir, subjudul, nama


institusi, logo, nomor kode dan revisi, nomor
halaman, dan informasi pelengkap lainnya
b.Introduction Berisi keterangan tambahan mengenai
formulir. Jika memang bagian heading sudah
cukup menggambarkan fungsi dan tujuan
formulir tersebut maka tidak perlu lagi
ditambahkan
c. Instruction Berisi penjelasan singkat tentang jumlah
lembar, cara pengisian, cara pengiriman.
Bagian ini biasanya diatur penempatannya
agar lebih jelas., singkat, dan tidak
mengganggu alur pembacaan dan pengisian
formulir
d. body Merupakan inti dari suatu formulir. Dibagian
inilah data dicatat
e. Close Merupakan bagian akhir dari suatu formulir
namun memiliki arti yang sama pentingnya
dengan bagian-bagian sebelumnya. Pada
bagian ini tercantum tanda tangan, nama
terang, keterangan tempat, tanggal
3 Aspek fisik Aspek fisik formulir meliputi pikiran tentang
bahan, bentuk, ukuran, dan warna
a. Bahan Jika formulir kertas, hendaknya menggunakan
kertas dengan kualitas yang baik dan tahan
lama. Formulir rekam medis tidak boleh
menggunakan kertas buram (baik warna
coklat maupun warna putih)
b. Bentuk Jika berupa formulir kertas, hendaknya semua
formulir memiliki ukuran yang sama dan
standar, biasanya A4
c. Ukuran Setiap formulir disesuaikan kebutuhan isi
formulir
d. Warna Warna dasar formulir hendaknya puth atau
warna muda lainnya untuk menjaga nilai
kontras antara warna dasar formulir dengan
warna tintanya
4 Aspek isi Desain formulir dalam pembuatanya harus
memperhatikan aspek isinya
a. Item atau butir Item atau butir data disusun dalam suatu
data urutan yang wajar pada sebuah formulir
b. Pengelompokan Item yang sudah ada dikelompokan menurut
jenis pengelompokan datanya masing-masing
No Variabel Devinisi operasional variabel

c. Pengurutan A. Menurut pengelompokan datanya apakah


sudah sesuai atau belum
d. Caption B. Kejelasan kata untuk pencarian dan
ketepatan penggunaan kata
e. Terminologi data C. Ada tidaknya istilah ataupun simbol-
simbol yang perlu diberi keterangan

E. Sumber Data dan Cara Pengumpulannya


1. Sumber data
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari proses pengumpulan
yang dilakukan sendiri langsung dari sumber datanya yaitu subjek yang
diteliti. Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini dengan cara
wawancara dan observasi. Wawancara dilakukan secara langsung
terhadap kepala rekam medis dan observasi formulir persetujuan
tindakan kedokteran di Rumah Sakit Astrini Wonogiri.
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari institusi yang telah
mengumpulkan datanya. Data sekunder dalam penelitian ini berupa
formulir persetujuan tindakan kedokteran di Rumah Sakit Astrini
Wonogiri.
2. Teknik pengumpulan data
a. Observasi
Observasi merupakan suatu prosedur yang berencana meliputi
melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah taraktivitas tertentu atau
situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti .
Dalam penelitian ini observasinya berupa formulir persetujuan tindakan
kedokteran Rumah Sakit Astrini Wonogiri.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dengan mendapatkan keterangan atau informasi
secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau
bercakap-cakap berhadapan muka degan orang tersebut (face to face),
jadi data tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu
pertemuan atau percakapan. Dalam pengumpulan data melalui
wawancara yang dilakukan peneliti kepada responden yang ada di
rumah sakit seperti kepala rekam medis.

F. Langkah –Langkah Pengumpulan Data


1. Menentukan populasi dari keseluruhan subjek penelitian yaitu semua 763
formulir persetujuan tindakan kedokteran. Jumlah populasi tersebut
diperoleh dari jumlah kunjungan rawat inap baik pasien baru maupun
lama selama tahun 2020 yang sudah diberikan oleh peneliti dari pihak
petugas rekam medis.
2. Menentukan dan menghitung jumlah sampel. Setelah Peneliti menentukan
jumlah keseluruhan melalui data kunjungan rawat inap untuk kasus
tindakan, maka peneliti menghitung jumlah sampel yang akan dipakai
dengan cara random sampling yaitu peneliti menulis nomer rekam medis
pada kertas untuk diacak secara undian bisa, secara ordinal bisa dan
secara tabel bilangan random. Perbedaan karakter yang mungkin ada
disetiap formulir seperti jenis kelamin, laki-laki maupun perempuan ,
pasien umum maupun bpjs tidak mempengaruhi signifikan atau tidak
diartikan sesuatu yang penting terhadap hasil perhitungan jumlah sampel.
3. Kemudian peneliti meminta ijin kepada petugas rekam medis untuk
Mengambil dokumen rekam medis pada ruangan filling untuk melihat
formulir yang sudah ditentukan melalui proses acak atau random
sampling. Setelah itu peneliti membuka dokumen yang berisikan formulir
persetujuan tindakan kedokteran sebanyak 88 dokumen untuk dijadikan
analisa ketidaklengkapan pada formulir lembar persetujuan tindakan di
Rumah Sakit Astrini Wonogiri.
4. Setelah itu peneliti Menganalisa formulir persetujuan tindakan kedokteran
dilihat berdasarkan dari aspek fisik yang berupa kertas formulir
persetujuan tindakan, bahan kertas, ukuran kertas. Dan berdasarkan
SNARS Edisi 1.1.
5. Peneliti kemudian mendesain ulang formulir persetujuan tindakan
kedokteran di Rumah Sakit Astrini Wonogiri berdasarkan aspek anatomi,
aspek fisik, dan aspek isi sesuai teori. Dengan adanya kekuranggan
peneliti akan menambahkan pada isi dan bagian ukuran huruf yang tidak
sama. Peneliti mendesain ulang dalam bentuk formulir persetujuan
tindakan yang sudah dirancang peneliti sesuai kategori berdasarkan
SNARS Edisi 1.1.

G. Instrument penelitian
Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data instrument yang digunakan dalm penelitian ini adalah:
1. Pedoman Observasi
Daftar objek penelitian yang akan di observasi yaitu formulir
persetujuan tindakan kedokteran Rumah Sakit Astrini Wonogiri
berdasarkan SNARS Edisi 1.1.
2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara penelitian yaitu daftar pertanyaan yang diajukan
kepada kepala rekam medis Rumah Sakit Astrini Wonogiri tentang
formulir persetujuan tindakan kedokteran.

H. Pengolahan Data dan Analisis Data


1. Pengolahan Data
Tahap-tahap pengolahan data dalam penelitian ini adalah:
a. Collecting
Mengumpulkan data-data dilokasi penelitian yang diperlukan dalam
penelitian adalah formulir persetujuan tindakan kedokteran di Rumah
Sakit Astrini Wonogiri.
b. Editing
Data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan tentang desain
formulir rekam medis di edit sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu
untuk Menganalisis formulir persetujuan tindakan kedokteran
berdasarkan SNARS Edisi 1.1 di Rumah Sakit Astrini Wonogiri.
c. Klasifikasi
Kegiatan untuk mengelompokkan data yang akan diolah, meliputi
data primer, data sekunder, data aspek anatomi, fisik dan isi di
Rumah Sakit Astrini Wonogiri Penyajian data
Hasil klasifikasi data diperjelas dengan tampilan dalam bentuk tabel
dan gambar formulir persetujuan tindakan kedokteran.
2. Analisis Data
Data yang telah di olah tidak akan ada maknanya tanpa di lakukan
analisis. Menganalisis data bukan sekedar mendeskripsikan dan
menginterpresentasikan data yang telah di olah tetapi keluaran data yang
telah di analisis harus memperoleh makna atau arti dari penelitian
tersebut. Analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif yaitu menggunakan hasil-hasil pengamatan dengan
berdasarkan teori yang telah di kemukakan dalam landasan teori.
I. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2
Jadwal Penelitian

Feb Maret April Mei Juni


No Nama Kegiatan 2021 2021 2021 2021 2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Studi
Pendahuluan
2. Observasi
lapangan
3. Penyusunan
Proposal KTI
4. Seminar Proposal
KTI
5. Pengambilan Data
6. Pengolahan Data
dan Penyusunan
Laporan KTI
7. Ujian KTI
8. Revisi KTI

Anda mungkin juga menyukai