Anda di halaman 1dari 5

Nama : Isnaini azli kinaanti

Nim : 190201094
Matkul : manajemen pasien safety

SOAL
Buatlah artikel yang berkaitran dengan
1. Peran serta keluarga dalam upaya keselamatan hak -hak pasien
jawab :
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang diterapakan untuk mencegah
terjadinya cedera akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatanmelalui suatu sistem
assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan faktor resiko, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insidentserta implementasi solusi untuk
meminimalkan timbul risiko (Dep Kes 2006). Keselamatan pasien merupakan suatu sistem
untuk mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (TKPRS RSUP
Sanglah Denpasar, 2011).
Dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien dan mutupelayanan kesehatan
memerlukan peran aktif pasien, keluarga atau orang lain yang menenmani-merawat pasien
(carers) dan masyarakat (untuk selanjutnya disebut pasien‐masyarakat). Pasien dapat
melakukan banyak peran penting ketika menerima pelayanan kesehatan. Pasien dapat
berperan untuk membantu menemukan diagnosis yang akurat, memutuskan pengobatan yang
dipilih, menetapkan dokter/rumah sakit yang kompeten, memastikan monitoring dan
kepatuhan pengobatan, serta mengidentifikasi efek samping dan melakukan tindakan segera
yang tepat bila terjadi efek samping (Vincent & Coulter, 2002).
Keluarga merupakan bagian dari tim pengobatan dan perawatan. Maka, peran keluarga
penting untuk memantau kebutuhan pasien dari laporan perawat atau jika perlu malakukan
komunikasi langsung. Keluarga merupakan sistem pendukung pertama dan utama bagi
individu. Dukungan keluarga yang baik bisa menjadi sumber motivasi, semangat dan
perlindungan terhadap resiko-resiko bahaya kepada pasien. Keluarga merupakan unit paling
dekat dengan pasien, dan merupakan perawat utama bagi pasien. Keluarga berperan dalam
menentukan cara atau perawatan yang diperlukan pasien di rumah sakit. Keberhasilan
perawat di rumah sakit akan sia sia jika tidak dibantu dengan keluarga yang berperan sebagai
partner pelayanan kesehatan. Peran serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan
berpengaruh terhadap keadaan pasien. Maka dari itu sangat diperlukan peran keluarga
sebagai partner bagi pelayanan kesehatan.
Keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dgn keterlibatan pasien
adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di RS harus ada system dan mekanisme
mendidik pasien & keluarganya tentang kewajiban & tanggung jawab pasien dalam asuhan
pasien. Secara umum, peran aktif pasien‐masyarakat dalam meningkatkan mutu pelayanan
sangatlah diharapkan, baik oleh profesi kesehatan, pasien‐masyarakat ataupun pihak
manajemen. Bukti‐ bukti positif dalam hal penanganan penyakit kronis telah menunjukkan
dampak positif peran aktif pasien terhadap keluaran klinisnya. Selain peran pasien, peran
keluarga pasien juga sangat berpengaruh dalam mencegah terjadinya bahaya dan kejadian
yang tidak diharapkan sehingga dapat meningkatkan mutu rumah sakit. Peran keluarga secara
aktif dalam menjaga keselamatan pasien rawat inap adalah:
1) Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur
2) Mengetahui dan melaksanakan kewajiban serta tanggung jawab pasien maupun
keluarga.
3) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
4) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
5) Mematuhi dan menghormati peraturan rumah sakit.
6) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa dalam proses bersama tim
kesehatan mengelola pasien
7) Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

2. Evaluasi keadaan rumah sakit yang dapat membahayakan resiko terjadinya cerdra
jawab:
Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya risiko bahaya di instalasi Rumah Sakit perlu
dilakukan penilaian tingkat risiko yang ditimbulkan. Penilaian tingkat risiko dapat dijadikan
dasar untuk menentukan tindakan pencegahan yang tepat. Kejadian dengan resiko rendah
perlu dilakukan investigasi sederhana dan diselesaikan dengan pelaksanaan standar prosedur
operasional. Kejadian risiko sedang perlu dilakukan investigasi oleh midle manajemen
dengan melakukan penilaian dampak terhadap biaya dan kelola risiko. Kejadian risiko tinggi
perlu dibuat analisis akar masalah dan butuh perhatian oleh midle manajemen untuk
penyelesaian masalah. Sedangkan untuk kejadian risiko sangat tinggi perlu dibuat analisis
akar masalah dan tindakan segera oleh direktur untuk penyelesaian masalah.
Dalam aktivitas pekerjaannya, tenaga kesehatan di rumah sakit mengalami STF sering
terjadi cedera yang serius hingga berakibat hari kerja hilang, produktivitas berkurang, klaim
kompensasi yang mahal dan kemampuan berkurang dalam merawat pasien (NIOSH, 2010).
Penyakit Akibat Kerja Di Rumah Sakit Penyakit karena kerja bisa menyerang semua tenaga
kerja di dalam rumah sakit, baik tenaga medis ataupun non medis karena paparan biologi,
kimia serta fisik di lingkungan kerja rumah sakit tersebut. Rumah sakit adalah tempat
berkumpulnya beberapa orang sakit ataupun sehat, atau anggota penduduk baik petugas
ataupun pengunjung, pasien yang mendapatkan perawatan di dalam rumah sakit dengan
beberapa jenis penyakit menyebar. Perihal ini membuat rumah sakit adalah tempat kerja yang
mempunyai kemungkinan pada masalah kesehatan serta kecelakaan kerja buat petugas.
Petugas di lingkungan rumah sakit begitu berdampak dengan kontak langsung pada agent
penyakit menyebar lewat darah, sputum, jarum suntuk dan sebagainya. Bahaya kimia dari
obat farmasi. Bahaya radiasi sinar X-Ray, bahaya fisik lingkungan kerja, benda tajam,
terjatuh, shift kerja, kelelahan, back pain, kecelakan kerja, ergonomi, kebakaran, gempa dan
lainnya. Kecelakaan kerja di Rumah Sakit X merupakan salah satu bentuk masalah K3 yang
perlu diupayakan pencegahan dan penanggulangannya. Pengetahuan, sikap serta pelaksanaan
K3 tersebut dapat mempengaruhi kecelakaan kerja pada tenaga perawat merupakan salah
satu upaya pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja.
3. Komunikasi yang baik dapat mengurangi resiko terjadi cedera
jawab:
Keamanan merupakan suatu prinsip yang paling fundamental dalam memberikan
pelayanan keperawatan, dan merupakan aspek yang paling kritis dalam manajemen kualitas
(Simamora, 2018: 28). Keamanan salah satu kebutuhan pasien yang harus dipenuhi. Rasa
aman akan menimbulkan rasa nyaman yang akan meningkatkan kuliatas pelayanan
keperawatan. Komunikasi menjadi sarana yang penting dalam penyampaian informasi untuk
memberikan bimbingan terhadap keselamatan pasien. Seperti penggunaan komunikasi efektif
akan menciptakan penyampaian informasi yang baik, sehingga akan menurunkan Kejadian
Tak Diharapkan (KTD) karena kesalahan pemberian informasi kepada pasien, keluarga
pasien dan tenaga medis lainnya. Perawat harus selalu memperhatikan keselamatan pasien
sebagai salah satu tenaga medis yang ada. Selain perawat peran fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya juga harus turut berperan dalam menerapkan keselamatan pasien.
Untuk mencegah faktor resiko yang dapat mengancam keselamatan pasien perawat harus
dapat berkomunikasi secara efektif mengenai prosedur pelayanan keperawatan yang akan
diberikan, sehingga pasien maupun keluarga pasien dapat ikut bekerja sama dalam
mengurangi resiko kecelakaan yang terjadi dirumah sakit. Salah satu faktor yang
menyebabkan ancaman keselamatan pasien adalah kurangnya komunikasi antara perawat
dengan pasien atau keluarga pasien. Komunikasi akan meningkatkan keprofesionalan dalam
pelaksanaan proses keperawatan, untuk itu diperlukan komunikasi efektif SBAR (situation,
background, assessment, recommendation) agar penyampaian informasi akan berlangsung
dengan baik. Pengkomunikasian tidak hanya dilakukan dengan pasien maupun keluarga
pasien tetapi juga harus dilakukan dengan sesama tim medis lainnya untuk memberikan
informasi seputar perkembangan atau masalah yang terjadi pada pasien.
Komunikasi adalah proses pertukaran informasi atau proses yang memberikan dan
meneruskan makna. Pada Proses komunikasi penerima dapat menggunakan informasi
tersebut untuk mengubah sikap serta perilaku. Komunikasi efektif terjadi apabila komunikasi
menghasilkan persamaan persepsi sehingga tidak menimbulkan persepsi ganda dan
interpretasi ganda dari pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (Nasir, dkk. 2009).
Dalam Permenkes RI No. 11 Tahun 2017 Pasal 2 Pengaturan Keselamatan Pasien
bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan melalui
penerapan manajemen risiko dalam seluruh aspek pelayanan yang disediakan oleh fasilitas
pelayanan kesehatan.
4. Pembinaan staf dalam manajemen sefti
jawab:
Keselamatan menjadi isu global dan terangkum dalam lima isu penting yang terkait di
rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak
terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan ”bisnis” rumah sakit yang
terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit. Lima aspek keselamatan tersebut penting
untuk dilaksanakan, namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan apabila
ada pasien. Keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk dilaksanakan terkait
dengan isu mutu dan citra perumahsakitan (Depkes, 2006).
Powell (2004) menyatakan bahwa budaya keselamatan merupakan faktor dominan dalam
upaya keberhasilan keselamatan dan kunci bagi terwujudnya pelayanan yang bermutu dan
aman. Kedisiplinan, ketaatan terhadap standar, prosedur dan protokol, bekerja dalam tim,
kejujuran, keterbukaan, saling menghargai adalah nilai dasar yang harus dijunjung tinggi.
Manajemen diperlukan dalam untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Seluruh
tingkatan manajer dituntut untuk memiliki kemampuan kepemimpinan dan menjalankan
fungsi manajerial. Pemimpin bertugas membangun visi, misi, mengkomunikasikan ide
perubahan, menyusun strategi sehingga setiap komponen dalam organisasi akan bekerja
dengan memperhatikan keselamatan (Cahyono, 2008).
Mutu pelayanan sebagai hasil dari sebuah sistem dalam organisasi pelayanan kesehatan
dipengaruhi oleh komponen struktur dan proses. Organisasi (struktur dan budaya),
manajemen, sumber daya manusia, teknologi, peralatan, finansial adalah komponen dari
struktur. Proses pelayanan, prosedur tindakan, sistem informasi, sistem administrasi, sistem
pengendalian, pedoman merupakan komponen proses. Keselamatan pasien merupakan hasil
interaksi antara komponen struktur dan proses. Mutu pelayanan rumah sakit dapat dilihat
dari segi aspek-aspek sebagai berikut: aspek klinis (pelayanan dokter, perawat dan terkait
teknis medis), aspek efisiensi dan efektifitas pelayanan, keselamatan pasien dan kepuasan
pasien (Donabedian 1988, dalam Cahyono, 2008).

Anda mungkin juga menyukai