Disusun Oleh :
Mubayyin Al Alawi
Muhamad Didin Sholahudin
Nafi Maula Ibnu Umar
Ahmad Dzikri Muharrom
Djazuli mendefinisikan, bahwa al-‘adah atau al-‘urf adalah “Apa yang dianggap baik dan
benar oleh manusia secara umum (al‘adah al-‘aammah) yang dilakukan secara berulang-
ulang sehingga menjadi kebiasaan”. ‘Urf ada dua macam, yaitu ‘urf yang shahih dan ‘urf
yang fasid. ‘Urf yang shahih ialah apa-apa yang telah menjadi adat kebiasaan manusia
dan tidak menyalahi dalil syara’, tidak menghalalkan yang haram dam tidak
membatalkan yang wajib. Sedangkan ‘urf yang fasid ialah apa-apa yang telah menjadi
adat kebiasaan manusia, tetapi menyalahi syara’, menghalalkan yang haram atau
membatalkan yang wajib.
Suatu adat atau ‘urf dapat diterima jika memenuhi syaratsyarat berikut:
Tidak bertentangan dengan syari'at.
Tidak menyebabkan kerusakan dan tidak menghilangkan kemashlahatan.
Telah berlaku pada umumnya orang muslim.
Tidak berlaku dalam ibadah mahdhah.
Sudah memasyarakat ketika akan ditetapkan hukumnya.
Tidak bertentangan dengan Qur’an dan sunnah.
Contoh: ketika di suatu tempat ada suatu kebiasaan, yang mana kebiasaan tersebut telah
mendarah daging, maka dengan sendirinya kebiasaan tersebut akan menjadi hukum,
misalkan kebiasaan petik laut, kalau ada masyarakat pesisir yang tidak melakukan petik
laut tersebut, maka dia akan dikucilkan oleh masyarakat setempat.
Kaidah tersebut didasarkan pada nash Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 199:
Artinya:
“jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah
dari orang-orang yang bodoh” Cabang-cabangnya antara lain sebagai berikut:
1. Kaidah َMَْم ِكن َِِةMَْ َ َواأْلMْز ِمن َِِةMََْ ََّل ي ْنُ َك ُر ت َْغي ْيِ ُر اأْل حْ َك ِام بتِ َْغييِ ِْر اأْل
“ tidak diingkari perubahan hukum disebaban perubahan zaman dan tempat.”
ِ ْال َم ْعرُوْ فُ عُرْ فا ً َك ْال َم ْشر
2. Kaidah ً ُط شَرْ طا
“ Yamg baik itu menjadi‘urf, sebagaimana yang disyaratkan itu menjadi syarat.”
ِ ْالثاابِت با ِ ْل َم ْعرُو
3. Kaidah ِّف َكالثااب ِة باِلناص ُِ ُM
“yang ditetapkan melalui ‘urf sama dengan yang ditetapkan melalui nash.
Qawaid fiqhiyah adalah Suatu perkara kulli (kaidah-kaidah umum) yang berlaku pada
semua bagian-bagian atau cabangcabangnya yang banyak yang dengannya diketahui
hukum-hukum cabang itu. Ilmu Qawaid al-Fiqhiyah adalah suatu ilmu yang sangat
dibutuhkan bagi setiap orang yang berkecimpung dalam dunia Islam terutama bagi
penentu kebijakan-kebijakan hukum apalagi yang kurang mengerti bahkan ada yang
belum mengerti sama sekali apa itu Qawaid al-Fiqhiyah.
Dengan menguasai kaidah-kaidah fikih akan mengetahui benang merah yang terdapat di
berjuta masalah fiqh melalui istimbath hukum, karena kaidah fikih itu memang menjadi
titik temu dari masalah-masalah fikih.
Ada lima kaidah pokok Qawaid al-Fiqhiyah:
ِ َ ِمقاMََِ ( األ ُُموْ ُر بSegala sesuatu bergantung pada tujuannya)
َ ص ِدها
( المشقة تجلب التيسيرKesukaran mendatangkan kemudahan)
(الضرر يـزالKemudharatan harus dihilangkan)
(الـعـادة محكـمةKebiasaan dapat menjadi hukum)
(لَّيزال بالشـك اليـقـينKeyakinan tidak dapat hilang karena adanya keraguan)
DAFTAR PUSTAKA