Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN INDUSTRI BATU BATA DI KOTA


PEKANBARU

OLEH :

NAMA: UVA SELVIA

NIM: 1702121946

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan di bidang ekonomi merupakan suatu aspek dari pembangunan nasional.
Pembangunan ekonomi lebih dari sekedar pertumbuhan ekonomi. Proses pembangunan
menghendaki adanya pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan adanya perubahan
struktur ekonomi. Indonesia saat ini sedang menuju perubahan struktur ekonomi dari
pertanian ke industri. Guna tercapainya transformasi structural dari pertanian ke industry
adalah dengan memajukan sector industri yang di topang sector pertanian yang kuat
sebagai inputnya (Kuncoro, 2009).
Negara sedang berkembang yakin bahwa industrialisasi sangat diperlukan agar
negaranya bisa tumbuh dan berkembang secara cepat sebab dalam proses industrialisasi
itu biasanya akan dibarangi dengan percepatan kemajuan teknologi, proses pelatihan
sumber daya manusia, dan kemudian peningkatan produktivitas (dan demikian juga upah
riil dan pendapatan meningkat) dibandingkan jika hanya mengandalkan sektor pertanian.
Dengan pembangunan sektor industri di harapkan akan mendorong adanya kaitan ke
depan dan ke belakang. Dibandingkan dengan pertanian, sektor industri lebih stabil, dan
mudah dikontrol (tidak tergantung musim), dan diharapkan lebih tinggi multipliernya.
Jika diamati indikator utama pembangunan (yakni meningkatnya pendapatan per kapita
riil), maka industrialisasi mempunyai peran yang nyata dalam meningkatkan pendapatan
per kapita. (Wiratmo, 1992)
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa industri pengolahan merupakan salah satu lapangan
usaha yang mengambil kontribusi besar dalam PDRB di Kota Pekanbaru antara tahun
2015 hingga 2019. Pertumbuhan yang dicapai oleh sektor industri pengolahan setiap
tahunnya mengalami peningkatan. Tahun 2015 sektor ini tumbuh sebesar 12.584.637,00,
tahun 2016 sebesar 13 449 057,40, tahun 2017 sebesar 14 479 169,00, tahun 2018 sebesar
14 924 580,60, dan tahun 2019 sebesar 15 720 167,50.

2
Tabel 1.1 Produk Domestik Regional Bruto Kota Pekanbaru Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah), 2015─2019

Lapangan Usaha 2015 2016 2017 2018 2019


/ Industry
1 2 3 4 5 6
A Pertanian, Kehu 900 151,80 935 605,40 974 140,30 1 015 192,20 1 070 248,10
tanan, dan
Perikanan
B Pertambangan 10 275,80 10 525,20 10 784,10 10 741,90 10 634,50
dan Penggalian
C Industri 12.584.637,00 13 449 057,40 14 479 169,00 14 924 15 720 167,50
Pengolahan 580,60
D Pengadaan 117 36,20 131 296,50 131 682,90 133 500,90 169 730,90
Listrik dan Gas
E Pengadaan Air, 11 774,00 11 603,70 11 734,80 11 744,30 12 026,90
Pengelolaan
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
F Konstruksi 15 977 717,50 16 968 648,90 18 226 661,40 19 398 20 736 416,50
468,50
G Perdagangan 16 114 687,30 17 061 111,60 18 157 414,10 19 31 654,30 20 835 465,30
Besar dan
Eceran; Reparasi
Mobil dan
Sepeda Motor
H Transportasi dan 1 481 825,80 1 529 901,20 1 608 772,30 1 657 775,30 1 602 114,50
Pergudangan
I Penyediaan 1 005 034,40 1 047 019,70 1 084 729,40 1 136 704,30 1 154 602,70
Akomodasi dan
Makan Minum
J Informasi dan 1 694 228,40 1 790 097,40 1 895 374,50 2 024 762,30 2 1 1 991,00
Komunikasi
K Jasa Keuangan 2 187 502,70 2 354 009,60 2 298 523,60 2 419 502,10 2 421 798,70
dan Asuransi
L Real Estat 1 711 993,90 1 774 089,40 1 784 843,20 1 846 055,90 1 951 437,50
M.N Jasa Perusahaan 11 129,60 11 508,80 12 513,60 13 779,20 14 668,20
O Administrasi 2 301 539,40 2 269 218,70 2 281 129,50 2 298 755,30 2361 742,90
Pemerintahan,
Pertahanan dan
Jaminan Sosial
Wajib/
P Jasa Pendidikan 609 550,40 612 294,80 617 700,60 645 649,70 687 349,60
Q Jasa Kesehatan 276 054,30 287 009,60 308 719,60 332 923,30 366 557,10
dan Kegiatan
Sosial
R,S, Jasa lainnya 621 289,20 678 072,20 735 367,00 806 970,50 873 458,50
T,U
Produk Domestik 57 616 752,70 60 891 070,20 64 619 259,20 68.108.760,6 72 200 410,30
Regional Bruto 0

Oleh karena itu pengembangan industri saat ini sangat besar perannya dalam

perkembangan dan pertumbuhan pembangunan kedepannya. Dengan demikian

3
pertumbuhan ekonomi harus diarahkan guna meningkatkan pendapatan masyarakat dan

mengatasi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial dan juga didukung dengan

peningkatan produktivitas dan efisiensi serta sumber daya manusia yang berkualitas.

Di Kota Pekanbaru yang merupakan bagian dari Provinsi Riau memiliki daerah-

daerah sentra industri diwilayah kecamatan, baik industri besar ataupun industri kecil

dengan bermacam-macam jenis usaha. Salah satunya yaitu industri batu bata. Seiring

dengan perkembangan pembangunan infrastruktur seperti bangunan perkantoran,

perumahan, sarana publik, pertokoan yang setiap tahunnya semakin pesat maka tidak

dipungkiri kebutuhan akan batu bata sebagai salah satu bahan baku dalam proses

pembangunan tersebut semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1, dimana

lapangan usaha konstruksi mengalami peningkatan setiap tahunnya, pada tahun 2015

sebesar 15 977 717,50, pada tahun 2016 sebesar 16 968 648,90, pada tahun 2017 sebesar

18 226 661,40, pada tahun 2018 sebesar 19 398 468,50, pada tahun 2019 sebesar 20 736

416,50. Perkembangan sektor konstruksi akan mendukung terciptanya sarana prasarana

sosial dan ekonomi yang lebih baik sehingga dapat memacu pertumbuhan sektor

ekonomi lainnya. Badan Pusat Statistik mendefinisikan konstruksi sebagai suatu kegiatan

ekonomi yang menghasilkan barang dan jasa berupa bangunan pada tempat

kedudukannya, baik untuk tempat tinggal maupun bukan

Kegiatan industri batu bata di Pekanbaru sendiri sebagian besar terpusat di

Kecamatan Tenayan Raya. Perkembangan industri batu bata di kecamatan Tenayan Raya

didukung oleh tersedianya bahan baku tanah di daerah ini, disamping itu karena adanya

keterampilan penduduk dalam membuat batu bata yang diperoleh secara turun temurun.

Industri batu bata di Kecamatan Tenayan Raya terdiri dari industri tradisional dan

industri modern. Industri batu bata secara tradisional umumnya menggunakan tenaga

4
kerja manusia kurang lebih 4 orang setiap usaha. Umumnya usaha tradisional

menggunakan lahan yang tidak begitu luas sekitar 70 m x 90 m. Sedangkan pada usaha

modern, kemajuan teknologi sudah diterapkan karena pemilik usaha memiliki modal

yang cukup. Mereka telah menggunakan mesin pencetak batu yang dapat mencetak batu

bata lebih banyak dibandingkan dengan usaha tradisional. Usaha secara mekanis

mempekerjakan tenaga manusia lebih sedikit dibandingkan dengan usaha tradisional.

Tabel 1.2. Data Nama Usaha, Tahun Berdiri, Asset, dan Omset pada 14 Industri Batu Bata di
Pekanbaru

Nama Usaha Tahun Berdiri Modal Tenaga Kerja Pendapatan


Usaha
Industri Batu Bata 2006 50.000.000 4 192.000.000
Industri Batu Bata 2005 27.000.000 2 360.000.000
Ondriadi
Industri Batu Bata 2002 65.000.000 4 360.000.000
Fentaris
Industri Batu Bata 2008 43.000.000 4 576.000.000
Herman
Industri Batu Bata - 25.000.000 4 720.000.000
Fakhoizatulo
Industri Batu Bata 2008 30.000.000 6 720.000.000
Waanasokhi
Industri Batu Bata 2009 42.500.000 4 720.000.000
Bowoyason
Industri Batu Bata - 39.000.000 3 648.000.000
Haoge Jame
Batu Bata 1995 15.000.000 4 84.000.000
Batu Bata 1990 50.000.000 - 50.000.000
Batu Bata 1986 20.000.000 8 300.000.000
Batu Bata Mandiri 1994 200.000.000 4 150.000.000
Batu Bata 1997 10.000.000 8 50.000.000
Batu Bata 1995 25.000.000 8 150.000.000
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2018

Pada data di atas, dapat dilihat bahwa ada beberapa perusahaan yang telah
didirikan sejak lama tetapi pendapatannya lebih sedikit daripada perusahaan yang
didirikan beberapa tahun setelahnya. Dan juga ada perusahaan yang memiliki modal
lebih besar dan tenaga kerja yang lebih banyak tetapi memiliki pendapatan yang lebih

5
sedikit dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki modal yang kecil dan tenaga
kerja yang sedikit.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti apa saja faktor yang
mempengaruhi pendapatan Industri Batu Bata di Kota Pekanbaru.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh modal terhadap pendapatan industri batu bata di Kota
Pekanbaru
2. Bagaimana pengaruh lama usaha terhadap pendapatan industri batu bata di Kota
Pekanbaru
3. Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan industri batu bata
di Kota Pekanbaru
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal terhadap pendapatan industri
batu bata di Kota Pekanbaru
b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh lama usaha terhadap pendapatan
industri batu bata di Kota Pekanbaru
c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap
pendapatan industri batu bata di Kota Pekanbaru
2. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan baik secara teoritis maupun secara praktis,
antara lain:
a. Manfaat teoritis
- Sebagai tembahan teori yang telah ada sehubungan dengan masalah yang
diteliti.
- Sebagai bahan untuk menambah wacana kepustakaan, baik di tingkat
fakultas maupun di tingkat universitas.
- Sebagai salah satu sumber penelitian selanjutnya.
b. Kegunaan Praktis
- Untuk industri yang diteliti diharap penelitian ini dapat berguna sebagei
sumber informasi untuk mengembangakan produksi dan sebagai evaluasi
kinerja pada industri batu bata di Kota Pekanbaru

6
c. Untuk Peneliti Lanjutan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan referensi
untuk penelitian yang akan datang sehingga dapat menambah dan
memperkaya wawasan.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Definisi Industri
Dalam kamus besar ekonomi dijelaskan bahwa definisi industri adalah
kegiatan eknomi dengan memproses atau bahan-bahan atau barang dengan
menggunakan sarana dan peralatan, seperti mesin, untuk menghasilkan barang
jadi atau jasa
Menurut Badan Pusat Stasistik (2015), disebutkan bahwa definisi industri
dibedakan atas industri pengolahan dan industri jasa. Industri pengolahan atau
manufaktur adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah
suatu barang dasar secara mekanis atau dengan tangan sehingga menjadi barang
setengah jadi atau barang yang kurang nilainya menjadi lebih dekat ke pemakai
akhir. Sedangkan industri jasa adalah kegiatan industri yang melayani keperluan
pihak lain, pihak pengolah hanya melakukan pengolahan dengan mendapat
imbalan sejumlah uang atau barang sebagai balas jasa.
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984, industri adalah kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi,
dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
2. Definisi Pendapatan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha
atau sebagainya). Reksoprayitno mendefinisikan bahwa pendapatan (revenue)
dapat diartikan sebagai total penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah sebagai jumlah
penghasilan yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka waktu
tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah disumbangkan.1
Pendapatan merupakan tujuan utama dijalankannya suatu usaha. Pendapatan
adalah jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga
dalam jangka waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka
(Samuelson dan Nordhaus, 1997). Menurut Sadono Sukirno pendapatan adalah
penghasilan yang diterima tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang

8
diterima oleh suatu negara. Pendapatan juga merupakan uang bagi sejumlah
pelaku usaha yang telah diterima oleh suatu usaha dari pembeli sebagai hasil dari
proses penjualan barang ataupun jasa. Pendapatan dapat juga disebut dengan
income dari seseorang yang diperoleh dari hasil transaksi jual-beli dan pendapatan
diperoleh apabila terjadi transaksi antara pedagang dengan pembeli dalam suatu
kesepakatan harga bersama. Pendapatan juga merupakan suatu unsur yang harus
dilakukan dalam melakukan suatu usaha. Karena dalam melakukan suatu usaha
tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah pendapatan yang diperoleh selama
melakukan usaha.
Pendapatan dapat juga dikatakan sebagai penerimaan (Revenue) yaitu
penerimaan pedagang dari hasil penjualan outputnya (Boediono, 2000). Terdapat
beberapa konsep revenue yaitu:
a. Total Revenue (TR) yaitu total produsen dari hasil penjualan outputnya. Total
revenue adalah output kali harga jual output.
TR = P × Q
Keterangan:
TR = Total Revenue (total pendapatan)
P = Harga jual barang
Q = Output
b. Averange Revenue (AR) adalah penerimaan produsen per unit output yang
dijual. Sehingga AR tidak lain adalah harga (jual) output perunit (Q).
c. Marginal Revenue (MR) yaitu kenaikan dari TR yang dikarenakan oleh
tambahan penjualan 1 unit output.
3. Definisi Modal
Modal adalah semua bentuk kekayaan yang digunakan dalam proses produksi
atau menghasilkan output. Modal merupakan kekayaan dapat menghasilkan
keuntungan pada waktu yang akan datang.
Modal yang digunakan dapat bersumber dari modal sendiri, namun bila
ternyata modal sendiri tidak mencukupi dapat ditambah dengan modal pinjaman.
Jadi, secara umum jenis modal yang dapat diperoleh untuk memenuhi kebutuhan
modalnya terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman. (Suyadi Prawirosentono,
2001: 118)
Para ekonom menggunakan istilah modal atau capital untuk mengacu pada
stok berbagai peralatan dan struktur yang digunakan dalam proses produksi,

9
artinya, modal ekonomi mencerminkan akumulasi barang yang dihasilkan di masa
lalu yang sedang digunakan pada saat ini untuk memproduksi barang dan jasa
yang baru. Modal ini antara lain peralatan, mesin, angkutan, gedung dan bahan
baku (Gregory N. Mankiw, 2011:501).
4. Modal Menurut Sumbernya
a. Permodalan Sendiri/Kekayaan Bersih/Sumber Intern. Sumber ini berasal dari
para pemilik perusahaan atau bersumber dari dalam perusahaan, misalnya
penjualan saham, simpanan anggota pada bentuk usaha koperasi, kekayaan
sendiri ini mempunyai ciri, yaitu terikat secara permanen dalam perusahaan.
b. Permodalan Asing/Kekayaan Asing/Sumber Ekstern. Sumber ini berasal dari
pihak luar perusahaan, yaitu berupa pinjaman jangka panjang atau jangka
pendek. Pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman yang jangka waktunya
maksimum satu tahun. Sedangkan pinjaman yang jangka waktunya lebih dari
satu tahun, disebut kredit jangka panjang. Ciri dari kekayaan asing ini ialah
tidak terikat secara permanen, atau hanya terikat sementara, yang sewaktu
waktu akan dikembalikan lagi kepada yang meminjamkan (Buchari Alma,
2012: 249).
5. Pengertian Tenaga Kerja
Berikut ini merupakan pengertian tenaga kerja menurut beberapa ahli:
a. UU Pokok Ketenagakerjaan No.14 Tahun 1969, tenaga kerja adalah setiap
orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar
hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Dalam hubungan ini maka pembinaan tenaga kerja
merupakan peningkatan kemampuan efektivitas tenaga kerja untuk melakukan
pekerjaan.
b. A. Hamzah, tenaga kerja meliputi tenaga kerja yang bekerja di dalam maupun
di luar hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi
tenaga kerja itu sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran.
c. Payaman dikutip A. Hamzah, tenaga kerja adalah (man power) adalah produk
yang sudah atau sedang bekerja. Atau sedang mencari pekerjaan, serta yang
sedang melaksanakan pekerjaan lain. Seperti bersekolah, Ibu rumah tangga.
Secara praktis, tenaga kerja terdiri atas dua hal, yaitu angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja : a) angkatan kerja (labour fprce) terdiri atas golongan
yang bekerja dan golongan penganggur atau sedang mencari tenaga kerja; b)

10
kelompok yang bukan angkatan kerja terdiri atas golongan yang bersekolah,
golongan yang mengurus rumah tangga dan golonagn lain atau menerima
pengahasilan dari pihak lain, seperti pensiunan dan lain – lain.
d. Adam Smith merupakan tokoh utama dalam aliran ekonomi yang dikenal
sebagai aliran klasik. Smith menganggap bahwa manusia sebagai faktor
produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa. Alasanya , alam
(tanah) tidak ada artinya kalau tidak ada sumberdaya manusia yang pandai
mengelolahnya sehingga bermanfaat bagi kehidupan.
e. Dalam ilmu ekonomi yang di maksud tenaga kerja adalah suatu alat kekuatan
fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan dari manusia dan di
tunjukan dari usaha produksi. Tenaga kerja juga dapat di artikan sebagai
segalah sesuatu yang mengelolah sumber daya alam tersebut dengan
menggunakan tenaga dari manusia. Dalam faktor ini ada pengelompokan
tersendiri dalam tenaga kerja yaitu berdasarkan suatu sifatnya dan kemampuan
serta kualitasnya
6. Pengertian Lama Usaha
Lama usaha, adalah berapa lama produsen telah telah menjalankan usaha
terhitung mulai dari awal produksi mereka memiliki izin yang sah (tahun). Jangka
waktu pengusaha dalam melakukan usahanya memberikan pengaruh penting bagi
pemilihan strategi dan cara melakukan usahanya. Pengusaha yang lebih lama
dalam melakukan melakukan usahanya akan memiliki strategi yang lebih matang
dan tepat dalam mengelola, memproduksi, dan memasarkan produknya. Karena
pengusaha yang memiliki jam terbang tinggi di dalam usahanya akan memiliki
pengalaman, pengetahuan, serta mampu mengambil keputusan dalam setiap
kondisi dan keadaan.
D. Penelitian Terdahulu
1. I Komang Adi Antara, Luh Putu Aswitari (2016) “Beberapa Faktor yang
mempengaruhi Pendapatan PKL di Kecamatan Denpasar Barat” (Jurnal Ekonomi
Pembangunan Universitas Udayana). Hasil penelitian Vol.5, No.11 menunjukan
bahwa secara bersama-sama faktor produksi modal, lama usaha, dan tenaga kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan PKL di Kecamatan
Denpasar Barat. Adapun variabel yang lebih dominan mempengaruhi pendapatan
adalah jumlah tenaga kerja, dengan koefisien regresinya sebesar 0,108. Sehingga

11
memiliki arti bahwa jika jumlah tenaga kerja naik sebesar 1 orang maka
pendapatan PKL akan meningkat sebesar 0,108%
2. Heni Wijayanti melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pendapatan Industri Rumah Tangga Pembuatan Tahu (Studi
Kasus: Kabupaten Batang). Berdasarkan hasil analisis data penelitian
menunjukkan bahwa: pertama, variabel modal, tenaga kerja, dan bahan baku
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel pendapatan. Kedua, faktor yang
paling berpengaruh terhadap pendapatan industri rumah tangga pembuatan tahu
adalah modal.
3. Rosalina (2005), dengan judul “Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
pada indutri kecil batik” menggunakan variabel independen modal, tenaga kerja,
pendidikan dan variabel dependen pendapatan. Dan alat analisis yaitu Ordinary
Least Square (OLS). Dengan hasil penelitian diketahui variabel modal dan tenaga
kerja mempunyai pengaruh terhadap tingkat pendapatan pengrajin batik,
sedangkan variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap pendapatan pengarajin.
4. Maharani (2004), dengan judul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan pengrajin bordir” studi kasus desa wonokromo, pleret, bantul,
yogyakarta. Menggunakan variabel dependen pendapatan, variabel independen
bahan baku, modal, curahan jam kerja, pengalam. Dengan menggunakan analisis
regresi berganda data primer. Dengan hasil variabel bahan baku berpengaruh
signifikan dan kuat terhadap pendapatan. Variabel modal berpengaruh signifikan
dan lemah terhadap variabel pendapatan. Curahan jam kerja berpengaruh
signifikan dan kuat terhadap pendapatan. Variabel pengalaman berpengaruh
signifikan dan kuat terhadap pendapatan. Dan secara bersama-sama variabel
bahan baku, modal, curahan jam kerja dan pengalaman berpengaruh signifikan
dan positif terhadap pendapatan pengrajin bordir.
5. Asra (2013), dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Usahatani Pisang Barangan di Kecamatan Lembah Seulawah
Kabupaten Aceh Besar”. Menggunakan variabel dependen pendapatan, variabel
independen luas tanam, modal, tenaga kerja, harga. Dengan menggunakan analisis
regresi linier berganda data primer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor
luas tanam, tenaga kerja, dan harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan sedangkan faktor modal berpengaruh negatif tetapi signifikan terhadap

12
pendapatan. Sedangkan secara simultan variabel luas tanam, modal, tenaga kerja
dan harga mempengaruhi pendapatan.

E. Kerangka Berpikir
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh modal, tenaga
kerja dan lama usaha terhadap pendapatan. Berdasarkan landasan teori dan peneltian
terdahulu, maka dapat dibuat sebuah kerangka berpikir seperti yang tersaji dalam gambar
berikut ini:

Modal ( X 1 )

Tenaga Kerja ( X 2 ) Pendapatan

Lama Usaha ( X 3
)
Keterangan :
1. Variabel dependen adalah variabel yang di pengaruhi oleh variabel lain. Variabel
dependen dalam penelitian ini ialah pendapatan (Y).
2. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel
dalam penelitian ini ialah Modal (X1) Tenaga Kerja (X2), Dan Lama Usaha (X3).
F. Hipotesis Penelitian
Dari landasan teori dan tinjauan pustaka, dapat disusun beberapa hipotesis penelitian
sebagai berikut:
Hipotesis ke 1 : terdapat pengaruh positif modal terhadap pendapatan pada industri
Batu Bata Di Kota Pekanbaru
Hipotesis ke 2 : terdapat pengaruh positif lama usaha terhadap pendapatan pada
industri Batu Bata Di Kota Pekanbaru
Hipotesis ke 3 : terdapat pengaruh positif jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan
pada industri Batu Bata Di Kota Pekanbaru

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yaitu penelitian
yang digunakan untuk mengetahui besar/tidaknya pola hubungan antar dua peubah
atau lebih. Pada penelitian ini akan menjelaskan hubungan antara variabel bebas yaitu
modal, lama usaha, dan jumlah tenaga kerja dengan variabel terikat yaitu pendapatan
pada Industri Batu Bata di Kota Pekanbaru
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Pekanbaru, tepatnya di Kecamatan Tenayan
Raya
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan para pemilik usaha.
Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Pekanbaru dan Dinas
Perindustrian, Koperasi dan UKM Kota Pekanbaru.
D. Definisi Operasional Variabel
Untuk memberikan arahan pada penelitian ini, penulis memberikan definisi
operasional atas variabel penelitian sebagai berikut:
1. Pendapatan (Y) Pengertian pendapatan pengusaha batu bata dalam penelitian ini
adalah jumlah yang terjual dikalikan dengan harga per unit barang. Harga barang
diperoleh dari hasil kesepakatan antara penjual dan pembeli saat melakukan
transaksi jual beli di pasar yang dinyatakan dalam satuan rupiah.
2. Modal ( X 1 ) Pengertian modal dalam penelitian ini adalah biaya yang digunakan
untuk memproduksi atau membeli barang dagangan dan operasional sehari hari
baik yang bersumber dari permodalan sendiri maupun permodalan dari sumber
lain. Modal dalam penelitian ini diukur dengan rata-rata modal perbulan dalam
satuan rupiah
3. Jumlah Tenaga Kerja ( X 2 ) merupakan Jumlah pekerja yang dimiliki oleh pemilik
usaha dalam menjalankan usahanya. Seperti dalam proses produksi, mengatur
sirkulasi keuangan dan lain sebagainya. Diukur melalui jumlah tenaga kerja yang
digunakan ddengan satuan orang

14
4. Lama usaha ( X 3 ) merupakan lama seorang pengusaha batu bata dalam
menjalankan usahanya, yang dinyatakan dalam satuan tahun
E. Metode Analisis Data
1. Regresi Linier Berganda
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan para
pengusaha industri batu bata di Kota Pekanbaru, maka digunakan model regresi
linier berganda (multiple regresision). Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini
penggunaan variabel lebih dari satu (multivariabels), sehingga dapat dirumuskan
dengan model persamaan regresi sebagai berikut :

Y = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3+ e

Dimana :
Y = Pendapatan
α = Konstanta
X 1 = Modal
X 2 = Tenaga Kerja
X 3 = Lama usaha

Kemudian untuk hipotesis pada penelitian ini diuji dengan menggunakan uji
asumsi klasik diantaranya uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Kemudian dalam penelitian ini juga
memakai uji krieria statistik diantaranya uji parsial (uji t), uji simultan (uji F) dan
koefisien determinasi ( R2 ¿sebagai berikut.
2. Uji Asumsi Klasik
Model regresi linier berganda dapat di sebut sebagai model yang baik jika
model tersebut memenuhi beberapa asumsi yang kemudian disebut dengan asumsi
klasik.
a. Uji Normalitas
Uji distribusi normal adalah uji untuk mengukur apakah data memiliki
distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (statistik
inferensial). Dalam pengujian ini memakai metode Ordinary Least Square (OLS).

15
OLS adalah suatu metode ekonometrik dimana terdapat variabel independen
yang merupakan variabel penjelas dan variabel dependen yaitu variabel yang
dijelaskan dalam suatu persamaan linier. Dalam OLS hanya terdapat satu variabel
dependen, sedangkan untuk variablel independen jumlahnya bisa lebih dari satu.
Pendugaan persamaan dengan menggunakan metode OLS harus memiliki sifat
kenormalan, karena jika tidak normal dapat menyebabkan varian infintif (ragam
tidak hingga atau ragam yang sangat besar). Hasil pendugaan yang memiliki
variasi infinitif menyebabkan pendugaan dengan model OLS akan menghasilkan
nilai dugaan yang not meaningful (tidak berarti). Salah satu model yang sering
digunakan untuk menguji normalitas adalah Jarque-Bera (JB) test.
Dengan pengujian hipotesis normalitas sebagai berikut :
- H 0 : residual berdistribusi normal
- H 1 : residual tidak berdistribusi normal
Jika JB > X 2 maka H 0ditolak dan H 1 diterima, sebaliknya jika JB < X 2 maka
H 0diterima dan H 1 ditolak.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas/ independen. Pada dasarnya
multikolinearitas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti
diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi.
Tepatnya istilah multikolinearitas berkenaan dengan terdapatnya lebih dari satu
hubugan linier pasti, dan istilah kolinearitas berkenaan dengan terdapatnya suatu
hubungan linier. (Gujarati, 2016).
Untuk menditeksi ada atau tidaknya multikolineartitas dalam model regresi
dilakukan beberapa cara berikut :
1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi sangat tinggi,
tetapi secara individual variabel-variabel besar tidak signifikan
mempengaruhi variabel terikat.
2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika diantara
variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umunya di atas 0,80)
mengindikasi adanya multikolinearitas.

16
3. Melalui nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF) suatu
model regresi bebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai tolerance
kurang darai 0,1 dan nilai VIF lebih dari 1,0.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidasamaan varaiance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan uji white. Uji white adalah perhitungan
statistik untuk mencari tahu apakah model penelitian mengalami
heteroskedastisitas atau tidak. Uji white dilakukan dengan meregresikan
residual kuadrat sebagai variabel dependen dengan variabel dependen
ditambah dengan kuadarat.
variabel independen kemudian ditambahkan lagi dengan perkalian
dua variabel independen.
Prosedur pengujiannya dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut :
- H 0 : Tidak ada Heteroskedasitisitas
- H 1 : Ada Heteroskedasitisitas
Jika Obs*R-squared > X 2 maka H 0 ditolak dan H 1 diterima. Sebaliknya
Obs*R-squared < X 2 maka H 0 diterima dan H 1 ditolak, atau prob. Chi-Square
> α maka H 0 diterima dan H 1 ditolak, sebaliknya jika prob. Chi-Square > α
maka H 0 ditolak dan H 1 diterima.
3. Koefisien Determinasi ( R2 )
Uji ini bertujuan untuk menentukan proporsi atau persentase total variasi
dalam variabel terikat yang diterangkan oleh variabel bebas. Apabila analisis yang
digunakan adalah regresi sederhana, maka yang digunakan adalah nilai R Square.
Namun, apabila analisis yang digunakan adalah regresi berganda, maka yang
digunakan adalah Adjusted R Square. Hasil perhitungan Adjusted R2 dapat dilihat
pada output Model Summary.
Pada kolom Adjusted R2 dapat diketahui berapa persentase yang dapat
dijelaskan oleh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Sedangkan
sisanya dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian.

17

Anda mungkin juga menyukai