Anda di halaman 1dari 20

Referat

Implementasi JKN Pada Faskes Primer

Oleh:

Prakarsa Adi Daya Nusantara

NIM.1830912310018

Pembimbing:
dr. Nika Sterina Skripsiana, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

Agustus, 2020
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 3

BAB III PENUTUP ................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………. ........ 18


BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah berjalan selama 5 tahun

dalam memberikan jaminan perlindungan pelayanan kesehatan dasar kepada

seluruh masyarakat Indonesia. Setiap tahunnya jumlah peserta JKN mengalami

peningkatan yang signifikan Terhitung pada September 2018, jumlah peserta JKN

telah mencapai 202.160.855 jiwa. Peningkatan jumlah peserta JKN setiap

tahunnya perlu didukung dengan penambahan jumlah fasilitas kesehatan (faskes)

baik pada tingkat FKTP maupun pada tingkat FKTL agar peserta JKN dapat

terlayani.1

Salah satu upaya pemerintah dalam menjamin ketersediaan faskes dalam

melayani peserta JKN adalah dengan mengeluarkan Perpres No.19 Tahun 2016

yang menghimbau kepada seluruh faskes milik pemerintah dan pemerintah daerah

yang telah memenuhi persyaratan untuk wajib bekerja sama dengan BPJS

Kesehatan. Untuk faskes milik swasta tidak diwajibkan bermitra dengan BPJS

Kesehatan, namun mereka dapat menjadi provider apabila bersedia dan telah

memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Peran faskes swasta terutama pada tingkat

lanjutan perlu dipetimbangkan, mengingat jumlah peserta JKN bertambah setiap

tahun. Pemerintah dan BPJS Kesehatan harus mendorong pertumbuhan peran

swasta sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan di era JKN.1

Universitas Lambung Mangkurat


Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh dewan jaminan sosial

nasional (DJSN) selama setahun berjalannya program JKN, masih ditemukan

banyak permasalahan mengenai pelaksanaan program JKN dirumah sakit di

indonesia yaitu masih banyaknya pasien perserta BPJS Kesehatan yang ditolak

rumah sakit (untuk mendapatkan kamar perawatan, ICU, Picu, Nicu), pasien yang

harus bayar sendiri baik biaya perawatan maupun administrasi, pasien yang harus

membeli obat dan darah sendiri, pasien yang harus pulang sebelum sehat karena

biaya paket INA CBGs nya sudah habis, pasien yang harus masuk daftar tunggu

(waiting list) untuk diambil tindakan (seperti operasi), pasien yang harus

mendapatkan diskriminasi dibandingkan dengan pasien umum, masih banyaknya

rakyat yang tidak mengetahui hak haknya sebagai peserta BPJS Kesehatan,

beberapa masalah di atas merupakan kasus-kasus yang sering ini ditangani BPJS

selama ini.2

Universitas Lambung Mangkurat


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Implementasi

Pemahaman umum mengenai implementasi kebijakan dapat diperoleh dari

pernyataan Grindle bahwa implementasi merupakan proses umum tindakan

administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu. Proses

implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan,

program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan disalurkan untuk mencapai

sasaran. Jika pemahaman ini diarahkan pada lokus dan fokus (perubahan) dimana

kebijakan diterapkan akan sejalan dengan pandangan Van Meter dan van Horn

yang dikutip oleh Parsons dan Wibawa, dkk., bahwa implementasi kebijakan

merupakan tindakan yang dilakukan oleh (organisasi) pemerintah dan swasta baik

secara individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai

tujuan. Deskripsi sederhana tentang konsep implementasi dikemukakan oleh Lane

bahwa implementasi sebagai konsep dapat dibagi ke dalam dua bagian yakni

implementasi merupakan persamaan fungsi dari maksud, output dan outcome.

Berdasarkan deskripsi tersebut, formula implementasi merupakan fungsi yang

terdiri dari maksud dan tujuan, hasil sebagai produk, dan hasil dari akibat.

Selanjutnya, implementasi merupakan persamaan fungsi dari kebijakan, formator,

implementor, inisiator, dan waktu. Penekanan utama kedua fungsi ini adalah

kepada kebijakan itu sendiri, kemudian hasil yang dicapai dan dilaksanakan oleh

implementor dalam kurun waktu tertentu.3

Universitas Lambung Mangkurat


Alasan mengapa implementasi kebijakan diperlukan mengacu pada

pandangan para pakar bahwa setiap kebijakan yang telah dibuat harus

diimplementasikan. Oleh karena itu, implementasi kebijakan diperlukan karena

berbagai alasan atau perspektif. Berdasarkan pertanyaan retoris tersebut

dirumuskan empat faktor sebagai sumber masalah sekaligus prakondisi bagi

keberhasilan proses implementasi, yakni komunikasi, sumber daya, sikap birokrasi

atau pelaksana, dan struktur organisasi termasuk tata aliran kerja birokrasi. Empat

faktor tersebut merupakan kriteria yang perlu ada dalam implementasi suatu

kebijakan.3

Tujuan implementasi kebijakan diformulasi ke dalam program aksi dan

proyek tertentu yang dirancang dan dibiayai. Program dilaksanakan sesuai dengan

rencana. Implementasi kebijakan atau program – secara garis besar – dipengaruhi

oleh isi kebijakan dan konteks implementasi. Keseluruhan implementasi kebijakan

dievaluasi dengan cara mengukur luaran program berdasarkan tujuan kebijakan.

Luaran program dilihat melalui dampaknya terhadap sasaran yang dituju baik

individu dan kelompok maupun masyarakat. Luaran implementasi kebijakan

adalah perubahan dan diterimanya perubahan oleh kelompok sasaran.3

Implementasi kebijakan di-perlukan untuk melihat kepatuhan kelompok

sasaran kebijakan. Oleh karena itu, dilihat dari perspektif perilaku, kepatuhan

kelompok sasaran merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan

implementasi kebijakan. Pemahaman ini sejalan dengan pandangan Ripley dan

Franklin (1986: 12) bahwa untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan

perlu didasarkan pada tiga aspek, yaitu: 1) tingkat kepatuhan birokrasi terhadap

Universitas Lambung Mangkurat


birokrasi di atasnya atau tingkatan birokrasi, sebagaimana diatur dalam undang-

undang, 2) adanya kelancaran rutinitas dan tidak adanya masalah; serta 3)

pelaksanaan dan dampak (manfaat) yang dikehendaki dari semua program terarah.3

B. Jaminan Kesehatan Nasional

1. Definisi

Pemerintah Indonesia mulai mengimplementasikan program Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) secara universal di Indonesia, sejak tanggal 1 Januari 2014.

Program ini bertujuan memberikan jaminan kepada seluruh warga Negara

Indonesia agar dapat mengakses pelayanan kesehatan ketika membutuhkan dan

tidak lagi terkendala khususnya dari segi pembiayaan. Di Indonesia, JKN

diimplementasikan secara bertahap oleh pemerinta, diharapkan pada tahun 2019

seluruh warga Negara Indonesia telah ikut seluruhnya bergabung kedalam program

ini. JKN di Indonesia menganut sistem asurasi sosial, yakni pemerintah Indonesia

mewajibkan seluruh warga Negara untuk bergabung pada program ini.4

Penerapan JKN saat ini telah membawa perubahan besar dalam sistem

pelayanan dan pembiayaan kesehatan khususnya di rumah sakit. Sistem

pembayaran di rumah sakit berubah yang sebelumnya menggunakan sistem fee for

service menjadi sistem pembayaran prospective payment system dengan

menggunakan tariff Ina-CBGs dan BPJS kesehatan ditunjuk sebagai institusi

pelaksana program. Sistem rujukan pasien secara berjenjang juga mulai

diperlakukan secara lebih ketat dari pelayanan kesehatan primer ke pelayanan

kesehatan rujukan atau rumah sakit.4

Universitas Lambung Mangkurat


Program jaminan kesehatan nasional (JKN) adalah suatu program pemerintah yang

bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap

masyarakat Indonesia agar dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera (UU SJSN).

Program ini merupakan bagian dari sistem jaminan sosial nasional (SJSN) yang

bersifat wajib bagi seluruh penduduk melalui badan penyelenggara jaminan sosial

(BPJS) kesehatan. Implementasi program JKN oleh BPJS kesehatan dimulai sejak

1 Januari 2014.5

Implementasi program JKN pada awal pelaksanaannya mengalami

beberapa kendala seperti belum semua penduduk tercakup menjadi peserta,

distribusi pelayanan kesehatan yang belum merata, kualitas pelayanan kesehatan

yang bervariasi, sistem rujukan serta pembayaran yang belum optimal.

Ketidakmerataan ketersediaan fasilitas kesehatan, sumber daya manusia kesehatan

dan kondisi geografis yang sangat bervariasi, menimbulkan potensi melebarnya

ketidakadilan kesehatan antara kelompok masyarakat.5

Sumber Daya Manusia (SDM) kesehatan merupakan elemen yang sangat

penting dan berpengaruh terhadap peningkatan seluruh aspek dalam sistem

pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Pelaksana kebijakan

jaminan kesehatan adalah unit-unit pelayanan kesehatan, mulai dari tingkat dasar

sampai tingkat lanjutan. SDM pelaksana pelayanan kesehatan pada Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) adalah dokter/ spesialis, dokter gigi, perawat, dan

bidan.5

2. Prinsip JKN

Menurut (Kemenkes RI, 2013 dalam Buku Pegangan Sosialisasi JKN

Universitas Lambung Mangkurat


dan SJSN) Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip SJSN

sebagai berikut berikut:6

1. Prinsip kegotongroyongan

Gotong royong dalam SJSN berarti peserta yang mampu membantu

peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu peserta yang sakit.

Melalui prinsip gotong royong jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2. Prinsip nirlaba

Pengelolaan dana amanat oleh BPJS adalah nirlaba dan bukan untuk

mencari laba, namun untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.

Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat. sehingga hasil

pengembangannya, akan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan

peserta.

3. Prinsip keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.

Prinsip-prinsip manajemen ini diterapkan dan mendasari seluruh

kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil

pengembangannya.

4. Prinsip portabilitas

Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan

jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun berpindah pekerjaan atau

tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Prinsip kepesertaan bersifat wajib

Dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat

Universitas Lambung Mangkurat


terlindungi. Penerapannya disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat

dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program. Tahap ini dimulai

dari pekerja di sektor formal, bersamaan dengan itu sektor informal dapat

menjadi peserta secara mandiri, sehingga pada akhirnya SJSN dapat mencakup

seluruh rakyat.

6. Prinsip dana amanat

Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada

badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka

mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta.

7. Prinsip hasil pengelolaan dana jaminan sosial

Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk

sebesar-besar kepentingan peserta.

3. Kepesertaan

Peserta JKN meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan non-PBI dengan

rincian sebagai berikut:6

1. Peserta PBI meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan tidak

mampu. Sebelum diberlakukan JKN, asuransi seperti Jamkesmas,

Jamkesda secara otomatis masuk dalam golongan ini.

2. Peserta non-PBI terdiri dari:

1) Pekerja Penerima Upah: PNS, TNI, POLRI, pegawai swasta dll.

2) Pekerja Bukan Penerima Upah: pekerja mandiri.

3) Bukan Pekerja: investor, veteran, penerima pensiun dll.

4) Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri diatur dengan

Universitas Lambung Mangkurat


ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri

Universitas Lambung Mangkurat


4. Prosedur Pelayanan

Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus memperoleh

pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama berupa puskesmas, klinik

kesehatan, atau dokter keluarga yang telah bekerjasama dengan BPJS. Bila peserta

memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan melalui

rujukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan

medis. Ada dua jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh peserta JKN, yaitu berupa

pelayanan kesehataan (manfaat medis) serta akomadasi dan ambulan (manfaat non medis).

Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi

tertentu yang ditetapkan oleh BPJS setempat.6

5. Pembiayaan JKN

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara

teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program

Jaminan Kesehatan (pasal 16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan

Kesehatan). Besarnya iuran JKN ditetapkan melalui Peraturan Presiden yang

ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi,

dan kebutuhan dasar hidup yang layak.

Pembayar Iuran

1. Bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.

2. Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh Pemberi

Kerja dan Pekerja.

3. Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan

Pekerja iuran dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.

10

Universitas Lambung Mangkurat


Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan

Presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial,

ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak.6

6. JKN Pada Fasilitas Kesehatan Primer

Adanya program JKN ini menitikberatkan kebutuhan pelayanan kesehatan

pada PPK tingkat pertama, dimana FKTP yang bekerja sama dengan BPJS

Kesehatan harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif berupa

pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitative, pelayanan

kebidanan, dan pelayanan kesehatan darurat medis, termasuk pelayanan penunjang

yang meliputi pemeriksaan laboraturium sederhana dan pelayanan kefarmasian.

Hal ini sesuai dengan artikel pada web BPJS kesehatan yang menyatakan bahwa

“Dalam implementasi sistem kesehatan nasional prinsip managed care

diberlakukan, dimana terdapat empat pilar yaitu promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitative. Prinsip ini akan diberlakukan pelayanan kesehatan akan difokuskan

di FKTP/Faskes primer seperti di Puskesmas, klinik atau dokter praktek

perorangan yang akan menjadi gerbang utama peserta BPJS kesehatan dalam

mengakses pelayanan kesehatan”.7

Penguatan pelayanan kesehatan primer juga menjadi fokus utama World

Health Organization (WHO) dalam “The 2008 Annual Report” yang menyatakan

WHO mendorong Negara berkembang untuk melakukan reformasi dalam rangkan

penguatan pelayanan kesehatan primer. Empat reformasi yang harus dilaksanakan

semua Negara yaitu reformasi Universal Coverage, penyedia pelayanan, kebijakan

11

Universitas Lambung Mangkurat


public, dan kepemimpinan. Dengan melakukan reformasi tersebut, sistem

kesehatan nasional dapat menjadi lebih jelas, efektif dan efisien.8

Konsep pelayanan kesehatan primer sebagai gatekeeper dikembangkan oleh

Primary Care Center oleh John Hopkins University, meliputi 4 domain utama

yaitu first contact care, continuity care, coordination care, and comprehensiveness

care. Konsep ini diadopsi oleh BPJS Kesehatan dan menjadi salah satu indicator

performa BPJS.8

Puskesmas sebagai FKTP mempunyai peran strategis dan keunggulan dalam

mendukung terlaksananya JKN dibandingkan dengan praktek dokter, dan klinik

swasta. Hal ini disebabkan karena penyelenggaran puskesmas yang berdasarkan

prinsip paradigm sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat,

pemerataan, teknologi tepat guna serta keterpaduan dan kesinambungan sehingga

puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan

kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata

pertama.7

Dalam Permennkes 75/2014, Puskesmas sebagai salah satu pelayanan

kesehatan primer menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya

kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan mengutamakan upaya promotif dan

preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

Dalam pelaksanaan saat ini Pelayanan kesehatan di puskesmas lebih terfokus pada

aspek kuratif. Idealnya peran Puskesmas sebagai gatekeeper mampu menggeser

paradigma sakit dimana puskesmas hanya sebagai penyedia pengobatan bagi orang

sakit (kuratif) menjadi paradigma sehat. Oleh karena itu fungsi Puskesmas sebagai

12

Universitas Lambung Mangkurat


gatekeeper menjadi sangat penting sebagai kontak pertama dan penapis rujukan

serta pada konsep gatekeeper tersebut juga meliputi upaya promotif, preventif,

kuratif, dan rehabilitatif yang dilakukan secara menyeluruh.8

Direktur Utama BPJS Kesehatan mengeluarkan Peraturan Direksi Nomor

085 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Peningkatan Mutu

Pelayanan Primer, yang memfokuskan pada evaluasi mutu pelayanan kesehatan

dari FKTP dengan adanya standar indikator penilaian performa pelayanan primer

sehingga dapat memastikan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang efektif

dan efisien. Untuk mengetahui kualitas pelaksanaan fungsi pelayanan primer

tersebut menggunakan Indikator Kinerja “Quality Indicator 9” (QI9). QI9

digunakan sebagai salah satu komponen pembayaran kapitasi FKTP dan bahan

pertimbangan kontrak kerjasama dengan BPJS Kesehatan di tahun berikutnya.7

7. Program Puskesmas. 9

1. Kesehatan ibu dan anak (KIA)

2. Keluarga Berencana (KB)

3. Pemberantasan penyakit menular (P2M)

4. Peningkatan gizi

5. Kesehatan lingkungan

6. Pengobatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap,

penunjang medik (laboratorium dan farmasi)

7. Penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM)

8. Laboratorium

9. Kesehatan sekolah

13

Universitas Lambung Mangkurat


10. Perawatan kesehatan masyarakat

11. Kesehatan jiwa

12. Kesehatan gigi

13. Semua program pokok puskesmas didasarkan pada “Basic Seven”

oleh WHO: Material and child helath care, medical care,

environmental sanitation, helath education, simple laboratory,

comunicable dis-ase control dan simple statistic.

14. Definisi public health menurut Winslow, pengembangan program

kesehatan masyarakat disuatu wilayah terdiri dari tiga komponen

pokok: pencegahan penyakit (preventing desesase),

memperpanjang hidup (prolonging life), dan keduanya harus

dilakukan dengan meningkatkan peran serta masyarakat (comunity

participation).

8. Hambatan JKN

Faktor eksternal adalah faktor-faktor atau penyebab yang muncul dari

luar lingkungan, yaitu (1) Masyarakat tidak datang saat adanya sosialisasi dari

pihak BPJS kesehatan, sehingga kurangnya kesadaran dari masyarakat, untuk

menumbuhkan kesadaran dalam diri masyarakat memang tidak mudah.

Banyak masyarakat yang tidak mengerti pentingnya jaminan sosial. Banyak

masyarakat yang tidak memahami pentingnya berbagi dalam subsidi silang ini.

Tidak hanya dari kaum menengah kebawah yang merasa pembayaran masih

mahal, namun dating juga dari kaum menengah keatas dimana mereka malah

14

Universitas Lambung Mangkurat


menggunakan atau memilih golongan III yaitu dengan biaya premi terendah,

padahal mereka mampu untuk membayar dengan golongan I. (2) Kesadaran

bagi peserta mandiri untuk membayar iuran, banyak warga yang mendaftar

JKN hanya untuk mendapatkan pengobatan gratis selama dia sakit, setelah itu

banyak warga yang tidak membayar lagi setelah merasa sakitnya sudah

sembuh. Padahal sudah dijelaskan jika warga tidak membayar iuran selama 6

bulan maka keanggotaannya akan dicabut, dan berdasarkan peraturan baru

dijelaskan bahwa keanggotaan baru tidaknya menunggu 7 hari sebelum

mendapatkan jaminan. Seharusnya dapat dipahami oleh semua warga bahwa

jaminan kesehatan itu sangatlah penting. (3) Peserta JKN belum paham sistem

rujukan berjenjang dan prosedur pelayanan JKN, hal ini terkait dengan

sosialisasi yang dilakukan, mungkin kurang menyeluruh atau bisa juga

cenderung masyarakat yang acuh apabila ada petugas dating dan menjelaskan

mengenai JKN ini. Banyak masyarakat yang bingung mengenai dimana tempat

faskes nya, dimana dia harus berobat kalau dirujuk, dan sebagainya. Hal ini

diharapkan menjadi perhatian besar bagi penyelenggara dan juga pelaksana

JKN.10

Faktor internal, yaitu regulasi yang masih terus mengalami perubahan.

Pemerintah selalu berupaya memberikan pilihan kebijakan yang terbaik bagi

masyarakatnya, dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku dan

mengikat inilah kebijakan dapat ditegakkan dengan baik. Peraturan yang ada

diupayakan untuk dibuat semaksimal mungkin. Dalam pelaksanaanya,

15

Universitas Lambung Mangkurat


pemerintah merasa masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dalam

peraturannya, seperti mengenai perubahan dari sistem kapitasi.10

16

Universitas Lambung Mangkurat


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemerintah Indonesia mulai mengimplementasikan program Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) secara universal di Indonesia, sejak tanggal 1 Januari

2014. Program ini bertujuan memberikan jaminan kepada seluruh warga Negara

Indonesia agar dapat mengakses pelayanan kesehatan ketika membutuhkan dan

tidak lagi terkendala khususnya dari segi pembiayaan. Implementasi program JKN

pada awal pelaksanaannya mengalami beberapa kendala seperti belum semua

penduduk tercakup menjadi peserta, distribusi pelayanan kesehatan yang belum

merata, kualitas pelayanan kesehatan yang bervariasi, sistem rujukan serta

pembayaran yang belum optimal. Ketidakmerataan ketersediaan fasilitas

kesehatan, sumber daya manusia kesehatan dan kondisi geografis yang sangat

bervariasi, menimbulkan potensi melebarnya ketidakadilan kesehatan antara

kelompok masyarakat. Puskesmas sebagai FKTP mempunyai peran strategis dan

keunggulan dalam mendukung terlaksananya JKN dibandingkan dengan praktek

dokter, dan klinik swasta. Hal ini disebabkan karena penyelenggaran puskesmas

yang berdasarkan prinsip paradigm sehat, pertanggungjawaban wilayah,

kemandirian masyarakat, pemerataan, teknologi tepat guna serta keterpaduan dan

kesinambungan sehingga puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak

pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat

pelayanan kesehatan strata pertama.

17

Universitas Lambung Mangkurat


DAFTAR PUSTAKA

1. Ulandari L, Ilyas Y. Studi Kasus : Kesiapan Rumah Sakit An-Nisa


Tangerang Dalam Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional.
Jakarta.Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.2019;47:267-
274.

2. Agussallim, Hermiyanti, Rahman A. Analisis Implementasi Kebijakan


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Undata Palu.Palu.Universitas Tadulako.2017;3:1-84.

3. Akib H. Implementasi Kebijakan: Apa, Mengapa, dan Bagaimana.


Makassar.Universitas Negeri Makassar.2010;3.

4. Irwandy, Sjaaf AC. Dampak Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional


Terhadap Efisiensi Rumah Sakit: Studi Kasus di Provinsi Sulawesi
Selatan.Jakarta.Universitas Indonesia.2018;4:360-367.

5. Saputra M, Marlinae L, Rahman F, Rosadi D. Program Jaminan Kesehatan


Nasional Dari Aspek Sumber Daya Manusia Pelaksana Pelayanan
Kesehatan.Banjarmasin. Fakultas Kedokteran Program Studi Kesehatan
Masyarakat.Universitas Lambung Mangkurat.2015;11(1):32-42.

6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Pegangan Sosialisasi


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial
Nasional.Jakarta.

7. Rahma A, Arso SP, Suparwati A. Implementasi Fungsi Pokok Pelayanan


Primer Puskesmas Sebagai Gatekeeper Dalam Program JKN (Studi di
Puskesmas Juwana Kabupaten Pati). Bandung. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) FKM
UNDIP.2015;3(3).

8. Wulandari FK, Achadi A. Analisis Karakteristik dan Persepsi Pengguna


Pelayanan Terhadap Pemanfaatan Puskesmas Sebagai Gatekeeper di Dua
Puskesmas Kota Bekasi Tahun 2016. Depok. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia.2016;3(1).

9. Syafrudin.Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Dalam


Kebidanan.2009.

10. Basuki EW, Sulistyowati, Retno N, Herawati. Implementasi Kebijakan


Jaminan Kesehatan Nasional Oleh BPJS Kesehatan di Kota Semarang.
Bandung. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Diponegoro Journal of Social and
Political of Science.2016.1-11.

18

Universitas Lambung Mangkurat

Anda mungkin juga menyukai