ABSTRACT
The presence of air pollution in ambient air is closely related to the incidence of adverse
reactions affecting human health. One of harmful pollutants and potentially major cause health
problems is sulfur dioxide (SO2). The number of vehicles that are passing and queuing on the
crossroads because of traffic light can affect the concentration of SO2. Besides, in these
locations there are a lot of road users which are potentially exposed by contaminants, so
information about the concentration of SO2 is important to know. This study aimed to investigate
the impact of meteorological factors and the number of vehicles on SO2 concentrations.
Impinger was used for air sampling, and pararosaniline method was used for determining SO 2
concentration. Sampling and calculation of the number of passing vehicles were performed 3
times ie in the morning, afternoon and evening. Based on the results of the study, the highest
3
concentrations of SO2 were on the range of 15-21 mg/Nm .
21
Istirokhatun, T., Agustini, I. T., Sudarno
Investigasi Pengaruh Kondisi Lalu Lintas Dan Aspek Meteorologi
Terhadap Konsentrasi Pencemar So2 Di Kota Semarang
yang diemisikan ke atmosfer. Seluruh Propinsi Jawa Tengah. Sementara itu, tiga
proses pembakaran menggunakan bahan persimpangan jalan yang digunakan
bakar berkadar sulfur akan mengemisikan sebagai objek studi yaitu Jalan Karangrejo
gas SO2 ke atmosfer. Gas ini merupakan Raya (A), Jalan Sukun Raya (B) dan Jalan
salah satu polutan udara yang penting Prof. Soedharto (C). Ketiga lokasi terletak
karena dapat menyebabkan bronchitis dan di kecamatan Banyumanik dan Tembalang,
penyakit gangguan saluran pernafasan serta dekat dengan perguruan tinggi
yang lainnya. Lebih lanjut gas ini dapat terkemuka di yaitu Universitas Diponegoro,
bereaksi dengan senyawa lain dan Semarang. Selain itu, ketiga persimpangan
membentuk polutan sekunder (secondary tersebut terletak di jalan kolektor, dan
pollutant) berupa partikel halus yang dapat berdasarkan RTRW Kota Semarang,
menembus bagian sensitif paru-paru kawasan Tembalang dan Banyumanik
sehingga memperburuk penyakit dapat memungkinkan terjadinya
pernafasan sekaligus memperparah peningkatan konsentrasi gas pencemar,
penyakit jantung eksisting (Faiz, 1996 dan karena Tembalang yang dialokasikan
Tasić, 2013). Selain itu, gas ini juga sebagai kawasan pendidikan
merupakan kontributor hujan asam yang mengharuskan adanya kemudahan akses
utama. Sektor transportasi menyumbang untuk transportasi sehingga dapat
sekitar 5% dari seluruh pencemar SO2 yang disimpulkan banyaknya kendaraan yang
ada di udara (pada beberapa negara melintas keluar masuk kawasan tersebut
bahkan hingga 17%) dengan perincian dapat meningkatkan konsentrasi gas
bahwa kendaraan berbahan bakar diesel pencemar salah satunya di persimpangan
memproduksi SO2 per liter lebih banyak Jalan Prof Soedharto yang merupakan
dibandingkan bensin (Kebin, et al 2002). Di salah satu gerbang memasuki Universitas
atmosfer SO2 teroksidasi membentuk asam Diponegoro Semarang. Sedangkan
sulfat H2SO4, yang kemudian tergabung kawasan Banyumanik yang merupakan
dan terdeposisi basah (wet deposistion) entrace point Kota Semarang dari arah
melalui hujan asam, atau terdeposisi kering selatan, memungkinkan banyaknya
(dry deposition) dalam bentuk partikulat kendaraan bermotor yang melintasi daerah
halus (fine particles). Keduanya lebih lanjut tersebut salah satunya adalah
dapat menyebabkan peningkatan persimpangan Jalan Sukun Raya dan Jalan
keasaman pada tanah dan air permukaan Karangrejo Raya.
(ESA, 2000), sehingga informasi mengenai Selain jumlah kendaraan, penelitian ini
keberadaan SO2 di udara ambien menjadi juga menempatkan faktor meteorologi
penting untuk diketahui. sebagai salah satu objek studi. Meteorologi
Salah satu sarana dan prasarana dari adalah ilmu atmosfer yang mempelajari
transportasi darat yaitu jalan raya dan karakteristik elemen cuaca. Parameter ini
lampu lalu lintas. Menurut UU No.22/2009 berpengaruh besar pada dispersi dan
alat pemberi isyarat lalu lintas adalah lampu penyisihan pencemar udara secara alami
yang mengendalikan arus lalu lintas yang (Verma and Desai, 2008). Dengan
terpasang di persimpangan jalan, tempat demikian, informasi meteorologi merupakan
penyebrangan pejalan kaki (zebra cross), hal yang sangat penting dalam menentukan
dan tempat lainnya. Antrian kendaraan di langkah-langkah pengendalian pencemaran
lampu lalu lintas yang berada di udara dari berbagai sumber pencemar baik
persimpangan jalan sangat memungkinkan industri maupun sistem transportasi. Oleh
terjadinya peningkatan konsentrasi karena itu meteorologi menjadi faktor
pencemar udara. Pasalnya, emisi penting yang dipelajari. Berdasarkan teori
kendaraan bermotor pada saat kendaraan inilah maka dalam penelitian ini
bermotor tersebut dalam keadaan mesin diinvestigasi hubungan faktor meteorologi
menyala namun kendaraan dalam posisi yang meliputi suhu, kelembaban udara dan
berhenti (idling) lebih buruk kualitasnya. kecepatan angin terhadap konsentrasi SO2.
Kadar emisi gas buangan pada saat Keterkaitan antara jumlah kendaraan yang
berhenti dapat mencapai dua kali lipat melintas pada tiap persimpangan jalan juga
dibandingkan emisi gas buangan pada saat menjadi bagian penting dari studi ini.
kendaraan berjalan normal (Rima, 2004
dan EPA, 2012).
Semarang dipilih sebagai objek studi
karena kota tersebut merupakan ibukota
22
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 13 No.1 Maret 2016, ISSN 1907-187X
(A) (B)
(C)
Gambar 1. Hubungan antara konsentrasi SO2 dengan jumlah kendaraan (A) Jl. Karangrejo
Raya, (B) Jl. Sukun Raya, (C) Jl. Prof. Soedharto
23
Istirokhatun, T., Agustini, I. T., Sudarno
Investigasi Pengaruh Kondisi Lalu Lintas Dan Aspek Meteorologi
Terhadap Konsentrasi Pencemar So2 Di Kota Semarang
(A) (B)
(C)
Gambar 2. Hubungan antara konsentrasi SO2 dengan suhu di (A) Jl. Karangrejo Raya, (B) Jl.
Sukun Raya, (C) Jl. Prof. Soedharto
3
Grafik pada Gambar 1 menunjukkan terukur 17,742 µg/Nm (titik sampling 1)
3
perbedaan jumlah kendaraan yang melintas dan 17,531 µg/Nm (titik sampling 2). Pada
pada ketiga persimpangan jalan. Jalan B suhu mencapai 37,4°C, konsentrasi
3
Perbedaan ini dikarenakan peruntukan SO2 yang terukur sebesar 16,162 µg/Nm
pada 3 jalan tersebut yang juga berbeda. sedangkan saat suhu hanya 29,05°C
Terlihat jumlah kendaraan yang melintasi konsentrasi SO2 yang dihasilkan 16,499
3
jalan (A) berkisar 1100-1500 spm/jam, µg/Nm . Berdasarkan hasil hubungan suhu
sedangkan pada jalan (B) sebanyak 1300- dengan konsentrasi dapat dilihat bahwa
1800 spm/jam dan jalan (C) mencapai suhu berbanding terbalik dengan
2500-3900 spm/jam. Walaupun jumlah konsentrasi SO2 yang dihasilkan. Ini berarti
kendaraan di jalan (C) lebih banyak ketika suhu tinggi konsentrasi SO2 lebih
dibandingkan dengan dua jalan lainnya, rendah dibandingkan saat suhu udara
konsentrasi SO2 jauh lebih kecil yaitu hanya tinggi. Hasil yang sama diperoleh oleh
3
berkisar 0,4-6 µg/Nm sedangkan Okoroafor (2014) bahwa konsentrasi
konsentrasi SO2 di jalan (A) Karangrejo pencemar menurun seiring dengan
3
Raya sebesar 15-21 µg/Nm . Hal ini meningkatnya temperatur. Hal yang senada
disebabkan karena jenis kendaraan yang dengan hasil penelitian Sheryl (2002) yang
berbahan bakar solar di Jalan Karangrejo menyatakan bahwa korelasi antara fluktuasi
Raya lebih banyak dibandingkan di Jalan konsentrasi gas SO2 dengan suhu udara
Ngesrep Timur V. Berdasarkan BPLHD nyata bersifat negatif di lokasi dekat
Propinsi DKI Jakarta, kendaraan bermotor pemukiman karyawan, artinya apabila suhu
yang berbahan bakar solar seperti truk udara tiggi maka konsentrasi SO2 yang
berkontribusi sebanyak 85% dalam terukur rendah. Namun hal yang berbeda
menghasilkan SO2 dibandingkan dengan terjadi pada penelitian Budi (2012) yang
kendaraan bermotor yang berbahan bakar dalam penelitiannya mengatakan bahwa
bensin yang hanya sekitar 15%. semakin tinggi suhu udara maka
Temperatur tertinggi terukur pada hari konsentrasi SO2 yang dihasilkan semakin
ke 1 pada Jalan A yaitu suhu tertinggi yaitu tinggi pula.
32,95°C dengan konsentrasi SO2 yang
24
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 13 No.1 Maret 2016, ISSN 1907-187X
(A) (B)
(C)
Gambar 3. Hubungan kelembaban udara dengan konsentrasi SO 2 (A) Jl. Karangrejo Raya, (B)
Jl. Sukun Raya, (C) Prof. Soedharto
Data dari Gambar 3 menunjukkan sebesar 1,15 m/s dengan nilai konsentrasi
3
kelembaban udara tertinggi yang terjadi di SO2 yang dihasilkan yaitu 0,477 µg/Nm
jalan A sebesar 63,1% dengan konsentrasi sedangkan kecepatan angin terendah
3
SO2 19,295 µg/Nm , kelembaban terendah hanya berkisar 0,5 m/s dengan nilai
37,05% dan nilai konsentrasi SO2 yang konsentrasi SO2 yang terukur 6,127
3 3
terukur 17,531 µg/Nm . Kelembaban µg/Nm . Dar hasil sampling di atas dapat
tertinggi yang terjadi di jalan B yaitu 60,65% disimpulkan bahwa kecepatan angin
3
dengan nilai konsentrasi SO2 3,275 µg/Nm berbanding terbalik dengan konsentrasi
dan kelembaban terendah berkisar pada SO2 yang dihasilkan. Semakin tinggi
37,2% dan dengan nilai konsentrasi SO2 kecepatan angin, semakin rendah
3
2,759 µg/Nm . Dari data tersebut dapat konsentrasi SO2 yang didapatkan. Hal
dinyatakan bahwa kelembaban berbanding serupa dihasilkan oleh Budi (2012) yang
lurus dengan konsentrasi SO2. Hasil yang menyatakan bahwa konsentrasi SO2
sama ditunjukkan oleh Sheryl (2002). semakin rendah apabila kecepatan angin
Penelitian Fadhal (2008) menyimpulkan semakin besar. Hal ini terjadi karena pada
bahwa kelembaban udara tidak kecepatan angin yang besar akan
berpengaruh langsung terhadap mempercepat terjadinya penurunan
konsentrasi SO2. Namun hal yang berbeda konsentrasi SO2 akibat adanya pergerakan
terjadi pada penelitian Budi (2012) udara maka terjadi suatu proses
menyatakan bahwa semakin tinggi penyebaran gas SO2 yang mengakibatkan
kelembaban udara maka konsentrasi SO2 penurunan konsentrasi SO2. Ketika angin
yang dihasilkan semakin rendah bergerak dengan kecepatan tinggi, maka
Gambar 4 menunjukkan kecepatan pencemar akan terdilusi melalui dispersi
angin terbesar yang terjadi di Jalan Sukun (Tasić, et al 2013). Dengan kata lain,
Raya sebesar 1,55 m/s dengan nilai peningkatan kecepatan angin akan
konsentrasi SO2 yang terukur yaitu 14,986 mempercepat terjadinya dispersi dan dilusi
3
µg/Nm . Kecepatan angin terendah 0,55 pencemar udara, sehingga tidak akan
m/s dengan nilai konsentrasi SO2 sebesar terkonsentrasi di lokasi tertentu (Desai and
3
18,805 µg/Nm . Kecepatan angin tertinggi Verma, 2008).
yang terjadi di Jalan Prof. Soedharto .
25
Istirokhatun, T., Agustini, I. T., Sudarno
Investigasi Pengaruh Kondisi Lalu Lintas Dan Aspek Meteorologi
Terhadap Konsentrasi Pencemar So2 Di Kota Semarang
(A) (B)
(C)
Gambar 4. Hubungan kecepatan angin dengan konsentrasi SO2 (A) Jl. Karangrejo Raya, (B) Jl.
Sukun Raya, (C) Prof. Soedharto
26
Jurnal PRESIPITASI
Vol. 13 No.1 Maret 2016, ISSN 1907-187X
27