Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH HASIL PEMBELAJARAN AQ IDAH AKHLAK TERHADAP

ETIKA BERBUSANA MUSLIMAH DI LUAR SEKOLAH


(Studi kasus Di MTS Negeri Model Lomboto)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Penelitian Skripsi Jurusan Pendidikan Agama


Islam (PAI) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Jurusan Pendidikan
Agama Islam

Oleh:
Nevi U. Beni
Nim : 181012054

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
TA 2020/202
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, yang senantiasa memberikan
kekuatan jasmani dan rohani kepada peniliti sehingga dapat menyelesaikan tugas
penelitian ini meskipun secara sederhana. Shalawat serta salam atas Nabi
Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan para pengikut Beliau hingga sampai
akhir zaman.
Dalam penyusunan proposal skripsi ini, peneliti mendapatkan tantangan
yang begitu banyak tetapi dapat diselesaikan berkat adanya ketekunan, ketelitian,
kecermatan peneliti dan bantuan dari beberapa pihak baik secara material maupun
psikis.

i
DAFTAR ISI

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas
pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan
tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni
meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian
massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota
besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat
meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah
resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya
dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas
dan kualitas pendidikan karakter.
Pendidikan dibelahan dunia manapun selalu dijalankan sebagai proses
untuk mengembangkan dan membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang
berkualitas. Hal ini didasari bahwa dalam setiap proses pendidikan, utamanya
melalui sekolah, terjadi berbagai bentuk penemuan baru yang berguna bagi
kepentingan umat manusia. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat
dicapai dengan menggunakan instrument pendidikan yang lengkap. Tidak
berlebihan bila banyak orang sepakat bahwa pendidikan merupakan salah satu
prasyarat (indicator) kemajuan.
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam membangun kecerdasan
sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Oleh karena itu,
pendidikan secara terusmenerus dibangun dan dikembangkan agar dari proses
pelaksanaan menghasilkan generasi yang diharapkan. Dalam rangka
menghasilkan peserta didik yang unggul dan diharapkan, proses pendidikan
juga senantiasa dievaluasi dan diperbaiki. Salah satu upaya perbaikan kualitas
pendidikan adalah melalui pendidikan karakter.1

1
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media 2011)

1
Karakter merupakan nilai dasar yang membangun pribadi seseorang,
terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang
membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.2 Sedangkan orang yang berkarakter
adalah orang yang dapat merespon segala situasi secara bermoral dan
dimanifestasikan dalam bentuk tindakan nyata melalui tingkah laku yang
baik. Menurut Lickona, karakter berkaitan dengan konsep moral (moral
knowing), sikap moral (moral felling), dan perilaku moral (moral behavior).3
Pelajaran akidah akhlak adalah pelajaran karakter, sehingga siswa harus
merasakan secara langsung kesan yang didapatkan dengan cara menjadi
pelaku secara langsung. Tetapi di kelas yang akan kami teliti pelaksanaan
pembelajaran akidah akhlak belum dapat memberikan kesan kepada siswa
karena hanya menggunakan model klasik dan tidak menarik, sehingga siswa
tidak dapat merasakan kesan hidup yang dapat dijadikan pengalaman
berharga dan pelajaran yang nyata.
UU No. 2/1989 , bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan
bagi peranannya di masa yang akan datang. ( Idi, 2011:125 ).
Tujuan dari pelaksanaan pendidikan adalah untuk mengembangakan
kualitas SDM sedini mungkin, rerarah, terpadu dan menyeluruh melalui
berbagai upaya. Dari tujuan tersebut, pelaksanaan pendidikan Indonesia
menuntut untuk menghasilkan siswa yang memiliki kualtas SDM yang
mantap dan menghasilkan lulusan yang berkualitas.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang melibatkan
hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan
yang di tentukan. Bila di terusuri secara mendalam, proses belajar mengajar
merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah yang didalamnya
terjadi interaksi dan sosisalisasi antar beberapa komponen pembelajaran.
Pendidikan baik disekolah maupun diluar sekolah perlu disesuaikan dengan
2
Muchlas Samani, dan Hariyanto, M.S, Konsep Dan Model Pendidikan Karakter. (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011), hlm 43
3
Ibid, hlm 50.

2
perkembangan tuntutan pembangunan yang memerlukan berbagai jenis
ketrampilan dan keahlian disegala bidang serta di tingkatkan mutunya sesuai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknomogi.
Kiranya tujuan pendidikan nasional diatas tidak berbeda jauh dengan
tujuan pendidikan Islam. Adapun tujuan pendidikan Islam adalah sejalan
dengan tujuan nisi Islam itu sendiri yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak
hingga mencapai tingkat akhlakul karimah dan tujuan tersebut sama dan
sebangun dengan target yang terkandung dalam tugas kenabian yang diemban
oleh Rosulullah Saw. Kiranya tujuan pendidikan nasional diatas tidak berbeda
jauh dengan tujuan pendidikan Islam.
Adapun tujuan pendidikan Islam adalah sejalan dengan tujuan nisi Islam
itu sendiri yaitu mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat
akhlakul karimah dan tujuan tersebut sama dan sebangun dengan target yang
terkandung dalam tugas kenabian yang diemban oleh Rosulullah Saw.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat didentifikasikan
masalah sebagai berikut :
1. Terdapat pembelajaran aqidah akhlak yang diterima oleh siswa di luar
sekolah tidak dapat menerapkan etika yang baik dalam berpakaian
2. Pembelajaran aqidah akhlak yang diterima siswa tidak dapat berpengaruh
ketika di luar sekolah
3. Penerapan pembelajaran aqidah akhlak bagi siswa kelas IX MTS negeri
model Limboto masih perlu dibenahi.
C. RUMUSAN MASALAH
Dalam kaitan dengan idintifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka
peneliti perlu melakukan perumusan masalah berupa :
1. Bagaimana hasil pembelajaran aqidah akhlak di sekolah MTS Negeri
Model Limboto kelas IX?
2. Bagaiman etika berbusana di luar sekolah siswa-siswi MTS Negeri Model
Limboto kelas IX?

3
3. Apakah terdapat pengaruh pembelajaran aqidah akhlak terhadap etika
berbusana di luar sekolah siswa-siswi MTS Negeri Model Limboto kelas
IX?
D. TUJUAN
Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui hasil pembelajaran aqidah akhlak di sekolah MTS
Negeri 1 Limboto kelas IX?
4. Untuk Mengetahui etika berbusana di luar sekolah siswa-siswi MTS
Negeri 1 Limboto kelas IX?
5. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran aqidah akhlak terhadap etika
berbusana di luar sekolah siswa-siswi MTS Negeri 1 Limboto kelas IX?
E. KEGUNAAN PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan berguna :
1. Bagi Siswa : Dalam rangka mengetahui etika berbusana di luar sekolah
2. Bagi Guru : Dalam rangka mengoptimalkan pembelajaran pada siswa
dalam menanamkan khususnya di aqidah akhlak
3. Bagi Peneliti : Menambah wawasan dalam pengembangan pembelajaran
aqidak akhlak bagi siswa di dalam sekolah maupun di luar
4. Bagi sekolah : Untuk meningkatkan kualitas sekolah karena sukses atau
tidaknya sekolah dapat di lihat pada siswanya yang telah mendapatkan
pendidikan di sekolah yang bersangkutan.

4
BAB II
KAJIAN TEORI
A. AKIDAH AKHLAK
1. Pengertian Aqidah Akhlak
a. Aqidah
Secara bahasa aqidah berasal dari kata ‘aqoda, ya’qidu, ‘aqdan,
‘itiqoodaan yaitu: kepercayaan hati atau keyakinan.4 Pengertian Aqidah
secara terminology atau istilah di kemukakan oleh para ahli
diantaranya:
Menurut Imam Al-Ghazali menyatakan, apabila aqidah telah
tumbuh pada jiwa seorang muslim, maka tertanamlah dalam jiwanya
rasa bahwa Allah sajalah yang paling berkuasa, segala wujud yang ada
ini hanyalah makhluk belaka.5
Menurut Abdullah Azzam, Aqidah adalah iman dengan semua
rukun-rukunnya yang enam.6 Maksudnya adalah pengertian iman yaitu :
keyakinan atau kepercayaan akan adanya Allah SWT, Malaikat-
malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Nabi-nabi-Nya, hari kebangkitan dan
Qadha dan Qadar-Nya.
Dari dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa aqidah adalah
dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim
yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dianut oleh setiap muslim
sebagai sumber keyakinan yang mengikat dan mendasar.
b. Akhlak
Pengertian Akhlak secara Etimologi, Akhlak berasal dari bahasa
Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut bahasa
diartikan : pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Maka Akhlak
dalam Al-Qur’an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluk, tercantum dalam
surah Al-Qalam, sebagai berikut :

4
Prof. H. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia,(Jakarta : Hidayah Karya Agung, 1973), h. 275
5
Al-Ghazali, Khulul Al Islam, (Kwait : Dar Al-Bayan, 1970),h 17
6
Abdullah Azzam, Akidah Landasan Pokok Membina Umat, (Jakarta : Gema Insani Press, 1993),
cet. Ke-4, h. 17

5
“Dan sesungguhnya Engkau (Muhammad) benar-benar berbudi
pekerti yang agung” (Q.S Al-Qalam 68 : 4).
Kata akhlak merupakan kata yang seringkali terdengar dalam
kehidupan sehari-hari. Begitu kita mendengar kata ini sehingga seolah-
olah kita tahu pengertian ini dengan jelas, padahal jika ditanyakan apa
itu akhlak, kita biasanya terdiam memikirkan jawabannya. Pengertian
akhlak dapat ditinjau dari dua pengertian secara etimologis dan
terminologis. Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab
al-akhlaq, kata ini merupakan bentuk jamak dari al khuluq yang berarti
budi pekerti, tabiat atau watak.7
Menurut Jamil Shaliba dalam bukunya Al-Mu’jam dan Al-Falsafi
Juz 1 halaman 539, pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari
bahasa arab yang berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan
santun agama.
Secara linguistic (kebahasaan) kata akhlak merupakan isim jamid
atau isim ghoir mustaq yaitu isim yang tidak mempunyai akar kata,
melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah
jamak dari kata khulqun/khuluq yang artinya sama dengan arti kata
akhlak sebagaimana telah disebutkan di atas.
Berdasarkan pengertian ini kata akhlak sering dianggap sinonim
dengan kata etika, moral, kesusilaan, tatakrama dan lain-lain. Dari
penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kata akhlak merupakan kata
yang digunakan untuk merujuk kepada perbuatan manusia yang
kemudian dinilai dengan standar baik dan buruk. Dalam Islam, standar
penilaian yang digunakan untuk menilai baik dan buruk suatu perbuatan
adalah Al-Qur’an dan Hadist.
Pengertian tentang akhlak secara terminologis telah banyak
dikemukakan oleh para ahli, salah satunya adalah pengertian akhlak
sebagaimana diungkapkan oleh Prof. Dr. Ahmad Amin dalam kitabnya
Al-akhlak, menurutnya “akhlak adalah kehendak yang dibiasakan,

7
M. Nipan Abdul Halim, Menghias Diri dengan akhlak terpuji. (Yogyakarta:2000) h.23

6
dalam pengertian jika kehendak itu membiasakan sesuatu maka
kebiasaan itu dinamakan akhlak.”8
Dari pendapat Prof. Dr. Ahmad Amin tersebut dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan akhlak adalah kehendak yang dibiasakan,
atau dalam pengertian lain akhlak mencakup perbuatan-perbuatan
manusia yang telah menjadi kebiasaan bagi orang yang bersangkutan.
Sedangkan pengertian akhlak sebagai sebuah ilmu juga
dikemukakan oleh para intelektual diantaranya Ahmad Amin yang
berpendapat bahwa “ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas arti baik
dan buruk, menerangkan apa yang harus dilaksanakan oleh manusia,
menjelaskan tujuan apa yang hendak dicapai manusia dengan perbuatan
mereka dan menunjukkan jalan yang lurus yang harus diperbuat.”9
Sedangkan Abdul Hamid Yunus mengemukakan sebagaimana
dikutip oleh Drs. Mahjuddin bahwa”ilmu akhlak adalah ilmu yang
menerangkan tentang perbuatan yang mulia, lalu memberikan tuntunan
mengenai cara melakukannya, untuk mengisi jiwa manusia dengan
perbuatan baik, serta cara-cara menghindarkan dan membersihkan diri
manusia dari perbuatan baik.” 10
Pengertian Akhlak dari segi istilah meurut Ibn Miskawaih yang
dikutip dari Prof. Dr. H.. Abudin Nata bahwa akhlak adalah : “Sifat
yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.11
Pengertian Akhlak dalam konsep al-Ghazali dalam bukunya “Ihya
Ulumuddin”menyatakan bahwa : “Akhlak adalah suatu sikap (hay‟ah)
yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan
dengan mudah dan gampang,tanpa perlu kepada pikiran dan
pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan

8
Rahmat Djatnika, Sistem Ethika Islami : Akhlak Mulia. (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1992),h.46
9
Ahmad Amin, Etika:Ilmu Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h.62
10
Mahjuddin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an dan Petunjuk Penerapannya
dalam Hadits, (Jakarta : Kalam Mulia, 2000), h.9
11
Prof. Dr. H. Abuddin Nata,M.A. Akhlak Tasawuf,(PT. RAJAGRAFINDO PERSADA,2011), cet
ke-10, h.3

7
terpuji, baik dari segi akal dan syara‟,maka ia disebut akhlak yang baik.
Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut
disebut akhlak yang buruk.”12
Menurut Al Ghazali akhlak mempunyai empat syarat:

a. Perbuatan baik dan buruk


b. Kesanggupan melakukannya
c. Mengetahuinya
d. Sikap mental yang membuat jiwa cenderung kepada salah
satu dari dua sifat tersebut, sehingga mudah melakukan
yang baik atau yang buruk.13
Dari beberapa definisi diatas secara subtansial tampak saling
melengkapi, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi
kepribadiannya. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan
dengan mudah tanpa pemikiran, maksudnya adalah seseorang yang
sudah terbiasa dan mendarah daging melakukan shalat ketika saat
adzan berkumandang ia tidak akan merasa berat lagi
mengerjakannya, dan tanpa pikr-pikir ia dengan mudah dan ringan
mengerjakannya. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul
dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau
tekanan dari luar dan merupakan perbuatan yang dilakukan dengan
sungguh- sungguh bukan bersandiwara ikhlas semata-mata karena
Allah SWT.
Dari penjabaran di atas dapat di simpulkan bahwa makna
Aqidah Akhlak adalah : Ikatan dari suatu system keyakinan yang di
yakini kebenarannya,yang tertanam dalam hati,diucapkan dengan
lisan dan diamalkan dengan perbuatan yang terpuji sesuai dengan
ajaran Al-Qur‟an dan Hadits.14

12
Ismail Thaib, Risalah Akhlak. (Yogyakarta:CV. Bina Usaha, 1984), Cet-1, hal 2
13
H. Moh. Ardani, Akhlak – Tasawuf. (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet-2, hal 27
14
Drs. H. Achmad Gholib, MA, Studi Islam II Aqidah Akhlak, (Jakarta, FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,2011) Cet-1, h.121

8
2. Pendidikan Aqidah Akhlak
Usaha Pendidikan bukanlah semata mata mengetahui belaka,
tetapi lebih dari usaha pendidikan adalah juga proses aplikasi
pengetahuan kedalam kehidupan real. Hal ini seperti dijelaskan
dalam kamus Besar Bahasa Indonesia yang mendefinisikan
kata”pendidikan sebagai proses perubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok oaring dalam mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.15
Hal yang hampir sama juga diungkapkan oleh Ahmad D.
Marimba yang menjelaskan bahwa “….pendidikan adalah proses
bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama…”.16
Pengetahuan tentang baik buruk dalam pengertian akhlak
adalah merupakan salah satu topic utama dalam pelajaran
pendidikan aqidah akhlak. Karenanya berdasarkan penjelasan-
penjelasan di atas, idealnya seorang siswa yang mempunyai
prestasinyang baik dalam pelajaran pendidikan aqidah akhlak maka
ia pun seharusnya memiliki akhlak yang baik dalam kehidupannya
sehari- hari. Hal ini sebagaimana diyakini Socrates, seorang filsuf
Yunani yang sangat yakin bahwa orang berbuat baik (benar) apabila
ia mengetahui apa yang baik bagi dirinya. Perbuatan buruk (salah)
terjadi karena kurangnya pengetahuan manusia tentang apa yang
baik.17
Dari pembahasan di atas tidak mengherankan jika kemudian
pendidikan aqidah akhlak menjadi sesuatu yang sangat penting
dalam dunia pendidikan. Pendidikan sebagai suatu
aktivitas manusia untuk meningkatkan dan
15
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Buku, Depdikbud, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), h. 22
16
Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al Ma’arif, 1980), h. 19
17
13 Tokoh Filsafat Etika, Sejak Zaman Yunani Sampai Abad Ke-19, (Yogyakarta: Kanisius,
2001), h. 58

9
mengembangkan seluruh potensi-potensi pribadinya baik rohani
maupun jasmani. Aqidah Akhlak di Madarsah Ibtidaiyah
merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan
pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma‟ al-husna, serta
penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam
mengamalkan akhlak terpuji dan adab islami melalui pemberian
contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Secara subtansial mata pelajaran Aqidah
Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikanmotivasi kepada
peserta didik untuk mempraktikan al-akhlakul karimah dan adab
Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari
keimanannya kepada Allah, malaikat- malaikat-Nya, kitab-kitabnya,
rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta Qada dan Qadar.
Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikan dan
dibiasakan sejak dini oleh para peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negative
era globalisasi dan krisis multidimensional yang melanda bangsa dan
Negara Indonesia.
B. PERILAKU AKHLAK
1. Pengertian Perilaku
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku merupakan
keadaan manusia pada umumnya, yaitu kebiasaan bagaimana cara
berbuat.18
Perilaku terdiri dari dua kata perilaku, perjatinya, sekeliing, dekat.
Laku artinya tingkah laku,perbuatan,tindak tanduk. Dalam bahasa
Inggris perilaku di sebut “behavior” artinya kelakuan,tindak tanduk.
M. Ichsan mengatakan bahwa perilaku adalah suatu proses
keadaan mental seseorang yang mendorong dirinya untuk berbuat
sesuatu. Dalam proses ini timbul pehaman disertai pembentukan

18
Poerwadarminta WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1985),h. 738

10
keinginan dan tujuan lebih lanjut menentukan rasa menerima atau
menolak rangsangan dari luar sehingga menjadi cirri-ciri seseorang
dalam melakukan perbuatan tertentu, baik yang dilakukan secara
sadar atau tidak sadar karena menjadi kebiasaan rutin sehari-hari.
Setiap orang pada umumnya sulit untuk melepaskan perasaan
senang dan tidak senang dari pesepsi dan perilakunya ketika
berinteraksi dengan suatu obyek tertentu. Dalam mental seseorang
selalu ada mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk
pandangan, mewarnai perasaan, ikut menentukan kecenderungan
perilaku seseorang terhadap manusia atau sesuatu yang sednag
dihadapi, bahkan terhadap diri sendiri. Pandangan dan perasaan
dipengaruhi oleh ingatan kita akan masa lalu, oleh apa yang kita
ketahuidan kesan kita terhadap apa yang sedang kita hadapi.

Itulah fenomena sikap yang timbulnya tidak saja ditentukan


oleh keadaan obyek sedang kita hadapi tetapi juga oleh kaitannya
dengan pengalaman- pengalaman masa lalu, oleh situasi saat ini, dan
oleh harapan-harapan untuk masa yang akan dating. Dengan demikian
untuk selalu dapat bersikap positif, seseorang perlu dilatih sejak kecil
dengan pengalaman-pengalaman yang positif dan dibiasakan
menghadapi persoalan-persoalan dengan persepsi positif juga.
Menurut Thurstone, Likert dan Osgood, sikap adalah suatu
bentuk evaluasi atau reaksi perasaan . Sikap seseorang terhadap suatu
obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun
perasaan tidak mendukung dan tidak memihak (unfavorable) pada
obyek tersebut.
Sementara menurut La Piere yg dikutip oleh Azwar bahwa
sikap lebih diartikan sebagai suatu pola perilaku tendensi atau kesiapan
antisipasif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi social
atau secara sederhana sikap adalah stimuli social yang telah

11
terkondisikan.19
Sikap seseorang terhadap suatu obyek umumnya dipengaruhi
oleh nilai- nilai yang dianut dan melatar belakangi seseorang tersebut
sebagai pengalaman hidupnya. Orang yang telah tertanam dan terkristal
nilai-nilai tertentu dalam mental atau kepribadiannya, tentunya dalam
menghadapi dan merespon sesuatu tersebut diwarnai oleh nilai-nilai
yang diyakininya.

Berbicara sikap biasanya selalu dikaitkan dengan perilaku yang berada


dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau
reaksi terhadap stimulus lingkungan social. Menurut teori tindakan
beralasan oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein dikatakan bahwa sikap
mempengaruhi perilaku melalui suatu proses pengambilan keputusan
yang teliti dan beralasan, dan dampaknya hanya pada tiga hal .
Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oelh sikap umum tetapi
ditentukan oleh sikap spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku tidak
hanya oleh sikap, tetapi juga oleh norma norma subyektif yaitu
keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan, agar kita
perbuat. Ketiga sikap terhadap perilaku bersama sama norma
subyektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku
tertentu.17 Secara sederhana teori ini mengatakan bahwa seseorang akan
melakukan suatu perbuatan /perilaku apabila ia memandang perbuatan
itu positif dan bial ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia
melakukannya. Dengan demikaian dapat dismpulkan bahwa seseorang
yang yakin bahwa perilaku yang akan dilakukan menimbulkan dampak
positif pada dirinya, ia akan bersikap cenderung melakukan tindakan
tersebut, Begitu sebaliknya jika ia yakin tindakan yang dilakukannya
berdampak negative pada dirinya ia bersikap menolak melakukan
tindakan tersebut.
Secara etimologis perilaku artinya setiap tindakan manusia atau

19
Azwar Saifuddin. Sikap Manusia teori dan pengukurannya (Yogyakarta : Puistaka Pelajar, 1998)
h.5

12
hewan yang dapat dilihat.20
Para ahli psikologi membedakan dua macam tingkah laku yakni
tingkah laku intelektual dan tingkah laku mekanistis. 21 Tingkah laku
intelektual adalah sejumlah perbuatan yang dikerjakan seseorang yang
berhubungan dengan kehidupan jiwa dan intelektual. Ciri-ciri utamanya
adalah berusaha mencapai tujuan tertentu. Sedangkan tingkah laku
mekanistis atau reflex adalah respon- respon yang timbul pada manusia
secara mekanistis dan tetap, seperti kedipan mata sebab terkena cahaya
dan gerakan-gerakan perangsang yang kita lihat pada anak-anak,
seperti menggerakan kedua tangan dan kaki secara terus menerus tanpa
aturan.
Perilaku adalah suatu perbuatan atau aktivitas atau sembarang
respons baik itu reaksi, ytanggapan, jawaban, atau itu balasan yang
dilakukan oleh suatu organisme. Secara khusus pengertian perilaku
adalah bagian dari satu kesatuan pola reaksi. Perilaku menurut Walgito
adalah suatu aktivitas yang mengalami perubahan dalam diri indvidu.
Perubahan itu diperoleh dalam segi kognitif, afektif dan psikomotorik.22

Dari beberapa uraian diatas Nampak jelas bahwa perilaku itu


adalah kegiatan atau aktifitas yang melingkupi seluruh aspek jasmaniah
dan rohaniah yang bisa dilihat.Perilaku adalah merupakan keadaan
manusia pada umumnya, yaitu kebiasaan Bagaimana cara berbuat.

2. Perkembangan Perilaku

Perkembangan pribadi manusia menurut Ilmu Psikologi


berlangsung sejak terjadinya konsepsi sampai mati, yaitu sejak
terjadinya pertemuan sperma dan sel telur (konsepsi) sampai mati,
individu senantiasa mengalami perubahan - perubahan atau
pertumbuhan.23 Pembentukan yang dimaksud di atas adalah suatu

20
Ibid. H. 11
21
Dsli Guulo, Kamus Psikologi, (Bandung : Tonis, 1982), Cet, ke-!, h.9
22
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, ( Jakarta : Pustaka al-husna, 1998), Cet. Ke-2,
h. 274
23
Walgito, B. Pengantar Psikologi umum (Yogyakarta : 2003) edisi IV, h.168

13
proses tertentu terus menerus dan proses yang menuju kedepan dan
tidak begitu saja dapat diulang kembali, atau secara umum diartikan
sebagai serangkaian perubahan dalam susunan yang berlangsung
secara teratur, progresif, jalin menjalin, dan terarah kepada
kematangan dan kedewasaan.
Adapun perkembangan perilaku anak yang dimaksud di sini
yaitu anak pada masa puber dan remaja (antara umur 13-18). Pada
masa puber ini anak banyakmengalami perubahan-perubahan fisik
sangat mempengaruhi perilaku anak. Masa ini pula yang diistilahkan
oleh Alisuf Sabri dalam bukunya Psikologi Perkembangan dengan
masa negatif yang diekspresikan sebagai berikut:
1. Negatif dalam prestasi, baik jasmani maupun prestasi mental
2. Negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik diri dari
masyarakat maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat.24
Sedangkan pada masa remaja adalah suatu periode peralihan yaitu
masa peralihan dari masa kanak-kanak kepada masa dewasa. Ini berarti
anak-anak pada masa ini harus meninggalkan segala sesuatu yang
bersifat kekanak-kanakan dan juga harus mempelajari sikap dan pola
perilaku yang baru sebagai pengganti perilaku dan sikap yang
ditinggalkannya. Akibat sifat peralihan ini remaja bersikap
ambivalensi, disatu pihak ingin diperlakukan seperti orang dewasa, di
lain pihak segala kebutuhannya masih minta dipenuhi seperti halnya
pada anak-anak.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Perilaku
Ada tiga aliran yang sudah amat populer yang mempengaruhi
perkembangan perilaku anak yaitu:

1. Aliran Nativisme yang dipelopori oleh Schopen Houer yang


berpendapat bahwa anak sejak lahir telah mempunyai
pembawaan yang kuat sehingga tidak dapat menerima pengaruh
24
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan. (Jakarta:Pedoman Jaya, 1996) Cet. Ke-2,h.10

14
dari luar.
2. Aliran Empirisme yang dipelopori oleh John Locke berpendapat
bahwa perkembangan individu semata-mata dimungkinkan dan
ditentukan oleh faktor lingkungan. Sedangkan faktor dasar atau
pembawaan tidak memainkan peran sama sekali.
3. Aliran Konfergensi yang dipelopori oleh William Stem
berpendapat bahwa perkembangan individu dipengaruhi oleh
faktor dasar (pembawaan, bakat, keturunan) maupun
lingkungan, yang keduanya memainkan peranan penting.
Oleh karena itu dalam memenuhi segala kebutuhan perilaku yaitu
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain :
1. Faktor pembawaan dan kelahiran yang cenderung memberi
corak dan perilaku tertentu pada yang bersangkutan
2. Faktor keluarga dimana lingkungan keluarga banyak berperan
dalam menghiasi perilaku anak
3. Faktor pengalaman dalam masyarakat sekitar, karena watak
manusia sangat dipengaruhi oleh kecendrungan-kecendrungan
dan norma- norma sosial, kebudayaan, konsep-konsep, gaya
hidup, bahasa dan keyakinan yang dipeluk oleh masyarakat.25
Keterangan-keterangan di atas tadi dapat diambil kesimpulan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku itu intinya
ada dua :
1. Faktor intern yaitu faktor-faktor yang datangnya dari dalam diri
anak baik keturunan, bakat, pembawaan, sangat mempengaruhi
dan merubah perilaku anak. Dan jika orang tua mempunyai
sifat-sifat baik fisik ataupun mental psikologis, sedikit banyak
akan terwariskan kepada anak.
2. Faktor ekstern yaitu faktor yang datang dari luar diri anak
seperti faktor lingkungan (orang tua/keluarga, sekolah,

25
Yedi Kurniawan, (ed), Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan. (Tinjauan Islam dan
Permasalahannya), (Jakarta:CV. Firdaus, 1992),h. 18

15
masyarakat dan teman- teman bermain) yang juga akan
mempengaruhi kepribadian dan perilaku anak..
C. TUJUAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MADRASAH
Mata pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan
untuk membekali peserta didik agar dapat:
a) Menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan,
serta pengamalan peserta didik tentang aqidah Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT.
b) Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran
dan nilai-nilai aqidah Islam.
D. PENGARUH PENDIDIKAN AQIDAH AKHLAK TERHADAP
PERILAKU SISWA
Penguasaan materi aqidah akhlak adalah pemahaman atau
pengetahuan siswa dalam memahami tentang ajaran agama Islam dari
segi materi aqidah akhlak. Sedangkan perilaku siswa adalah segala
gerak-gerik atau sikap siswa yang datang akibat pengaruh rangsangan-
rangsangan di sekitarnya.Banyak contoh yang membuktikan bahwa
pengetahuan atau pemahaman itu berpengaruh besar terhadap
perkembangan perilaku. Para siswa yang berprestasi baik (dalam arti
yang luas dan ideal) dalam bidang pelajaran Agama Islam misalnya
aqidah, sudah tentu akan lebih rajin beribadah shalat, puasa dan lain-lain.
Sedang dalam bidang akhlak, dia juga tidak segan-segan memberi
pertolongan atau bantuan kepada orang yang membutuhkan juga
memerlukan, sebab ia merasa bahwa memberikan bantuan itu adalah
kebajikan, sedangkan perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut
berasal dari pemahaman atau pengetahuan yang mendalam terhadap
materi-materi pelajaran khususnya aqidah akhlak yang ia terima dari

16
gurunya.
E. KAJIAN PENELITIAN YANG RELAVAN
Beberapa literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang memiliki
relevansi dengan proposal skripsi ini. Selain itu, kajian pustaka dalam
sbu bab ini ingin menunjukkan letak perbedaan kajian-kajian sebelumnya
dengan proposal ini sehingga dipandang layak menjadi sebuah kajian
ilmiah. Beberapa hasil penelitian dan buku yang membahas tentang
pengaruh hasil pembelajaran aqidah akhlak terhadap etika berbusana
muslimah di luar sekolah siswa di MTs Negeri 1 Limboto antara lain:
1. Dalam penelitian, Dra. Andi Banna, M.A, Implementasi Pendidikan
Karakter Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak, 2019. Dijelaskan
Penyampaian pembelajaran Aqidah akhlak dalam pembentukan karakter
peserta didik yang diterapkan oleh guru mata pelajaran di sekolah
dimana penelitian dengan hasil yang memuaskan..
2. Dalam Penelitian, M. Yusuf Agung Subekti, Pengaruh Pembelajaran
Aqidah Akhlaq Terhadap Perilaku Keagamaan Siswa, 2012.
Dijelaskan memang benar tidaklah aemua manusia dapat dipengaruhi
oleh ilmu itu serempak dan seketika menjadi baik. Akan tetapi
kehadiran ilmu akhlaq mutlak diperlukan laksana kehadiran dokter
yang berusaha menyembuhkan penyakit. Dengan advis yang
diberikan oleh dokter dapatlah orang sakit menyadari cara-cara yang
perlu ditempuh untuk memulihkan kesehatannya.
3. Dalam Penelitian, Faisal Kamal, Strategi Inovatif Pembelajaran
Akidah Akhlak di MAN Wonosobo Jawa Tengah, 2017. Dijelaskan
Penerapan strategi pembelajaran mengacu kepada proses kegiatan
pembelajaran. Adapun aspek-aspek dalam proses kegiatan
pembelajaran tersebut merupakan komponen-komponen pembelajaran
yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran.Langkah strategis
yang dilaksanakan dalam menerapkan strategi pembelajaran inovatif
dengan menggunakan variasi metode dalam proses pembelajaran,
seperti metode ceramah, tanya jawab, penugasan, diskusi, dan

17
demonstrasi
4. Dalam Penelitian, Dewi Prasari Suryawati, Implementasi
Pembelajaran Akidah Akhlak Terhadap Pembentukan Karakter Siswa
di MTS Negeri Semanu Gunungkidul, 2016. Dijelaskan Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 1) implementasi pendidikan karakter
pada perencanaan mata pelajaran akidah akhlak masih bersifat
mengkarakterkan perencanaan pembelajaran dan belum menunjukkan
perencanaan pembelajaran yang berkarakter. 2) Implementasi dalam
pelaksanaan masih bersifat konvensional.
5. Dalam Penelitian, Siska Fitri Yanti, Pengaruh Pembelajaran Aqidah
Akhlak Terhadap Perilaku Siswa di Madrasah Aliyah Negeri Kampar
Timur, 2017. Dijelaskan Terdapat pengaruh yang signifikan antara
pembelajaran aqidah akhlak terhadap etika siswa sebesar 13,1%.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara pembelajaran aqidah akhlak
terhadap etika siswa sebesar 10,9%.
6. Dalam Penelitian, Sholeh, Implementasi Pembelajaran Aqidah Akhlak
dalam Membentuk Karakter Siswa Kelas III Di MI FathulKhoirDupak
Rukun Surabaya, 2010. Dijelaskan Hasil dari penelitian menunjukkan
bahwa implementasi pembelajaran aqidah akhlak dalam membentuk
karakter siswa di MI FathulKhoir adalah selain diselengggarakan melalui
mata pelajaran agama Islam, guru -guru selalu berusaha mengarahkan
anak-anak di sekolah dengan melalui pembiasaan religius atau
penciptaan suasana religius seperti sholat dhuha dll.
7. Dalam Penelitian, Purniadi Putra, Implementasi Pendidikan Karakter
Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak, 2017. Dijelaskan Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) perencanaan pembelajaran guru Aqidah
Akhlak sebagai upaya pembentukan karakter adalah dengan
mendesain perencanaan pembelajaran dengan melibatkan media, (2)
penerapan pembelajaran guru Aqidah Akhlak dalam upaya
pembentukan karakter siswa yang dilakukan telah mengacu pada tata
tertib maupun aturan yang telah direncanakan dan ditetapkan dalam

18
setiap kegiatan atau proses pembelajaran dalam lembaga pendidikan
dasar/MI, (3) evaluasi pembelajaran guru Aqidah Akhlak biasanya
berupa ujian tugas dari guru, ulangan harian, nilai UTS dan ulangan
UAS siawa. Penyampaian pembelajaran Aqidah akhlak dalam
pembentukan karakter siswa yang diterapkan oleh guru mata pelajaran
dari masing lokasi penelitian tersebut membuahkan hasil yang sangat
memuaskan.
8. Dalam Penelitian, Rini Sartika, Pengaruh Strategi Pembelajaran dan
Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Akidah Akhlak Siswa MIN
SEI Mati Medan, 2019. Dijelaskan Terdapat interaksi antara strategi
pembelajaran dengan motivasi belajar, di mana siswa dengan motivasi
belajar tinggi lebih tepat diajar menggunakan strategi pembelajaran
kolaboratif, sedangkan siswa dengan motivasi belajar rendah lebih
tepat diajar dengan strategi pembelajaran kompetitif.
9. Dalam Penelitian, Agus Retnanto, Praksis Evaluasi pendidikan
Akidah Akhlak di Madrasah MANBA’UL Falah Sidorejo Kecamatan
Pamotan-Rembang, 2015. Dijelaskan Pamotan-Rembang yang tampak
pada dimensi guru antara lain (1) adanya usaha membina dan
mendorong subjek didik dalam meningkatkan kegairahan dan
partisipasi siswa aktif, (2) kemampuan menjalankan fungsi dan
peranan guru sebagai inovator dan motivator, (3) pemberian
kesempatan kepada para siswa yang pada hakikatnya memiliki
perbedaan individual, (4) kemampuan menggunakan bermacam-
macam strategi belajar-mengajar serta pendekatan multimedia. Pada
dimensi program, antara lain (1) tujuan instruksional dan konsep serta
kemampuan subjek didik, (2) program yang memungkinkan
terjadinya pengembangan konsep maupun aktivitas subjek didik, (3)
program yang tidak kaku dalam penentuan metode dan media yang
mudah dipahami. Pada dimensi situasi belajar-mengajar, antara lain
(1) situasi belajar-mengajar yang menimbulkan interaksi sosial dan
komunikasi guru-murid menjadi hangat dan menyenangkan, (2)

19
adanya kegairahan dan kegembiraan belajar dari subjek didik.
10. Dalam Penelitian, Mubasyaroh, Pendidikan Penanaman Sistem Nilai
Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak, 2013. Dijelaskan Dalam
pendidikan formal, guru menjadi mentor siswa dalam memiliki
akhlakul karimah, dengan menjadi model peran yang baik. Hasil
kajian ini menunjukkan bahwa sumber utama dalam penanaman
sistem nilai selain Al-Qur’an dan Al-Sunnah yaitu nilai duniawi,
pikiran, adat istiadat dan kenyataan alam.
F. KERANGKA PIKIR
Usaha pendidikan bukanlah semata-mata proses mengetahui belaka,
tetapi lebih dari itu usaha pendidikan adalah juga proses aplikasi
pengetahuan kedalam kehidupan real. Hal ini seperti dijelaskan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mendefinisikan kata pendidikan
sebagai proses pengubahan sikap dan tatalaku seorang atau kelompok
orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.
Pendidikan aqidah akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting
dalam dunia pendidikan. Pendidikan sebagai suatu aktivitas manusia
untuk meningkatkan dan mengembangkan seluruh potensi-potensi
pribadi baik rohani maupun jasmani. Pendidikan aqidah akhlak
merupakan salah satu pendidikan yang intensif diberikan kepada peserta
didik dari mulai masa kanak-kanak hingga dewasa. Hal ini dikarenakan
dengan pemberian pendidikan aqidah akhlak peserta didik diharapkan
dapat mengetahui perbuatan-perbuatan baik dan buruk sehingga mampu
menentukan pilihan dalam melakukan suatu tindakan atau perbuatan.
Dari uraian dan paparan dua variabel tersebut dapat dipahami bahwa
pendidikan akhlak merupakan satu-satunya aspek yang sangat
fundamental dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun
kehidupan bermasyarakat, karena bagaimanapun pandainya seorang anak
didik tanpa dilandasi dengan aqidah akhlak yang baik, budi pekerti yang
luhur, maka kelak akan mencerminkan kepribadian yang baik.

20
Ilmu akhlak juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai
berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang yang
mempunyai ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju disertai dengan
akhlak yang mulia, niscaya semuanya itu akan dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya orang yang
memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi modern, memiliki pangkat atau
harta dan sebagainya namun tidak disertai dengan akhlak yang baik,
maka semuanya itu akan disalah gunakan yang akibatnya akan
menimbulkan bencana di muka bumi.
Peranan pendidikan dalam pembentukan perilaku pada anak didik
adalah sangat penting. Diantara faktor yang sangat mempengaruhi
perkembangan dan pembentukan perilaku anak yang perlu diperhatikan
dalam pendidikan anak adalah: pertumbuhan kematangan, kesadaran
bergantung pada kecerdasan, kematangan alam perasaan, pengaruh
motivasi baik dari lingkungan internal pribadi, pengalaman hidup,
keadaan lingkungan baik keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah.
Selanjutnya untuk mewujudkan tingkah laku yang positif maka
diperlukan keseriusan guru dalam membentuk kepribadian peserta didik,
salah satunya dengan peserta didik mengikuti kegiatan belajar mengajar
Aqidah Akhlak dengan baik. Karena dengan mempelajari aqidah akhlak
maka akan tertanan nilai-nilai agama Islam dan dapat mewujudkan
kepribadian yang baik sehingga kelak dapat bermanfaat di masa dewasa.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan aqidah akhlak adalah
usaha yang diarahkan kepada pembentukan tingkah laku siswa yang
sesuai dengan ajaran Islam, dalam berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam
serta bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Sehingga apabila tujuan pendidikan aqidah akhlak tersebut sudah
tertanam dan menjadi dasar dalam jiwa peserta didik, maka ia akan
menjadi kekuatan batin yang dapat melahirkan tingkah laku positif dalam
kehidupannya. Sehingga para peserta didik akan selalu optimis
menghadapi masa depan, selalu tenang dalam mencari solusi atas

21
masalah yang dihadapi, dan tidak takut terhadap apapun kecuali kepada
Allah SWT. Selain itu mereka akan selalu rajin melakukan ibadah dan
perbuatan baik, serta tingkah laku positif lainnya yang tidak hanya
bermanfaat bagi dirinya tetapi bermanfaat pula untuk masyarakat dan
lingkungannya.

22
BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Deskriptif
digunakan agar mampu memahami dan memberikan gambaran yang jelas
mengenai permasalahan yang terkait dengan isi proposal ini dan
menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan rumus korelasi
product Moment dilengkapi dengan uji t dan uji determinasi untuk
mengetahui seberapa besar pengaruhnya dan signifikannya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model
Limboto, Kota Gorontalo. Adapaun waktu penelitian yang dilaksanakan yaitu
Desember 2020 tahun ajaran 2020/2021.
C. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi Penelitian
Adapun penelitian ini populasi yang akan diambil adala siswa kelas IX di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Limboto, Kota Gorontalo yang
berjumlah 40 siswa. Dalam penelitian ini menggunakan teknik random
sampling dengan tujuan untuk memudahkan perolehan dan pelaksanaan dan
penelitian yang diambil dari lokasi penelitian.
2. Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX Madrasah
Tsanawiyah Negeri Model Limboto dengan jumlah 40 siswa. Teknik
pengambilan sampel menggunakan metode sampling jenuh (sensus) artinya
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Observasi

23
Penulis mengadakan observasi terhadap kegiatan belajar mengajar di
kelas IX Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Limboto untuk
mendapatkan data yang akurat
2. Wawancara
Peneliti mengadakan wawancara dengan para guru untuk
mendapatkan data tentang penyelenggara pendidikan dan segala upaya.
3. Kuisioner
Peneliti membuat angket (kuisioner) yang di dalamnya memuat
pertanyaan sesuai dengan pokok bahasan atau materi yang telah diajarkan
untuk sebarkan kepada siswa pada awal penelitian dan pada saat sesudah
diadakannya upaya pembinaan aqidah akhlak.
E. TEKNIK ANALISIS DATA
Setelah data primer didapatkan dari lapangan, tahap selanjutnya adalah
pengolahan dan analisis. Untuk mempermudah analisis data maka digunakan
tabel frekuensi. Analisis digunakan dengan teknik korelasional yang mana
teknik ini digunakan untuk mencari dua variable. Adapun rumus yang
digunakan adalah rumus korelasi product moment secara operasional, analisis
tersebut dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Skoring
Untuk responden yang menjawab itek positif diberi skor
a. Alternatif jawaban A mempunyai bobot nilai 4
b. Alternatif jawaban B mempunyai bobot nilai 3
c. Alternatif jawaban C mempunyai bobot nilai 2
d. Alternatif jawaban D mempunyai bobot nilai 1
Kemudian untuk responden yang menjawab item negative di beri skor
a. Alternatif jawaban A mempunyai bobot nilai 1
b. Alternatif jawaban B mempunyai bobot nilai 2
c. Alternatif jawaban C mempunyai bobot nilai 3
d. Alternatif jawaban D mempunyai bobot nilai 4
2. Memperoleh nilai frekuensi dengan rumus
P= F/N x 100%

24
Keterangan:
P : Persentase
F : Frekuensi yang dihasilkan
N : Jumlah populasi yang ada
Adapun rumus yang digunakan untuk mengelola data tersebut adalah
rumus product moment secara operasional dengan menggunakan rumus:
N.ƩXY-(ƩX) (ƩY)
rxy :
√{NƩX2-(ƩX)2.(NƩY2-(ƩY)2)}

Keterangan:
rxy : Angka indeks korelasi “r”
N : Jumlah responden
Ʃxy : Jumlah hasil penilaian antarskor x dan skor y
Ʃx : Jumlah seluruh skor x
Ʃy : Jumlah seluruh skor y
Kemudian setelah menganalisis hubungan antara dua variable di atas
penulis memberikan interpretasi terhadap angak indeks skorelasi “r”
product serta menarik kesimpulan yang dilakukan yaitu:
Memberikan interpretasi secara kasar/sederhana
Besarnya“r”product
moment Interpretasi
(rxy)
0,00-0,20 Antarvariabel x dan vaiabel y memang terdapat
korelasi akan tetapi itu sangat lemah/sangat
rendah
0,20-0,40 Antara variable x dan y terdapat korelasi yang
lemah atau rendah
0,40-0,70 Antara variable x dan y terdapat korelasi yang
sedang atau cukup
0,70-0,90 Antara variable x dan y terdapat korelasi yang
kuat/tinggi
0,90-1,00 Antara variable x dan y terdapat korelasi yang
sangat kuat/tinggi.

25
DAFTAR PUSTAKA

26
Prof. H. Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia,(Jakarta : Hidayah Karya
Agung, 1973), h. 275
Al-Ghazali, Khulul Al Islam, (Kwait : Dar Al-Bayan, 1970),h 17
Abdullah Azzam, Akidah Landasan Pokok Membina Umat, (Jakarta : Gema
Insani Press, 1993), cet. Ke-4, h. 17
M. Nipan Abdul Halim, Menghias Diri dengan akhlak terpuji. (Yogyakarta:2000)
h.23
Rahmat Djatnika, Sistem Ethika Islami : Akhlak Mulia. (Jakarta : Pustaka
Panjimas, 1992),h.46
Ahmad Amin, Etika:Ilmu Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h.62
Mahjuddin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak dalam Al-Qur’an dan Petunjuk
Penerapannya dalam Hadits, (Jakarta : Kalam Mulia, 2000), h.9
Prof. Dr. H. Abuddin Nata,M.A. Akhlak Tasawuf,(PT. RAJAGRAFINDO
PERSADA,2011), cet ke-10, h.3
Ismail Thaib, Risalah Akhlak. (Yogyakarta:CV. Bina Usaha, 1984), Cet-1, hal 2
H. Moh. Ardani, Akhlak – Tasawuf. (Jakarta: CV. Karya Mulia, 2005), Cet-2, hal
27
Drs. H. Achmad Gholib, MA, Studi Islam II Aqidah Akhlak, (Jakarta, FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta,2011) Cet-1, h.121
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Buku, Depdikbud,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), h. 22
Ahmad D. Marimba, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al Ma’arif, 1980), h.
19
13 Tokoh Filsafat Etika, Sejak Zaman Yunani Sampai Abad Ke-19, (Yogyakarta:
Kanisius, 2001), h. 58
Poerwadarminta WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,
1985),h. 738
Azwar Saifuddin. Sikap Manusia teori dan pengukurannya (Yogyakarta : Puistaka
Pelajar, 1998) h.5
Ibid. H. 11
Dsli Guulo, Kamus Psikologi, (Bandung : Tonis, 1982), Cet, ke-!, h.9

27
Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, ( Jakarta : Pustaka al-husna,
1998), Cet. Ke-2, h. 274
Walgito, B. Pengantar Psikologi umum (Yogyakarta : 2003) edisi IV, h.168
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan. (Jakarta:Pedoman Jaya, 1996) Cet. Ke-
2,h.10
Yedi Kurniawan, (ed), Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan.
(Tinjauan Islam dan Permasalahannya), (Jakarta:CV. Firdaus, 1992),h. 18
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media 2011)
Muchlas Samani, dan Hariyanto, M.S, Konsep Dan Model Pendidikan Karakter.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2011), hlm 43
Ibid, hlm 50.

28
LAMPIRAN
INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen Penelitian Variabel X (Pendidikan Aqidah Akhlak) dan Variabel
Y (perilaku Siswa)
NAMA :…………………………………………………………
KELAS :………………………………………….........................
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan menyilang salah satu jawaban yang
tersedia
1. Apakah kamu datang ke sekolah tepat waktu……..
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
2. Apakah kamu mengucapkan salam ketika masuk kelas………
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
3.Apakah kamu bersalaman dan mencium tangan guru mu ketika sampai di ke
sekolah….
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
4. Apakah kamu membaca do’a sebelum dan sesudah belajar ketika disekolah….
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. TidakPernah
5. Apakah kamu mengikuti pelajaran dengan baik di sekolah…………….
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
6. Apakah kamu mencontek teman saat ulangan di sekolah………
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
7. Apakah kamu mengucapkan Alhamdulillah ketika mendapat nilai bagus…..
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
8. Sukakah kamu berbuat bohong kepada guru atau teman di sekolah……………
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
9. Apakah kamu selalu berbuat baik dengan sesama teman….
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
10. Apakah kamu melakukan kecurangan saat bermain disekolah…………..
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
11. Apakah kamu suka membicarakan keburukan teman atau guru di sekolah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

29
12. Apakah kamu bersikap rendah diri ketika bergaul di sekolah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
13. Apakah kamu aktif mengikuti kegiatan di sekolah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
14. Apakah kamu bertutur bahasa sopan kepada Guru dan temanmu di
sekolah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
15. Apakah kamu berlebihan dalam bersikap dan bertindak di sekolah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
16. Apakah kamu menepati janji kepada guru dan teman di sekolah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
17. Apakah kamu suka menyendiri dan tidak pernah bergaul di sekolah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
18. Apakah kamu menerima teguran dan nasihat dari guru atau teman di
sekolah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
19. Apakah kamu mudah terpengaruh dengan bujukan teman di sekolah
terhadap perbuatan yang di larang Allah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
20. Apakah kamu memakai rok di luar sekolah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
21. Apakah kamu memakai pakaian muslimah di luar sekolah?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

30

Anda mungkin juga menyukai