Aqidah
Aqidah dalam bahasa Arab adalah aqidah, yang diambil dari kata dasar aqada,
ya’qidu, aqdan, aqidatan, yang berarti simpul, ikatan, perjanjian. Secara istilah (dalam
agama)/secara terminologi aqidah berarti perkara yang wajib dibenarkan oleh hati, sehingga
menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, tidak tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan.
Prinsip Aqidah Menurut Yusuf al-Qardlawi:
1. Tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan.
2. Mendatangkan ketenteraman jiwa.
3. Menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran
Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah:
1. ILAHIYAT merupakan pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
Allah SWT, seperti wujud Allah SWT, sifat-sifat Allah SWT, perbuatan Allah SWT dan lain-
lain.
2. NUBUWAT merupakan pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
Nabi dan Rasul, termasuk pembahasan tentang kitab-kitab Allah SWT, mu'jizat, dan lain
sebagainya.
3. RUHANIYAT merupakan pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
alam metafisik seperti Malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, Roh dan lain sebagainya.
4. SAM’IYYAT merupakan pembahahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui
lewat dalil naqli berupa al-Quran dan Sunnah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur,
tandatanda kiamat, surga-neraka dan lainnya
Syari’ah
Syari’ah dalam konteks kajian hukum Islam lebih menggambarkan kumpulan norma-
norma hukum yang merupakan hasil dari proses tasyri’. Maka dalam membahas syari’ah
diawali dengan membahas tasyri’.
Tasyri’ adalah menciptakan dan menerapkan syari’ah. Dalam kajian hukum Islam,
tasyri’ sering didefinisikan sebagai penetapan norma-norma hukum untuk menata kehidupan
manusia, baik dalam hubungannya dengan Tuhan maupun dengan umat manusia lainnya.
Sesuai dengan obyek penerapannya, maka para ulama membagi tasyri’ ke dalam dua
bentuk, yaitu tasyri’ samawi dan tasyri’ wadl’i.Tasyri’ samawi adalah penetapan hukum
yang dilakukan langsung oleh Allah dan Rasul-Nya dalam al-Qur’an dan Sunnah. Ketentuan-
ketentuan tersebut bersifat abadi dan tidak berubah karena tidak ada yang kompeten untuk
mengubahnya selain Allah sendiri. Sedangkan tasyri’ wadl’i adalah penentuan hukum yang
dilakukan para mujtahid. Ketentuan-ketentuan hukum hasil kajian mereka ini tidak memiliki
sifat mutlak, tetapi bisa berubah-ubah karena merupakan hasil kajian nalar para ulama yang
tidak lepas dari salah karena dipengaruhi oleh pengalaman keilmuan mereka serta kondisi
lingkungan dan dinamika sosial budaya masyarakat di sekitarnya. Aspek Syari’ah itu
mencakup aturan tentang hubungan antara manusia dengan Allah, yang disebut dengan
ubudiyah. Mencakup aturan tentang hubungan antara manusia dengan sesama manusia, yang
disebut dengan mu’amalah/ijtima’iyah.Kata syari’ah bermakna jalan tempat keluarnya air
untuk minum (murid al-ma’). Dalam kajian hukum Islam, syari’ah diartikan sebagai segala
sesuatu yang disyari’atkan oleh Allah kepada seluruh manusia, agar mereka memperoleh
kebahagiaan di dunia dan di akhirat
Akhlak
Secara etimologis, akhlak berarti budi pekerti, tingkah laku atau tabiat. Secara
terminologis, akhlak berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan
secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Sementara itu, ilmu akhlak adalah
ilmu yang membahas tentang perbuatan yang dilakukan oleh manusia dan mengajarkan
perbuatan baik yang harus dilakukan dan perbuatan buruk yang harus dihindari dalam
kehidupan sehari-hari. Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa etika adalah
ilmu, moral adalah ajaran, dan akhlak adalah tingkah laku manusia.