Anda di halaman 1dari 41

PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN PELATIHAN

PEMBELAJARAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP (CEP)


TERINTEGRASI SOFT SKILL BAGI GURU KIMIA SMA
DI KOTA SEMARANG

DISERTASI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pendidikan

Oleh

Anang Budi Utomo


NIM. 0101611016

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI


MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2016

i
PERSETUJUAN PENGUJI DISERTASI TAHAP II

Disertasi dengan judul “PENGEMBANGAN MODEL MANAJEMEN


PELATIHAN PEMBELAJARAN CHEMO-ENTREPRENEURSHIP (CEP)
TERINTEGRASI SOFT SKILL BAGI GURU KIMIA SMA DI KOTA
SEMARANG” karya,
Nama : Anang Budi Utomo, S.Pd., S.Mn., M.Pd.
NIM : 0101611016
Program studi : Manajemen Kependidikan, S3
Telah dipertahankan dalam Ujian Disertasi Tahap II Program Pascasarjana,
Universitas Negeri Semarang pada hari Selasa, 2 Pebruari 2016

Semarang, 9 Pebruari 2016


Ketua,

Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum.


NIP. 196612101991031003

Sekretaris, Penguji I,

Prof. Dr. H. Achmad Slamet, M.Si. Prof. Dr. Sutama, M.Pd.


NIP. 196105241986011001 NIP. 196001071991031002

Penguji II, Penguji III,

Prof. Dr. Maman Rahman, M.Sc. Prof. Dr. Rer.nat. Wahyu Hardiyanto, M.Si.
NIP. 194806091976031001 NIP. 196011241984031002

Penguji IV, Penguji V,

Prof. Dr. Sugiyo, M.Si. Prof. Dr. Haryono, M.Si.


NIP. 195204111978021001 NIP. 196202221986011001

Penguji VI, Penguji VII,

Prof, Dr, Supartono, M.S. Prof. Dr.Joko Widodo, M.Pd.


NIP. 195412281983031003 NIP. 196701061991031003

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam disertasi ini
benar- benar karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain atau
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain
yang terdapat dalam disertasi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang
dijatuhkan apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan
dalam karya ini.

Semarang, 9 Pebruari 2016


Yang membuat pernyataan,

Anang Budi Utomo


NIM. 0101611016

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:
“Pelatihan Pembelajaran Chemo-Entrepreneurship (CEP) Terintegrasi Soft Skill
Meningkatkan kompetensi Guru Kimia SMA di Kota Semarang”

Persembahan:
Untuk Almamater Tercinta Universitas Negeri Semarang- UNNES

iv
ABSTRAK

Anang Budi Utomo, 2015, Pengembangan Model Manajemen Pelatihan


Pembelajaran Chemo-entrepreneurship (CEP) Terintegrasi Soft Skill bagi
Guru Kimia SMA di Kota Semarang; Promotor: Prof. Dr. Joko Widodo,
M.Pd., Kopromotor: Prof. Dr. Supartono, M.S., Anggota Promotor: Prof.
Dr. Haryono, M.Psi.

Kata Kunci: model manajemen pelatihan,, Chemo-entrepreneurship, Soft Skill

Manajemen pelatihan guru kimia SMA di Kota Semarang belum


dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari analisis kebutuhan yang belum
baik dan kompetensi pedagogik guru tidak optimal. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis model faktual, merancang model hipotetis, dan menemukan model
pengembangan model manajemen pelatihan pembelajaran bagi guru kimia SMA
di Kota Semarang yang efektif.
Metode penelitian yang digunakan adalah model penelitian dan
pengembangan. Teknik pengambilan data meliputi studi dokumentasi, observasi,
wawancara, angket dan test, keabasahan data dilakukan dengan reliabilitas,
validitas, dan tri angulasi data, sedangkan teknik analisis data menggunakan
model interaktif/kualitatif, kuantitatif, dan eksperimen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada model faktual: tidak ada
analisis kebutuhan; tidak ada perencanaan peserta, materi, maupun instruktur;
waktu dan penyelenggaraan tergantung kebijakan penyelenggara, dan ada evaluasi
walau tidak optimal. Berdasarkan model faktual, dirancang model hipotetik yang
meliputi (1) perencanaan: tuntutan kinerja pembelajaran kimia dan analisis
kebutuhan lulusan SMA, maka dibutuhkan program pelatihan pembelajaran CEP
terintegrasi soft skill; (2) pelaksanaan: memperhatikan standar pembelajaran kimia
maka dilakasanakan pelatihan, dengan kegiatan instruksi pembelajaran,
penugasan praktek, pemetaan produksi, dan pemasaran; dan (3) pengendalian:
pada kinerja pembelajaran kimia, yang di dalamnya ada penilaian kinerja guru,
penilaian kemampuan siswa, dan pentingnya pelatihan pembelajaran CEP
terintegrasi soft skill. Kemudian disusun model final yang merupakan
pengembangan model hipotetik manajemen pelatihan pembelajaran CEP
terintegrasi soft skill, dengan penambahan potensi lokal pada tahap pelaksanaan
dan open class pada tahap pengendalian.
Model Manajemen Pelatihan Pembelajaran Chemo-Entrepreneurship
Terintegrasi Soft Skill yang selanjutnya disingkat Model MP2CEP-S2 mempunyai
tingkat keefektifan yang tinggi dan mudah untuk diimplementasikan. Implikasi
penelitian: kepada pemeritah agar mengambil kebijakan dan menyediakan
fasilitas yang memadai untuk pengembangan kompetensi guru kimia SMA dan
kepada guru kimia untuk memiliki sertifikat pelatihan yang relevan dengan tugas
pokok dan fungsinya. Saran kepada Dinas Pendidikan untuk melakukan
pemetaan kompetensi dan analisis kebutuhan bagi guru kimia, pemerintah dan
MGMP untuk menyelenggarakan pelatihan pembelajaran CEP terintegrasi soft
skill secara berjenjang dan berkelanjutan; Kepala SMA untuk memberi
kesempatan kepada guru kimia dalam mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan; dan para Guru Kimia SMA di Kota Semarang dalam
pembelajarannya agar lebih menarik dan bermakna hendaknya menggunakan
model pembelajaran CEP terintegrasi soft skill.
v
ABSTRACT
Anang Budi Utomo, 2016, The Development of Training Management Model of Soft
Skill Integrated Chemo-entrepreneurship (CEP) Learning for High School
Chemistry Teachers in Semarang; Promoter: Prof. Dr. Joko Widodo, M.Pd., Co-
promoter: Prof. Dr. Supartono, M.S., Promoter Member: Prof. Dr. Haryono,
M.Psi.
Keywords: training management model, Chemo-entrepreneurship, Soft Skill
Training management for high school chemistry teachers in Semarang has not
been implemented properly. It can be seen from the need analysis of chemistry teachers
that has not been managed well and the pedagogical competence of teachers which is not
optimal. This study aims to analyze the factual model, design the hypothetical model, and
set the final model of effective training management for high school chemistry teachers
Semarang.
The research method used was research and development method. The data
collecting techniques include documentation, observation, interview, questionnaire, and
the results of test. The data validation includes reliability, validity, and triangulation,
while the data analysis techniques used interactive/qualitative, quantitative, and
experimental model.
The results showed that in the factual model: there was no need analysis, there
was no planning for the participant, material, instructor, time and implementation, and
there was evaluation. Based on that factual model, the researcher arranged hypothetical
model which includes: (1) planning: consisting of: the performance demand of learning
and the need analysis of high school graduates, thus it needs the training program of soft
skill integrated CEP learning; (2) implementation: paying attention to the chemistry
learning standard, thus it implements the training with the activities of learning
instruction; practical assignment; production mapping; and marketing, and (3) control: in
the chemistry learning performance, which included teacher performance assessment,
student’s achievement assessment and the significance of soft skill integrated CEP
learning training. The researcher then arranged the final model which was developed
from the training management hypothetical model of soft skill integrated CEP learning,
with some additional aspects such as local potential in the implementation stage and open
class in the control stage.
The Training Management Model of Soft Skill Integrated Chemo-
Entrepreneurship Learning which is then called as the MP 2 CEP-S 2 model has high level
of effectiveness and it is easy to be implemented. The implications of the study go to the
government to be able to make the policy and provide the facility for the competence
development of high school chemistry teachers, and to the chemistry teachers to get the
training certificate which is relevant to their main duties and functions. The
recommendations go to the Educational Official to do the competence mapping and need
analysis for chemistry teachers, government and MGMP to implement the training of soft
skill integrated CEP learning gradually and incessantly; to the high school headmasters to
give opportunity to the chemistry teachers to develop attitude, knowledge, and skill; and
to the high school chemistry teachers in Semarang to use soft skill integrated CEP
learning model to make the teaching and learning more interesting and meaningful.

viii
PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan

rahmat-Nya. sehingga peneliti dapat menyelesaikan disertasi yang berjudul

“Pengembangan Model Manajemen Pelatihan Pembelajaran Chemo-

Entrepreneurship (CEP) Terintegrasi Soft Skill bagi guru kimia SMA di Kota

Semarang”. Disertasi ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar

Doktor Kependidikan pada Program Studi Manajemen Pendidikan Program

Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.

Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang telah membantu penyelesaian

penelitian ini. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan pertama kali kepada para

pembimbing: Prof. Dr. Joko Widodo, M. Pd, (Promotor) Prof. Dr. Supartono,

M.S. (Kopromotor), dan Prof. Dr. Haryono, M. Psi. (Anggota Promotor).

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan pula kepada semua pihak

yang telah membantu selama proses penyelesaian studi, di antaranya:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan

kepada penulis untuk menempuh studi di Universitas Negeri Semarang;

2. Pimpinan dan anggota DPRD Kota Semarang, atas dukungan dan

kerjasamanya;

3. Direktur beserta jajaran Direksi Program Pascasarjana Unnes atas

dukungan kelancaran yang diberikan penulis dalam menempuh studi;

4. Ketua dan jajajaran pengurus Yayasan Pharmasi Semarang, atas ijin dan

perkenannya sehingga penulis mempunyai kesempatan untuk menempuh


viii
studi;

5. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi” Semarang,

atas ijin dan kesempatan yang diberikan kepada penulis dalam menempuh

studi;

6. Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang yang telah membantu dalam

perijinan dan kerjasamanya dalam kegiatan pelatihan pembelajaran soft

skill terintegrasi CEP;

7. Kepala SMA Negeri 1 Semarang atas kerjasamanya dalam

penyelenggaraan dan fasilitasi kegiatan penelitian ini;

8. Guru-Guru anggota MGMP Kimia SMA di Kota Semarang atas bantuan

dan kerjasamanya;

9. Istri dan anak-anakku yang telah memberi motivasi dan dukungannya;

10. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

membantu penelitian ini.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan disertasi ini masih terdapat

kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua

pihak sangat peneliti harapkan. Semoga penelitian ini bermanfaat dan memberi

kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Semarang, 9 Pebruari 2016

Anang Budi Utomo

viii
DAFTAR ISI
Halaman
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... i
PENGESAHAN UJIAN DISERTASI.. ................................................................ ii
PERNYATAAN KEASLIAN ............ ................................................................ iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ........ ................................................................ iv
ABSTRAK .................................... .............................................................. v
ABSTRACT .................................... .............................................................. vi
PRAKATA .................................... ............................................................. vii
DAFTAR ISI .................................... ................................................................ ix
DAFTAR TABEL ............................... ............................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................... ............................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................... .............................................................. xvii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah........................................................ 15
1.3 Cakupan Masalah............................................................ 15
1.4 Rumusan Masalah........................................................... 16
1.5 Tujuan Penelitian.............................................................. 17
1.6 Manfaat Penelitian........................................................... 18
1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan.......................... 20
1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan....................... 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN 24


KERANGKA BERPIKIR....................................................

2.1 Kajian Pustaka.................................................................. 24


2.2 Kerangka Teoretis............................................................ 31

2.3 Kerangka Berpikir ........................................................... 67

ix
BAB III METODE PENELITIAN...................................................... 71
3.1 Model Pengembangan....................................................... 71
3.2 Prosedur Pengembangan.................................................. 72
3.3 Uji Coba Produk.............................................................. 77
3.4 Jenis Data............................................................................ 78
3.5 Instrumen Pengumpulan Data.......................................... 79
3.6 Keabsahan Data ............................................................... 80
3.7 Teknik Analisis Data........................................................ 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................... 90


4.1 Hasil Penelitian.................................................................. 90
4.1.1 Deskripsi dan Analisis Model Faktual Manajemen
Pelatihan Pembelajaran Kimia bagi Guru Kimia SMA ... 90

4.1.2 Analisis Kebutuhan Manajemen Pelatihan Pembelajaran


CEP Terintegrasi Soft Skill ............................................. 103

4.1.3 Model Hipotetik Pelatihan Pembelajaran CEP


Terintegrasi Soft Skill............................................................... 113
a. Tahap Perencanaan Pelatihan ........................................ 114
b. Tahap Pelaksanaan Pelatihan ....................................... 115
c. Tahap Pengendalian Pelatihan ...................................... 117

4.1.4 Model Final Manajemen Pelatihan Pembelajaran CEP


Terintegrasi Soft Skill ......................................................... 124
a. Ujicoba Terbatas 125
b. Ujicoba Diperluas Pertama 138
c. Ujicoba Diperluas Kedua 152

4.2 Pembahasan...................................................................... 172


4.2.1 Kajian Kebutuhan Pelatihan Pembelajaran CEP
Terintegrasi Soft Skill ......................................................... 172

4.2.2 Kajian Hasil Pengembangan Model dan Paket


Manajemen Pelatihan Pembelajaran Soft Skill 175
Terintegrasi CEP...............................................................

x
a. Model Pelatihan.......................................................... 176

b. Buku Panduan Model Manajemen Pelatihan


Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill (MP2CEP-
S2).............................................................. 177

c. Buku Materi Pelatihan Pembelajaran Soft Skill


Terintegrasi Chemo-Entrepreneurship (MPSS-
CEP)...................................................................... 182

4.2.3 Kajian Penilaian Peserta Terhadap Model Manajemen 185


Pelatihan Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill
(MP2CEP-S2).................................................

4.2.4 Kajian Hasil Final Pengembangan Model Manajemen


Pelatihan Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill
(MP2CEP-S2).......................................................... 188

a. Keunggulan Model Manajemen Pelatihan


Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill
(MP2CEP-S2) Setelah Hasil Pengembangan ............. 191

b. Keterbatasan Model Manajemen Pelatihan


Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill (MP2CEP- 195
S2).......................................................................

BAB V PENUTUP.............................................................................. 197


5.1 Simpulan........................................................................... 197
5.2 Implikasi.............................................................................. 200
5.3 Saran................................................................................. 201

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 203


LAMPIRAN............................................................................................. 213

xi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Penelitian tentang Soft skill yang telah dilakukan....................... 30
Tabel 2.2 Indikator Soft Skill.................................................................... 59
Tabel 2.3. Rating pada Skill Proses Science ............................................. 64
Tabel 3.1 Rangkuman Hasil Analisis Reliabilitas Angket dan Test ........... 83
Tabel 3.2 Klasifikasi Kompetensi Guru Kimia SMA ................................. 87
Tabel 3.3 Ringkasan metode penelitian....................................................... 89
Tabel 4.1 Hasil Pre Test dan Post Test Ujicoba Terbatas........................... 135
Tabel 4.2 Hasil Uji Peningkatan Kompetensi Guru Kimia SMA pada
Ujicoba Terbatas....................................................................... 137
Tabel 4.3 Kualitas Peningkatan Kompetensi Guru Kimia SMA setelah
Mengikuti Pelatihan Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill
pada Ujicoba Terbatas................................................................ 138

Tabel 4.4 Hasil Pre Test dan Post Test Ujicoba diperluas Pertama........... 149
Tabel 4.5 Hasil Uji Peningkatan Kompetensi Guru Kimia pada Ujicoba
diperluas Pertama...................................................................... 149
Tabel 4.6 Kualitas Peningkatan Kompetensi Guru Kimia setelah
Mengikuti Pelatihan Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill
pada Ujicoba diperluas Pertama................................................ 151

Tabel 4.7 Hasil Pre Test dan Post Test Ujicoba diperluas kedua........... 161
Tabel 4.8 Hasil Uji Peningkatan Kompotensi Guru Kimia SMA di Kota
Semarang pada Ujicoba diperluas kedua................................. 162
Tabel 4.9 Kualitas Peningkatan Kompetensi Guru Kimia SMA setelah
Mengikuti Pelatihan Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill
pada Ujicoba diperluas kedua.................................................... 163

Tabel 4.10 Rerata Skor Aspek Kebutuhan Pelatihan Pembelajaran CEP


Terintegrasi Soft Skill .............................................................. 173
Tabel 4.11 Sumber soft skills (Adnan et al., (2012)............................. 174
Tabel 4.12 Penilaian Ahli Terhadap Model Pelatihan CEP Terintegrasi
Soft Skill 177
...............................................................

xiii
Tabel 4.13 Skor Penilaian Ahli/Pakar terhadap Buku Materi Pelatihan
Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill................................ 182
Tabel 4.14 Penilaian Peserta Terhadap Model Pelatihan Pembelajaran .
CEP Terintegrasi Soft Skill (Ujicoba Terbatas, Ujicoba
DipeluasPertama & Ujicoba Diperluas Kedua)...................... 186
Tabel 4.15 Matrik Perbedaan Desain Model, Model Hipotetik, dan Model
Final Manajemen Pelatihan Pembelajaran CEP Terintegrasi 191
Soft Skill (MP2CEP-S2) ...........................................................

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Model Lima Fase diadaptasi dari Molenda (2003: 34-35)..... 48
Gambar 2.2. Program Pembelajaran Kimia & Keterampilan
Entrepreneurship (Wolfgang dan Stefan: 2006).................... 53
Gambar 2.3 Kerangka Model Embedded atau Stand Alone (Adnan et al.,
2012) ....................................................................................... 62
Gambar 2.4 Berbagai macam metode untuk akses soft skill......................... 63

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir............................................................... 70


Gambar 3.1 Rancangan Penelitian dan Pengembangan Model Manajemen
Pelatihan Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill ......... 73

Gambar. 3.2 Model Ekprimen dengan desain the single one case study.. 77
Gambar 3.3: Bagan Alur dan Komponen-komponen Analisis Data Model
Interaktif (Miles & Huberman, 1992: 20)............................ 84
Gambar 4.1 Peta Pengambilan Data Faktual di Kota Semarang.............. 90
Gambar 4.2 Foto Responden Saat Penggalian Data Model Faktual
Pelatihan Pembelajaran Kimia (Sumber: dokumentasi).... 91

Gambar 4.3 Kondisi Faktual Materi Pelatihan Kimia.............................. 92


Gambar 4.4 Kondisi Faktual Kompetensi Instruktur Pelatihan
Pembelajaran kimia SMA di Kota Semarang ....................... 95
Gambar 4.5 Kondisi Faktual Manajemen Pelatihan Pembelajaran Kimia
bagi Guru Kimia SMA di Kota Semarang ......................... 97

Gambar 4.6 Model Faktual Manajemen Pelatihan Pembelajaran Kimia.. 101


Gambar 4.7 Rerata skor Aspek Kebutuhan Materi Pelatihan Pembelajaran
CEP Terintegrasi Soft Skill...................................................... 104
Gambar 4.8 Rerata Skor Aspek Kebutuhan Kompetensi Instruktur
Pelatihan Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill........... 106
Gambar 4.9 Rerata Skor Kebutuhan Manajemen Pelatihan Pembelajaran
CEP Terintegrasi Soft Skill......................... 111

Gambar 4.10 Model Hipotetik Manajemen Pelatihan Pembelajaran


CEP Terintegrasi Soft Skill............................................... 123

xiv
Gambar 4.11 Jawaban Hasil Evaluasi Materi Pelatihan Pembelajaran
CEP Terintegrasi Soft Skill.............................................. 125

Gambar 4.12 Jawaban Hasil Evaluasi Kompetensi Instruktur Uji Coba


Terbatas................................................................................ 129

Gambar 4.13 Jawaban Hasil Evaluasi Manajemen Pelatihan CEP


Terintegrasi Soft Skill Ujicoba Terbatas.................................... 131

Gambar 4.14 Diagram Hasil Pre Test dan Post Test Kompetensi Uji
Coba Terbatas..................................................................... 136

Gambar 4.15 Foto Suasana Pelatihan Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft


Skill untuk Ujicoba diperluas Pertama ................................. 139

Gambar 4.16 Jawaban Hasil Evaluasi Materi Pelatihan CEP Terintegrasi


Soft Skill Ujicoba diperluas Tahap Pertama......................... 140

Gambar 4.17 Hasil Evaluasi Kompetensi Instruktur Pelatihan


Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill Uji Coba
diperluas Tahap Pertama..................................................... 143

Gambar 4.18 Hasil Evaluasi Manajemen Pelatihan Pembelajaran CEP


Terintegrasi Soft Skill Ujicoba diperluas Pertama ............ 146

Gambar 4.19 Hasil Pre Test dan Post Test Kompetensi Pada Ujicoba
diperluas Tahap Pertama................................................... 150

Gambar 4.20 Hasil Evaluasi Materi Pelatihan Pembelajaran CEP


Terintegrasi Soft Skill Ujicoba diperluas Tahap kedua ....... 152

Gambar 4.21 Hasil Evaluasi Kompetensi Instruktur Pelatihan


Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill Ujicoba diperluas
kedua................................................................. 155

Gambar 4.22 Hasil Evaluasi Manajemen Pelatihan Pembelajaran CEP


Terintegrasi Soft Skill Ujicoba diperluas kedua................ 158

Gambar 4.23 Kompetensi Guru Sebelum dan Sesudah Pelatihan


Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill pada Ujicoba
diperluas kedua................................................................. 161

xv
Gambar. 4.24 Model Final Manajemen Pelatihan Pembelajaran CEP
Terintegrasi Soft Skill (MP2CEP-S2) ................................. 165

Gambar. 4.25 Perbedaan Uraian Fungsi Pelaksanaan Manajemen


Pelatihan Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill............ 189

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Uji Validitas Angket tentang Manajemen.................. 214


Lampiran 2 Hasil Uji Validitas Angket tentang Instruktur.................. 215
Lampiran 3 Hasil Ujicoba Angket tentang Materi............................... 216
Lampiran 4 Hasil Ujicoba Test Kompetensi Guru Kimia................... 217
Lampiran 5 Rekapitulasi Faktual Materi............................................ 218
Lampiran 6 Rekapitulasi Faktual Instruktur...................................... 219
Lampiran 7 Rekapitulasi Faktual Manajemen..................................... 220
Lampiran 8 Rekapitulasi Kebutuhan Materi....................................... 221
Lampiran 9 Rekapitulasi Kebutuhan Instruktur ................................ 222
Lampiran 10 Rekapitulasi Kebutuhan Manajemen............................... 223
Lampiran 11 Masukan Pakar dan Praktisi Terhadap Desain Model
Pelatihan Pembelajaran Soft Skill Terintergrasi CEP......... 224
Lampiran 12 Hasil Evaluasi Visualisasi Gambar Model Pelatihan
Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill .......................... 226
Lampiran 13 Hasil Penilaian Buku Materi Pelatihan Pembelajaran CEP
Terintegrasi Soft Skill ........................................................ 227
Lampiran 14 Rekapitulasi Evaluasi Uji Coba Terbatas Materi.............. 228
Lampiran 15 Rekapitulasi Evaluasi Uji Coba Terbatas Instruktur........ 229
Lampiran 16 Rekapitulasi Evaluasi Uji Coba Terbatas Managemen..... 230
Lampiran 17 Hasil Uji Paired Samples Test Uji Coba Terbatas Guru 231
Kimia SMA......................................................................
Lampiran 18 Rekapitulasi Evaluasi Uji Coba Diperluas Tahap 1 Materi 232
Lampiran 19 Rekapitulasi Evaluasi Uji Coba Diperluas Tahap 1 Instruktur 233
Lampiran 20 Rekapitulasi Evaluasi Uji Coba Diperluas Tahap 1
Manajemen....................................................................... 234
Lampiran 21 Hasil Uji Paired Samples Test Uji Coba Diperluas Tahap 1 235
Lampiran 22 Rekapitulasi Evaluasi Uji Coba Diperluas Tahap 1I Materi 236
Lampiran 23 Rekapitulasi Evaluasi Uji Coba Diperluas Tahap 1I Instruktur 237
Lampiran 24 Rekapitulasi Evaluasi Uji Coba Diperluas Tahap 1I
Manajemen.............................................................................. 238

xvii
Lampiran 25 Hasil Uji Paired Samples Test Uji Coba Diperluas Tahap 1I 239

Lampiran 26 Pedoman Wawancara ........................................................ 240


.............................................................
Lampiran 27 Surat Ijin Penelitian PPs Unnes ............................................ 244

Lampiran 28 Surat Ijin Penelitian Dinas Pendidikan Kota Semarang ........ 245

Lampiran 29 Angket untuk Menggali Model faktual ................................ 246

Lampiran 30 Angket Analisis Kebutuhan Materi Pembelajaran ............. 253

Lampiran 31 Instrumen Penilaian Pakar ................................................... 264

Lampiran 32 Angket Evaluasi Pelatihan ................................................... 270

Lampiran 33 Daftar Hadir Peserta Penggalian Data Model


Faktual Pelatihan Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft 277
Skill.....................................................................................

Lampiran 34 Daftar Hadir Peserta Uji Coba Terbatas


Pelatihan Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill............. 279

Lampiran 35 Daftar Hadir Peserta Uji Coba Tahap I


Pelatihan Pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill........... 280

Lampiran 36 Daftar Hadir Peserta Uji Coba Tahap II


PelatihanPembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill ............. 281

Lampiran 37 Daftar Hadir Peserta (Forum Group Discussion) FGD I... 283

Lampiran 38 Daftar Hadir Peserta (Forum Group Discussion) FGD II... 284

Lampiran 39 Foto-foto Kegiatan Penelitian .......................................... 285

Lampiran 40 Soal Pre Test dan Post Test................................................ 291

Lampiran 41 Uji Validitas dan Reliabilitas Angket .................. ............ 294

xviii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Masalah

Peran guru dalam penyelenggaraan pendidikan nasional

sangatlah penting. UU No. 14 tahun 2005, tentang Guru dan Dosen

tepatnya Pasal 2 dan 4, mendudukkan guru sebagai tenaga profesional

yang berfungsi untuk meningkatkan martabat pada jenjang pendidikan

anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan sebagai agen

pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional dan

mencetak sumber daya yang unggul. Untuk menjalankan fungsinya

secara baik, guru perlu meningkatkan kompetensinya. Salah satu upaya

meningkatkan kompetensi guru adalah dengan pelaihan.

Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu

guru. Guru sangat membutuhkan bantuan khusus dalam mengasah atau

mengembangkan keterampilan-keterampilan profesional peserta didik.

Salah satu program yang dapat mengasah dan mengembangkan

keterampilan adalah melalui pelatihan yang sistematik, artinya kegiatan

pelatihan harus dilaksanakan secara kontinyu dan berulang dengan

pentahapan yang terencana dan teratur (Arghode et al., 2013).

Pelatihan merupakan tahapan penting pengembangan SDM guru

secara keseluruhan. Hal itu tidak hanya terkait dengan pengembangan

karir profesional tetapi juga untuk pengembangan sekolah. Ferreira

(2013), mengemukakan bahwa pelatihan guru memberi bekal


2

pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan dalam mengajar,

membuka inspirasi, mampu mengelola kelas dengan baik dan

mengembangkan kompetensi dan profesional.

Pelatihan untuk guru sangat diperlukan, karena program

pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan

prosedur yang teratur dan sistematis yang berfungsi sebagai pedoman

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan tindak lanjut dalam kegiatan

belajar mengajar (Arghode et al.. 2013; Winataputra, 2001: 3). Guru

sebagai pendidik berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan

yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dan dinamis, serta dialogis. Guru

merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah,

karena guru merupakan sentral serta sumber kegiatan belajar mengajar

yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah (Boyd

2015; Aqib, 2000: 46).

Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan

pembelajaran terintegrasi yaitu salah satu model pembelajaran yang

bertujuan untuk membiasakan siswa melihat sesuatu dari berbagai sudut

pandang, atau melatih siswa untuk berpikir secara lebih sistemik (Zhou,

2013). Pembelajaran terintegrasi adalah pendekatan yang bertujuan untuk

menjadikan pembelajaran lebih menyeluruh dan berdasarkan pada

paradigma pembelajaran yang holistik. Pembelajaran sebagai suatu

proses untuk mengaitkan dan memadukan materi ajar dalam suatu mata

pelajaran dengan semua aspek perkembangan anak, kebutuhan, dan


3

minat anak, serta kebutuhan dan tuntutan lingkungan sosial keluarga.

Pembelajaran terintegrasi melihat pentingnya melihat gambaran yang

lebih besar (the big picture) dari pada sekadar mengelompokkan

pembelajaran ke bagian-bagian kecil yang terpisah satu sama lain (Kim

& Cho, 2015).

Menurut Sa’ud (2006: 5) ada berbagai manfaat dari

pembelajaran terintegrasi di antaranya; (1) pemahaman yang lebih

mendalam tentang tujuan mempelajari bidang tertentu; (2) pemahaman

mengenai aplikasi dari bidang yang dipelajari dalam berbagai kontek; (3)

pemahaman yang lebih mendalam mengenai suatu isu/topik dengan

melihatnya dari berbagai sudut pandang; (4) membantu siswa

menghargai bagaimana bidang-bidang studi, ide-ide, dan berbagai

perspektif yang berbeda terkoneksi di dunia; dan (5) meningkatkan

pemahaman dalam berpikir sistem.

Kelulusan adalah gerbang menuju tahap pendidikan berikutnya.

Bagi lulusan SMA, dapat memilih untuk kuliah di perguruan tinggi,

menimba ilmu agama di pesantren, dan dapat pula kuliah kehidupan

dengan terjun langsung di dunia usaha / industri dan di masyarakat.

Namun tidak semua lulusan mampu memilih langkah pasti yang akan

diambil. Euforia kelulusan hanya sesaat setelah pengumuman kelulusan,

tahap berikutnya adalah kegamangan menjalani kehidupan di

masyarakat. Tidak semua lulusan mampu secara intelektual mengambil

program studi di perguruan tinggi yang diidam-idamkan (APK penduduk


4

yang mengenyam pendidikan tinggi baru mencapai kurang lebih 45%).

Begitu juga tidak semua lulusan memiliki bakat dan minat untuk

berwirausaha, sementara bekerja sebagai buruh tidak semua lulusan siap

untuk menjalaninya. Fenomena ini memberi gambaran bahwa pendidikan

sampai saat ini tidak menyiapkan alternatif pilihan pasca kelulusan siswa.

Pembelajaran di kelas hanya berorientasi bagaimana meluluskan siswa

dan siswa akan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Sekolah seakan-akan

tidak bertanggung jawab atas nasib siswanya pasca kelulusan, padahal

secara nyata para lulusan ini tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih

tinggi dan harus terjun dan bekerja dengan ketrampilan terbatas bahkan

lebih bagus mereka akan beriwirausaha. Di sinilah pentingnya

pembelajaran CEP terintegrasi soft skill. Mengingat pentingnya soft skill

dalam membekali siswa untuk menggapai prestasi hidup, maka sudah

selayaknya pembelajaran CEP (Chemo-entrepreneurship) pada mata

pelajaran science khususnya kimia perlu mendapat perhatian dan

dikedepankan. Chabalengula et al. (2012) menyatakan bahwa

“Science process skills are in two categories which are basic


and integrated skills. Basic process skills include observing,
inferring, measuring, communicating, classifying, predicting,
using time space relations, and using numbers. Integrated
process skills include controlling variables, defining
operationally, formulating hypotheses, formulating models,
interpreting data, and experimenting”

Dunia kerja percaya bahwa sumber daya manusia yang unggul

adalah mereka yang tidak hanya memiliki kemahiran hard skill saja

tetapi juga piawai dalam aspek soft skill (Idrus, 2009; Chabalengula et
5

al., 2012; Zhang, 2012). Dunia pendidikan pun mengungkapkan bahwa

berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa kesuksesan seseorang tidak

ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard

skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain

(soft skill). Kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skill dan

sisanya 80% oleh soft skill (Katz 2003; Gillard, 2009; Elfindri et al.,

2010).

Kenyataan bahwa pendidikan di Indonesia lebih memberikan

porsi yang lebih besar untuk muatan hard skill, bahkan bisa dikatakan

lebih berorientasi pada pembelajaran hard skill saja. Semestinya muatan

soft skill dalam kurikulum pendidikan


1 harus mendapat perhatian,

mengingat bahwa penentu kesuksesan seseorang juga ditunjang oleh

unsur soft skill (Shakir, 2009; Elfindri et al., 2010). Hal ini dapat dilihat

pada struktur program Kurikulum 2006 maupun Kurkulum 2013, bagi

siswa SMA.

Jika memperhatikan kenyataan di atas, pendidikan soft skill

tentu menjadi kebutuhan yang penting dalam dunia pendidikan. Namun

untuk mengubah kurikulum juga bukan hal yang mudah. Guru

seharusnya memberikan muatan-muatan pendidikan soft skill pada proses

pembelajarannya. Sayangnya, tidak semua guru mampu memahami dan

menerapkannya. Pentingnya penerapan pendidikan soft skill idealnya

bukan saja hanya untuk siswa saja, tetapi juga bagi guru (Schulz, 2008;

Idrus 2009; Elfindri et al., 2010; Gillard, 2009). Hal ini penting,
6

bagaimana guru dapat mengajar dan menggali soft skill anak didikanya

apabila guru tidak mengerti betul tentang soft skill secara utuh.

Berdasarkan data hasil wawancara dengan Ketua Musyawarah

Guru Mata Pelajaran (MGMP) Kimia SMA Kota Semarang, Dra.

Agustin Yuanis Pudiastuti, pada 29 Januari 2014, bahwa jumlah guru

kimia SMA di kota Semarang berjumlah 120 orang. Pelatihan-pelatihan

yang telah diselenggarakan bagi guru kimia kebanyakan tentang

Implementasi Kurikulum, Administrasi Pembelajaran, Penyusunan Soal

UN, Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) untuk Menunjang Kenaikan

Angka Kredit/Kepangkatan, Teknis Penggunaan Alat/Instrumen, dan

Keselamatan Kerja di dalam Laboratorium, serta sedikit tentang kimia

terapan. Belum banyak yang secara spesifik menyelanggarakan pelatihan

pembelajaran CEP terintegrasi soft skill. Berdasarkan wawancara

tersebut juga terungkap bahwa baru sekitar 20% guru yang

melaksanakan pembelajaran CEP terintegrasi soft skill, padahal jenis

pelatihan dan jumlah penyelenggaraan pelatihan pembelajaran CEP

terintegrasi soft skill sangat dibutuhkan oleh guru. Adeyemo (2009)

mendefinisikan CEP atau entrepreneurial skill sebagai berikut:

“An entrepreneur can be defined the one who organizes,


manages and assumes the need of a business enterprise. It
can be defined as a person who have decided to take control
of his/her future and becomes self employed whether by
creating his own unique business or working as a member
of a team at a multi level vocation”.

Konsep soft skill dalam pendidikan sebenarnya bukan hal yang

baru. Sebelumnya, konsep broad-based curiculum (BBC) yang diartikan


7

sebagai kurikulum berbasis kompetensi secara luas telah diketengahkan

dengan tujuan agar peserta didik dapat memiliki keahlian yang

diperlukan oleh masyarakat. Namun, kompetensinya masih sebatas

tujuan pembelajaran normatif, belum aplikatif. Padahal proses

pembelajaran CEP terintegrasi soft skill memerlukan kemampuan guru

untuk melaksanakan pembelajaran dengan mengintegrasikan soft skill

pada pokok bahasan yang sesuai untuk diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Penerapan pembelajaran CEP terintegrasi soft skill akan sangat

membantu siswa dalam memahami konsep pembelajaran yang

dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini memudahkan siswa

memaknai dan mengimplementasikan pembelajaran dengan realita yang

dihadapi. Guru, dituntut lebih kreatif menyambungkan semaksimal

mungkin topik utama ke dalam mata pelajaran terkait. Guru juga

diharapkan untuk menjalin komunikasi dan diskusi yang lebih dengan

guru yang mengampu mata pelajaran berbeda, sehingga ada sinkronisasi

yang kuat (Zhou, 2013; Kim & Cho, 2015).

Namun demikian, kondisi yang ada pada saat ini, hasil

wawancara dengan Ketua MGMP Kimia SMA kota Semarang dan Guru

Kimia SMA 12 Semarang, Selasa 4 Pebruari 2014, pada umumnya

belum melaksanakan pembelajaran CEP terintegrasi soft skill. Data yang

ada menunjukkan 80% guru Kimia belum melaksanakan pembelajaran

CEP terintegrasi soft skill. Hal ini ditunjukkan bahwa guru yang
8

mengikuti pelatihan masih terbatas yaitu antara 20-30 guru tiap kegiatan

dan peserta kegiatan saling bergantian, sehingga kurang efektif. Data

pada 3 tahun terakhir ada 15 kegiatan pelatihan tentang implementasi

Kurikulum 2013. Pelatihan terakhir dilaksanakan pada tanggal 15-16

dan 22-23 Nopember 2013. Penyelanggara pelatihan di antaranya: (1)

MGMP Kimia; (2) Dinas Pendidikan Kota Semarang; (3) Unnes; (4)

Akademi Kimia Industri (Akin) ST Theresiana Semarang; (5) LPMP

Jateng; dan (6) Penerbit Buku (Erlangga dan Grassindo). Pada

pelatihan-pelatihan tersebut belum sesuai dengan kebutuhan guru kimia

SMA.

Fakta empiris model manajemen pelatihan guru kimia di kota

Semarang selama ini belum dilakukan dengan menggunakan prinsip-

prinsip manajemen dengan baik. Secara realitas pelatihan guru kimia

SMA lebih banyak diselenggarakan oleh lembaga swasta bukan oleh

pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Semarang maupun

LPMP, sehingga pihak swasta sebagai penyelenggara pelatihan lebih

menekankan pada produk perusahaan, bukan pada kompetensi yang

diharapkan (wawancara tgl 3 Pebruari 2014). Kegiatan pelatihan guru

kimia masih terbatas pada minimnya jenis pelatihan yang diberikan dan

pelatihan yang dilakukan tidak berdasarkan analisis kebutuhan sehingga

perlu dilakukan perbaikan atau pengembangan. Pelatihan yang dikelola

dengan baik tentu akan berdampak positif terhadap kompetensi guru dan

proses pembelajaran kimia SMA.


9

Pengembangan model pelatihan pembelajaran CEP terintegrasi

soft skill dipandang sangat tepat untuk diberikan pada guru kimia. Model

pelatihan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan peserta pelatihan

yang memiliki landasan konseptual dan operasional yang jelas.

Pembelajaran CEP terintegrasi soft skill merupakan model yang

mampu menyatukan hard skill dan soft skill secara seimbang baik

pada saat guru merancang pembelajaran, mengimplementasikan, dan

mengevaluasi (Schulz, 2008; Zhang 2012; Idrus, 2009; Chabalengula

et al, 2012).

Model pembelajaran dapat dilakukan guru dengan mudah

karena konsep soft skill terintegrasi CEP pada topik-topik hard skill

yang menjadi inti kompetensi kimia. Model integrasi diawali dengan

analisis kebutuhan soft skill dari dunia usaha/industri dan kebutuhan

kurikulum. Selanjutnya temuan soft skill tersebut diintegrasikan ke

dalam topik-topik hard skills yang menjadi content. Integrasi soft skill

ini juga terdeskripsikan ke dalam tujuan pembelajaran dan pada diri

siswa serta pengalaman pembelajaran (Zhou, 2013; Kim & Cho, 2015).

Model pembelajaran CEP terintegrasi soft skill yang akan

dikembangkan bertumpu pada pembelajaran kognitivisme,

konstruktivisme, behaviourisme, dan humanisme yang digunakan secara

eklektik. Karena itu selama pembelajaran siswa dikembangkan konsep

soft skill, kemampuan berfikir kritis, belajar melalui fakta-fakta yang

ditemui pada saat praktek, mencoba menganalisis, dan membuat


10

pernyataan-pertanyaan untuk meneguhkan perilaku soft skill. Hal ini

dilakukan melalui diskusi, refleksi diri ataupun menganalisis balikan.

Harapannya penguasaan konsep soft skill siswa semakin kokoh. Situasi

pembelajaran yang diciptakan guru harus mampu menumbuhkan,

menjaga, maupun menguatkan soft skill (Idrus, 2009; Elfindri et al.,

2010).

Pola penguatan dapat dikembangkan guru sebagai bentuk dari

konsekuensi perilaku yang ditampilkan selama pembelajaran.

Implementasi pembelajaran dalam format belajar aktif baik saat tatap

muka teori maupun praktek. Strategi pembelajaran yang dikembangkan

berbasis pemecahan masalah, artinya integrasi soft skill

ditumbuhkembangkan melalui tugas yang dikerjakan secara kelompok

maupun mandiri. Proses pembelajaran menunjuk pada aktivitas

pembelajaran yang mendiskripsikan baik peran guru, siswa, dan

lingkungan belajar yang diciptakan guru (Zhou, 2013; Kim & Cho,

2015).

Peran guru sebagai pengelola pembelajaran menolong siswa

dalam merancang perilaku soft skill sebagai target belajar, menumbuhkan

keinginan dan semangat untuk mewujudkan soft skill selama proses

pembelajaran. Guru harus mampu menumbuhkan motivasi siswa akan

nilai pentingnya penguasaan soft skill dihubungkan kepentingan kerja,

atau pun dengan kesuksesan kerja. Guru harus mampu memfasilitasi

kepentingan belajar siswa dan menjadikan dirinya coaching yang baik


11

yang mampu menumbuhkan potensi soft skill siswa dan

kebermaknaannya untuk bekerja (Faizah, 2012).

Sistem pelatihan akan efektif, apabila dilakukan dengan model

sistem pelatihan yang berpedoman pada prinsip-prinsip dasar manajemen

dan tahapan pelatihan sebagai berikut; (1) tahap penyusunan perencanaan

yang didasarkan pada penilaian kebutuhan pelatihan; (2) pelatihan tahap

pengorganisasian, yaitu penyusunan program pelatihan; (3) tahap

pelaksanaan dari perencanaan program pelatihan dan adanya koordinasi

dalam tahap pelaksanaan pelatihan, dan; (4) tahap evaluasi pelaksanaan

pelatihan (Chambell, 2015; Eilks, 2015).

Berdasarkan wawancara awal dengan beberapa guru mata

pelajaran kimia menunjukkan bahwa pembelajaran kimia yang

diterapkan di SMA kota Semarang umumnya masih berlangsung

konvensional, kurang mengaitkan materi kimia dengan permasalahan

dalam kehidupan sehari-hari, dan belum mengintegrasikan soft skill.

Deskripsi integrasi soft skill dalam pembelajaran kimia di SMA

menyimpulkan bahwa belum sepenuhnya soft skill dapat terintegrasi

dalam pembelajaran kimia karena kurangnya pemahaman guru terhadap

soft skill dan cara pengintegrasiannya, selain kendala waktu, sarana, dan

pustaka. Hasil penelitian tersebut menunjukkan pentingnya upaya

meningkatkan pemahaman guru terhadap soft skill dan

pengintegrasiannya dalam proses pembelajaran kimia (Idrus, 2009;

Schulz, 2008; Zhang, 2012).


12

Salah satu kompetensi guru kimia adalah kreatif dan inovatif

dalam penerapan dan pengembangan ilmu. Berdasarkan standar

kompetensi tersebut, guru dituntut agar kreatif dalam melaksanakan

proses pembelajaran terutama dalam mengoptimalkan potensi siswa

untuk meningkatkan soft skill (Idrus, 2009; Elfindri et al, 2010; Faizah,

2012). Hal itu sesuai dengan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa proses

pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kimia sebagai proses dan produk seharusnya mampu

memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam meningkatkan

kecerdasan peserta didik. Dengan belajar kimia siswa dapat mengetahui,

berbagai gejala atau fenomena alam yang ada di sekitarnya. Oleh sebab

itu, proses pembelajaran Kimia dapat dikaitkan langsung dengan

berbagai objek yang bermanfaat di sekitar kehidupan manusia. Selain itu

Kimia juga dapat digunakan sebagai alat untuk mendidik manusia

(peserta didik) agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap

ilmiah (Karyadi, 2005; Šorgo & Špernjak, 2012; Ferreira et al, 2013;

Kingir, 2013).

Model pembelajaran kimia dikembangkan dengan mengaitkan


13

langsung pada objek nyata atau fenomena di sekitar kehidupan manusia

disebut pembelajaran CEP. CEP juga memungkinkan siswa dapat

meningkatkan dan melatih untuk memiliki sikap ulet, tekun, tidak mudah

putus asa, dan rasa tanggung jawab, serta dapat mengaitkan isi

pengetahuan dengan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari

(Aliata 2013; Awasthi, 2011; Adeyemo, 2009; Awogbenle & Iwuamadi,

2010; Ferreira, 2011; Marques & Albuquerque, 2012). Pembelajaran

berbasis CEP ini menjadikan pelajaran kimia lebih menarik,

menyenangkan, dan lebih bermakna (Supartono, 2006; Wijayati, 2009).

Pada pembelajaran kimia dengan pendekatan CEP, siswa

senantiasa diberi kesempatan untuk berlatih menggunakan keterampilan-

keterampilan proses. Siswa diberi peluang untuk melaksanakan kerja

ilmiah dan dieksplorasi potensinya secara optimal, agar siswa terlibat

aktif secara fisik dan mental dalam belajar kimia. Menurut Wijayati &

Wara (2009), bahwa pendekatan CEP menjadikan pembelajaran kimia

lebih menyenangkan dan memberi kesempatan siswa untuk

mengoptimalkan potensinya untuk menghasilkan suatu produk. Bila

siswa sudah terbiasa dengan kondisi belajar yang demikian, tidak tertutup

kemungkinan akan meningkatkan soft skill siswa.

Di samping itu, pembelajaran CEP terintegrasi soft skill di

LPTK khususnya mahasiswa program studi pendidikan kimia belum

terprogram secara masif, sehingga penting pelatihan pembelajaran CEP

terintegrasi soft skill diberikan kepada guru kimia SMA di kota


14

Semarang.

Pengembangan konsep CEP terintegrasi soft skill dalam

pembelajaran Kimia antara lain dalam bentuk:

a. Pengembangan kreativitas siswa maupun guru (menghasilkan

produk berdaya cipta tinggi);

b. Inovasi-inovasi pembelajaran yang makin baik, terkait dengan dunia

nyata sehingga lebih bermakna;

c. Tugas-tugas terstruktur dalam rangka menguatkan atau melatih sikap

ulet, tekun, tidak mudah putus asa, dan rasa tanggung jawab,

maupun mengaitkan isi pengetahuan dengan permasalahan nyata

dalam kehidupan sehari-hari;

d. Penciptaan peluang kerjasama antara guru dan siswa, antar siswa,

dan kegiatan kemitraan dengan pihak luar;

e. Inovasi praktikum hemat, mengingat bahan-bahan kimia yang makin

mahal, keterbatasan sarana dan dana, tetapi juga sekaligus

menantang siswa untuk berfikir kreatif seandainya nanti mengalami

kendala;

f. Pelatihan atau pengembangan kewirausahaan misalnya kunjungan ke

dunia usaha/industri yang memungkinkan penanaman jiwa

kewirausahaan yang terkait dengan pembelajaran kimia dan latihan

pengembangan bahan-bahan atau produk kimia sederhana sehingga

pembelajaran menjadi lebih menarik dan memunculkan motivasi;


15

g. Pemecahan masalah nyata di lapangan, motivasi, dan informasi

yang berpeluang membuka wirausaha jika tidak segera mendapat

pekerjaan setelah lulus, misalnya latihan menulis buku ajar, artikel,

soal-soal ulangan, LKS, dan pengembangan media yang mendidik,

manajemen privat les; dan

h. Pembelajaran terintergrasi dengan pemunculan soft skill dalam mata

pelajaran kimia yang memberi peluang ke penerapan CEP menjadi

lebih nyata.

Atas dasar pemikiran di atas, perlu ada upaya secara terus

menerus untuk mencari dan menemukan pengembangan model

manajemen pelatihan pembelajaran CEP terintegrasi soft skill bagi guru

kimia SMA di Kota Semarang.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah:

a. Pembelajaran kimia masih banyak yang dilakukan secara

konvensional, karena kemampuan guru dalam pembelajaran CEP

terintegrasi soft skill masih belum memadai.

b. Belum memadainya sumber belajar, bahan ajar, dan media

pembelajaran semacam kaset, buku panduan, VCD, dan alat

penunjang lainnya, khususnya pembelajaran CEP terintegrasi soft

skill.
16

c. Sarana dan prasarana pembelajaran yang secara visual maupun

praktikum belum memadai, sehingga pembelajaran CEP

terintegrasi soft skill belum terlaksana dengan baik.

d. LPTK yang mendidik calon guru kimia SMA, belum secara khusus

memberikan pembekalan pembelajaran CEP terintegrasi soft skill

secara memadai.

e. Guru secara khusus belum mendapatkan pelatihan pembelajaran

kimia yang dapat meningkatkan soft skill dengan mengintegrasikan

pembelajaran CEP secara memadai.

f. Belum ada penelitian pengembangan model manajemen pelatihan

pembelajaran CEP terintegrasi soft skill bagi guru kimia SMA di

kota Semarang.

1.3 Cakupan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini akan

dibatasi permasalahannya pada manajemen pelatihan dan dikhususkan

pada pengembangan model manajemen pelatihan pembelajaran CEP

terintegrasi soft skill bagi guru Kimia di kota Semarang. Model

manajemen pelatihan yang dikembangkan diharapkan dapat

diimplementasikan oleh guru kimia SMA di kota Semarang.

Aspek yang dikaji pada penelitian ini ada tiga yaitu:

a. Model faktual manajemen pelatihan pembelajaran bagi guru kimia

yang selama ini berlangsung;


17

b. Manajemen pelatihan pembelajaran CEP terintegrasi soft skill bagi

guru kimia di SMA;

c. Pengembangan model manajemen pelatihan pembelajaran CEP

terintegrasi soft skill bagi guru kimia di SMA; dan

d. Hasil peserta dalam menyelesaikan tugas pelatihan yang mengacu

pada kompetensi standar, yang meningkatkan pembelajaran CEP

terintegrasi soft skill bagi guru kimia di SMA.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dan

untuk mempertajam aspek-aspek yang dibahas, maka penelitian ini

difokuskan pada pengembangan model manajemen Pelatihan

pembelajaran CEP terintegrasi soft skill bagi guru kimia SMA.

Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana model faktual manajemen pelatihan pembelajaran bagi

guru kimia SMA di Kota Semarang yang terselenggara saat ini ?

Dari model faktual ini mendapatkan deskripsi tentang: bentuk

faktual manajemen pembelajaran, yang meliputi perencanaan,

pelakasanaan, dan pengendalian pelatihan pembelajaran bagi guru

kimia di SMA kota Semarang yang saat ini berlangsung.

b. Bagaimanakah model hipotetik manajemen pelatihan pembelajaran

CEP terintegrasi soft skill bagi guru Kimia SMA di Kota Semarang ?

Dari model ini mendapatkan informasi tentang model pengembangan


18

pelatihan pembelajaran CEP terintegrasi soft skill bagi guru kimia

SMA di kota Semarang.

c. Bagaimanakah model final keefektifan manajemen pelatihan

pembelajaran CEP terintegrasi soft skill bagi guru kimia SMA dikota

Semarang dan keefektifan model tersebut ? Dari model ini diperoleh

deskripsi temuan model final dan keefektifan manajemen pelatihan

pembelajaran soft skill terintegrasi CEP bagi guru kimia SMA di

Kota Semarang.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian pengembangan ini adalah untuk

mengembangkan model manajemen pelatihan pembelajaran CEP

terintergrasi soft skill yang dapat meningkatkan kompetensi guru kimia

SMA di Kota Semarang.

Secara khusus, tujuan penelitian pengembangan ini dijabarkan

sebagai berikut:

a. Menganalisis model faktual manajemen pelatihan pembelajaran yang

selama ini dilaksanakan bagi guru kimia SMA di kota Semarang.

b. Merancang model hipotetik manajemen pelatihan pembelajaran CEP

Terintegrasi soft skill bagi guru kimia SMA di Kota Semarang.

c. Mendeskripsikan dan menguji keefektifan model pelatihan

pembelajaran CEP Terintegrasi soft skill bagi guru kimia di SMA

Kota Semarang.
19

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting dilakukan, apabila dilihat manfaatnya

dapat dideskripsikan sebagai berikut :

a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu

pendidikan khususnya pengembangan model manajemen pelatihan

pembelajaran CEP terintegrasi soft skill bagi guru Kimia SMA. Temuan

ini dapat dijadikan bahan kajian penelitian dalam mengembangkan

komponen-komponen manajemen pelatihan bagi guru kimia lebih lanjut.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Peserta Didik

Peserta didik memperoleh layanan dan pengalaman belajar yang

efektif untuk meningkatkan soft skill terintegrasi CEP, sehingga menjadi

manusia yang berdaya dan mandiri.

2) Bagi Guru

Pengembangan model manajemen pelatihan pembelajaran CEP

terintergrasi soft skill ini, meningkatkan pemahaman guru untuk

menguasai materi kimia yang kontekstual yang dapat meningkatkan

profesionalisme dalam memberikan layanan pendidikan yang berkualitas

kepada peserta didik di era globalisasi.

3) Bagi Sekolah

Pengembangan model manajemen pelatihan pembelajaran CEP

terintegrasi soft skill ini, dapat mewujudkan sekolah sebagai wahana


20

pembelajaran yang efektif dalam rangka meningkatkan kompetensi,

motivasi, dedikasi, loyalitas, dan komitmen kepada peserta didik.

4) Bagi Pemerintah

Melalui kegiatan pengembangan model manajemen pelatihan

pembelajaran CEP terintegrasi soft skill ini, baik pemerintah daerah

maupun pemerintah pusat sehingga mampu memetakan kualitas layanan

pendidikan sebagai upaya pembinaan, pengembangan, dan peningkatan

kinerja guru dalam rangka mewujudkan pemberian layanan pendidikan

bagi peningkatan mutu pembelajaran.

1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Pengembangan Model Pelatihan pembelajara guru kimia,

diharapkan sesuai dengan karakter guru kimia yang dapat meningkatkan

soft skill siswa dengan pendekatan CEP.

Model pelatihan yang dikembangkan paling tidak harus dapat

meningkatkan kemampuan dan pemahaman guru kimia dalam

meningkatkan soft skill siswa SMA dengan pendekatan CEP, yang

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Meningkatkan kompetensi guru.

Ada 4 kompetensi yang harus dimiliki bagi guru, yaitu

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,


21

dan kompetensi profesional. Dalam kontek penelitian ini lebih

menekankan pada kompetensi pedagogik guru.

2. Meningkatkan prestasi kademik siswa.

Dengan mengikuti pembelajaran CEP Terintegrasi Soft Skill, maka

pembelajaran akan lebih menarik dan bermakna, sehingga akan

berdampak ke keberhasilan dan peningkatan prestasi siswa.

3. Menumbuhkan jiwa kewirausahaan (entrepreneurship)

Istilah entrepreneurship diasosiasikan dengan memulai sesuatu yang

baru dan dimotivasi oleh pencapaian keuntungan semata. Esensi

entrepreneurship adalah kreatifitas dan inovasi dalam penciptaan

nilai-nilai baik ekonomi, sosial, maupun budaya.

4. Menumbuhkan soft skill

Soft Skill adalah kemampuan non teknis yang dimiliki sesorang dan

sudah ada di dalam dirinya sejak lahir. Kemampuan yang tidak terlihat

wujudnya ini, namun sangat diperlukan bagi seseorang untuk sukses

dalam kariernya. Kemampuan non teknis ini dapat berupa talenta dan

dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan.

5. Menggunakan prinsip belajar tuntas

Belajar tuntas adalah sistem pembelajaran yang menuntut peserta

pelatihan menguasai materi pada setiap kompetensi secara utuh,

meningkatkan efisiensi belajar, minat belajar, dan sikap positif pada

setiap materi pelatihan.

6. Pendekatan competence based training (CBT)


22

Pelatihan berbasis kompetensi atau sering disebut competency based

training (CBT) adalah pelatihan yang didasarkan pada hal-hal atau

kegiatan yang diharapkan dapat dilakukan oleh seseorang di tempat

kerja. Pelatihan kompetensi memberikan penekanan pada apa yang

dapat dilakukan oleh seseorang sebagai hasil dari pelatihan (out put),

hal ini berbeda dengan pendekatan tradisional yang menekankan pada

jumlah kehadiran pelatihan (input).

1.8 Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Pengembangan model manajemen pelatihan guru mata pelajaran

Kimia dalam meningkatkan CEP terintegrasi soft skill bagi siswa SMA,

menggunakan asumsi yang dilandasi pola pengelolaan pelatihan yang

berkaitan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pelatihan. Asumsi

dasar yang digunakan dalam pengembangan model pelatihan

pembelajaran CEP terintegrasi soft skill bagi guru Kimia SMA sebagai

berikut :

1. Proses pengembangan model manajemen pelatihan CEP terintegrasi

soft skill, melalui pelatihan yang efektif dengan menggunakan strategi

yang tepat, sehingga dapat mendorong motivasi peserta untuk dapat

belajar dan mencapai kompetensi yang dibutuhkan, karena

keberhasilan dan kegagalan pelatihan salah satunya tergantung pada

strategi yang digunakan.

2. Pengembangan model manajemen pelatihan pembelajaran CEP

Terintegrasi soft skill, harus memberikan kesempatan kepada peserta


23

untuk mengembangkan potensi dan kemampuannya semaksimal

mungkin melalui pembelajaran dengan bimbingan instruktur.

3. Pengembangan model manajemen pelatihan pembelajaran CEP

Terintegrasi soft skill, memberi kesempatan kepada peserta untuk

mengalami penilaian.

4. Pada pelaksanaan pelatihan, instruktur merupakan aktor utama dalam

menentukan strategi pelatihan untuk mencapai hasil yang efektif dan

efisien, namun dalam pelaksanaannya instruktur bukan satu-satunya

sumber belajar, sedangkan subjek pembelajaran terletak pada peserta

pelatihan. Keterampilan memahami, menghargai, menilai, berpikir

kritis, kreatif, inovatif, dan soft skill merupakan ketrampilan yang

menjadi dasar pelaksanaan pelatihan.

Keterbatasan pada pengembangan model pelatihan pembelajaran

CEP terintegrasi soft skill bagi guru kimia SMA adalah uji kefektifan

tidak dilaksanakan uji coba secara meluas hingga pada siswa maupuan

daerah di luar kota Semarang. Jadi hasil pelatihan hanya dapat diamati

dan dilaksanakan pada tahap pelatihan guru, tidak bisa diamati hasilnya

hingga ke siswa, karena kesuksesan guru dalam mengajar adalah prestasi

akademik siswanya (impect). Di samping itu produk tidak diproduksi

secara masal.

Anda mungkin juga menyukai