Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam pembelajaran matematika, kita mengenal berbagai macam permasalahan. Permasalahan


tersebut dapat berupa logika atau abstrak. Salah satunya adalah dalam ruang tiga dimensi.

Dalam makalah ini kami berusaha menjelaskan dan menerangkan tentang beberapa permasalahan
bangun ruang tiga dimensi. Kami juga menyertakan beberapa latihan soal sehingga dapat
digunakan sebagai lathian masing-masing.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kedudukan titik, garis dan bidang dalam ruang ?
2. Bagaimana cara menggambar bangun ruang ?
3. Ada berapa macam bangun ruang dalam tiga dimensi ?
4. Bagaimana jarak pada bangun ruang ?
5. Apakah besar sudut pada bangun ruang ?
6. Bagaimana proyeksi pada bangun ruang ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kedudukan titik, garis, dan bidang dalam ruang
2. Untuk mengetahui cara menggambar bangun ruang
3. Untuk mengetahui macam-macam bangun ruang dalam tiga dimensi
4. Untuk mengetahui jarak pada bangun ruang
5. Untuk mengetahui besar sudut pada bangun ruang
6. Untuk mengetahui proyeksi pada bangun ruang

D. MANFAAT
Dengan membaca makalah ini diharapkan dapat lebih memahami pembelajaran mengenai
Ruang Tiga Dimensi.

1|Page
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEDUDUKAN TITIK, GARIS DAN BIDANG DALAM BANGUN


RUANG

1. PEGERTIAN TITIK, GARIS DAN BANGUN


a. Titik
Suatu titik ditentukan oleh letaknya dan tidak mempunyai besaran. Sebuah titik
dilukiskan dengan noktah dan biasanya dinotasikan dengan huruf kapital.

contoh : 1.) ●A,●B

2.) Lihat Kubus ABCD.EFGH di sampingTitik-titik pada kubus


ABCD.EFGH tersebut adalah:A, B, C, D, E, F, G, dan H

b. Garis
Garis adalah himpunan dari titik-titik yang mempunyai panjang tak terhingga tapi
tidak memiliki lebar atau panjang.
Contoh : 1. Lihat kubus ABCD.EFGH di samping garis- garis pada kubus
ABCD.EFGH antara lain AB,CG,BG (diagonal sisi),AG
(diagonal ruang)

2|Page
c. Bidang
Bidang adalah himpunan titik-titik yang luas tak terhingga. Wakil bidang adalah
bagian dari bidang yang memiliki ukuran panjang dan lebar.
Contoh : 1. Contoh pada bidang kubus ABCD.EFGH
- Bidang ABCD
- Bidang DCGH
- Bidang BDG

Demikian konsep titik, garis dan bidang. Dari


pengertian titik, garis, dan bidang akan memunculkan aksioma atau postulat tentang
titik, garis dan bidang yaitu:

1. Melalui dua buah titik sembarang yang tidak berimpit hanya dapat dibuat sebuah
garis lurus.
2. Melalui satu titik dan garis yang tidak melewati titik tersebut dapat dibuat sebuah
bidang.

3. Melalui dua buah garis sejajar atau garis yang saling berpotongan dapat dibuat
sebuah bidang. 

4. Jika suatu garis dan suatu bidang mempunyai dua titik persekutuan, maka garis itu
seluruhnya terletak pada bidang

KEDUDUKAN TITIK TERHADAP GARIS DAN BIDANG

a. Kedudukan titik terhadap garis

Kedudukan titik terhadap garis dibedakan menjadi dua yaitu titik terletak pada garis dan
titik terletak di luar garis.
Kedudukan titik terletak pada garis dan titik terletak di luar
garis dapat dianalogikan seperti burung yang hinggap di kabel
listrik, seperti gambar disamping.Sekarang coba perhatikan

3|Page
gambar di samping. Gambar tersebut merupakan segerombolan burung yang hinggap di
kabel listrik. Misalkan burung-burung tersebut adalah sebuah titik dan kabel tersebut
merupakan garis, maka burung yang hinggap di kabel listrik (dilingkari merah) dapat
dikatakan sebagai titik terletak pada garis. Jadi, sebuah titik dikatakan terletak pada garis,
jika titik tersebut dapat dilalui oleh garis, seperti gambar di bawah ini.

Sekarang coba perhatikan gambar burung yang terbang dan akan hinggap di kabel listrik
(dilingkari warna biru) dapat dikatakan sebagai titik terletak diluar garis. Sebuah titik
dikatakan terletak di luar garis, jika titik tersebut tidak dapat dilalui garis, seperti gambar
di bawah ini.

Contoh Soal :
Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH di bawah ini.

Jika garis AB sebagai wakil dari garis g, maka tentukan: a). titik sudut
kubus yang terletak pada garis g; b). titik sudut yang berada di luar garis g.

Penyelesaian:
Berdasarkan gambar tersebut maka
1). titik sudut kubus yang terletak pada garis g adalah A dan B
2). titik sudut yang berada di luar garis g adalah D, E, F, G, dan H

b. Kedudukan titik terhadap bidang

4|Page
Kedudukan titik terhadap bidang dibedakan menjadi dua yaitu titik terletak pada bidang
dan titik terletak di luar bidang. Untuk lebih mudah memahami konsep kedudukan titik
terhadap bidang, coba perhatikan gambar di samping.Gambar di
samping merupakan lima orang yang mengadakan penyuluhan
tentang cara menanam padi dan ditonton oleh tiga anak-anak.
Jika orang dewasa dan anak-anak tersebut kita misalkan titik
dan lahan atau tanah yang akan ditanami padi kita sebut sebagai
bidang, maka orang dewasa yang menanam padi di areal
persawahan dapat kita sebut sebagai titik-titik yang terletak
pada bidang. Sedangkan anak-anak yang sedang menonton yang
berada di luar areal yang ditanami padi kita sebut sebagai titik-titik yang berada luar
bidang.

Jadi, sebuah titik dikatakan terletak pada bidang, jika titik tersebut dapat dilalui oleh
bidang, seperti gambar di bawah ini.

Sebuah titik dikatakan terletak di luar bidang, jika titik tersebut tidak dapat dilalui oleh
bidang, seperti gambar di bawah ini.

Contoh Soal :
Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH di bawah ini.
 Bidang DCGH sebagai bidang u, tentukan: a) titik sudut apa saja yang
terletak pada bidang u; b) titik sudut apa saja yang berada di luar bidang u.

5|Page
Penyelesaian:
Berdasarkan gambar tersebut maka:
a) titik sudut yang berada bidang u adalah D,C,G dan H
b) titik sudut yang berada di luar bidang u adalah A, B, E, dan F

KEDUDUKAN GARIS TERHADAP GARIS DAN BIDANG

a. Kedudukan garis terhadap garis


1. Dua garis sejajar 

Pernahkah Anda memerhatikan rel atau lintasan kereta api? Apabila kita perhatikan
lintasan kereta api tersebut, jarak antara dua rel akan selalu tetap (sama) dan tidak pernah
saling berpotongan antara satu dengan lainnya. Apa yang akan terjadi jika jaraknya
berubah? Apakah kedua rel itu akan berpotongan?
Berdasarkan gambaran tersebut, selanjutnya apabila dua buah rel kereta api kita anggap
sebagai dua buah garis, maka dapat kita gambarkan seperti gambar di samping.Garis m
dan garis n di atas, jika diperpanjang sampai tak berhingga maka
kedua garis tidak akan pernah berpotongan. Keadaan seperti ini
dikatakan kedua garis sejajar. Dua garis sejajar dinotasikan dengan
“//”.
 
Dua garis atau lebih dikatakan sejajar apabila garis-garis tersebut terletak pada satu
bidang datar dan tidak akan pernah bertemu atau berpotongan jika garis tersebut
diperpanjang sampai tak berhingga.

Aksioma/Postulat Dua Garis Sejajar


Melalui sebuah titik yang berada di luar sebuah garis, hanya dibuat sebuah garis yang
sejajar dengan garis itu.

6|Page
Contoh Soal :
Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH di bawah ini
Pada gambar di atas, rusuk AB sebagai wakil dari garis g. Sebutkan rusuk
kubus yang: (a). berpotongan dengan garis g; (b). sejajar dengan garis g;
dan (c). bersilangan dengan garis g

Penyelesaian:
Rusuk kubus yang:
(a). berpotongan dengan garis g adalah AD, AE, BF, dan
BC
(b). sejajar dengan garis g adalah DC, EF, HG
(c). bersilangan dengan garis g adalah CG, DH, EH dan FG.

2. Dua garis berpotongan 

Agar Anda memahami pengertian garis berpotongan, perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar disamping tersebut menunjukkan gambar kubus
ABCD.EFGH. Amatilah garis AB dan garis BC. Tampak
bahwa garis AB dan BC berpotongan di titik B dimana
keduanya terletak pada bidang ABCD. Dalam hal ini garis
AB  dan BC dikatakan saling berpotongan.

Dua garis dikatakan saling berpotongan apabila garis tersebut terletak pada satu bidang
datar dan mempunyai satu titik potong.

3. Dua garis berimpit

Agar dapat memahami pengertian garis berimpit, perhatikan gambar di samping.


Pada Gambar di samping menunjukkan garis AB dan garis CD yang
saling menutupi, sehingga hanya terlihat sebagai satu garis lurus
saja. Dalam hal ini dikatakan kedudukan masing-masing garis AB

7|Page
dan CD terletak pada satu garis lurus. Kedudukan garis yang demikian dinamakan
pasangan garis yang berimpit.
Dua garis dikatakan saling berimpit apabila garis tersebut terletak pada satu garis lurus,
sehingga hanya terlihat sebagai satu garis lurus saja.

4. Dua garis bersilangan

Agar Anda memahami pengertian garis bersilangan, perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar di samping menunjukkan sebuah balok ABCD.EFGH. Perhatikan garis AC
dan garis HF. Tampak bahwa kedua garis tersebut tidak terletak pada satu bidang
datar. Garis AC terletak pada bidang ABCD, sedangkan
garis HF terletak pada bidang EFGH. Selanjutnya apabila
kedua garis tersebut, masing-masing diperpanjang, maka
kedua garis tidak akan pernah bertemu. Dengan kata lain,
kedua garis itu tidak mempunyai titik potong. Kedudukan garis yang demikian
dinamakan pasangan garis yang saling bersilangan.

Dua garis dikatakan bersilangan apabila garis-garis tersebut tidak terletak pada satu
bidang datar dan tidak akan berpotongan apabila diperpanjang.

5. Garis Horizontal dan Garis Vertikal

Perhatikan gambar di bawah ini. 


Gambar tersebut menunjukkan sebuah neraca dengan
bagian-bagiannya. Perhatikan bagian tiang penyangga
dan bagian lengan yang berada di atasnya. Kedudukan
bagian tiang dan lengan tersebut menggambarkan garis
horizontal dan vertikal. Bagian lengan menunjukkan
kedudukan garis horizontal, sedangkan tiang penyangga
menunjukkan kedudukan garis vertikal. Arah garis horizontal mendatar, sedangkan garis vertikal
tegak lurus dengan garis horizontal.

8|Page
b. Kedudukan garis terhadap bidang
Kedudukan garis terhadap bidang dapat dibedakan menjadi tiga yakni:
garis terletak pada bidang, garis sejajar bidang, dan garis memotong (menembus) bidang.

Sebuah garis dikatakan terletak pada bidang, jika setiap titik pada
garis tersebut juga terletak pada bidang, seperti gambar di samping.

Sebuah garis dikatakan sejajar bidang, jika garis dan bidang tidak mempunyai satu pun titik
persekutuan, seperti gambar di samping.

Sebuah garis dikatakan memotong (menembus) bidang, jika garis dan


bidang mempunyai satu titik persekutuan yang dinamakan titik potong
atau titik tembus, seperti gambar di samping.

Contoh Soal :
Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada gambar di bawah ini.
Bidang DCGH sebagai bidang u, sebutkan rusuk kubus yang: (a).
terletak pada bidang u, (b). sejajar dengan bidang u, dan (c). memotong
atau menembus bidang u.

Penyelesaian:
(a). Rusuk yang terletak pada bidang u adalah DC, CGm GH, dan DH
(b). Rusuk kubus yang sejajar dengan bidang u adalah AB, FE, EA, dan FB
(c). Rusuk kubus yang menembus atau memotong bidang u adalah AD, BC, FG dan EH.

Dalil – dalil tentang kedudukan garis terhadap garis dan garis terhadap bidang:

9|Page
1. Jika garis a sejajar garis b dan garis b sejajar dengan garis c, maka garis a sejajar dengan
garis c.

2. Jika garis k memotong garis h, garis g juga memotong garis h, garis k sejajar gaaris g,
maka garis h, k, dan g terletak pada satu bidang.

3. Jika garis k sejajar dengan garis l dan garis l menembus bidang, maka garis k juga
menembus bidang.

KEDUDUKAN DUA BUAH BIDANG


perhatikan gambar di bawah ini.
Gambar di atas merupakan gambar sebuah lorong di suatu sekolah. Lorong tersebut diapit oleh
dua buah dinding. Bagaimana kedudukan kedua dinding tersebut? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut Anda harus paham dengan konsep kedudukan
bidang terhadap bidang lainnya. Kedudukan bidang terhadap bidang lain ada tiga
kemungkinan, yaitu berimpit, sejajar, dan berpotongan.

 Dua Bidang Berimpit


Dua bidang dikatakan berimpit, jika setiap titik terletak pada kedua bidang,
seperti gambar di samping.

10 | P a g e
 Dua Bidang Sejajar
Dua bidang dikatakan sejajar, jika kedua bidang tersebut tidak mempunyai satu pun titik
persekutuan, seperti gambar di samping.

 Dua Bidang Berpotongan


Dua bidang dikatakan berpotongan, jika kedua bidang tersebut
mempunyai sebuah garis persekutuan, seperti gambar di samping.

Contoh Soal 1
Perhatikan kubus ABCD.EFGH pada gambar di bawah ini.
a) Sebutkan tiga pasang bidang yang sejajar.
b) Sebutkan dua pasang bidang yang berpotongan.

Penyelesaian:
a) Bidang ABCD sejajar dengan bidang EFGH, bidang ABFE sejajar dengan bidang CDHG, dan
BCGF sejajar dengan bidang ADHE.
b) Bidang ABGH berpotongan dengan bidang CDEF dan bidang BCHE berpotongan dengan
bidang ADGF.

Contoh Soal 2
Perhatikan kubus di bawah ini.
Bidang sisi CDHG sebagai wakil bidang u. Tentukan bidang sisi kubus
yang:
a. berimpit dengan bidang u
b. sejajar dengan bidang u

11 | P a g e
c. berpotongan dengan bidang u

Penyelesaian:
Bidang sisi kubus yang:
a. berimpit dengan bidang u adalah sisi CDHG
b. sejajar dengan bidang u adalah ABFE
c. berpotongan dengan bidang u adalah ABCD

B. CARA MENGGAMBAR BANGUN RUANG

Jika kita ingin menggambar bangun ruang ada beberapa konsep dasar yang harus anda
kuasai yakni bidang gambar, bidang frontal, garis frontal, bidang orthogonal, garis
orthogonal, sudut surut dan perbandingan proyeksi. Sekarang perhatikan gambar
bangun kubus ABCD.EFGH di bawah ini.

1. Bidang Gambar
Bidang gambar adalah bidang atau suatu tempat permukaan untuk menggambar atau
melukis bangun ruang. Biasa di notasikan dengan α, β, dan γ serta mempunyai
kekhususan selalu menghadap muka pengamat. Misalnya dalam kehidupan nyata
dicontohkan dengan papan tulis, buku tulis, kain kanvas, dan lain-lain. Bidang gambar
pada gambar di atas adalah bidang α.
2. Bidang Frontal
Bidang frontal adalah bidang yang sejajar dengan bidang tempat gambar (kertas).
Semua bangun yang terletak pada bidang frontal digambar dengan bentuk dan ukuran
sesuai dengan ukuran sebenarnya. Pada gambar di atas yang merupakan bidang frontal
adalah ABFE dan DCGH.
3. Garis Frontal

12 | P a g e
Garis frontal adalah garis yang terletak pada bidang frontal. Berdasarkan arahnya garis
frontal dibedakan menjadi garis frontal horizontal dan garis frontal vertikal. Pada
gambar di atas yang merupakan garis frontal horizontal adalah AB, EF, CD dan GH.
Sedangkan garis frontal vertikalnya adalah AE, BF, CG, dan DH.
4. Bidang Orthogonal
Bidang orthogonal adalah bidang yang tegak lurus pada bidang frontal ke arah depan
atau ke arah belakang secara horizontal dan vertikal. Pada gambar di atas yang
merupakan bidang orthogonal adalah ABCD, EFGH, BCGF dan ADHE.
5. Garis Ortogonal
Garis ortogonal adalah garis yang tegak lurus bidang frontal. Pada gambar di atas yang
merupakan garis orthogonal adalah AD, ED, BC dan FG.
6. Sudut Surut
Sudut surut adalah sudut pada gambar antara garis frontal horizontal arah ke kanan
dengan garis ortogonal arah belakang. Pada gambar di atas yang merupakan sudut
surut adalah sudut yang dibentuk oleh garis AB dan AD, maka pada gambar di atas
besar sudut surut adalah 120°.
7. Perbandingan Proyeksi
Perbandingan proyeksi adalah perbandingan antara panjang ruas garis ortogonal pada
gambar dengan panjang ruas garis itu sebenarnya. Pada gambar di atas perbandingan
proyeksinya adalah 2 : 6 = 1 : 3
Contoh Soal :
Lukislah sebuah kubus PQRS.TUVW dengan ketentuan TUVW frontal, TW horizontal, panjang
rusuk 9 cm, sudut surut 70°, dan perbandingan orthogonal 2:3!

Penyelesaian:
=>Lukis bidang frontal TUVW dengan TW horizontal dan panjang rusuknya 9 cm
=>Lukis garis PT yang membentuk sudut 70° dengan garis TW. Panjang garis PT pada gambar =
2/3 x 9 cm = 6 cm
=>Lukis garis SW dan PS untuk melengkapi bidang orthogonal TWSP
=>Lukis garis vertikal PQ dan RS yang panjangnya 9 cm
=>Lukis bidang orthogonal horizontal VUQR

13 | P a g e
Hasil gambarnya:

C. BANGUN RUANG DALAM TIGA DIMENSI

Bangun ruang merupakan sebutan untuk bangun-bangun tiga dimensi atau bagian


ruang yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan
bangun tersebut. Ada beberapa macam bangun ruang diantaranya yaitu :
1. BALOK
Balok adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibentuk
oleh tiga pasang persegi atau persegi panjang dengan
paling tidak satu pasang diantaranya berukuran berbeda.
Balok memiliki 6 sisi, 12 rusuk dan 8 titik sudut.

Elemen balok : 
 Panjang (p) adalah rusuk terpanjang dari alas balok.
 Lebar (l) adalah rusuk terpendek dari sisi alas balok.
 Tinggi (t) adalah rusuk yang tegak lurus terhadap panjang dan lebar balok
     a.       Ciri-ciri Balok :
1. Alasnya berbentuk segi empat
2. Terdiri dari 12 rusuk
3. Mempunyai 6 bidang sisi
4. Memiliki 8 titik sudut
5. Seluruh sudutnya siku-siku
6. Mempunyai 4 diagonal ruang dan 12 diagonal bidang

14 | P a g e
  b. Rumus pada balok 

 Luas permukaan

 Volume

 Panjang diagonal ruang

 Panjang diagonal bidang

2. KUBUS
Kubus adalah bangun ruang tiga dimensi yang dibatasi oleh enam
bidang sisi yang berbentuk bujur sangkar. Kubus memiliki 6 sisi, 12
rusuk dan 8 titik sudut. Kubus juga disebut bidang enam beraturan,
selain itu juga merupakan bentuk khusus dalam prisma segiempat.
a.       Ciri - ciri Kubus :
1. Jumlah bidang sisi ada 6 buah yang berbentuk bujur sangkar (ABCD,
EFGH, ABFE, BCGF, CDHG, ADHE,)
2. Mempunyai 8 titik sudut (A, B, C, D, E, F, G, H)

15 | P a g e
3. Mempunyai 12 rusuk yang sama panjang (AB, CD, EF, GH, AE, BF,
CG, DH, AD, BC, EH, FG)
4. Semua sudutnya siku-siku
5. Mempunyai 4 diagonal ruang dan 12 diagonal bidang (4     diagonal
ruang = garis AG, BH, CE, DF dan 12 diagonal bidang = garisAC,
BD, EG, FH, AH, DE, BG, CF, AF, BE, CH, DG)

b.Rumus pada kubus

 Luas

 Volume

3. TABUNG 

Dalam geometri, tabung atau silinder adalah bangun ruang tiga dimensi


yang dibentuk oleh dua buah lingkaran identik yang sejajar dan
sebuah persegi panjang yang mengelilingi kedua lingkaran tersebut.
Kubus memiliki 3 sisi dan 2 rusuk.

Kedua lingkaran disebut sebagai alas dan tutup tabung serta persegi panjang yang
menyelimutinya disebut sebagai selimut tabung.

16 | P a g e
a. Ciri-ciri:
1. Mempunyai 2 rusuk
2. Alas dan atapnya berupa lingkaran
3. Mempunyai 3 bidang sisi ( 2 bidang sisi lingkaran atas dan bawah, 1 bidang
selimut)

b. Rumus tabung:

 Luas alas

 Luas selimut

 Luas permukaan

                      

                                                                          

 Volume

17 | P a g e
4. LIMAS

Dalam geometri, limas adalah bangun ruang tiga dimensi yang


dibatasi oleh alas berbentuk segi-n dan sisi-sisi tegak berbentuk
segitiga.
Kerucut dapat disebut sebagai limas dengan alas berbentuk
lingkaran.
Limas dengan alas berupa persegi disebut juga piramida

a.       Ciri-ciri :

1. Alasnya berbentuk segiempat (BCDE)


2. Mempunyai 5 bidang sisi (BCDE, ABC, ACD,ABE, ADE)
3. Mempunyai 5 titik sudut ( A, B,C,D,E)
4. Mempunyai 8 rusuk (AB, AC,AD,AE,BC,CD,DE,BE)

b.      Rumus limas segiempat

 Luas permukaan

Luas permukaan limas dengan alas segi-n dapat dihitung dengan rumus berikut:

18 | P a g e
 Volume

5. KERUCUT

Dalam geometri, kerucut adalah sebuah limas istimewa yang beralas


lingkaran. Kerucut memiliki 2 sisi dan 1 rusuk.

Sisi tegak kerucut tidak berupa segitiga tapi berupa bidang lengkung
yang disebut selimut kerucut.

a.       Ciri-ciri :
1. Mempunyai 2 bidang sisi (1 bidang sisi lingkaran dan 1 bidang sisi selimut)
2. Mempunyai 2 rusuk dan 1 titik sudut

b.   Rumus kerucut:

 Luas alas

                                                                  L = πr2   

 Luas selimut

 Luas permukaan

19 | P a g e
6. BOLA

Dalam geometri, bola adalah bangun ruang tiga dimensi yang


dibentuk oleh tak hingga lingkaran berjari-jari sama panjang dan
berpusat pada satu titik yang sama. Bola hanya memiliki 1 sisi.

a.       Ciri-ciri :
 1. Hanya mempunyai 1 bidang sisi
2. Tidak mempunyai sudut dan tidak mempunyai rusuk

b.      Rumus bola:

 Luas permukaan

 Volume

7. Prisma Tegak segitiga siku-siku

20 | P a g e
Prisma Tegak segitiga siku-siku Adalah prisma yang rusuk tegaknya tegak lurus pada bidang alas. Pada
paralelepipedum, ketiga rusuk yang bertemu disebuah titik sudut disebut rusuk-rusuk utama.

Ciri-ciri:
1. Terdiri dari 6 titik sudut
2. Mempunyai 9 buah rusuk
3  Mempunyai 5 bidang sisi
 b.  Rumus Prisma tegak segitiga siku – siku
  Ø  Luas sisi prisma : jumlah panjang rusuk alas x tinggi + luas 2 tutup
  Ø  Volume prisma : luas alas x tinggi 

D. JARAK PADA BANGUN RUANG

1. Jarak antara titik dengan titik

Perhatikan gambar disamping.

Gambar di samping merupakan dua buah titik yaitu titik A dan

titik B. Jarak dari titik A dan titik B dapat dicari dengan cara

menghubungkan titik A ke titik B sehingga terjadi sebuah

garis. Jarak kedua titik tersebut ditentukan oleh panjang garis itu. Jadi, jarak antara dua

titik merupakan panjang ruas garis yang menghubungkan kedua titik tersebut.

Contoh Soal

Perhatikan gambar kubus PQRS.TUVW di bawah ini.Jika panjang rusuk kubus di atas adalah 8

cm dan titik X merupakan pertengahan antara rusuk PQ. Maka hitung

jarak:

21 | P a g e
a) titik W ke titik P

b) titik W ke titik X

c) titik W ke titik Q

d) titik T ke titik X

Penyelesaian:

a) titik W ke titik P merupakan panjang garis PW. Garis PW merupakan panjang diagonal sisi

kubus, maka dengan menggunakan teorema phytagoras:

PW =√(TW2 + PT2)

PW =√(82 + 82)

PW =√(64 + 64)

PW =√128

PW =8√2

b) titik W ke titik X merupakan panjang garis WX. Panjang PX sama dengan setengah panjang

rusuk PQ, maka:

PX = ½ PQ = ½ 8 cm = 4 cm

Dengan menggunakan teorema phytagoras:

WX =√(PW2 + PX2)

WX =√((8√2)2 + 42)

WX =√(128 + 16)

WX =√144

WX =12 cm

22 | P a g e
c) titik W ke titik Q merupakan panjang garis QW. Garis QW merupakan panjang diagonal ruang

kubus, maka dengan menggunakan teorema phytagoras:

QW =√(PW2 + PQ2)

QW =√((8√2)2 + 82)

QW =√(128 + 64)

QW =√192

QW =8√3 cm

d) titik T ke titik X merupakan panjang garis TX. Panjang PX sama dengan setengah panjang

rusuk PQ, maka:

PX = ½ PQ = ½ 8 cm = 4 cm

Dengan menggunakan teorema phytagoras:

TX =√(PT2 + PX2)

TX =√(82 + 42)

TX =√(64 + 16)

TX =√80

TX =4√5 cm

2. Jarak antara titik dengan garis

Perhatikan gambar di bawah ini.

Pada gambar di atas merupakan sebuah titik A dan sebuah garis


g. Jarak antara titik A dan garis g dapat dengan membuat garis
dari titik A ke garis g, memotong garis di titik P sehingga terjadi
garis AP yang tegak lurus garis g. Jarak titik A ke garis g adalah

23 | P a g e
panjang dari AP. Jadi, jarak antara titik dengan garis merupakan panjang ruas garis yang
ditarik dari titik tersebut tegak lurus terhadap garis itu.
Contoh Soal 2
Perhatikan gambar kubus PQRS.TUVW di bawah ini.

Jika panjang rusuk kubus di atas adalah 8 cm dan titik X merupakan


pertengahan antara rusuk PQ. Maka hitung jarak:
a) titik X ke garis ST
b) titik X ke garis RT

Penyelesaian:
Perhatikan gambar di samping
a) titik X ke garis ST merupakan panjang garis dari titik X ke titik M
(garis MX) yang tegak lurus dengan garis ST, seperti gambar berikut.
ST = PW dan MT = ½ ST = ½ PW = 4√2

Dengan menggunakan teorema phytagoras:


MX =√(TX2 – MT2)
MX =√((4√5)2 – (4√2)2)
MX =√(80 – 32)
MX =√48
MX =4√3 cm

b) titik X ke garis RT merupakan panjang garis dari titik X ke titik N (garis NX) yang tegak lurus
dengan garis RT, seperti gambar berikut.
RT = QW dan NT = ½ RT = ½ QW = 4√3

24 | P a g e
Dengan menggunakan teorema phytagoras:
NX =√(TX2 – NT2)
NX =√((4√5)2 – (4√3)2)
NX =√(80 – 48)
NX =√32
NX =4√2 cm

3. Jarak antara titik dengan bidang

Perhatikan gambar di bawah ini.


Gambar di atas merupakan sebuah tiktik A dan bidang α. Jarak titik A
ke bidang α dapat dicari dengan menghubungkan titik A secara tegak
lurus dengan bidang α. Jadi, jarak suatu titik ke suatu bidang adalah
jarak dari titik tersebut ke proyeksinya pada bidang tersebut.

Contoh Soal

Perhatikan gambar kubus PQRS.TUVW di bawah ini.

Jika panjang rusuk kubus di atas adalah 8 cm dan titik X merupakan

pertengahan antara rusuk PQ. Maka hitung jarak titik X ke bidang

RSTU

Penyelesaian:

Perhatikan gambar di bawah ini

25 | P a g e
titik X ke bidang RSTU merupakan panjang garis dari titik X ke titik Z (garis MX) yang tegak

lurus dengan bidang RSTU. XZ = ½ PW =4√2 cm

4. Jarak antara garis dengan garis

Sekarang perhatikan gambar di bawah ini.

Pada gambar disamping terdapat dua buah garis yaitu garis f dan

garis g. Dari kedua garis itu ditarik sebuah garis yang tegak lurus

dengan garis f dan garis g, sehingga terbentuk garis AP. Panjang

garis AP ini merupakan jarak garis f dengan garis g.

Jadi jarak garis ke garis merupakan jarak terpendek antara dua garis itu, atau panjang garis

yang memotong tegak lurus kedua garis itu. Syarat agar bisa menghitung jarak dari garis

ke garis adalah kedua garis tersebut harus sejajar atau bersilangan.

Contoh Soal :
Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH di bawah ini.
Diketahui panjang rusuk kubus di atas 8 cm dan titik P , titik Q, titik R,
serta titik S berada di tengah-tengah rusuk kubus tersebut. (a)
Hitunglah jarak garis PQ ke garis EG dan (b) hitunglah jarak garis PQ
ke garis RS!

Penyelesaian:
(a) Sekarang perhatikan gambar di bawah ini.

26 | P a g e
Perhatikan garis PQ dan garis EG! Garis tersebut dihubungkan sebuah
garis XY yang merupakan jarak garis PQ dengan garis EG. Untuk
mencari garis tersebut Anda harus paham dengan konsep teorema
Phytagoras. Sekarang cari panjang PQ dimana PB = ½ AB = 4 cm,
maka:
PQ = √(BP2 + BQ2)
PQ = √(42 + 42)
PQ = √(16 + 16)
PQ = √32
PQ = 4√2 cm
Sekarang cari panjang BY dengan teorema Phytagoras juga dengan siku-siku di Y di mana QY =
½ PQ = 2√2 cm, maka:
BY = √(BQ2 – QY2)
BY = √(42 – (2√2)2)
BY = √(16 – 8)
BY = 2√2 cm

Sekarang cari panjang FX yang merupakan setengah panjang EG, maka:


EG = √(EF2 + FG2)
EG = √(82 + 82)
EG = 8√2 cm

FX = ½ EG = 4√2 cm

Jika digambarkan akan menjadi seperti gambar berikut ini.


Sekarang cari panjang UX:
UX = FX – BY
UX = 4√2 cm – 2√2 cm
UX = 2√2 cm

Terakhir hitung panjang XY:

27 | P a g e
XY = √(UY2 + UX2)
XY = √(82 + (2√2)2)
XY = √(64 + 8)
XY = √72
XY = 6√2 cm
Jadi panjang garis PQ dengan garis EG adalah 6√2 cm.
(b) Sekarang perhatikan gambar di bawah ini.
 
Perhatikan garis PQ dan garis RS! Garis tersebut dihubungkan
sebuah garis WY yang merupakan jarak garis PQ dengan garis EG.
Untuk mencari garis WY tersebut Anda harus paham dengan konsep
teorema Phytagoras. Kita ketahui panjang BY = 2√2 cm, EG = FH =
8√2 cm dan panjang BY = HW,

maka gambarnya akan menjadi:

Sekarang cari panjang UW dengan menggunakan gambar di atas, yakni:


UW = FH – BY – HW
UW = 8√2 – 2√2 – 2√2
UW = 4√2 cm

Terakhir hitung panjang WY:


WY = √(UY2 + UW2)
WY = √(82 + (4√2)2)
WY = √(64 + 32)
WY = √96
WY = 4√6 cm

28 | P a g e
Jadi panjang garis PQ dengan garis RS adalah 4√6 cm.

5. Jarak antara garis dengan Bidang

Perhatikan gambar berikut ini.

Gambar di samping merupakan sebuah bidang α dengan garis k.

Kemudian garis k dan bidang α tersebut dihubungkan sebuah garis

AB yang tegak lurus dengan garis dan bidang tersebut. Jarak garis

AB tersebut merupakan jarak garis k dengan bidang α. Jarak garis

ke bidang adalah panjang garis proyeksi garis pada bidang. Untuk memantapkan

pemahaman anda tentang jarak garis ke bidang.

Contoh Soal :
Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH di bawah ini.

 
Diketahui panjang rusuk kubus di atas 8 cm dan titik P , titik Q, titik R, serta titik S berada di
tengah-tengah rusuk kubus tersebut. Hitunglah jarak garis PQ ke bidang DRS!

Penyelesaian:
Sekarang perhatikan gambar di bawah ini.
Perhatikan bidang DRS dan garis PQ! Garis YZ merupakan jarak
antara bidang DRS dengan garis PQ di mana DX tegak lurus dengan
garis YZ. Dengan menggunakan contoh soal no 1, maka HX = BY =
2√2 cm, DY = 6√2 cm dan XY = 4√6 cm
Sekarang cari panjang DX dengan teorema Phytagoras, yakni:

29 | P a g e
DX = √(DH2 + HX2)
DX = √(82 + (2√2)2)
DX = √(64 + 8)
DX = √72
DX = 6√2 cm
Maka gambarnya menjadi:
Sekarang cari panjang DO dengan menggunakan teorema phytagoras,
yakni:
DO = √(DY2 – OY2)
DO = √((6√2)2 – (2√6)2)
DO = √(72 – 24)
DO = √48
DO = 4√3 cm
Dengan menggunakan konsep luas segitiga maka:
DX . YZ = XY . DO
6√2 . YZ = 4√6 . 4√3
6√2 . YZ = 16√18
6√2 . YZ = 16 . 3√2
YZ = 16/2
YZ= 8 cm
Jadi jarak garis PQ ke bidang DRS adalah 8 cm.
6. Jarak antara bidang dengan bidang

perhatikan gambar di bawah ini.

Pada gambar disamping terdapat dua buah bidang yaitu bidangα

dan bidang β. Dari kedua garis itu ditarik sebuah garis yang tegak

lurus dengan bidang α dan bidang β, sehingga terbentuk garis AB

yang tegak lurus dengan kedua bidang tersebut. Panjang garis AB

ini merupakan jarak bidang α dengan bidang β.

30 | P a g e
Jadi jarak bidang ke bidang merupakan jarak terpendek antara dua buah bidang itu, atau

panjang garis yang memotong tegak lurus kedua bidang itu. Syarat agar bisa menghitung

jarak dari bidang ke bidang adalah kedua bidang tersebut harus sejajar.

Contoh Soal
Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH di bawah ini.

Diketahui panjang rusuk kubus di atas 12 cm dan titik P , titik Q, titik


R, serta titik S berada di tengah-tengah rusuk kubus tersebut.
Hitunglah jarak bidang FPQ ke bidang DRS!

Penyelesaian:
Sekarang perhatikan gambar di bawah ini.
Perhatikan bidang FPQ dan bidang DRS! Untuk mencari jarak kedua
bidang tersebut Anda harus mencari panjang DY dan FY pada bangun
datar jajargenjang DYFX.
Sekarang cari panjang PQ dengan teorema phytagoras:
PQ = √(BP2 + BQ2)
PQ = √(62 + 62)
PQ = √(36 + 36)
PQ = 6√2 cm
Sekarang cari panjang BY dengan teorema Phytagoras juga dengan siku-siku di Y di mana QY =
½ PQ = 3√2 cm, maka:
BY = √(BQ2 – QY2)
BY = √(62 – (3√2)2)
BY = √(36 – 18)
BY = 3√2 cm

31 | P a g e
Sekarang cari panjang FY dengan teorema Phytagoras juga dengan siku-siku di B, maka:
FY = √(BY2 + BF2)
FY = √((3√2)2 + 122)
FY = √(18 + 144)
FY = 9√2 cm

Sekarang cari panjang BD dengan konsep diagonal bidang yakni:


BD = √(AB2 + AD2)
BD = √(122 + 122)
BD = 12√2 cm

DY = BD – BY
DY = 12√2 cm – 3√2 cm
DY = 9√2 cm
Jajargenjang DYFX jika digambarkan akan menjadi seperti gambar berikut ini.
Di mana DY = FX = 9√2 cm, DX = FY = 9√2 cm dan OX = BF = 12 cm,
sekarang cari panjang YZ:
DX . YZ = DY . OX
9√2 . YZ = 9√2 . 12 cm
YZ = 12 cm
Jadi jarak bidang FPQ ke bidang DRS adalah 12 cm
E. BESAR SUDUT PADA BANGUN RUANG

1. Sudut antara garis dengan garis

perhatikan gambar di bawah ini.

Pada gambar disamping terdapat dua buah bidang yaitu bidang α

dan bidang β. Dari kedua garis itu ditarik sebuah garis yang tegak

lurus dengan bidang α dan bidang β, sehingga terbentuk garis AB

yang tegak lurus dengan kedua bidang tersebut. Panjang garis AB

ini merupakan jarak bidang α dengan bidang β.

32 | P a g e
Jadi jarak bidang ke bidang merupakan jarak terpendek antara dua buah bidang itu, atau

panjang garis yang memotong tegak lurus kedua bidang itu. Syarat agar bisa menghitung

jarak dari bidang ke bidang adalah kedua bidang tersebut harus sejajar.

perhatikan gambar di bawah ini.


Gambar di samping merupakan kedudukan dua buah garis yang
saling sejajar dan dua buah garis saling berimpit. Sudut yang
dibentuk oleh dua buah garis yang sejajar dan garis yang berimpit
adalah 0°

Sekarang perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH di bawah ini.


Perhatikan garis AB (garis v) dan AE (garis u)! Kedua garis tersebut (garis u dan garis v)
berpotongan di titik A dan sudut yang dibentuk adalah ∠A atau biasanya ditulis ∠(u,v).
Jadi, sudut antara dua garis yang berpotongan merupakan sudut
yang berada di titik potong antara dua garis itu dan sinar
garisnya sebagai kaki sudut.

Perhatikan gambar di bawah ini.


Perhatikan garis BD (garis y) dan garis FH (garis x)! Kedua garis tersebut saling
bersilangan. Garis BD (garis y) sejajar dengan garis FH (garis z) dan garis x dan garis z
saling berpotongan. Jadi, sudut antara dua garis bersilangan (misalkan x dan y bersilangan)
merupakan sudut yang berada di titik potong antara garis x dengan garis z, di mana garis z
sejajar dengan garis y, dan garis x bersilangan dengan garis z.

33 | P a g e
Sudut antara garis x dengan garis y dilambangkan dengan ∠(x,y)
Jika besar ∠(x,y) = 90° serta x dan y berpotongan, maka garis x dan y dikatakan
berpotongan tegak lurus; dan x dan y bersilangan, maka garis x dan x dikatakan
bersilangan tegak lurus.
Contoh Soal
Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH di bawah ini.
Jika titik P berada di tengah-tengah rusuk AB, titik Q berada di tengah-
tengah diagonal sisi BD, dan panjang rusuk kubus 10 cm. (a) Tentukan
besar sudut antara garis AF dan garis FP. (b) Tentukan besar sudut garis
AG dengan GQ!

Penyelesaian:
(a) Perhatikan gambar di bawah ini.
 Sudut yang dibentuk oleh garis AF dengan garis FP adalah ∠α. Untuk
mencari besar ∠α Anda harus mencari panjang AF, panjang FP, dan
panjang AP.
AP = ½ AB
AP = ½ 10 cm
AP = 5 cm
Cari panjang AF dengan rumus panjang diagonal sisi kubus yakni:
AF = s√2
AF = 10√2 cm

Cari panjang FP dengan teorema phytagoras yakni:


FP = √(BF2 + BP2)
FP = √(102 + 52)
FP = √125
FP = 5√5 cm

Cari besar ∠α dengan aturan cosines yakni:

34 | P a g e
AP2 = AF2 + FP2 – 2AF.FP.cos α
52 = (10√2)2 + (5√5)2 – 2. 10√2. 5√5.cos α
25 = 200 + 125 – 100√10.cos α
100√10.cos α = 200 + 125 – 25
100√10.cos α = 300
cos α = 300/(100√10)
cos α = 3/√10
cos α = 3√10/10
arc cos 3√10/10 = 18,43° (Gunakan kalkulator di sini)
Jadi, besar sudut antara garis AF dan garis FP adalah 18,43°

(b) Perhatikan gambar di bawah ini.


Sudut yang dibentuk oleh garis AG dengan garis GQ adalah ∠β. Untuk
mencari besar ∠β Anda harus mencari panjang AG, panjang GQ, dan
panjang AQ. Panjang AC = DB yang merupakan diagonal sisi kubus,
yakni:
AC = s√2
AC = 10√2
AQ = ½ AC
AQ = ½ 10√2 cm
AQ = 5√2 cm

Cari panjang AG dengan rumus panjang diagonal ruang kubus yakni:


AG = s√3
AG = 10√3 cm

Cari panjang GQ dengan teorema phytagoras yakni:


GQ = √(CQ2 + CG2)
GQ = √((5√2)2 + 102)
GQ = √150
GQ = 5√6 cm

35 | P a g e
Cari besar ∠β dengan aturan cosines yakni:
AQ2 = AG2 + GQ2 – 2AG.GQ.cos β
(5√2)2 = (10√3)2 + (5√6)2 – 2. 10√3. 5√6. cos β
50 = 300 + 150 – 100√18. cos β
50 = 450 – 300√2. cos β
300√2. cos β = 450 – 50
300√2. cos β = 400
cos α = 400/(300√2)
cos β = 4/3√2
cos β = 4√2/6
cos β = 2√2/3
arc cos 2√2/3 = 19,47°
Jadi, besar sudut garis AG dengan GQ adalah 19,47°

2. Sudut antara garis dengan bidang

perhatikan gambar di bawah ini.


Gambar di samping merupakan kedudukan garis terletak di
bidang atau berimpit dengan bidang dan kedudukan garis sejajar
dengan bidang. Kita ketahui bahwa bidang adalah himpunan
garis-garis yang anggotanya terdiri dari lebih dari satu buah garis
(silahkan baca: pengertian titik, garis dan bidang). Kita juga
ketahui bahwa sudut yang dibentuk oleh dua buah garis yang sejajar dan garis yang
berimpit adalah 0° (silahkan baca: sudut antara garis dan garis dalam bangun ruang).
Maka sudut yang dibentuk oleh garis dan bidang yang saling sejajar dan saling berimpit
adalah 0°.
Sekarang perhatikan gambar di bawah ini. 
Pada gambar di atas merupakan sebuah garis g yang
menembus bidang ABCD di titik O. Proyeksi gari g akan
membentuk garis EF yang berimpit dan sejajar dengan
bidang ABCD. Besar sudut yang dibentuk oleh garis g

36 | P a g e
dengan bidang ABCD adalah sudut yang dibentuk oleh garis g dengan garis proyeksinya
yaitu sebesar β. Jadi, sudut antara garis dan bidang adalah sudut lancip yang dibentuk
oleh garis tersebut dengan proyeksinya pada bidang.

Kita telah ketahui bahwa kedudukan bidang terhadap bidang lain ada tiga kemungkinan, yaitu dua
bidang yang saling berimpit, sejajar, dan berpotongan.
Contoh Soal
Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH disamping. 

Diketahui panjang rusuk kubus di atas 4 cm, titik P berada di tengah rusuk
AB dan titik Q berada di tengah rusuk BC. Jika titik potong garis BD
dengan garis PQ adalah R. (a) Hitunglah besar sudut yang dibentuk oleh
garis DR dengan bidang HPQ dan hitunglah besar sudut yang dibentuk oleh
garis HR dengan bidangn FPQ!

Penyelesaian:
(a) Perhatikan gambar di bawah ini.
Perhatikan garis DR dan bidang HPQ! Besar sudut yang dibentuk oleh
garis DR dengan bidang HPQ adalah α.
Cari panjang PQ dengan teorema phytagoras:
PQ = √(BP2 + BQ2)
PQ = √(22 + 22)
PQ = √(4 + 4)
PQ = 2√2 cm

Cari panjang BR dengan teorema Phytagoras juga dengan siku-siku di R, di mana PR = ½ PQ =


√2 cm, maka:
BR = √(BP2 – PR2)
BR = √(22 – (√2)2)
BR = √(4 – 2)
BR = √2 cm

37 | P a g e
Cari panjang BD dengan rumus diagonal bidang kubus yakni:
BD = s√2
BD = 4√2 cm

Cari panjang DR
DR = BD – BR
DR = 4√2 cm –√2 cm
DR = 3√2 cm

tan α = DH/DR
tan α = 4 cm/(3√2 cm)
tan α = 4√2/6
tan α = 2√2/3
arc tan 2√2/3 = 43,31°
Jadi besar sudut yang dibentuk oleh garis DR dengan bidang HPQ adalah 43,31°.

(b) Perhatikan gambar di bawah ini.

Perhatikan garis HR dan bidang FPQ! Besar sudut yang dibentuk oleh garis
DR dengan bidang HPQ adalah β.

Cari panjang PQ dengan teorema phytagoras:


PQ = √(BP2 + BQ2)
PQ = √(22 + 22)
PQ = √(4 + 4)
PQ = 2√2 cm
Cari panjang BR dengan teorema Phytagoras juga dengan siku-siku di R, di mana PR = ½ PQ =
√2 cm, maka:
BR = √(BP2 – PR2)
BR = √(22 – (√2)2)

38 | P a g e
BR = √(4 – 2)
BR = √2 cm

Cari panjang FR, yakni:


FR = √(BR2 + BF2)
FR = √((√2)2 + 42)
FR = √18
FR = 3√2 cm

Cari panjang BD dengan rumus diagonal bidang kubus yakni:


BD = s√2
BD = 4√2 cm

Cari panjang DR
DR = BD – BR
DR = 4√2 cm –√2 cm
DR = 3√2 cm
Cari panjang HR dengan teorema phytagoras juga yakni:
HR = √(DH2 + DR2)
HR = √(42 + (3√2)2)
HR = √34 cm

Cari besar ∠β dengan aturan cosinus yakni:


FH2 = HR2 + FR2 – 2.HR.FR.cos β
42 = (√34)2 + (3√2)2 – 2.√34.3√2. cos β
16 = 34 + 18 – 6√68. cos β
16 = 52 – 12√17. cos β
12√17. cos β = 52 – 16
12√17. cos β = 36
cos β = 36/(12√17)
cos β = 3/√17

39 | P a g e
cos β = 3√17/17
arc cos 3√17/17 = 36,04°
Jadi, besar sudut yang dibentuk oleh garis HR dengan bidangn FPQ adalah 36,04°

3. Sudut antara bidang dengan bidang


Sekarang perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar di atas merupakan kedudukan bidang terhadap bidang


lainnya. Gambar pertama merupakan kedudukan dua buah bidang
yang saling berimpit dan gambar kedua merupakan kedudukan dua
buah bidang yang saling sejajar. Kita ketahui bahwa pengertian
bidang adalah himpunan garis-garis yang anggotanya terdiri dari
lebih dari satu buah garis (silahkan baca: pengertian titik, garis dan bidang). 

Kita juga ketahui bahwa sudut yang dibentuk oleh dua buah garis yang sejajar atau garis yang
berimpit adalah 0° (silahkan baca: sudut antara garis dan garis dalam bangun ruang). Selain
itu sudut yang dibentuk oleh garis dan bidang yang sejajar dan yang berimpit adalah 0° (silahkan
baca: sudut antara garis dan bidang dalam bangun ruang. Maka sudut yang dibentuk oleh dua
bidang yang saling sejajar atau saling berimpit juga sama dengan 0°.
4. Besar sudut antara bidamg dengan bidang
Sekarang perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar di atas merupakan dua buah bidang yang saling


berpotongan, di mana bidang ABCD saling berpotongan dengan
bidang EFGH di garis g. Adapun cara menentukan sudut yang
dibentuk oleh dua bidang ABCD dan bidang EFGH di atas
adalah sebagai berikut :

=>Membuat garis IJ yang tegak lurus dengan garis g dan berimpit dengan bidang ABCD serta
berpotongan di titik M

40 | P a g e
=>Membuat garis LK yang tegak lurus juga dengan g dan berimpit dengan garis EFGH serta
bepotongan di titik M
=>Sudut lancip yang dibentuk oleh garis IJ dan LK (sudut α) merupakan sudut yang dibentuk
oleh dua bidangn tersebut.

Jadi, sudut antara dua bidang yang berpotongan merupakan sudut yang dibentuk oleh dua garis
yang berpotongan (sebuah garis pada bidang pertama dan sebuah garis lagi pada bidang yang
lainnya), garis-garis itu tegak lurus terhadap garis potong antara kedua bidang tersebut.
Contoh Soal
Perhatikan gambar kubus ABCD.EFGH 
Jika panjang rusuk kubus di atas adalah 4 cm, jika α adalah sudut yang dibentuk oleh ACF dan
ACGE, maka tentukan nilai sin α dan hitung besar sudut α

Penyelesaian:
Perhatikan gambar disamping.
Cari panjang BD dengan rumus panjang diagonal bidang kubus yakni:
BD = s√2
BD = 4√2 cm
Cari panjang FS dengan teorema phytagoras, di mana panjang BS
merupakan setengah panjang diagonal bidang BD.
BS = ½ BD = ½ . 4√2 cm = 2√2 cm

FS = √(BS2 + BF2)
FS = √((2√2)2 + 42)

41 | P a g e
FS = √24
FS = 2√6 cm

sin α = FT/FS (FT = BS)


sin α = (2√2)/(2√6)
sin α = √2/√6
sin α = 1/√3
sin α = (1/3)√3
arc sin (1/3)√3 = 35,26°
Jadi, nilai sin α dan besar sudut α adalah (1/3)√3 dan 35,26°

F. PROYEKSI PADA BANGUN RUANG

1. Proyeksi titik pada bidang

Jika titik A diluar bidang H, maka proyeksi A pada bidang H ditentukan sebagai berikut :

a. Dari titik A dibuat garis g yang tegak lurus bidang H


b. Tentukan titik tembus garis g terhadap bidang H, misalnya titik B. Proyeksi titik A
pada bidang H adalah B. A

42 | P a g e
2. Proyeksi garis pada bidang

Menentukan proyeksi garis pada bidang sama dengan menentukan proyeksi dua buah titik
yang terletak pada garis ke bidang itu, dan proyeksi garis tadi pada bidang merupakan
garis yang ditarik dari titik-titik hasil proyeksi.

a. Jika sebuah garis tegak lurus pada bidang maka proyeksi garis ke bidang itu berupa
titik.
b. Jika garis sejajar bidang maka proyeksi garis ke bidang merupakan garis yang
sejajar dengan garis yang diproyeksikan.
Contoh : Diketahui limas beraturan T. ABCD dengan AB = 5 cm dan TA = 8 cm.
Hitunglah panjang proyeksi :
a. TB pada bidang ABCD
b. TB pada bidang TAC

D C

A B

a. Proyeksi T pada bidang ABCD adalah titik O. Jadi proyeksi TB pada bidang ABCD =
BOBO = ½ .AC

=½ AB 2  BC 2

=½ 25  25

43 | P a g e
=½ 5 2

5
= 2 cm
2

b. Proyeksi TB pada bidang TAC = TO

TO = TB 2  BO 2

25
= 64 
2

103
=
2

1
= 206 cm
2

44 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ini hanyalah sebagian kecil permasalahan dalam matematika. Permasalahan matematika


tidaklah mencakup hal yang sempit tetapi juga mencakup hal yang lebih luas.

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau refrensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah
di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis
khususnya dan juga para pembaca.

B. SARAN

45 | P a g e
pada materi tiga dimensi ini diharapkan supaya kita sebagai siswa untuk belajar
lebih giat hal ini dikarenakan materi tiga dimensi ini sangat penting untuk
dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA

Tim Matematika SMA, 2004. Matematika 1 Untuk SMA Kelas X, Jakarta :

PT. Galaxy Puspa Mega.

Sartono Wirodikromo, 2006. Matematika untuk SMA Kelas X, Jakarta : Penerbit Erlangga.

MGMP Matematika Kota Semarang, 2007. LKS Matematika SMA / MA, Semarang : CV.
Jabbaar Setia.

http://mafia.mafiaol.com/2014/04/cara-menentukan-sudut-antara-bidang-dan-bidang-pada-
bagun-ruang.html

http://muhammadredo29.blogspot.com/2013/10/proyeksi.html

http://media.p4tkmatematika.org/proyeksi-titik-pada-garis/

http://mafia.mafiaol.com/2014/04/cara-mencari-besar-sudut-antara-garis-dan-bidang.html

http://mafia.mafiaol.com/2014/04/cara-menghitung-sudut-antara-garis-dan-garis.html

46 | P a g e
http://mafia.mafiaol.com/2014/04/cara-menghitung-jarak-bidang-ke-bidang.html

47 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai