Anda di halaman 1dari 5

ВАВ XVIII

MODEL EKONOMI TERBUKA

18.1. Ekspor dan Impor

Di dalam ekonomi terbuka dua variabel perla ditambahkan, yakni ekspor (X) serta impor (M) barang dan
jasa. Karena ekspor berasal dari produksi dalam negeri dijual/dipakai oleh penduduk luar negeri, maka
ekspor merupakan injeksi ke dalam aliran pendapatan seperti halnya investasi: Sedangkan impor
merupakan kebocoran dari pendapatan Karen’s menimbulkan aliran modal ke luar negeri. Oleh karena
inu pendapatan yang ditimbulkan karena proses produksi dapat digunakan untuk menbeli barang dan
jasa dalam negeri (C). Atau keluar dari aliran pendapatan sebagai tabungan (S) atau pembelian barang
dari luar negeri (M)

Ekspor bersih, yakni (X-M) adalah jembatan yang mengihubungkan antara pendapatan nasional dengan
transaksi internasional. Ekspor bersih merupakan salah satu komponen permintaan agregat: GNP = C+1
+ G + (X-М).

Untuk sementara sektor pemerintah ditiadakan, maka diperoleh GNP =C + I + (X- M). Jika impor
dikeluarkan dari konsumsi dan investasi artinya C dan I hanya untuk membeli produksi dalam negeri
maka pengeluaran agregat untuk produksi dalam negeri menjadi: GNP = C + I + X. Untuk satu periode
tertentu, produksi yang dihasilkan nilainya akan sama dengan pendapatan yang diciptakan dan
pendapatan ini digunakan untuk konsumsi produksi dalam negen, barang impor atau ditabung sehingga:
GNP =C+M+S. Konsekuensinya:

C + I + X = C + M + S atau I + X = S + M.

sehingga: S= I + (X-M)

Artinya, surplus perdagangan internasional (X - M) menunjukkanakumulasi aset luar negeri atau sering
disebut investasi luar negeri bersih(net foreign investment). Dengan demikian tabungan dalam negeri
dapat ditanamkan di dalam negeri (investasi) atau digunakan untuk membeliaset luar negeri melalui
aliran modal ke luar negeri.

I + X = S +M adalah identitas pendapatan nasional yang selalu benar dalam realita. Tetapi ini tidak selalu
menunjukkan bahwa apa yang direncanakan oleh individu baik sebagai investor, eksportir, penabung
atau importir, pada suatu periode selalu sama. Apabila I + X = S + M itu sama dalam arti yang
direncanakan (I + X) yang direncanakan = (S+ M) yang direncanakan, maka ekonomi (GNP) dikatakan
dalam keadaan keseimbangan.

Dengan anggapan bahwa harga dan tingkat bunga tetap, maka impor seperti halnya tabungan
tergantung (secara positif) pada pendapatan. Makin tinggi pendapatan, makin tinggi impor. Tabel
berikut menunjukkan hubungan tersebut:

Dua konsep penting yang berhubungan dengan fungsi impor ini adalah average propensity to import
(APM) dan marginal propensity to import (MPM). APM adalah proporsi pendapatan yang digunakan
untuk membeli barang impor = M/Y, sedangkan MPM adalah proporsi dari kenaikan (penurunan)
pendapatan yang digunakan untuk menambah (mengurangi) impor = AM/AY.
Secara grafik MPM ditunjukkan dengan sudut arah dari fungsi impor. Karena fungsi impor merupakan
garis lurus, maka AM/AY konstan. Dalam ekonomi terbuka pendapatan digunakan untuk konsumsi
barang dalam negeri (C), impor (M) atau ditabung (S), konsekuensinya: APC + APS+ APM = 1. Karena
setiap tambahan pendapatan juga digunakan untuk menambah C, S atau M, maka: MPC + MPS + MPM =
1.

Impor tidak hanya tergantung pada pendapatan. Faktor lain yang juga mempengaruhi, seperti misalnya
daya saing produksi dalam negeri, selera dan sebagainya. Perubahan faktor-faktor ini akan menggeser
fungsi impor. Seperti misalnya karena inflasi terjadi di dalam negeri sehingga daya saing menurun, maka
impor cenderung naik dan kurva impor bergeser ke atas.

Ekspor suatu negara adalah impor negara lain. Dengan harga dianggap tetap, ekspor tergantung dari
pendapatan luar negeri bukan pendapatan nasional negara tersebut. Oleh karena itu dalam diagram
ekspor pendapatan nasional, fungsi ekspor digambarkan sebagai garis lurus horizontal. Artinya, ekspor
tidak tergantung pada pendapatan nasional. Secara

grafik dapat digambarkan sebagai berikut:

Berapa pun besarnya pendapatan nasional, ekspor tetap. Ini berarti pendapatan nasional tidak
mempengaruhi ekspor. Tetapi sebaliknya, seperti halnya investasi, ekspor mempengaruhi pendapatan
nasional.

I + X merupakan injeksi dalam perekonomian sedang S + M merupakan kebocoran. Keduanya dapat


secara grafik digambarkan sebagai berikut:

18.2. Keseimbangan dalanm Ekonomi Terbuka

Keseimbangan output atau pendapatan nasional tercapas apabila penawaran agregat sama dengan
permintaan agregat, yang terdiri dari C ,I dan X. Alternatifnya, tingkat output atau pendapatan dalam
mana injeksi (I + X) yang direncanakan sama dengan kebocoran (S+ M) yang direncanakan.

Dengan menggunakan contoh angka-angka dapatlah dijelaskan proses terjadinya keseimbangan. Apabila
kondisi di atas tidak terpenuhi akan terjadi proses perubahan yang mengarah pada keseimbangan
dengan kondisi (I + X) = (S+ M).

Misalkan, produsen menghasilkan barang dan jasa senilai Rp190,00 dalam satu periode. Penawaran
agregat ini sama dengan pendapatan yang diterima oleh rumah tangga. Dari pendapatan ini Rp150,00
digunakan untuk konsumsi (C), Rp10,00 untuk impor (M) dan Rp30,00 ditabung (S). S dan M merupakan
kebocoran dari aliran pendapatan. Produsen melakukan investasi sebesar Rp25,00 dan ekspor Rp15,00.
Keadaan ini digambarkan dalam aliran melingkar tersebut di bawah ini.

Penawaran agregat sebesar Rp190,00 sama dengan permintaan agregat Rp190,00 yang terdiri dari:
konsumsi Rp150,00 investasi Rp25.00 dan ekspor Rp15,00. Semua output yang dihasilkan produsen
dijual semua kepada konsumen, investor dan orang asing. Tidak ada tambahan atau pengurangan
persediaan sehingga tidak ada dorongan untuk mengubah tingkat produksi (output). Dengan demikian
GNP sebesar Rp190,00 dalam keadaan keseimbangan. Hal yang sama dapat dijelaskan dengan
pendekatan kedua (kebocoran dan injeksi). Injeksi (I + X) yang direncanakan/diinginkan sama dengan
kebocoran (S + M) yang direncanakan/diinginkan, yakni Rp40,00. Tidak ada perubahan jumlah
persediaan sehingga tidak adadorongan bagi produsen untuk mengubah tingkat produksi (output).
Secara skematis posisi keseimbangan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.

Apabila kebocoran tidak sama dengan injeksi atau sama saja penawaran agregat tidak sama dengan
permintaan agregat, maka akanterjadi proses menuju ke arah keseimbangan, Contoh berikut
menjelaskan hal ini.

Misalkan, produsen menghasilkan Rp140,00 (ini merupakan penawaran agregat) dan dari produksi ini
menciptakan pendapatan sebesar Rp140,00 pula. Dari pendapatan ini rumah tangga menggunakan
Rp120,00 untuk konsumsi, Rp5,00 untuk impor dan Rp15,00 ditabung. Produsen melakukan investasi
sebesar Rp25,00 dan ekspor sebesar Rp 15,00.

Dengan demikian output produsen tersebut dijual kepada konsumen senilai Rp120,00, investasi Rp25,00
dan orang asing senilai Rp15,00, total semuanya senilai Rp160,00. Ada kelebihan permintaan senilai
Rp20,00 dan ini dipenuhi oleh produsen dengan cara mengurangi persediaan (dengan anggapan harga
barang tetap). Karena persediaan semakin berkurang maka produsen akan menaikkan output dan
dengan begitu juga employment akan naik.

Keadaan ketidakseimbangan tersebut dapat digambarkan dengan aliran melingkar sebagai berikut:

Dengan pendekatan kebocoran dan injeksi proses mencapai keseimbangan dapat dijelaskan sebagai
berikut:

Rumah tangga merencanakan/menginginkan untuk menabung sebesar Rp15,00 dan impor sebesar
Rp5,00 sehingga nilai kebocoran dari aliran pendapatan sebesar Rp20,00. Produsen merencanakan
melakukan investasi senilaiRp25,00 dan ekspor sebesar Rp15,00 sehingga total nilai injeksi sebesar
Rp40,00. Injeksi (I + X) yang direncanakan (Rp40.00) lebih besar dari kebocoran (S + M) yang
direncanakan (Rp20,00), persis sama dengan kelebihan permintaan di atas penawaran agregat.
Kelebihan permintaan ini dipenuhi dengan pengurangan persediaan. Karena turunnya persediaan sama
dengan turunnya investasi maka kesamaan antara (I + X) dengan (S + M) yang nyata terjadi (realized)
akan tercapaí. Dengan demikian turunnya persediaan membuat ketidaksamaan antara (I + X) dengan (S
+ M) yang direncanakan menjadi kesamaan antara (I + X) dengan (S + M) yang nyata terjadi. Mekanisme
ini (turunnya persediaan) yang mengakibatkan produsen menaikkan produksi, dan dengan demikian
juga pendapatan sampai keadaan keseimbangan yang baru tercapai.

Secara skematis dapat pula dijelaskan sebagai berikut:

Grafik berikut menggambarkan adanya keseimbangan dalam ekonomi terbuka.

Keseimbangan GNP atau pendapatan (YE) terjadi pada titik potong antara (S + M) dan (I + X). Apabila
GNP lebih tinggi dari YE+ yakni jika (S + M) > (I + X) akan terjadi penumpukan persediaan yang tidak
diinginkan (unintended inventory), sehingga kegiatan mengecil (GNP turun). Sebaliknya pada GNP lebih
rendah dari YE+. yakni jika (I +X) > (S + M), akan terjadi penurunan persediaan, sehingga kegiatan
ekonomi meningkat (GNP naik). Hanya pada YE kegiatan ekonomi (GNP) akan dapat bertahan lama.

18.3. Memasūkkan Sektor Pemerintah

Sektor pemerintah tercermin pada pengeluaran pemerintah untuk membeli barang dan jasa (G) dan
pajak (T).
Pengeluaran pemerintah (G) sebagai injeksi pada aliran pendapatan sedang pajak (T) sebagai kebocoran.

Permintaan agregat (sisi pengeluaran dari GNP) menjadi: GNP = C +1+ G+ (X- M). Nilai output yang
dihasilkan sama dengan pendapatan yang diciptakan (dari proses produksi), yang kemudian digunakan
untuk konsumsi (C), ditabung (S) atau membayar pajak (T):

GNP = Y = C + S + T

GNP = C + I + G + (X - M)

C + I + G + (X- M) = C + S + T; C dihilangkan

I + G + (X - M) = S + T; atau:

(X - M) = (S + I )+(T-G); atau

(M-X) = (I-S) + (G-T)

Defisit Kelebihan Budget

neraca per- investasi. defisit

dagangan di atas pemerintah

tabungan

Dengan demikian terlihat jelas hubungan antara sektor luar negeri dengan budget pemerintah serta
investasi dan tabungan dalam negeri. MisalnyaMisalnya, satu negara yang surplus neraca
perdagangannya (seperti Jepang), maka tabungan dalam negeri (termasuk pemerintah) lebih besar dari
investasi.

18.4. Multiplier pada Ekonomí Terbuka

Untuk sejumlah tertentu S, I, M dan X terdapat satu titik keseimbangan/ekuikbrium output (YE) tertentu.
Apabila keempat variabel tersebut berubah, titik keseimbangan ini akan berubah pula. Guna
menyederhanakan analisis dianggap (S + M) relatif stabil, sedang I dan X berfluktuasi. Perubahan I atau X
akan menggeser kurva (I + X).

Perubahan ekspor (X) mempunyai dampak ganda (multiplier) yangsama dengan investasi (I). Misalkan,
pada awalnya pendapatan berada di bawah YE (ada pengangguran) dan terjadi kenaikan ekspor karena
kenaikan permintaan dari luar negeri. Kenaikan ekspor dianggap permanen (jadi kurva I + X bergeser ke
atas). Untuk memenuhi kenaikan ekspor ini produsen harus menambah jumlah produksi dengan cara
menambah penggunaan faktor produksi. Pada periode pertama, di mana terjadi ekspansi ekspor (AX),
pendapatan akan naik sejumlah AX juga. Periode kedua kenaikan X (atau AX) berlanjut. Tetapi sebagai
tambahan, penerima pendapatan pada periode pertama membelanjakan sebagian dari tambahan
pendapatan yang diperoleh (tambahan konsumsi atau AC) sehingga masuk kembali dalam aliran
pendapatan. Besarnya bagian tambahan pendapatan yang dibelanjakan ini adalah MPC. Sisanya yang
tidak dibelanjakan merupakan kebocoran dari aliran pendapatan yang dalam ekonomi terbuka, dapat
berupa tabungan (besarnya ditentukan oleh MPS) dan impor (besarnya ditentukan oleh MPM). MPC +
MPS + MPM = 1.
Pada periode ketiga, kenaikan AX tetap berlanjut, tetapi penerima pendapatan pada periode kedua
membelanjakan sebagian dari tambahan pendapatan untuk konsumsi (besarnya ditentukan oleh MPC).
Sisanya digunakan untuk tabungan (S) dan impor (M). Yang merupakan kebocoran dari aliran
pendapatan.

Besarnya ditentukan oleh MPS dan MPM. Proses kenaikan pengeluaran (dan dengan demikian juga
pendapatan) terus berlangsung dan semakin mengecil sampai pendapatan atau output mencapai
keseimbangan yang baru.

Apabila proses ini telah berhenti, kenaikan pendapatan dalam perekonomian akan merupakan perkalian
dari kenaikan awal ekspor (AX). Perbandingan (rasio) antara besarnya kenaikan pendapatan dengan
kenaikan ekspor (AY/AX) disebut multiplier. Tetapi karena sebagian kebocoran ini untuk impor maka
besarnya multiplier dalam ekonomi terbuka lebih kecil dibanding dengan ekonomi tertutup. Multiplier
ini sering disebut dengan multiplier perdagangan luar negeri (foreign trade multiplier).

Untuk mendapatkan formula multiplier dapatlah digunakan gambar berikut: (hal 250)

Keseimbangan awal adalah OY, dengan (I+ X)1. Misalkan, I atau X naik sehingga kurva (I+ X) menjadi (I +
X)2, menghasilkan keseimbangan pendapatan yang lebih tinggi yakni OY2. Pada titik OY2 ini tabungan
dan impor juga lebih tinggi dan nilainya sama dengan (I+ X)2. Pada OY1 dan OY2 tetap berlaku kondisi (I
+ X) = (S+ M), sama juga A(I+ X) = A (S + M).

Secara grafik, rasio A(S + M)/AY sama dengan sudut arah (slope) kurva (S + M), yang tidak lain adalah
(MPS + MPM). Multiplier adalah AYIA(I + X) atau kebalikan dari rasio di atas. Konsekuensinya, multiplier
perdagangan luar negeri (k) adalah:

Sebagai contoh, apabila diketahui bahwa: MPC = 0,6; MPS = 0,3 dan MPM = 0,1 maka kenaikan ekspor
sebesar Rp10,00 akan menaikan Y sebesar: 10 x 2,5 = Rp 25,00. selanjutnya Kenaikan konsumsi,
tabungan dan impor akan sebesar:

Anda mungkin juga menyukai