Materi Aspek Hukum
Materi Aspek Hukum
EKONOMI
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang selalu membimbing hamba- Nya. Atas pertolongan
dan tuntunan-Nya penyusunan ebook dengan judul ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI
dapat diselesaikan.
Penulis berusaha untuk membuat ebook ini sebaik mungkin, namun karena
keterbatasan yang ada, sangat terbuka kemungkinan terdapat kesalahan. Karena itu tim
penulis mengharap masukan positif dari semua pihak untuk perbaikan ebook ini.
Dengan penuh kerendahan hati, tim penulis menyampaikan terima kasih yang tidak
terhingga kepada semua pihak yang langsung maupun tidak langsung, turut andil dan
memotivasi penyelesaian ebook ini
Tim penulis menyadari bahwa penulisan ebook ini masih jauh dari sempurna, namun tim
penulis berharap semoga penulisan ebook ini bermanfaat bagi semua pihak.
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ............................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................... iii
BAB 1 Pengertian Hukum & Hukum Ekonomi
1.1 Pengertian Hukum .................................................... 1
1.2 Tujuan Hukum dan Sumber-sum.............................. 1
1.3 Manfaat Hukum dari Berbagai Aspek....................... 1
1.4 Pengertian Ekonomi dan Hukum Ekonomi............... 2
BAB 2 Subyek dan Obyek Hukum
2.1 Subyek Hukum ......................................................... 3
2.2 Obyek Hukum Obyek Hukum ................................. 4
BAB 3 Hukum Perdata
3.1 Sejarah Singkat Hukum Perdata .......... ... ............... 5
3.2 Pengertian Hukum Perdata....................................... 5
3.3 Keadaan Hukum Di Indonesia................................. 6
3.4 Sistematika Hukum Perdata Di Indonesia................ 6
BAB 4 Hukum Perikatan
4.1 Pengertian Hukum Perikatan........................................ 8
4.2 Dasar Hukum Perikatan................................................ 8
4.3 Asas-Asas Hukum Perikatan....................................... 9
4.4 Wanprestasi dan akibat-akibatnya ............................... 9
4.5 Hapusnya Perikatan …. .............................................. 9
BAB 5 Hukum Perjanjian
5.1 Pengertian Standar Kontrak ............................... 10
5.2 Macam-macam Perjanjian ……………….......... 10
5.3 Syarat Sahnya Perjanjian......................................... 13
5.4 Saat Lahirnya Perjanjian .......................................... 14
5.5 Pembatalan dan Pelaksanaan Suatu Perjanjian....... 14
BAB 6 Hukum Dagang ( KUHD )
6.1 Hubungan Hukum Perdata dengan Hukum Dagang.... 15
6.2 Berlakunya Hukum Dagang........................................ 15
iii
6.3 Bentuk-bentuk Badan Usaha .................................15
BAB 7 Wajib Daftar Perusahaan
7.1 Dasar hukum wajib daftar perusahaan.................. 16
7.2 Ketentuan wajib daftar perusahaan…………........ 16
7.3 Tujuan wajib daftar perusahaan............................ 17
7.4 Kewajiban pendaftaran ............................................ 17
7.5 Cara & tempat serta waktu pendaftaran..................... 17
7.6 Hal – hal yang wajib didaftarkan............................ 17
BAB 8 Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
8.1 Pengertian Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)........... 18
8.2 Klasifikasi Hak Kekayaan Intelektual ………....... 18
8.3 Dasar Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia..
............................................................................ 18
8.4 Hak Cipta ................................................................... 18
8.5 Hak Paten………………………............................ 19
8.6 Hak Merk………………………........................... 19
8.7 Desain Industri …………………........................... 20
8.8 Rahasia Dagang …………………........................... 20
BAB 9 Wajib Daftar Perusahaan
9.1 Pengertian Konsumen........................................... 21
9.2 Azas dan Tujuan Perlindungan Konsumen ............... 21
9.3 Hak dan Kewajiban Konsumen.................................... 22
9.4 Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha............................ 22
9.5 Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha............... 23
9.6 Tanggung Jawab Pelaku Usaha ............................... 23
9.7 Sanksi Pelaku Usaha................................................. 23
BAB 10 Penyelesaian Sengketa Ekonomi
10.1 Pengertian Sengketa............................................ 25
10.2 Cara-cara Penyelesaian Sengketa …………........ 25
iv
BAB I
Pengertian Hukum & Hukum Ekonomi
Aristoteles
Hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat
masyarakat tetapi juga hakim.
R. Soeroso SH
Hukum adalah himpunan peraturan yang dibuat oleh yang berwenang dengan
tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri
memerintah dan melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan
sanksi hukuman bagi yang melanggarnya.
Abdulkadir Muhammad, SH
Hukum adalah segala peraturan tertulis dan tidak tertulis yang mempunyai
sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya.
1
1. Berorientasi pada eksploitasi sumber daya alam (resources use-oriented) sehingga
mengabaikan kepentingan konservasi dan keberlanjutan fungsi sumber daya alam,
karena hukum semata-mata digunakan sebagai perangkat hukum (legal
instrument) untuk mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi (economic
growth) dan peningkatan pendapatan dan devisa negara.
2. Berorientasi dan berpihak pada pemodal-pemodal besar (capital oriented),
sehingga mengabaikan akses dan kepentingan serta mematikan potensi-potensi
perekonomian masyarakat adat/lokal.
3. Menganut ideologi penguasaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang berpusat
pada negara/pemerintah (state-based resource management), sehingga orientasi
pengelolaan sumberdaya alam bercorak sentralistik.
4. Manajemen pengelolaan sumber daya alam menggunakan pendekatan sektoral,
sehingga sumber daya alam tidak dilihat sebagai sistem ekologi yang terintegrasi
(ecosystem).
5. Corak sektoral dalam kewenangan dan kelembagaan mennyebabkan tidak adanya
koordinasi dan keterpaduan antar sektor dalam pengelolaan sumber daya alam
6. Tidak diakui dan dilindunginya hak-hak asasi manusia secara utuh, terutama hak-
hak masyarakat adat/lokal dan kemajemukan hukum dalam penguasaan dan
pemanfaatan sumber daya alam.
BAB 2
2
2.1 Subyek Hukum
Subyek hukum adalah siapa yang mempunyai hak dan cakap untuk bertindak didalam
hukum atau dengan kata lain siapa yang cakap menurut hukum untuk mempunyai hak.
Menurut Ilmu hukum, subyek hukum adalah orang atau person dari setiap badan
hukum
ORANG sebagai sebagai subyek hukum dibedakan dalam 2 pengertian :
a. NATURLIJKE PERSOON (MENSELIJK PERSON), yang disebut orang
dalam bentuk manusia
b. RECHTS PERSOON, yang disebut orang dalam bentuk Badan Hukum atau
orang yang diciptakan hukum secara fiksi.
Badan Hukum (Rechts Persoon), terbagi 2 :
1) Badan Hukum Publik, yang sifatnya terlihat unsur kepentingan public
yang ditangani oleh Negara.
2) Badan Hukum Privat, yang sifatnya terlihat unsur-unsur kepentingan
individual dalam Badan Swasta.
MANUSIA sebagai subyek hukum
Manusia sebagai pribadi (Naturlijke person) sebagai subyek hukum
mempunyai hak dan mampu menjalankan haknya, dan dijamin oleh
hukum yang berlaku.
Manusia sebagai subyek hukum diatur secara luas pada Buku I tentang Orang
dalam KUHPer, Undang-Undang Orang Asing, dan beberapa perundang-
undangan lain.
Pasal 2 KUHPer menegaskan “anak yang ada dalam kandungan seorang
perempuan, dianggap sebagai telah dilahirkan bila kepentingan si anak
menghendakinya, namun bila si anak itu mati sewaktu dilahirkan, dianggap ia
tidak pernah ada”
3
- BENDA yang bersifat tidak kebendaan, hanya dapat dirasa oleh panca indera,
tidak dapat dilihat dan tidak dapat direalisasikan. Contoh : Merk perusahaan,
paten, ciptaan musik.
- BENDA yang bersifat kebendaan (Zakelijk rechten atau Materiele Qoederen)
dapat dibagi:
1. Benda bertubuh (berwujud)
“benda ini dapat dilihat, diraba, dirasa, dengan panca indera”
Terbagi menjadi :
a. Benda bergerak (benda tidak tetap)
1) Benda yang dapat dihabiskan, adalah beras, minyak, uang.
2) Benda yang tidak dapat dihabiskan, adalah mobil, perhiasan, pulpen,
arloji, dsb.
b. Benda tidak bergerak (benda tetap), yaitu Tanah, rumah, pabrik, kapal 20
m3 keatas, gedung, hak pakai, hak usaha, dll.
2. Benda tidak bertubuh (Tidak berwujud)
“benda ini dapat dirasakan dengan panca indera tetapi tidak dapat dilihat dan
diraba, tapi bisa direalisasikan menjadi 1 kenyataan”
Contoh : surat-surat berharga, wesel, cek, saham, obligasi, sertifikat.
4
BAB 3
Hukum Perdata
5
yang memuat segala peraturan yang mengatur bagaimana caranya melaksanakan praktek
di lingkungan pengadilan perdata.
6
BAB 4
Hukum Perikatan
Menurut Pitlo :
Perikatan adalah suatu hubungan hukum yang bersifat harta kekayaan antara 2 orang atau
lebih, atas dasar mana pihak yang satu berhak (kreditur) dan pihak lain berkewajiban (debitur)
atas sesuatu prestasi
Menurut Subekti :
Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara 2 pihak, yang mana pihak yang satu berhak
menuntut sesuatu dari pihak yang lainnya yang berkewajiban memenuhi tuntutan itu.
Di dalam hukum perikatan, terdapat sistem yang terbuka, dan yang dimaksud dengan
sistem terbuka adalah setiap orang dapat mengadakan perikatan yang bersumber pada
perjanjian, perjanjian apapun dan bagaimanapun, baik itu yang diatur dengan undang-undang
atau tidak, inilah yang disebut dengan kebebasan berkontrak, dengan syarat kebebasan
berkontrak harus halal, dan tidak melanggar hukum, sebagaimana yang telah diatur dalam
Undang-undang.
Perikatan terjadi karena undang-undang semata yaitu yang ada dalam pasal 104
KUH Perdata mengenai kewajiban alimentasi antara orang tua dan anak dan yang lain
dalam pasal 625 KUH Perdata mengenai hukum tetangga yaitu hak dan kewajiban
pemilik-pemilik pekarangan yang berdampingan.
Perikatan terjadi karena undang-undang akibat perbuatan manusia.
7
Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar hukum
(onrechtmatige daad) dan perwakilan sukarela ( zaakwarneming).
8
BAB 5
Hukum Perjanjian
Dalam Pasal 1313 KUHPerdata, perjanjian adalah suatu perbuatan di mana satu
orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.Pengertian ini
mengundang kritik dari banyak ahli hukum, karena menimbulkan penafsiran bahwa
perjanjian tersebut yang bersifat sepihak, padahal dalam perjanjian harus terdapat interaksi
aktif yang bersifat timbal balik di kedua belah pihak untuk melaksanakan hak dan
kewajiban masing-masing. Untuk itu secara sederhana perjanjian dapat dirumuskan sebagai
sebuah perbuatan dimana kedua belah pihak sepakat untuk saling mengikatkan diri satu
sama lain.
Standar Kontrak adalah perjanjian yang isinya telah ditetapkan terlebih dahulu secara
tertulis berupa formulir-formulir yang digandakan dalam jumlah tidak terbatas, untuk
ditawarkan kepada para konsumen tanpa memperhatikan perbedaan kondisi para
konsumen (Johannes Gunawan)
perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir (Mariam
Badrulzaman)
Perjanjian baku adalah perjanjian yang dipakai sebagai patokan atau pedoman bagi
siapapun yang menutup perjanjian dengannya tanpa kecuali, dan disusun terlebih
dahulu secara sepihak serta dibangun oleh syarat-syarat standar, ditawarkan pada
pihak lain untuk disetujui dengan hampir tidak ada kebebasan bagi pihak yang diberi
penawaran untuk melakukan negosiasi atas apa yang ditawarkan, sedangkan hal yang
dibakukan, biasanya meliputi model, rumusan, dan ukuran.
Jenis-jenis kontrak standar
Ditinjau dari segi pihak mana yang menetapkan isi dan persyaratan kontrak sebelum
mereka ditawarkan kepada konsumen secara massal, dapat dibedakan menjadi:
a. kontrak standar yang isinya ditetapkan oleh produsen/kreditur;
b. kontrak standar yang isinya merupakan kesepakatan dua atau lebih pihak;
c. kontrak standar yang isinya ditetapkan oleh pihak ketiga.
Ditinjau dari format atau bentuk suatu kontrak yang persyaratannya dibakukan, dapat
dibedakan dua bentuk kontrak standar, yaitu:
a. kontrak standar menyatu;
b. kontrak standar terpisah.
Ditinjau dari segi penandatanganan perjanjian dapat dibedakan, antara:
a. kontrak standar yang baru dianggap mengikat saat ditandatangani
b. kontrak standar yang tidak perlu ditandatangani saat penutupan.
9
B. Perjanjian Tukar Menukar
Pasal 1541 KUHPerdata menyatakan bahwa tukar menukar ialah suatu persetujuan
dengan mana kedua belah pihak mengikatkan dirinya untuk saling memberikan suatu
barang secara bertibal balik, sebagai gantinya barang lain.
Objek tukar menukar, dalam KUHPerdata adalah semua yang dapat diperjual
belikan, maka dapat menjadi objek tukar menukar. Terhadap hal ini juga dalam KUH
Perdata menyatakan bahwa semua pengaturan tentang jual beli juga berlaku untuk
perjanjian tukar menukar.
C. Perjanjian Sewa-Menyewa
Ketentuan KUH Perdata yang mengatur tentang sewa menyewa dapat dilihat pada
Pasal 1548 yang berbunyi:
”Sewa menyewa adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada yang lain kenikmatan dari suatu
barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga yang oleh
pihak yanag tersebut terakhir itu disanggupi pembayarannya”.
D. Perjanjian Persekutuan
Perjanjian persekutuan berbeda dengan perjanjian-perjanjian lainnya yang juga
bertujuan untuk mencari keuntungan bersama seperti Firma, maupun Perseroan
Terbatas, dikarenakan dalam persekutuan perjanjian hanya lah antara para pihak yang
mengikatkan dirinya dan tidak mempunyai pengaruh ke luar kepada pihak yang lain.
Begitu juga sebalikna, pihak ketiga tidak mempunyai kepentingan bagaimana
diaturnya kerjasama dalam persekutuan itu, karena para sekutu bertanggungjawab
secara pribadi atau perseorangan tentang hutang-hutang yang mereka buat.
E. Perjanjian Perkumpulan
Perjanjian Perkumpulan menurut perjanjian yang dibuat oleh para pihak yang
bertujuan untuk mencapai tujuan tertentu dengan tidak mencari keuntungan tertentu,
dalam hal mana kerja sama ini disusun dengan bentuk dan cara sebagaimana yang
diatur dalam “anggaran dasar” ataupun “statuten” nya.
F. Perjanjian Hibah
Perjanjian Hibah adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah (pemberi
hibah) pada masa hidupnya, dengan cuma-cuma dan tidak dapat ditarik kembali,
menyerahkan sesuat barang guna keperluan si penerima hibah yang menerima
penyerahan tersebut. Pengaturan atas hibah didapat pada Pasal 1666 sampai dengan
1693 KUH Perdata.
Menelaah dari pengertian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa perjanjian
adalah bersifat sepihak, dikarenakan dalam perjanjian ini pihak penerima hibah tidak
perlu memberikan kontraprestasi sebagai imbalan kepada pihak penghibah.
G. Perjanjian Penitipan Barang
Perjanjian Penitipan barang merupakan suatu perjanian riil yang baru akan
terjadi apabila seseorang telah menerima sesuatu barang dari seorang lain dengan
syarat bahwa ia akan menyimpannya dengan mengembalikanya dalam wujud asal.
Dasar hukumnya bisa dapati pada Pasal 1694 KUH Perdata.
H. Perjanjian Pinjam-Pakai
Perjanjian pinjam pakai adalah perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan suatu barang kepada pihak yang lainnya untuk dipakai dengan Cuma-
Cuma, dengan syarat bahwa yang menerima barang ini setelah memakai atau setelah
lewat waktu tertentu akan mengembalikannya. Pengaturan umum bisa kita dapatkan
pada Pasal 1794 KUH Perdata. Perjanjian pinjam pakai mensyaratkan pihak yang
10
meminjam pakai untuk mengembalikan barangnya dan memperlakukan barangnya
sebagaimana bapak rumah yang baik . dan terhadap objeknya ditentukan adalah setiap
barang yang dapat dipakai oleh orang dan mempunyai sifat tidak musnah karena
pemakaian.
I. Perjanjian Pinjam Meminjam
Perjanjian pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang
satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang
menghabiskan karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan
mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula. Ketentuan
umum terhadapnya dalapat kita lihat pada Pasal 1754 KUH Perdata.
Perjanjian pinjam meminjam mensyaratkan bahwa pihak yang meminjamkan
barang tidak boleh meminta kembali apa yang telah dipinjamkannya sebelum
lewatnya waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian. Sedangkan si peminjam
adalah berkewajiban untuk mengembalikanya dalam bentuk dan jumlah serta mutu
yang sama.
J. Perjanjian Untung-Untungan
Perjanjian ini adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung ruginya,
baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak adalah bergantung pada suatu
keadaan yang belum tentu. Yang termasuk dalam perjanjian ini adalan perjanjian
pertanggungan, bunga cagak hidup dan perjudian dan pertaruhan. Pasal 1774 KUH
perdata mengatur tentang perjanjian untung-untungan yang menyatakan bahwa suatu
perjanjian untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya mengenai untung
ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak, adalah bergantung
kepada suatu keadaan yang belum tentu.
K. Perjanjian Penanggungan
Penanggungan adalah perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga, guna
kepentingan si berpiutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si
berhutang ketika orang ini sendiri tidak memenuhinya. Ketentuan tentang
penaggungan kita dapatipada Pasal 1820 KUH Perdata.
L. Perjanjian Perdamaian
Pasal 1851 KUH Perdata mengatur tentang perjanjian perdamaian, yang
merupakan perjanjian dengan mana kedua belah pihak dengan menyerahkan,
menjanjikan, atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang
bergantung atau mencegah timbulnya suatu perkara. Perjanjian perdamaian harus
dibuat dalam bentuk tertulis, apabila terjadi perdamaian dibuat secara tidak tertulis
adalah tidak sah.
Perjanjian perdamaian adalah hanya terbatas pada apa yang termaktub dalam
perjanjian tersebut, oleh karena itu, setiap perdamaian hanya mengakhiri apa yang
dimaksud dalam perjanjian baik dirumskan secara khusus maupun umum.
M. Perjanjian Pengangkutan
Perjanjian pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara pengangkut
dengan pengirim dalam hal mana pengangkut mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat
tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim adalah mengikatkan diri untuk
membayar uang angkutan.
Objek dari perjanjian pengangkutan adalah barang dan orang. Untuk
pengangkutan barang, biasanya ditandai dengan tanda bukti pengiriman barang berupa
surat angkutan dan sifatnya adalah wajib ada. Isinya denga tegas harus
mencantumkan tentang muatan yang diangkut serta bagaimana tanggung jawab dari
pengangkut. Dalam perkembangannya, perjanjian pengangkut dituangkan dalam suatu
11
kontrak standar yang klausula-klausula nya telah ditentukan secara sepihak oleh pihak
pengangkut, dan seringkali juga membatasi tanggung jawab pengangkut dalam
perjanjian tersebut.
Untuk perjanjian pengangkutan orang adalah ditandai dengan diterbitkannya tanda
bukti berupa tiket atau karcis penumpang.
N. Perjanjian Kredit
Perjanjian ini adalah perjanjian penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antara pihak bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, ibalan atau pembagian
keuntungan.
O. Perjanjian Pembiayaan Konsumen
Yaitu perjanjian penyediaan dana bagi konsumen untuk pembelian barang yang
pembayarannya dilakukan secara angsuran.
P. Perjanjian Kartu Kredit
Yaitu perjanjian menerbitkan katu kredit yang dapat dimanfaatkan
pemegangnya untuk pembayaran barang dan jasa.
Q. Perjanjian Ke-Agen-an
Yaitu perjanjian dimana agen adalah perusahaan yang bertindak atas nama
prinsiple untuk kemudian menyalurkannya kepada konsumen dengan mendapatkan
komisi. Barang-barang adalah tetap menjadi milik nya si prinsiple.
R. Perjanjian Distributor
Yang mana dalam perjanjian ini, distributor bertindak atas namanya sendiri ia
membeli suatu barang dari produsen dan menjualnya kembali kepada konsumen untuk
kepentingan sendiri.
S. Perjanjian Sewa Guna Usaha (leasing)
Perjanjian sewa guna usaha (leasing) ini adalah perjanjian yang memberikan
barang modal, baik dilakukan secara sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating list)
untuk dipergunakan oleh leasee selama jangka waktu tertentu dengan pembayaran
berkala;
T. Perjanjian Anjak Piutang (factoring agreement)
Yaitu pembiayaan dalam bentuk pembelian dan pengalihan serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi Perdagangan
dalam dan luar negeri;
U. Perjanjian Modal Ventura
Yaitu perjanjian penyertaan modal usaha dalam suatu perusahaan mitra dalam
mencapai tujuan tertentu seperti pengembangan suatu penemuan baru, pengembangan
perusahaan awal yang kesulitan modal, pengembangan proyek penelitian dan rekayasa
serta berbagai pengembangan usaha dengan menggunakan teknologi.
5.3 Syarat Sahnya Perjanjian
Berdasar ketentuan hukum yang berlaku pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, suatu perjanjian dinyatakan sah apabila telah memenuhi 4 syarat komulatif yang
terdapat dalam pasal tersebut, yaitu :
1. Adanya kesepakatan para pihak untuk mengikatkan diri
Bahwa semua pihak menyetujui/sepakat mengenai materi yang diperjanjikan, dalam
hal ini tidak terdapat unsur paksaan, intimidasi ataupun penipuan.
2. Kecakapan para pihak untuk membuat perjanjian
Kata kecakapan yang dimaksud dalam hal ini adalah bahwa para pihak telah
dinyatakan dewasa oleh hukum, (ukuran dewasa sesuai ketentuan KUHPerdata adalah
telah berusia 21 tahun; sudah atau pernah menikah), tidak gila, tidak dibawah
12
pengawasan karena perilaku yang tidak stabil dan bukan orang-orang yang dalam
undang-undang dilarang membuat suatu perjanjian tertentu.
3. Ada suatu hal tertentu
Bahwa obyek yang diperjanjikan dapat ditentukan dan dapat dilaksanakan oleh para
pihak.
4. Adanya suatu sebab yang halal
13
BAB 6
Hukum Dagang ialah hukum yang mengatur tingkah laku manusia yang turut
melakukan perdagangan untuk memperoleh keuntungan . atau hukum yang mengatur
hubungan hukum antara manusia dan badan-badan hukum satu sama lainnya dalam lapangan
perdagangan. Pada awalnya hukum dagang berinduk pada hukum perdata. Namun, seiring
berjalannya waktu hukum dagang mengkodifikasi(mengumpulkan) aturan-aturan hukumnya
sehingga terciptalah Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ( KUHD ) yang sekarang telah
berdiri sendiri atau terpisah dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ( KUHPer ).
14
BAB 7
15
Pengusaha adalah setiap orang perseorangan atau persekutuan atau badan hukum yang
menjalankan sesuatu jenis perusahaan. Dalam hal pengusaha perseorangan, pemilik
perusahaan adalah pengusaha yang bersangkutan.
Usaha adalah setiap tindakan, perbuatan atau kegiatan apapun dalam bidang
perekonomian, yang dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh
keuntungan dan atau laba;
Menteri adalah Menteri yang bertanggungjawab dalam bidang perdagangan.
16
BAB 8
17
• UU Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982 tentang
Hak Cipta (Lembaran Negara RI Tahun 1987 Nomor 42)
• UU Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas UU Nomor 6 Tahun 1982
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 7 Tahun 1987 (Lembaran Negara RI
Tahun 1997 Nomor 29)
18
Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi
garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk
tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan
dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan
suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. (Pasal 1 Ayat 1)
19
BAB 9
Perlindungan Konsumen
20
9.3 Hak dan Kewajiban Konsumen
Hak Konsumen adalah :
Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
dan/atau jasa
Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan
Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa
Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan
Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut
Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen
Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
barang/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya
21
memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang
dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat
dan/atau yang diperdagangkan;
memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa
yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
b. Sanksi Administrasi : Maksimal Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah), melalui
BPSK jika melanggar Pasal 19 ayat (2) dan (3), 20, 25
c. Sanksi Pidana :
22
Kurungan :
- Penjara, 5 tahun, atau denda Rp. 2.000.000.000 (dua milyar -rupiah)
(Pasal 8, 9, 10, 13 ayat (2), 15, 17 ayat (1) huruf a, b,c, dan e dan Pasal 18
- Penjara, 2 tahun, atau denda Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
(Pasal 11, 12, 13 ayat (1), 14, 16 dan 17 ayat (1)huruf d dan f
•Ketentuan pidana lain (di luar Undang-undang No. 8 Tahun. 1999
tentang Perlindungan Konsumen) jika konsumen luka berat, sakit berat,
cacat tetap atau kematian
•Hukuman tambahan , antara lain :
- Pengumuman keputusan Hakim
- Pencabuttan izin usaha;
- Dilarang memperdagangkan barang dan jasa ;
- Wajib menarik dari peredaran barang dan jasa;
- Hasil Pengawasan disebarluaskan kepada masyarakat .
23
BAB 10
24
kompromi tersebut diharapkan akan tercipta win-win solution dan akan mengakhiri
sengketa tersebut secara baik.
b. Litigasi adalah sistem penyelesaian sengketa melalui lembaga peradilan. Sengketa
yang terjadi dan diperiksa melalui jalur litigasi akan diperiksa dan diputus oleh
hakim. Melalui sistem ini tidak mungkin akan dicapai sebuah win-win solution
(solusi yang memperhatikan kedua belah pihak) karena hakim harus menjatuhkan
putusan dimana salah satu pihak akan menjadi pihak yang menang dan pihak lain
menjadi pihak yang kalah. Kebaikan dari sistem ini adalah: ruang lingkup
pemeriksaannya yang lebih luas (karena sistem peradilan di Indonesia terbagi
menjadi beberapa bagian yaitu peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer
dan peradilan Tata Usaha Negara sehingga hampir semua jenis sengketa dapat
diperiksa melalui jalur ini).
25
DAFTAR PUSTAKA
F.Katuuk, Neltje (1994) ,Diktat Kuliah Aspek Hukum Dalam Bisnis, Gunadarma Jakarta
Burton Simatupang . Richard, S.H (2003).,Aspek Hukum dalam Bisnis Edisi Revisi,., Rineka
Cipta Jakarta
Margono, S.H, Suyud.(2001). Hak Kekayaan Intelektual, C.V. Novindo Pustaka Mandiri,
Jakarta
http://evianthyblog.blogspot.com/2011/03/hukum-perjanjian-standar-kontrak.html
http://patriciasimatupang.wordpress.com/2012/06/05/syarat-sahnya-perjanjian-saat-lahirnya-
perjanjian-dan-pembatalan-pelaksanaan-suatu-perjanjian/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/05/hukum-perjanjian-16/
26