Anda di halaman 1dari 17

PRAKTIKUM BIOEKOLOGI OPT

ISOLASI DAN INOKULASI OPT VIRUS

Oleh:

KELOMPOK 4 A

Erlin Rohaini (181510501166)


Royhan Saidi (181510501045)
Intan Yurulita Sinaga (181510501115)

KELAS D

PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Virus merupakan salah satu pathogen yang menyerang tanaman yang sulit
untuk dimusnahkan. Virus merupakan mikroorganisme yang tubuhnya tersusun dari
salah satu asam nukleat (RNA/DNA), serta dilindungi oleh suatu selubung yang terdiri
dari protein, glikoprotein maupun lipid. Virus melakukan aktifitas hidupnya hanya
pada tanaman inangnya. Virus mampu hidup pada berbagai tempat dan kondisi,
termasuk pada tanaman budidaya maupun tanaman liar, air, permukaan kulit hewan
maupun manusia, dan serangga (Roossinck et al., 2015). Virus memiliki peranan yang
menguntungkan dan merugikan pada kehidupan, namun banyak virus yang ditemui
memiliki peran yang merugikan, sehingga virus diidentikkan dengan penyebab
penyakit. Virus yang biasa ditemukan pada bidang pertanian sebagian besar memiliki
peran yang cukup merugikan. Virus yang menjadikan tanaman sebagai inangnya
menyebabkan tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya, sehingga akan
mengalami kerusakan yang besar pada hasil panennya (Campbell dkk., 2002).
Penyebaran virus dapat melalui penularan, dimana penularan virus bisa terjadi
melalui banyak cara. Penularan virus dapat melalui vektor pembawa, perbanyakan
tanaman maupun melalui virus terbawa biji, namun ada beberapa virus yang
penyebarannya tidak dapat dilakukan melalui metode inokulasi mekanik (Alif dkk.,
2018). Virus dapat menyerang berbagai spesies tanaman budidaya, baik tanaman
pangan, hortikultura, maupun tanaman perkebunan. Serangan virus pada berbagai
spesies tanaman menyebabkan tanaman berpenyakit, sehingga akan menurunkan
tingkat produktivitas dari tanaman yang berdampak pada perolehan hasil akhir dari
budidaya tanaman. Serangan virus pada tanaman pasti meninggalkan gejala dan tanda
yang digunakan manusia sebagai indikator untuk mengetahui virus apa yang
menyerang tanaman tersebut.
Buah-buahan yang terserang virus dengan gejala munculnya bintik-bintik
berminyak pada bagian buah biasanya disebabkan oleh virus CMV (Cucumber
Mosaic Virus) (Lobin et al., 2015). Cucumber Mosaic Virus dapat menyerang
berbagai tanaman antara lain cabai, terong, dan mentimun. Langkah yang dapat
Laporan Praktikum Bioekologi OPT
diambil untuk menghentikan penyebaran virus yaitu dengan memusnahkan tanaman
yang terserang agar penyebarannya dapat dihentikan. Penggendalian juga dapat
melalui serangga vektor, dimana harus meminimalisir serangga vektor pada tanaman
agar tanaman tidak terinfeksi oleh virus yang dibawa oleh serangga. Infeksi virus pada
serangga vektor dapat menyebabkan perubahan dala siklus hidup, interkasi, serta
kesehatan serangga yang dapat mendukung serangga untuk menyebarkan virus yang
menginfeksi kepada inang lain (Islam et al., 2017).
Gejala awal yang ditimbulkan oleh virus Cucumber Mosaic Virus juga dapat
diketahui dengan munculnya gejala pertumbuhan tanaman yang melambat sehingga
tanaman tumbuh kerdil, dimana virus ini dapat ditemui pada tanaman tembakau
(Siregar, 2016). Tembakau juga dapat terserang virus Tobamovirus. Infeksi dari virus
ini mampu menyebabkan tanaman tembakau mengalami penurunan baik kualitas
maupun kuantitas yang akan berdampak pada pendapatan petani (Putri dkk., 2018).

1.2 Tujuan Praktikum

1. Untuk mengetahui proses penularan virus secara mekanis


2. Untuk mengetahui gejala Cucumbar Mosaic Virus (CMV) pada tanaman
cabai
3. Untuk mengetahui jenis tanaman inang CMV

Laporan Praktikum Bioekologi OPT


BAHAN & METODE

2.1 Alat
1. Kain kassa steril
2. Mortar dan penumbuknya
3. Kapas atau tissue
4. Gunting atau pisau

2.2 Bahan
1. Tanaman cabai yang terserang Cucumber Mosaic Virus
2. Tanaman cabai dalam pot yang berumur 2-3 minggu untuk diinokulasi
3. Buffer fosfat 0,01 M pH 7,0 untuk melindungi sel agar tidak terlisis dan
penyangga Ph
4. Karborundum 600 mesh untuk melukai jaringan tanaman
5. Alkohol 95% untuk sterilisasi tangan

2.3 Metode
1. Menyiapkan alat dan bahan
- Mengambil daun tanaman cabai sakit kurang lebih 5 gram dengan
meninggalkan tulang daunnya dan membersihkannya
- Memasukkan dalam mortar dan menumbuk sampai halus
- Menambahkan ± 10 ml buffer fosfat 0,01 M pH 7,0
- Melumatkan lagi dengan menggunakan penumbuk
- Menyerang sap yang diperoleh dengan menggunakan kain kassa steril
setelah daun halus
2. Menyiapkan tanaman cabai dalam pot yang berumur 2-3 minggu
3. Menaburi permukaan atas daun (2-3 daun tiap tanaman) dengan
menggunakan sedikit karborundum 600 mesh
4. Mengusap permukaan daun yang telah diberi karborundum
5. Memasukkan jari telunjuk ke dalam inokulum virus dan mengusapkan
kembali ke permukaan daun yang telah dilukai

Laporan Praktikum Bioekologi OPT


6. Membiarkan sejenak, lalu membilas permukaan daun dengan tetesan air.
Tetesan air dapat menggunakan kapas yang telah dicelupkan dalam air
7. Meletakkan tanaman cabai yang telah diinokulasi pada tempat yang
terdedah sinar matahari. Mengamati gejala yang muncul tiap hari ± 3
minggu
8. Mengamati gejala yang muncul dan penyimpangan-penyimpangan lainnya
9. Mendokumentasi setiap kegiatan
10. Membuat laporan

Laporan Praktikum Bioekologi OPT


HASIL PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan menggunakan carborundum
No. Foto Pengamatan Keterangan Perubahan Foto Daun yang
Daun Terserang Virus
1. • Warna daun masih
berwarna hijau

• Sedikit mengering pada


tepi daun

2. • Warna daun masih


berwarna hijau

• Sedikit mengeriting pada


tepi daun

• Bagian terluka mulai


menghitam kecoklatan

3. • Mengkeriting pada
bagian tepi daun

• Dibagian tengah daun


terdapat bercak
kecoklatan

4. • Tepi daun seperti robek


dan mengkeriting

• Terdapat bercak berwarna


coklat tua pada bagian
yang terluka

Laporan Praktikum Bioekologi OPT


5. • Muncul luka bercak yang
semakin jelas dibagian
tengah daun yang
berwarna kuning
kecoklatan

• Tepi daun muncul bercak


kering berwarna kuning
kecoklatan

6. • Warna bercak pada daun


yang terluka semakin tua

• Terdapat bercak kering


pada tepi daun berwarna
kuning kecoklatan

7. • Daun bagian pinggir mulai


mengeriting

• Bercak pada bagian yang


terluka semakin
membesar

Tabel 2. Hasil pengamatan menggunakan arang aktif


No. Foto Pengamatan Keterangan Perubahan Foto Daun yang
Daun Terserang Virus
1. • Warna tanaman masih
berwarna hijau

• Daun menggulung

• Daun mengering

• Daun layu

Laporan Praktikum Bioekologi OPT


2. • Tepi daun berwarna
kecoklatan

• Daun mengeriting dan


layu

• Daun mengkerut
(kisut)

3. • Daun mengkerut dan


layu

• Tepi daun berwarna


kuning kecoklatan

4. • Daun mengkerut dan


layu

• Tepi daun berwarna


kuning kecoklatan

• Batang melengkung
ke bawah/ layu

5. • Daun rontok dan hanya


tersisa daun kecil pada
pucuk

• Pucuk daun terdapat


bintik hitam

• Batang tanaman mulai


menguning

6. • Daun kecil pada


pucuk mulai layu dan
menggulung

• Batang tanaman mulai


layu

Laporan Praktikum Bioekologi OPT


7. • Daun yang tersisa
hanya daun kecil pada
pucuk

• Batang tanaman layu


dan kisut.

Berdasarkan tabel diatas yang merupakan hasil pengamatan dari isolasi dan
inokulasi virus dengan menggunakan dua pelakuan dalam yaitu dengan perlakuan
carborundum dan arang aktif. Hasil yang didapatkan ialah dapat diketahui bahwa
gejala inveksi virus ketika diberi perlakuan arang aktif lebih cepat menginveksi
daun daripada dengan perlakuan carborundum karena tekstur yang dimiliki oleh
arang aktif kasar dibandingkan dengan carborundum yang lebih halus. Gejala yang
terjadi pada perlakuan H+1 pada arang aktif, daun cabai sudah mulai mengkerut
dan menggulung serta mulai sedikit layu dan mengkreting. Dan selanjutnya pada
hari-hari berikutnya daun menampakkan gejala yang lebih serius hingga daun
berwarna kuning kecoklatan. Perlakuan yang diberikan pada daun dengan
menggunakan arang aktif terjadi lebih cepat daripada perlakuan dengan
carbonrumdum, Tetapi di akhir pengamatan hasil dari perlakuan keduanya
menyebabkan munculnya gejala dan teridentifikasi adanya virus kuning pada
tanaman cabai.

3.2 Pembahasan
Keberadaan patogen pada suatu tanaman secara tidak langsung akan
menghambat dari pertumbuhannya. Jenis patogen yang biasanya ada pada suatu
pertanaman dari proses pembenihan sampai pasca panen sepertijamur, bakteri dan
virus. Jenis patogen virus menyerang tanaman pada jaringannya. Praktikum acara 8
ini mengenai “Bioekologi Virus” ini mengidentifikasi keberadaan virus pada
pertanaman selama satu minggu.
Tanaman yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu tanaman cabai
(Capsicum annum L.). Tanaman cabai yang digunakan merupakan tanaman cabai
yang ditanam sendiri, sehingga menekankan keberadaan anti virus pada tanaman

Laporan Praktikum Bioekologi OPT


cabai. penyakit yang umumnya menyerang tanaman cabai yaitu tanaman cabai.
penyakit kuning disini pada tanaman cabai tidak terlepas pada penyebaran suatu
penyakit, penyakit ini yaitu virus Gemini (Singarimbun dkk., 2017).
Virus yang didapatkan pada inkubasi daun cabai yang terkena virus. Virus ini
didapatkan pada daun cabai yang telah dipotong dan digerus menggunakan mortar
stempler. Virus yang didapatkan selanjutnya dimasukkan kebagian daun yang
sebelumnya telah dilukai. Masa inkubasi yang berbeda pada suatu tanaman dapat
dipengaruhi oleh ekstrak suatu tanaman yang bertindak sebagai inhibator
(Kumalasari, 2015).
Bahan yang digunakan untuk melukai daun cabai yaitu menggunakan
karbarandum dan arang aktif. Karbarandum dan arang aktif digosokkankebagian daun
cabai hingga sedikit terluka sehingga akan melukai daun cabai secara halus dan tidak
sampai melukai secara luas. Pengamatan virus pada praktikum kali ini dilakukan pada
H+1, H+2, H+3, H+4, H+5, H+6 dan H+7. Hasil pengamatan pada H+1 pada daun
cabai yang dilukai dengan karborandum didapatkan warna tanaman yang masih hijau
dan mengeriting dibagian tepi. Daun yang dilukai arang aktif warnanya sama seperti
karborandum yaitu masih berawarna hijau.
Perbedaan pada perlakuan arang aktif terjadi pada H+3 yaitu daun cabai
mengkerut dan tepi daunnya berwarna kecoklatan. Pada H+4 pada batang cabai
melengkung kebawah atau dapat diindikasikan layu. Pada H+5 telah muncul bercak
pada bagian luka yang apabila dilihat secara langsung berawarna kuning kecoklatan.
Pada H+6 warna bercak tersebut semakin tua dan muncul bercak kecoklatan pada
bagian tepi daun. Asumsi virus yang menyerang tanaman cabai yaitu Begomovirus.
Penelitian Gaswanto (2016), menunjukkan pada tanaman cabai yang berwarna kuning
dan mengalami keriting pada daun menggambarkan tanaman cabai terinfeksi
Begomovirus.
Penagamatan pada perlakuan arang aktif terjadi pada H+2 yaitu daun cabai
telah berwarna kecoklatan. Pada H+7 daun cabai sudah mengecil. Pucuk daun cabai
yang hanya terlihat berwarna hijau karena bagian yang lainnya sudah mengalami
kerontokan. Pada bagian daun batang sudah mengalmai kisut. Pemanfaatan agens
pengendalian hayati serta pupuk organik cair yang digunakan sebagai imunisasi,
penyehat serta penyubur tanaman (Siregar, 2016).

Laporan Praktikum Bioekologi OPT


Pengamatan pada perlakuan karborandum dan arang aktif dapat dilihat bahwa
pada hari ketujuh, daun mengalami kerusakan jaringan dan hamper mati diakibatkan
oleh keberadaan virus. Virus bersifat patogenik dan menyerang tanaman pada
jaringan, sehingga penanganannya juga diperlukan suatu langkah preventif agar
tanaman dapat tumbuh dengan baik terhidar dari patogen terkhusus patogen jenis
virus. Penurunan tingkat patogen jenis virus dapat digunakan dengan agen hayati,
contohnya saja pada tanaman tembakau menggunakan Bacillus spp. dan Mikoriza
yang dapat berperan sebagai sistem pertahanan tanaman (Putri dkk., 2018)

Laporan Praktikum Bioekologi OPT


KESIMPULAN

1. Virus merupakan parasit mikroskopis yang menginfeksi sel dengan cara masuk
melalui tanaman inang yang terluka. Penularan virus pada tanaman sehat dapat
dilakukan secara mekanis. Penularan dilakukan dengan melukai tanaman terong yang
sehat dan memberikan perasan ekstrak tanaman cabai yang sudah terkena virus. Hal
ini biasa disebut dengan inokulasi buatan yaitu memindahkan virus dari tanaman yang
sakit ke tanaman yang sehat.
2. Gejala awal yang ditunjukkan oleh tanaman cabai yaitu berubah warna menjadi
kuning dan mengkerut, adanya perubahan daun dan tulang daun menjadi berwarna
kuning muda dan tua, serta terjadi penebalan pada daun. Pertumbuhan tanaman cabai
yang terserang virus akan terhambat karena jaringannya akan dirusak oleh virus
sehingga tanaman menjadi kerdil.
3. Tanaman cabai merupakan tanaman yang sering terkena virus CMV (Cucumbar
Mosaik Virus) dengan gejala yang ditimbulkan ialah daun yang terserang menjadi
warna kuning kecoklatan dan lama kelamaan daun akan mengkeru, gejala ini biasanya
disebut dengan penyakit kuning dan tanaman cabai seringkali menjadi sasaran dari
virus sebagai tanaman inangnya terutama virus kuning.

Laporan Praktikum Bioekologi OPT


DAFTAR PUSTAKA

Alif, T., S. Hartono, dan S. Sulandari. 2018. Karakteristik Virus Penyebab Penyakit
Belang pada Tanaman Lada (Piper nigrum L.). Perlindungan Tanaman
Indonesia, 22(1): 115-123.

Campbell, N.A, J.B. Reece, dan L.G. Mitchell. 2002. Biologi Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga
.
Islam, W., J. Zhang, M. Adnan, A. Noman, M. Zaynab, and Z. Wu. 2017. Plant Virus
Ecology: a Glimpse of Recent Accomplishment. Applied Ecology and
Environmental Research, 15(1): 691-705.

Lobin, K.K., J. Svoboda, A. Lebda, and D.Y. Dhooky. 2015. Cucumber Mosaic Virus
Causal Pathogen of Oily Spots on Cucumber cv. Locale Fruits in Mauritius
Short Communication. Plant Protect, 51(3): 123-126.

Putri, R.A., S. Sulandari, C. Sumardiyono, dan T. Arwiyanto. 2018. Respon Ketahanan


Tembakau terhadap Tobamovirus dengan Agen Hayati sebagai Induser.
Perlindungan Tanaman Indonesia, 22(2): 201-209
.
Roossinck, M.J., D.P. Martin, and P. Roumagnac. 2015. Plant Virus Metagenomics:
Advances in Virus Discovery. Phytopathology, 105(1): 716-727.

Siregar, A.Z. 2016. Literasi Inventarisasi Hama dan Penyakit Tembakau Deli di
Perkebunan Sumatera Utara. Pertanian Tropik, 3(3): 206-213

Kumalasari, R. N., M. Martodudiro dan T. Hadiastono. 2015. Pengaruh berbagai Jenis


Ekstrak Nabati Terhadap Infeksi Cucumber Mosaic Virus (CMV) pada
Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.). HPT, 3(1): 30-40.
Putri, R. A., S. Sulandari., C. Sumardiyono dan T. Arwiyanto. 2018. Respon
Ketahanan Tembakau terhadap Tobamovirus dengan Agens Hayati sebagai
Induser. Perlindungan Tanaman Indonesia, 22(2): 201-2019.
Singarimbun, M. A., M. I. Pinem dan S. Oemry. 2017. Hubungan anatar Kutu Kebul
Bemisia tubaci Genn) dan Kejadian pada Tanaman Cabai (Capsicum annum
L.). Agroteknologi FP USU, 5(4): 847-854.
Gaswanto, R., M. Syukur., S. H. Hidayat dan N. Gunaeni. 2016. Identifikasi Gejala
dan Kisaran Inang Enam Isolat Begomovirus Cabai di Indonesia. Hort,
26(2): 223-234.

Laporan Praktikum Bioekologi OPT


Siregar, A. Z. 2016. Literasi Inventerasi Hama dan Penyakit Tembakau Deli di
Perkebunan Sumatera Utara. Pertanian Tropik, 3(3): 206-21.

Laporan Praktikum Bioekologi OPT


DOKUMENTASI

Gambar 1. Daun tanaman cabai sakit Gambar 2. Daun dipotong tanpa tulang daun

Gambar 3. Menumbuk daun Gambar 4. Menambahkan larutan buffer

Gambar 5. Menyaring dengan kain Gambar 6. Melukai daun dengan karborundum

Laporan Praktikum Bioekologi OPT


Gambar 7. Melukai daun dengan arang Gambar 8. Membersihkan daun

Gambar 9. Menetesi daun dengan SAP Gambar 10. Membilas dengan air

Gambar 11. Gambar tanaman cabai.

Laporan Praktikum Bioekologi OPT


APPLIED ECOLOGY AND ENVIRONMENTAL RESEARCH 15(1): 691-705.
http://www.aloki.hu ● ISSN 1589 1623 (Print) ● ISSN 1785 0037 (Online)
DOI: http://dx.doi.org/10.15666/aeer/1501_691705
© 2017, ALÖKI Kft., Budapest, Hungary

Anda mungkin juga menyukai