Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU

RESEP
P2
JUDUL :
PULVIS DAN POTIO

NAMA : PUTRI NURUL FALUFI

NIM : 19613093

KELOMPOK : B1

KELAS : FARMASI B

ASISTEN : KHOERUL AYU RHIDOHAN

LABORATORIUM FARMASI PRAKTIS


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
ISLAM INDONESIA
2020
LAPORAN PRAKTIKUM SEMENTARA PULVIS
DAN POTIO

A. TUJUAN
1. Mampu melakukan skrining resep dari kelengkapan administratif dan kesesuaian
farmasetis
2. Mampu meracik dan menyiapkan obat dengan bentuk sediaan pulvis berdasarkan
resep
3. Dapat menyiapkan sediaan bentuk potio sesuai resep

B. LANDASAN TEORI
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Serbuk lebih mudah terdispersi dan
lebih mudah larut dari pada bentuk sediaan yang dipadatkan karena serbuk mempunyai
luas permukaan yang luas.
Pulvis atau serbuk tidak terbagi adalah bahan atau campuran yang homogen dari
bahan-bahan yang diserbukkan dan berada dalam keadaan relative kering.
Pembagian pulvis, yaitu :
1. Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak) adalah serbuk ringan untuk penggunaan
topikal, dapat dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk
memudahkan penggunaan pada kulit.
2. Pulvis dentrificius (serbuk gigi) biasanya mengandung carmin sebagai pewarna yang
dilarutkan lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%.
3. Pulvis sternutatorius(serbuk bersin) adalah serbuk untuk dihisap hidung, oleh karena
itu serbuk harus halus sekali.
4. Pulvis effervesen, serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan dahulu dalam air
dingin atau air hangat, serbuk ini mengeluarkan gas CO2 yang kemudian membentuk
larutan yang jernih. Campuran antara senyawa asam (asam sitrat, asam tartrat)
dengan basa (Na-karbonat, Na-bikarbonat).
Pulvis dapat berupa suatu bentuk sediaan obat, tetapi juga dapat merupakan
bahan dasar untuk dijadikan bentuk-bentuk sediaan lain. Sediaan pulvis tidak umum
diberikan untuk obat-dalam berhubung akan berpengaruh terhadap takaran dosis jika
ditentukan oleh penderita sendiri.

Potio atau sediaan larutan yang digunakan secara oral. Larutan adalah sediaan cair
yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarur, missal terdispersi secara
molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.
Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan
larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan
memiliki ketelitian yang baik jika diencerkan atau dicampur.
Laruran oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung
satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut
dalam air atau campuran kosolven-air. Larutan oral dapat diformulasikan untuk diberikan
langsung secara oral kepada pasien atau dalam bentuk pekat yang harus diencerkan lebih
dulu sebelum diberikan.

C. MONOGRAFI BAHAN

1. Menthol

Zat aktif : Menthol


Indikasi : Anti iritan
Pemerian : Hablur heksagonal atau serbuk hablur, tidak berwarna, biasanya berbentuk
jarum, atau massa yang melebur, bau enak seperti minyak permen.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol 95%, dalam
kloroform dan dalam eter, mudah larut dalam paraffin cair dan dalam minyak atsiri.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan tempat sejuk.
Khasiat : Menthol sebagai zat tambahan dan memberikan sensasi dingin

2. Camphora

Zat aktif : Cinnamonium camphora


Indikasi : Anti inflamasi
Pemerian : Hablur, granul, atau masa hablur, putih atau tidak berwarna, jernih, bau
khas tajam, rasa pedas dan aromatic, menguap perlahan-lahan pada suhu ruang. Bobot
jenis lebih kurang 0,99.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, kloroform dan
eter, mudah larut dalam karbon disulfide, heksan, minyak lemak dan minyak
menguap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, hindarkan dari panas berlebihan.
Khasiat : Camphora sebagai anti iritasi

3. Adeps lanae

Zat aktif : Lemak bulu domba (Lanolin)


Indikasi : Basis krim, emolien
Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air lebih kurang dua kali
beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah
larut dalam eter dan dalam kloroform.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu ruang terkendali.
Khasiat : Adeps lanae sebagai anti mikroba dan anti iritasi

4. ZnO
Zat aktif : Zink Oksida
Indikasi : Antiseptik local
Pemerian : Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak berbau,
lambat laun menyerap karbon dioksida dari udara.
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam asam encer.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zno sebagai anti iritasi

5. Amylum

Zat aktif : Amilum


Indikasi : Zat tambahan
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih, tidak berbau dan tidak berasa.
Kelarutan : Tidak larut dalam etanol dingin dan air dingin.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
Khasiat : Amylum sebagai zat tambahan dan meningkatkan daya lengket

6. Acid Salicyl
Zat aktif : Asam salisilat
Indikasi : Karatolitikum, anti fungi
Pemerian : Hablur, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk halus, putih, rasa agak
manis, tajam, dan stabil di udara.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut dalam etanol dan
dalam eter, larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Asam salisilat sebagai anti bakteri topical

7. Bals Peruv

Zat aktif : Balsamum peruvianum


Indikasi : Obat gudik, obat luka, obat wasir, dan obat batuk
Pemerian : Cairan kental, lengket, tidak berserat, coklat tua dalam lapisan tipis,
berwarna coklat, transparan kemerahan, bau aromatic khas menyerupai vanili.
Kelarutan : Larut dalam kloroform P, sukar larut dalam ester.
Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup baik.
Khasiat : Bals peruv sebagai memberikan rasa aromatic

8. Talcum
Zat aktif : Talk
Indikasi : Pengering
Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, licin, berwarna putih atau putih kelabu, mudah
melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Talcum ad sebagi bahan pengisi

9. Succus Liquiritae

Zat aktif : Sari akar manis


Indikasi : Zat tambahan
Pemerian : Batang berbentuk silinder/bongkah besar licin agak mengkilap, serbuk
berwarna cokelat/cokelat hitam tua, bau lemah, rasa manis khas.
Kelarutan : Larut dalam etanol 75%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Succus liquiritae sebagai bahan pengisi
10. Amonium Chlorida

Zat aktif : Amonium Klorida


Indikasi : Ekspektoran
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur halus atau kaar, berwarna putih,
rasa asin dan dingin higroskopik.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin, lebih mudah larut dalam air
mendidih, sedikit larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat : Ammonium chloride sebagai bahan tambahan

11. Spiritus Amonia Anis

Zat aktif : Amoniae annisi spiritus


Indikasi : Zat tambahan
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas menusuk.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan etanol 95%
Penyimpanan : Dalam eadah tertutup baik
Khasiat : Spritus ammonia anis sebagai pemanis
12. Aquadest

Zat aktif : Air suling


Indikasi : Zat pelarut
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa.
Kelarutan : Larut dalam pelarut polar
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiar :Air sebagai pelarut

D. RESEP / ALAT DAN BAHAN

ALAT :
1. Botol sirup
2. Cawan porselin
3. Etiket
4. Kaca arloji
5. Kertas perkamen
6. Mortar dan stamper
7. Pipet tetes
8. Plastic cetik
9. Pot tempat pulvis
10. Sendok
11. Sudip film

BAHAN :
1. Acid salicyl
2. Adeps lanae
3. Air
4. Amonium chloride
5. Amylum
6. Bals Peruv
7. Camphora
8. Menthol
9. Spiritus Amonia Anis
10. Succus Liquirite
11. Talcum
12. ZnO

E. PERHITUNGAN

RESEP 1 (dilebihkan 10%)


1. Menthol : (0,5 gram x 10%) + 0,5 gram = 0,55 gram
2. Camphora : (0,5 gram x 10%) + 0,5 gram = 0,55 gram
3. Adeps lanae : (0,5 gram x 10%) + 0,5 gram = 0,55 gram
4. ZnO : (5 gram x 10%) + 5 gram = 5,5 gram
5. Amylum : (4 gram x 10%) + 4 gram = 4,4 gram
6. Acid salicyl : (1 gram x 10%) + 1 gram = 1,1 gram
7. Bals Peruv : (1 gram x 10%) + 1 gram = 1,1 gram
8. Talcum : 25 gram – 12,5 gram = 12,5 gram
9. (12,5 gram x 10%) + 12,5 gram = 13,75 gram

RESEP 2
1. Succus Liquirite : 3,3 gram
2. Amonium chloride : 2 gram
3. Spiritus Amonia Anis : 2 gram
4. Air : 92,7 gram

F. CARA KERJA

RESEP 1

Lakukan skrining resep.



Timbang semua bahan yang dibutuhkan (masing-masing dilebihkan 10%).

Asam Salisilat tetesi Spiritus Fortior hingga larut keringkan dengan Sebagian Talcum.

Balsam Per tetesi dengan Ether/Acetone keringkan dengan Sebagian Talcum.

Adeps Lanae tetesi dengan Ether/Acetone keringkan dengan Sebagian Talcum + campuran
c & d tambahkan ZnO (100) + Amylum aduk hingga homogen, ayak dengan pengayak No.
44 hingga semua terayak kemudian homogenkan lagi.

Menthol & Camphor tetesi Spiritus Fortior keringkan dengan sisa Talcum + campuran e
aduk ad homogen. Timbang jumlah yang diminta masukkan wadah beri etiket.

RESEP 2

Succus Liquiritae larutkan dengan air panas masukkan botol.



Setelah dingin + Ammonium Klorida yang telah dilarutkan dalam air.

Tambahkan S.A.S.A ke dalam botol (jangan terkena dinding botol) kocok hingga
homogen, beri etiket + tanda kocok dulu.

LAPORAN PRAKTIKUM AKHIR


PULVIS DAN POTIO
A. TUJUAN
4. Mampu melakukan skrining resep dari kelengkapan administratif dan kesesuaian farmasetis
5. Mampu meracik dan menyiapkan obat dengan bentuk sediaan pulvis berdasarkan resep
6. Dapat menyiapkan sediaan bentuk potio sesuai resep

B. LANDASAN TEORI
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk
pemakaian oral atau pemakaian luar. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih mudah larut dari pada
bentuk sediaan yang dipadatkan karena serbuk mempunyai luas permukaan yang luas.
Pulvis atau serbuk tidak terbagi adalah bahan atau campuran yang homogen dari bahan-
bahan yang diserbukkan dan berada dalam keadaan relative kering.
Pembagian pulvis, yaitu :
1. Pulvis adspersorius (serbuk tabur/bedak) adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat
dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk memudahkan penggunaan
pada kulit.
2. Pulvis dentrificius (serbuk gigi) biasanya mengandung carmin sebagai pewarna yang dilarutkan
lebih dahulu dalam kloroform atau etanol 90%.
3. Pulvis sternutatorius(serbuk bersin) adalah serbuk untuk dihisap hidung, oleh karena itu
4. Pulvis effervesen, serbuk biasa yang sebelum diminum dilarutkan dahulu dalam air dingin atau
air hangat, serbuk ini mengeluarkan gas CO2 yang kemudian membentuk larutan yang jernih.
Campuran antara senyawa asam (asam sitrat, asam tartrat) dengan basa (Na-karbonat, Na-
bikarbonat).

Potio atau sediaan larutan yang digunakan secara oral. Larutan adalah sediaan cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarur, missal terdispersi secara molekuler dalam
pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-molekul dalam
larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk sediaan, umumnya
memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki ketelitian yang baik jika diencerkan atau
dicampur.
Laruran oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau
lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau
campuran kosolven-air. Larutan oral dapat diformulasikan untuk diberikan langsung secara oral
kepada pasien atau dalam bentuk pekat yang harus diencerkan lebih dulu sebelum diberikan.

C. MONOGRAFI BAHAN

1. Menthol
Zat aktif : Menthol
Indikasi : Anti iritan
Pemerian : Hablur heksagonal atau serbuk hablur, tidak berwarna, biasanya berbentuk jarum, atau
massa yang melebur, bau enak seperti minyak permen.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol 95%, dalam kloroform dan
dalam eter, mudah larut dalam paraffin cair dan dalam minyak atsiri.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik dan tempat sejuk.
Khasiat : Menthol sebagai zat tambahan dan memberikan sensasi dingin

2. Camphora

Zat aktif : Cinnamonium camphora


Indikasi : Anti inflamasi
Pemerian : Hablur, granul, atau masa hablur, putih atau tidak berwarna, jernih, bau khas tajam,
rasa pedas dan aromatic, menguap perlahan-lahan pada suhu ruang. Bobot jenis lebih kurang
0,99.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, kloroform dan eter, mudah
larut dalam karbon disulfide, heksan, minyak lemak dan minyak menguap.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, hindarkan dari panas berlebihan.
Khasiat : Camphora sebagai anti iritasi.

3. Adeps lanae
Zat aktif : Lemak bulu domba (Lanolin)
Indikasi : Basis krim, emolien
Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air lebih kurang dua kali beratnya,
agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dan
dalam kloroform.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sebaiknya pada suhu ruang terkendali.
Khasiat : Adeps lanae sebagai anti mikroba dan anti iritasi

4. ZnO

Zat aktif : Zink Oksida


Indikasi : Antiseptik local
Pemerian : Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih kekuningan, tidak berbau, lambat laun
menyerap karbon dioksida dari udara.
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol, larut dalam asam encer.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Zno sebagai anti iritasi

5. Amylum
Zat aktif : Amilum
Indikasi : Zat tambahan
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih, tidak berbau dan tidak berasa.
Kelarutan : Tidak larut dalam etanol dingin dan air dingin.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
Khasiat : Amylum sebagai zat tambahan dan meningkatkan daya lengket

6. Acid Salicyl

Zat aktif : Asam salisilat


Indikasi : Karatolitikum, anti fungi
Pemerian : Hablur, biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk halus, putih, rasa agak manis,
tajam, dan stabil di udara.
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzene, mudah larut dalam etanol dan dalam eter,
larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Asam salisilat sebagai anti bakteri topical

7. Bals Peruv
Zat aktif : Balsamum peruvianum
Indikasi : Obat gudik, obat luka, obat wasir, dan obat batuk
Pemerian : Cairan kental, lengket, tidak berserat, coklat tua dalam lapisan tipis, berwarna coklat,
transparan kemerahan, bau aromatic khas menyerupai vanili.
Kelarutan : Larut dalam kloroform P, sukar larut dalam ester.
Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup baik.
Khasiat : Bals peruv sebagai memberikan rasa aromatic

8. Talcum

Zat aktif : Talk


Indikasi : Pengering
Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, licin, berwarna putih atau putih kelabu, mudah melekat
pada kulit dan bebas dari butiran.
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Talcum ad sebagi bahan pengisi

9. Succus Liquiritae
Zat aktif : Sari akar manis
Indikasi : Zat tambahan
Pemerian : Batang berbentuk silinder/bongkah besar licin agak mengkilap, serbuk berwarna
cokelat/cokelat hitam tua, bau lemah, rasa manis khas.
Kelarutan : Larut dalam etanol 75%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiat : Succus liquiritae sebagai bahan pengisi

10. Amonium Chlorida

Zat aktif : Amonium Klorida


Indikasi : Ekspektoran
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur halus atau kaar, berwarna putih, rasa asin
dan dingin higroskopik.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin, lebih mudah larut dalam air mendidih,
sedikit larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat : Ammonium chloride sebagai bahan tambahan

11. Spiritus Amonia Anis


Zat aktif : Amoniae annisi spiritus
Indikasi : Zat tambahan
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas menusuk.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan etanol 95%
Penyimpanan : Dalam eadah tertutup baik
Khasiat : Spritus ammonia anis sebagai pemanis

12. Aquadest

Zat aktif : Air suling


Indikasi : Zat pelarut
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa.
Kelarutan : Larut dalam pelarut polar
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Khasiar :Air sebagai pelarut

D. RESEP / ALAT DAN BAHAN


ALAT :
12. Botol sirup
13. Cawan porselin
14. Etiket
15. Kaca arloji
16. Kertas perkamen
17. Mortar dan stamper
18. Pipet tetes
19. Plastic cetik
20. Pot tempat pulvis
21. Sendok
22. Sudip film
BAHAN :
13. Acid salicyl
14. Adeps lanae
15. Air
16. Amonium chloride
17. Amylum
18. Bals Peruv
19. Camphora
20. Menthol
21. Spiritus Amonia Anis
22. Succus Liquirite
23. Talcum
24. ZnO

E. PERHITUNGAN

RESEP 1 (dilebihkan 10%)


10. Menthol : (0,5 gram x 10%) + 0,5 gram = 0,55 gram
11. Camphora : (0,5 gram x 10%) + 0,5 gram = 0,55 gram
12. Adeps lanae : (0,5 gram x 10%) + 0,5 gram = 0,55 gram
13. ZnO : (5 gram x 10%) + 5 gram = 5,5 gram
14. Amylum : (4 gram x 10%) + 4 gram = 4,4 gram
15. Acid salicyl : (1 gram x 10%) + 1 gram = 1,1 gram
16. Bals Peruv : (1 gram x 10%) + 1 gram = 1,1 gram
17. Talcum : 25 gram – 12,5 gram = 12,5 gram
18. (12,5 gram x 10%) + 12,5 gram = 13,75 gram

RESEP 2
5. Succus Liquirite : 3,3 gram
6. Amonium chloride : 2 gram
7. Spiritus Amonia Anis : 2 gram
8. Air : 92,7 gram

F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa ammpu melakukan skrining resep dari
kelengkapan administratif dan kesesuaian farmasetis, mampu meracik dan menyiapkan obat
dengan bentuk sediaan pulvis berdasarkan resep dan dapat menyiapkan sediaan bentuk potio
sesuai resep.
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukkan Skrining administrative pada resep
pulvis tidak lengkap, tidak dituliskan jenis kelamin, berat badan, no. SIP, no. Tlpn, paraf,
penulisan tanggal resep dan alamat pasien. Skrining farmasetik pada resep pulvis lengkap, ada
bahan yang inkompatibilitas yaitu menthol dan camphora, karena apabila champora dan menthol
dicampurkan pada bahan yang telah di ayak maka champora dan menthol tersebut akan meleleh
atau cair dikarenakan memiliki sifat yang eutektik. Skrining resep administrative pada resep potio
tidak lengkap, tidak dituliskan (umur, jenis kelamin, berat badan, no. SIP, no. Tlpn, paraf,
penulisan tanggal resep dan alamat pasien . skrining farmasetik sudah lengkap.
Fungsi dari bahan-bahan pada praktikum kali ini, yaitu Menthol sebagai zat tambahan dan
memberikan sensasi dingin, Camphora sebagai anti iritasi, Adeps lanae sebagai anti mikroba dan
anti iritasi, Zno sebagai anti iritasi, Amylum sebagai zat tambahan dan meningkatkan daya
lengket, Asam salisilat sebagai anti bakteri topical, Bals peruv sebagai memberikan rasa
aromatic,Talcum ad sebagi bahan pengisi, succus liquiritae sebagai bahan pengisi, ammonium
chloride sebagai bahan tambahan, Spritus ammonia anis sebagai pemanis, air sebagai pelarut dan
succus liquiritae harus dilarutkan dengan air panas karena monografinya larutannya larut dalam
air panas .
Pada praktikum kali ini asam salisilat harus ditetesi dengan spritus fortior Karena asam
salisilat bentunya serbuk seperti jarum jadi apabila tidak ditetesi terlebih dahulu dengan spritus
fortior nanti takutnya saat di gunakan pada kulit akan terjadi iritasi pada kulit. Zno sebelum
ditimbang harus di ayak terlebih dahulu dengan ayakan no 100 karena agar tidak menimbulkan
iritasi pada bagian yg peka dan agar halus. Semua campuran harus diayak terlebih dahulu (kecuali
menthol dan campora) menggunakan ayakkan no 44 yang bertujuan untuk memenuhi syarat dari
pulvis yaitu halus dan homogen.

G. KESIMPULAN
1. Berdasarkan dari hasil praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa skrining adminitratif resep
pulvis tidak lengkap karena tidak ada jenis kelamin, berat badan, no. SIP, no. Tlpn, paraf,
penulisan tanggal resep dan alamat pasien. sedangkan skrining farmasetis sudah sesua. skrining
adminitratif resep potio tidak lengkap karena tidak tertera informasi yang lengkap seperti BB
pasien,umur pasien, No SIP dokter, no telpon dokter, alamat, tanggal penulisan resep dan paraf
dokter . dan juga kesesuaian farmasetis dan klinis nya juga ada yang tidak lengkap.sedangkan
skrining farmasetis sudah sesuai.
2. Perlakuan khusus pada pembuatan pulvis yaitu asam salisilat ditetesi dengan spritus fortior,
bals peruv ditetesi dengan acetone, adeps lanae ditetesi dengan acetone.
3. Perlakuan khusus pada pembuatan potio yaitu pada saat menuangkan spritus ammonia anis
harus dituang langsung tanpa menyentuh dinding botol dengan cara menggunakan batang
pengaduk. Tidak boleh menyentuh dinding botol karena ditakutkan spritus ammonia anis akan
bereaksi dengan botol.

H. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Farmakope Indonesia. Edisi V. 2014. Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.2014
2. Anonim. Farmakope Indonesia. Edisi IV. 1995 . Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.1995
3. Anief, Moh. (2004). Ilmu Meracik Obat , Pers Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
I. LAMPIRAN
1. Skrining Administratif Pulvis
a. Resep Pulvis

Pada resep
No Uraian
Ada Tidak
Administratif
1 Nama Pasien, umur, jenis kelamin dan BB  Tidak ada BB
2 Nama dokter, No SIP, No, alamat, No telp  Tidak ada No SIP, No
telp, Alamat pasien,
dan Paraf dan paraf.
3 Tanggal Penulisan Resep 

Kajian Kesesuaian Farmasetis


1 Bentuk dan Kekuatan Sediaan 

2 Stabilitas 

3 Kompatibilitas (Ketercampuran) 

Pertimbangan Klinis
1 Ketepatan Indikasi dan dosis Obat 

2 Aturan, cara dan lama penggunaan Obat 

3 Duplikasi dan atau polifarmasi 

4 Reaksi obat tidak diinginkan, ESO dll 

5 Kontra Indikasi 

6 Interaksi 

Kesimpulan : Resep tersebut tidak lengkap.


Resep tidak lengkap karena tidak ada jenis kelamin, berat badan, no. SIP, no. Tlpn, paraf,
penulisan tanggal resep dan alamat pasien
Cara pengatasan hal tersebut
Menanyakan BB kepada pasien, meminta No SIP, No telepon, paraf dokter , tanggal
penulisan resep kepada dokter. Untuk kesesuain farmasetis dan klinis bisa dijelaskan
langsung kepada pasien.

2. Skrining Farmasetis
No Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Bentuk sediaan - -

2 Stabilitas obat - -

3 Inkompatibilitas Pada menthol dan champora menthol dan camphora tidak di


memiliki sifat yang eutektik campurkan pada bahan lainnya
sehingga apabila dua bahan ini di dan tidak diayak.
campurkan pada pencampuran
bahan yang lainnya maka menthol
dan champora akan meleleh.
4 Cara pemberian - -

5 Jumlah dan aturan pakai - -

3. Dosis Obat
Dosis literatur
No Nama obat Dosis resep (dosis Kesimpulan Rekomendasi dosis
terapi /
maksimal)
1 Menthol 0,5 gram - - 0,55 gram

2 Camphora 0,5 gram - - 0,55 gram

3 Adeps lanae 0,5 gram - - 0,55 gram

4 Zno 5 gram - - 5,5 gram

Amylum 4 gram - - 4,4 gram


5
6 Acid salicyl 1 gram - - 1,1 gram

7 Bals peruv 1 gram - - 1,1 gram

8 Talcum ad 11,25 gram - - 12,375 gram

4. Jumlah obat yang ditimbang

1. Menthol = 0,55 g = 550 mg


2. Champora = 0,55 g = 550 mg
3. Adeps lanae = 0,55 g = 550 mg
4. 4. ZnO = 5,5 g = 5500 mg
5. Amylum = 4,4 g = 4400 mg
6. Acid salicyl = 1,1 g = 1100 mg
7. Bals peruv = 1,1 g = 1100 mg
8. Talcum = 12,375 g

5. Etiket dan copi resep

APOTEK APOTEKER UII


Jl. Kaliurang Km 14,4 Jogjakarta
APOTEKER: Putri Nurul Falufi. S.Farm.,
Apt
SIA: 503/02640/DKS/2010
No : 01 tgl :01/05/2020
An.Budi (6 th )
Serbuk tabur racikkan
Taburkan dua kali sehari pada bagian luar
OBAT LUAR

paraf

APOTEK APOTEKER UII


Jl. Kaliurang Km 14,4 Jogjakarta APOTEKER:
Putri Nurul Falufi. S.Farm., Apt
SIA: 503/02640/DKS/2010
APOGRAPH

Tertulis : - No : 01
Dokter : dr. Indra.SpA Tgl : 09/06/2020

Pro : An. Budi (6 th)

R/ Menthol 0,5
Camphora 0,5
Adeps lanae 0,5
Zno 5
Amylum 4
Acid salicyl 1
Bals peruv 1
Talcum ad 25
Mf pulv adsp
S bdd ue pulv adsp det

PCC

Paraf
Putri Nurul Falufi.S.Farm,Apt
1. Skriniing Administratif potio
b. Resep potio

Pada resep
No Uraian
Ada Tidak
Administratif
1 Nama Pasien, umur, jenis kelamin dan BB  Tidak ada BB dan
Umur pasien
2 Nama dokter, No SIP, No, alamat, No telp  Tidak ada No SIP,
alamat pasien, No
dan Paraf telp dan paraf
dokter
3 Tanggal Penulisan Resep 
Kajian Kesesuaian Farmasetis
1 Bentuk dan Kekuatan Sediaan 

2 Stabilitas 

3 Kompatibilitas (Ketercampuran) 

Pertimbangan Klinis
1 Ketepatan Indikasi dan dosis Obat 

2 Aturan, cara dan lama penggunaan Obat 

3 Duplikasi dan atau polifarmasi 

4 Reaksi obat tidak diinginkan, ESO dll 

5 Kontra Indikasi 

6 Interaksi 

Kesimpulan : Resep tersebut tidak lengkap.


Resep tidak lengkap karena tidak tertera informasi yang lengkap seperti BB pasien,umur
pasien, No SIP dokter, no telpon dokter, alamat, tanggal penulisan resep dan paraf dokter .
dan juga kesesuaian farmasetis dan klinis nya juga ada yang tidak lengkap.
Cara pengatasan hal tersebut Dapat ditanyakan langsung kepada pasien untuk informasi
mengenai BB dan umur pasien, dan untuk informasi tentang dokter, no SIP dokter, no
telepon dokter, alamat, paraf doketr dan tanggal penulisan resep bisa ditanyakan langsung
kepada dokter itu sendiri.
2. Skrining Farmasetis
No Kriteria Permasalahan Pengatasan
1 Bentuk sediaan - -

2 Stabilitas obat - -

3 Inkompatibilitas - -

4 Cara pemberian - -

5 Jumlah dan aturan pakai - -

3. Dosis Obat

Dosis literatur
No Nama obat Dosis resep (dosis Kesimpulan Rekomendasi dosis
terapi /
maksimal)
1 Succus liquiritae 3,3 gram - Dapat -
dikerjakan

2 Ammonium chlorida 2 gram - Dapat -


dikerjakan

3 Spritus ammonia anis 2 gram - Dapat -


dikerjakan

4 Air 92,7 mL - Dapat -


dikerjakan
4. Jumlah obat yang ditimbang

1. succus liquiritae 3,3 gram


2. Amonium chlorida 2 gram
3. Spiritus amonia anis 2 gram
4. Air 92,7 mL
5. Etiket dan copi resep

APOTEK APOTEKER UII


Jl. Kaliurang Km 14,4 Jogjakarta APOTEKER:
Putri Nurul Falufi S.Farm., Apt
SIA: 503/02640/DKS/2010
No : 02 tgl :01/05/2020
Tn. Budiono
OBH
3 x 1 sendok makan
Diminum 3 kali sehari satu sendok makan (15 mL)
Kocok terlebih dahulu

paraf

APOTEK APOTEKER UII


Jl. Kaliurang Km 14,4 Jogjakarta
APOTEKER: Putri Nurul Falufi. S.Farm., Apt
SIA: 503/02640/DKS/2010
APOGRAPH

Tertulis : - No : 02
Dokter : dr. Indra Tgl : 09/06/2020
Pro : Tn. budiono

R/ succus liquiritae 3,3


Amonium chlorida 2
Spiritus amonia anis 2 Air
92,7
Mf potio
S tdd I C det

PCC

Paraf
Putri Nurul Falufi.S.Farm,Apt

Anda mungkin juga menyukai