Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA TN.

H
DENGAN HARGA DIRI RENDAH

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS


STASE KEPERAWATAN JIWA

OLEH :
NILA PURWANTI
NIM : 200511063

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ABDI NUSANTARA
JAKARTA 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HARGA DIRI RENDAH

A. Kasus (Masalah Utama)


Harga Diri Rendah

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya
percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam Fitria,
2009).
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima
lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Yosep,
2009).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan
(Towsend, 1998).
2. Klasifikasi
Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya
memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam
berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama. 
3. Etiologi
Harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
(korban perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
1. Privacy yang harus diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan
kateter, pemeriksaan perineal).
2. Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit.
3. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan.
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum
sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respons yang maladaptif.

4. Proses Terjadinya
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan
yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995). Konsep diri terdiri atas
komponen : citra diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran dan identitas personal.
Respons individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep
diri yaitu dari adaptif sampai maladatif.
Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah
penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah
menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggung jawab atas
kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah.
Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga
diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan
menerima penghargaan dari orang lain.
Harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai
keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang
diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik
diri secara sosial.
Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan
eksternal seperti :
a) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksirkan kejadian
yang mengancam.
b) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu :
1. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan
dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam
kehidupan individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai
tekanan untuk peyesuaian diri.
2. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota
keluarga melalui kelahiran atau kematian.
3. Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke
keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian
tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan
fisik, prosedur medis dan keperawatan.
Sedangkan menurut hasil riset Malhi (2008, dalam Yosep, 2009),
menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita
seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan.
Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini
menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan Life Span
Teori (Yosep, 2009), penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil
sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai
masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal sekolah, pekerjaan dan pergaulan.
Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut
lebih dari kemampuannya. 

5. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah penolakan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria,
2009).
6. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian
anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas (Fitria, 2009).
7. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya
lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan
konsep diri yang mengarah pada diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan
perilaku harga diri rendah, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan
yaitu:
1. Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya:
Chorpromazine HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine
HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol,
Govotil, Serenace).

2. Golongan kedua (atypical)


Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal,
Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan
Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila
klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan
menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas
kelompok (TAK).
c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu
atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak
mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-
5 joule/detik. (Maramis, 2005)
d. Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik
perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya
memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.
(Kaplan dan Sadock,1998,hal.728).
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori,
therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok
sosialisasi (Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis therapy aktivitas
kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan
konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi
persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy
yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok
dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat
dan Akemat,2005,hal.49).
e. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan
mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan
melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1. Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).
2. Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus
(Riyadi dan Purwanto, 2009).
3. Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan
dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar
ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009).
4. ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi dan
Purwanto, 2009).

5. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi
interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).

8. Rentang Respon
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) respon individu terhadap konsep dirinya
sepanjang rentang respon konsep diri, yaitu adaptif dan maladaptif.
RENTANG RESPON KONSEP DIRI
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Aktualisasi diri Konsep diri positif HDR Kerancuan Identitas Depersonalisasi
Keterangan:
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman
nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek
psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.

C. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji


Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan harga diri rendah
(Fitria, 2009), adalah:
a. Harga diri rendah kronik
b. Koping individu tidak efektif
c. Isolasi sosial
d. Gangguan sensori persepsi: halusinasi
e. Risiko perilaku kekerasan

Sedangkan data yang perlu dikaji pada pasien dengan harga diri rendah (Fitria, 2009
dan Yosep, 2009), adalah:
a. Data subyektif
1. Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna
2. Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
3. Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja.
4. Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias, makan
atau toileting).
b. Data obyektif
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimistis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi
9. Berkurang selera makan
10. Tidak berani menatap lawan bicara
11. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

D. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah Kronik

E. Rencana Keperawatan

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Konsep Diri ; Harga Diri Rendah

Tgl Diagnosa Perencanaan


Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan Pasien mampu : Setelah ( ) pertemuan SP 1
konsep diri ;  Mengidentifikasi pasien mampu:  Identifikasi kemampuan
harga diri kemampuan dan  Mengidentifikasi
rendah aspek positif yang kemampuan aspek positif
dimiliki positif yang - Diskusikan bahwa
 Menilai kemampuan dimiliki pasien masih
yang dapat  Memiliki memiliki sejumlah
digunakan kemampuan yang kemampuan dan
 Menetapkan/memilih dapat digunakan aspek positif seperti
kegiatan yang sesuai memilih kegiatan kegiatan pasien
dengan kemampuan sesuai kemampuan dirumah adanya
 Melatih kegiatan  Melakukan keluarga dan
yang sudah dipilih kegiatan yang lingkungan terdekat
sesuai kemampuan. sudah dipilih pasien
 Merencanakan merencanakan - Beri pujian yang
kegiatan yang sudah kegiatan yang realistis dan
di latihnya. sudah di latih hindarkan setiap kali
bertemu dengan
pasien penilaian
yang negative.
 Nilai kemampuan yang
dapat dilakukan saat ini
a. Diskusikan dengan
pasien kemampuan
yang masih
digunakan saat ini
b. Bantu pasien
menyebutkannya dan
memberi penguatan
terhadap kemampuan
diri yang
diungkapkan pasien
c. Perlihatkan respon
yang kondusif dan
menjadi pendengar
yang aktif
 Pilih kemampuan yang
akan dilatih
a. Diskusikan dengan
pasien kemampuan
yang masih
digunakan saat ini
b. Bantu pasien
menetapkan aktifitas
mana yang dapat
pasien lakukan
secara mandiri
- Aktifitas yang
memerlukan
bantuan minimal
dari keluarga
- Aktifitas apa saja
yang perlu
bantuan penuh
dari keluarga
atau lingkungan
terdekat pasien
- Beri contoh cara
pelaksanaan
aktifitas
yangdapat
dilakukan pasien
- Susun bersama
pasien aktifitas
atau kegiatan
sehari-hari
pasien.
 Nilai kemampuan
pertama yang telah
dipilih
- Diskusikan dengan
pasien untuk
menetapkan urutan
kegiatan ( yang
sudah dipilih pasien)
yang akan dilatihkan
- Bersama pasien dan
keluarga
memperagakan
beberapa kegiatan
yang akan dilakukan
pasien
- Berikan dukungan
dan pujian yang
nyata sesuai
kemajuan yang
diperlihatkan pasien
 Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
- Beri kesempatan
pada pasien untuk
mencoba kegiatan
- Beri pujian atas
aktivitas /kegiatan
yang dapat dilakukan
pasien setiap hari
- Tingkatkan kegiatan
sesuai dengan
toleransi dan
perubahan
- Susun daftar aktifitas
yang sudah
dilatihkan bersama
pasien dan keluarga
- Berikan kesempatan
mengungkapkan
perasaannya setelah
pelaksanaan kegiatan
- Yakinkan bahwa
keluarga mendukung
setiap aktifitas yang
dilakukan pasien

SP 2
 Evaluasi kegiatan yang
lalu (Sp1)
 Pilih kemampuan kedua
yang dapat dilakukan
 Latih kemampuan yang
dipilih
 Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien

SP 3
 Evaluasi kegiatan yang
lalu (Sp1 & Sp2)
 Memilih kemampuan
ketiga yang dapat
dilakukan
 Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien

Keluarga mampu : Setelah ( ) x SP 1


Merawat pasien dengan pertemuan keluarga  Identifikasi masalah
harga diri rendah di mampu : yang dirasakan dalam
rumah dan menjadi  Mengidentifikasi merawat pasien
sistem pendukung yang kemampuan yang  Jelaskan proses
efektif bagi pasien dimiliki pasien terjadinya HDR
 Menyediakan  Jelaskan tentang
fasilitas untuk cara ,merawat pasien
pasien melakukan  Main peran dalam
kegiatan merawat pasien HDR
 Mendorong  Susun RTL keluarga
pasien saat pasien /jadwal keluarga untuk
dapat melakukan merawat pasien
kegiatan
 Memuji pasien
saat pasien dapat
melakukan
kegiatan
 Membantu
melatih pasien
 Membantu
menyusun jadwal
kegiatan pasien
 Membantu
perkembangan
pasien

SP 2
 Evaluasi kemampuan
SP1
 Latih keluarga langsung
ke pasien
 Menyusun RTL keluarga
/ jaddwal keluarga untuk
merawat pasien

SP 3
 Evaluasi kemampuan
keluarga
 Evaluasi kemampuan
pasien
 RTL keluarga
- Follow up
- Rujukan
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAIN JIWA
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN DAN NERS
STIKes ABDI NUSANTARA JAKARTA

RUANGAN RAWAT : RSJ


TANGGAL DIRAWAT : 16 Desember 2021

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. H
Tanggal Pengkajian : 02/02/2021
Umur : 49 Tahun
RM No. : 01 23 53
Informan : Pasien, dan perawat
II. ALASAN MASUK
Pasien masuk RSJ dibawa keluarga oleh anaknya, klien mengatakan saat di rumah suka
marah marah, gelisah dan suka melempar lempar barang , klien mengatakan mendengar
bisik bisikan secara terus menerus dan datang bisikannya tidak tentu seperti di suruh
kesana dan di suruh kemari.

FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ?
√ Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya.
Berhasil √ Kurang berhasil Tidak berhasil
3. Aniaya fisik Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia


Tidak diketahui

Aniaya seksual
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan kriminal

Jelaskan No. 1, 2,3 :


1. Pasien pernah dirawat 2015 dengan gangguan jiwa, saat ini
dirawat yang ke 2.
2. Pengobatan pasien kurang berhasil karena tidak teratur minum
obat dalam satu tahun dan klien selalu kontrol ke rumah sakit
3. Pasien ada aniaya fisik yaitu ditendang oleh temannya dan
mengakibatkan kakinya pincang.
Pasien tidak pernah mengalami aniaya seksual, penolakan,
kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
4. Pasien mengatakan saat dirumah pernah mendengar bisik
bisikan secara terus menerus dan datang bisikannya tidak tentu
seperti di suruh kesana dan di suruh kemari
Tapi saat ini pasien tidak ada keluhan halusinasi. Saat ini
pasien ada rasa malu dengan gigi yang ompong dan cara
berjalan yang pincang. Serta merasa tidak berarti sebagai laki

Masalah Keperawatan :
Harga Diri Rendah
Manajemen regimen terapi in efektif
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Ya √ Tidak
Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawatan
Tidak ada anggota keluarga y g sakit jiwa seperti klien
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Pasien mengatakan pernah di tendang oleh temannya sampai kakinya pincang dan
jalan sudah tidak normal seperti biasanya penyebabnya di tendang oleh temannya
pasien tidak memberitahu. Pasien juga sudah bercerai dengan istrinya 12 tahun yang
lalu.
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah

III. FISIK
1. Tanda vital : TD : 130/80 mmHg N : 84 x/mnt S:36 P: 20 x/mnt
2. Ukur : TB : 182 CM BB: 79Kg
3. Keluhan fisik : Ya Tidak

Jelaskan : Tidak ada keluhan fisik,


Masalah keperawatan : Tidak ada masalah kesehatan

IV. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
≠≠

1. Keterangan
Laki-laki
Perempuan
Pasien/
Tinggal serumah
cerai

Jelaskan : Pasien tinggal bersama ke tiga anaknya dan klien telah


bercerai dengan istrinya 12 tahun yang lalu di karna kan faktor ekonomi yang kurang
sehingga istri klien meninggalkannya bersama ke tiga anaknya, pasien dulu pernah
bekerja sebagai arsitek dan klien lulusan S1 Tekhnik (Arsitek) saat ini klien sudah
tidak bekerja lagi, pasien merasa malu, minder dan menjadi beban oleh anak anaknya
karna pasien merasa sudah gagal menjadi seorang ayah
Masalah keperawatan : Koping keluarga tidak efektif
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Pasien menyukai dari tubuhnya yaitu brewoknya dan klien
tidak menyukai dengan giginya yang sudah ompong, tetapi tidak menyukai kaki
sehingga mengalami gangguan gambaran diri.
b. Identitas : Bangga sebagai seorang lakilaki, tetapi merasa gagal
sebagai seorang ayah/ orang tua
c. Peran : Pasien mengalami gangguan peran karena merasa tidak
berdaya akibat tidak bekerja dan tidak dapat di andalkan sebagai seorang ayah.
Pasien juga mengalami perceraian.
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin menjadi orang tua yang lebih baik
e. Harga diri : Pasien banyak diam ,cenderung mengurung diri kamar,
jarang berinteraksi dengan pasien lain
Masalah Keperawatan: Harga diri rendah

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : 3 anak nya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : pasien jarang bergaul, lebih
banyak diam dirumah
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang lain : pasien lebih banyak
menyendiri
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : beragama islam
b. Kegiatan Ibadah : pasien sholat 5 waktu
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapih Penggunaan pakaian Cara berpakaian

Tidak sesuai seperti biasanya
Jelaskan : Penampilan pasien rapih
Masalah Keperawatan : tidak ditemukan masalah
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis √ Lambat Membisu Tidak mampu menilai
pembicaraan
Jelaskan : Pasien lebih banyak diam jika perawat tidak mengajak berbicara , klien
tidak mau memulai berbicara
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

3. Aktivitas Motorik :
v Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasen Tremor Kompulsif
Jelaskan : pasien banyak diam saat di Tanya ,
Masalah Keperawatan :isolasi sosial

4. Alam Perasaan
√ Sedih Ketakukan √ Putus asa √ Khawatir
Gembira
Berlebihan
Jelaskan : Pasien mengatakan ada rasa malu dan minder dengan kondisi saat ini yang
sudah tidak bekerja dan gagal menjadi seorang ayah terlebih lagi menjadi beban buat
anak – anaknya
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
5. Afek
√ Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan : Pasien tidak ada stimulus atau perlawanan bila di tanya
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah
Isolasi sosial

6. Interaksi selama wawancara


Bermusuhan Tidak Kooperatif Mudah tersinggung
√ Kontak Mata (-) Defensif Curiga
Jelaskan : Saat dilakukan wawancara kontak mata tidak ada
Masalah Keperawatan : Isolasi sosial

7. Persepsi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu

Jelaskan : Saat ini tidak muncul halusinasi


Pasien mengatakan saat dirumah pernah mendengar bisik bisikan secara
terus menerus dan datang bisikannya tidak tentu seperti di suruh kesana dan
di suruh kemari
Masalah Keperawatan : Risiko Halusinasi

8. Proses Pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of idea Blocking Pengulangan
pembicaraan/persevarasi

Jelaskan : pembicaraan pasien sesuai dengan topik


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Jelaskan : Tidak ada masalah pada isi pikir
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

10. Tingkat kesadaran


Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi
Waktu Tempat Orang

Jelaskan : Kesadaran baik, pasien sadar jika berada dirumah sakit


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat
jangka panjang jangka pendek

gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi

Jelaskan : tidak ada masalah dalam memori


Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Mudah beralih Tidak mampu konsentrasi Tidak mampu

berhitung sederhana
Jelaskan : tidak dikaji
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

13. Kemampuan penilaian


Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan : tidak ada masalah gangguan kemampuan penilaian


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

14. Daya tilik diri


Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal

diluar dirinya
Jelaskan : pasien sadar akan penyakitnya
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

VI. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
√ √ Bantuan minimal Bantuan total
2. BAB/BAK
√ Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan : pasien mampu melakukan sendiri
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
3. Mandi
√ √ Bantuan minimal Bantuan Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
√ √ Bantuan minimal Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : Tidak ada gangguan pola tidur
Tidur malam lama : Tidak ada gangguan pola tidur
Kegiatan sebelum / sesudah tidur
6. Penggunaan obat
√ Bantuan minimal Bantuan total
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan √ Ya Tidak
Perawatan pendukung √ Ya Tidak

8. Kegiatan di dalam rumah


Mempersiapkan makanan Ya √ √ Tidak

Menjega kerapian rumah Ya √ √ Tidak

Mencuci pakaian Ya √ Tidak


Pengaturan keuangan Ya √ √ Tidak

9. Kegiatan di luar rumah


Belanja Ya √ Tidak
Transportasi Ya √ √ Tidak

Lain-lain Ya √ Tidak

Jelaskan : Riwayat 1 tahun putus obat rutin, karena kurang dukungan keluarga
Masalah Keperawatan : Koping keluarga tidak efektif

VII.MEKANISME KOPING
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah √ Reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktivitas konsrtruktif Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya _____________ lainnya pasien sering marah tanpa sebab

Masalah Keperawatan : Koping individu tidak efektif

VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN:


√ Masalah dengan dukungan kelompok, jarang bergaul dengan teman lebih banyak
menyendiri
√ Masalah berhubungan dengan lingkungan. Jarang interaksi dengan lingkungan karena
perasaan malu
Masalah dengan pendidikan, spesifik: lulusan Sarjana tekhnik (Arsitek)
√ Masalah dengan pekerjaan, spesifik: Pasien saat ini tidak bekerja
√ Masalah dengan perumahan, spesifik pasien mengatakan saat ini lebih banyak diam
dirumah

Masalah ekonomi, spesifik: Saat ini kebutuhan ekonomi dipenuhi oleh anak2 pasien

√ Masalah lainnya, spesifik tidak ada masalah

Masalah Keperawatan: Koping individu tidak efektif

IX. PENGETAHUAN KURANG TENTANG:

Penyakit jiwa Sistem pendukung


Faktor presipitasi Penyakit fisik
Koping Obat-obatan
Lainnya
Masalah Keperawatan Tidak ada masalah keperawatan

Analisis Data

DATA MASALAH
Subjektif Harga Diri
1. Pasien mengatakan malu mempunyai gigi yang Rendah
ompong dan kaki yang pincang
2. Pasien mengatakan dirinya merasa tidak berguna
3. Pasien mengatakan dirinya merasa gagal sebagai
seorang ayah
4. Pasien mengatakan malu dan minder karna sudah
tidak bekerja dan menjadi beban buat anak- anaknya
Objektif
1. Pasien lebih banyak diam,
2. Bicara lambat dengan nada suara lemah
Subjektif Gangguan
1. Pasien mengatakan tidak suka bergaul dengan isolasi sosial
temannya lebih senang menyendiri

Objektif
1. Pasien sering menyendiri
2. Pasien banyak diam
3. Pasien tidak bisa memulai pembicaraan, hanya
menjawab pertanyaan yang ditanyakan perawat

Subjektif Risiko
1. Pasien mengatakan lebih senang menyendiri Halusinasi
2. Pasien mengatakan saat dirumah pernah mendengar
bisik bisikan secara terus menerus dan datang
bisikannya tidak tentu seperti di suruh kesana dan di
suruh kemari
Objektif
1. Pasien tidak tampak halusinasi
Subjektif Risiko perilaku
1. Pasien mengatakan saat di rumah suka marah marah, kekerasan
dan suka melempar lempar barang ,
Obajektif
1. Pasien saat ini tidak tampak perilaku kekerasan
Subjektif RTIE
1. Pasien mengatakan rutin berobat ke RS tapi 1 tahun
terakhir tidak control
2. Pasien mengatakan sudah 1 tahun tidak minum obat
Objektif Tidak ditemukan
POHON MASALAH

Risiko Perilaku Kekerasan

Risiko Halusinasi

RTIE Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah


Koping keluarga tidak efektif

Koping Individu Tidak Efektif

Gangguan Gambaran Diri

Gangguan Peran

II. ASPEK MEDIK


Diagnosis Medik : Skizofrenia paranoid
Terapi Medik : Respiredon 2 mg 2x1 tab
Heximer 2 Mg 2 x 1 tab
Clozapine 25 mg 1x1 tab
Haloperidol 5 mg 2x1 tab

III. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Gangguan peran
2. Gangguan gambaran diri
3. Koping individu tidak efektif
4. Harga Diri Rendah
5. Isolasi Sosial
6. Risiko Halusinasi
7. Risiko Perilaku Kekerasan
8. Koping keluarga tidak efektif
9. Rejimen Therapetik in efektif

IV. DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN


1. Harga Diri Rendah Kronis b.d kegagalan berulang
2. Isolasi Sosial b.d perubahan penampilan fisik
3. Risiko Halusinasi
4. Risiko Perilaku Kekerasan b.d halusinasi
5. RTIE Rejimen Therapetik in efektif

Jakarta, 1 Februari 2021

Nila Purwanti, S Kep


RENCANA TINDAKAN

KESEHATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA

Inisial Klien: Tn H Ruangan:…. RM.No: 01 23 53

Tgl Diagnosa Perencanaan


Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1/2/202 Isolasi Pasien mampu : Setelah 3x pertemuan pasien mampu: Sp 1 (tgl 1/2/2021)
1 Sosial  Menyadari  Membina hubungan saling  Indentifikasi penyebab
penyebab isolasi percaya - Siapa yang satu rumah dengan pasien?
sosial  Menyadari penyebab isolasi - Siapa yang dekat dengan pasien? Apa sebabnya
 Berinteraksi social keuntungan dan kerugian - Siapa yang tidak dekat dengan pasien apa
dengan orang berinteraksi dengan orang lain
sebabnya?
lain  Melakukan interaksi dengan
 Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi
orang lain secara bertahap
dengan orang lain
- Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan
berinteraksi dengan orang lain
- Tayakan apa yang menyebabkan pasien tidak
ingin berinteraksi dengan orang lain
- Diskusikan ke untungan bila pasien memiliki
banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka
- Diskusikan kerugian bila pasien hanya
mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang
lain
- Jelaskan pengaruh isolasi social terhadap
kesehatan fisik mereka
 Latih berkenalan
- Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan
orang lain
- Berikan contoh cara beriteraksi dengan orang
lain
- Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara
berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan di
hadapan perawat
- Mulailah bantu pasien berinteraksi satu orang
teman /anggota keluarga
- Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan
tingkat jumlah interaksi dengan 1,2,3 orang dan
seterusnya.
- Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang
telah di lakukan oleh pasien.
- Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien
setelah berinteraksi dengan orang lain, mungkin
pasien akan mengkungkapkan keberhasilan atau
kegagalan, beri dorongan terus menerus agar
pasien tetap semangat meningkatkan
interaksinya
- Masukkan jadwal kegiatan pasien.

Sp 2 (tgl 2/2/2021)
- Evaluasi sp 1
- Latih berhubungan social secara bertahap
- Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien

Sp 3 (tgl 4/2/2021)
- Evaluasi sp 1dan 2
- Latih cara berkenalan dengan 2orang atau lebih
- Masukkan jadwal kegiatan pasien

Keluarga mampu : Setelah 1-2 x pertemuan keluarga SP 1


Merawat pasien mampu :  Identifikasi masalah yang dihadapi keluarga dalam
isolasi sosial di  Masalah isolasi sosial dan merawat pasien
rumah dampaknya pada pasien  Penjelasan isolasi sosial
 Penyebab isolasi sosial  Cara merawat pasien isolasi sosial
 Sikap keluarga untuk membantu  Latih (simulasi)
pasien mengatasi isolasi  RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat
sosialnya pasien.
 Pengobatan yang berkelanjutan
dan mencegah putus obat
 Tempat rujukan dan fasilitas
kesehatan yang tersedia bagi
pasien.

SP 2
 Evaluasi SP1
 Latih langsung ke pasien
 RTL keluarga / jaddwal keluarga untuk merawat
pasien
SP 3
 Evaluasi SP1 dan SP2
 Latih langsung ke pasien
 RTL keluarga/ jadwal keluarga untuk merawat pasien

SP 4
 Evaluasi kemampuan keluarga
 Evaluasi kemampuan pasien
 Rencana tindak lanjut keluarga
- Follow up
- Rujukan

1/2/202 Gangguan Pasien mampu : Setelah 3x pertemuan pasien mampu: SP 1


1 Harga diri  Mengidentifikas  Mengidentifikasi kemampuan  Identifikasi kemampuan positif
rendah i kemampuan aspek positif yang dimiliki - Diskusikan bahwa pasien masih memiliki
dan aspek  Memiliki kemampuan yang dapat sejumlah kemampuan dan aspek positif seperti
positif yang digunakan memilih kegiatan kegiatan pasien dirumah adanya keluarga dan
dimiliki sesuai kemampuan lingkungan terdekat pasien
 Menilai Melakukan kegiatan yang sudah - Beri pujian yang realistis dan hindarkan setiap
kemampuan dipilih merencanakan kegiatan kali bertemu dengan pasien penilaian yang
yang dapat yang sudah di latih negative.
digunakan  Nilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
 Menetapkan/me - Diskusikan dengan pasien kemampuan yang
milih kegiatan masih digunakan saat ini
yang sesuai - Bantu pasien menyebutkannya dan memberi
dengan penguatan terhadap kemampuan diri yang
kemampuan diungkapkan pasien
 Melatih kegiatan - Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi
yang sudah pendengar yang aktif
dipilih sesuai  Pilih kemampuan yang akan dilatih
kemampuan. c. Diskusikan dengan pasien kemampuan yang
 Merencanakan masih digunakan saat ini
kegiatan yang d. Bantu pasien menetapkan aktifitas mana yang
sudah di dapat pasien lakukan secara mandiri
latihnya. - Aktifitas yang memerlukan bantuan minimal
dari keluarga
- Aktifitas apa saja yang perlu bantuan penuh
dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien
- Beri contoh cara pelaksanaan aktifitas
yangdapat dilakukan pasien
- Susun bersama pasien aktifitas atau kegiatan
sehari-hari pasien.
 Nilai kemampuan pertama yang telah dipilih
- Diskusikan dengan pasien untuk menetapkan
urutan kegiatan ( yang sudah dipilih pasien) yang
akan dilatihkan
- Bersama pasien dan keluarga memperagakan
beberapa kegiatan yang akan dilakukan pasien
- Berikan dukungan dan pujian yang nyata sesuai
kemajuan yang diperlihatkan pasien
 Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
- Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba
kegiatan
- Beri pujian atas aktivitas /kegiatan yang dapat
dilakukan pasien setiap hari
- Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi dan
perubahan
- Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan
bersama pasien dan keluarga
- Berikan kesempatan mengungkapkan
perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan
- Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap
aktifitas yang dilakukan pasien

SP 2
 Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1)
 Pilih kemampuan kedua yang dapat dilakukan
 Latih kemampuan yang dipilih
 Masukan dalam jadwal kegiatan pasien

SP 3
 Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1 & Sp2)
 Memilih kemampuan ketiga yang dapat dilakukan
 Masukan dalam jadwal kegiatan pasien

Keluarga mampu : Setelah 1-2 x pertemuan keluarga SP 1


Merawat pasien mampu :  Identifikasi masalah yang dirasakan dalam merawat
dengan harga diri  Mengidentifikasi kemampuan pasien
rendah di rumah yang dimiliki pasien  Jelaskan proses terjadinya HDR
dan menjadi sistem  Menyediakan fasilitas untuk  Jelaskan tentang cara ,merawat pasien
pendukung yang pasien melakukan kegiatan  Main peran dalam merawat pasien HDR
efektif bagi pasien  Mendorong pasien saat pasien Susun RTL keluarga /jadwal keluarga untuk merawat
dapat melakukan kegiatan pasien
 Memuji pasien saat pasien dapat
melakukan kegiatan
 Membantu melatih pasien
 Membantu menyusun jadwal
kegiatan pasien
 Membantu perkembangan pasien

SP 2
 Evaluasi kemampuan SP1
 Latih keluarga langsung ke pasien
 Menyusun RTL keluarga / jaddwal keluarga untuk
merawat pasien

SP 3
 Evaluasi kemampuan keluarga
 Evaluasi kemampuan pasien
 RTL keluarga
- Follow up
- Rujukan

1/2/202 Risiko Pasien mampu Setelah dilakukan 2 x pertemuan SP 1 pasien :


1 Halusinasi mengontrol halusinasi tidak terjadi, dengan cara :
halusinasi sesuai  Minum obat secara teratur  Identifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi,
strategi pelaksanaan  Dengan cara latihan melakukan situasi, pencetus, perasaan, respon
tindakan aktivitas sehari-hari
 Jelaskan cara mengontrol halusinasi minum obat
keperawatan
teratur , meghardik, bercakap-cakap, melakukan
aktivitas sehari-hari
 Latih cara mengontrol halusinasi dengan minum
obat teratur dan jelaskan 6 benar minum obat
 Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian klien
Sp 2 pasien :
 Evaluasi kegiatan minum obat, beri pujian
 Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik
 Masukkan pada jadwal kegiatan harian pasien

Sp 3 pasien

 Evaluasi kegiatan latihan minum obat teratur dan


latihan menghardik
 Latih cara mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap
 Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian
pasien

Sp 4 pasien :

 Evaluasi kegiatan latihan minum obat, menghardik


dan bercakapcakap. Beri pujian
 Latih cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan harian
 Masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien
1/2/202 Resiko Pasien mampu Setelah dilakukan 2-4 x pertemuan SP 1 Pasien
1 perilaku mengontrol rasa diharapkan klien mampu mengontrol  Identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku
kekerasan marah sesuai rasa marah dengan cara : kekerasan dan akibat perilaku kekerasan
strategi pelaksanaan  Minum obat secara teratur  Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
tindakan  Dengan cara latihan fisik tarik napas latihan fisik, minum obat secara teratur, verbal dan
keperawatan dalam dan pukul bantal spiritual
 Dengan cara latihan verbal  Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
(mengungkapkan, meminta dan latihan fisik tarik napas dalam dan pukul bantal
menolak dengan cara yang baik)
 Masukkan pada jadwal kegiatan harian
 Dengan cara
spiritual
SP 2 Pasien
 Evaluasi kegiatan latihan fisik tarik napas
dalam dan pukul bantal. Beri pujian
 Latih cara mengontrol perilaku kekerasan
dengan minum obat teratur (jelaskan 6 benar
minum obat, jenis, guna, dosis, frekuensi dan cara
kontinuitas minum obat)
 Masukkan pada jadwal kegiatan harian

SP 3 Pasien
 Evaluasi kegiatan latihan fisik 1, 2 dan minum obat.
Beri pujian
 Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
verbal (mengungkapkan, meminta, menolak dengan
cara yang baik)
 Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 4 Pasien
 Evaluasi kegiatan latihan fisik 1,2 dan minum obat
serta latihan verbal. Beri pujian
 Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
spiritual
 Masukkkan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga mampu Setelah dilakukan pertemuan 2-4 x SP 1 Keluarga
mengenal masalah pertemuan keluarga mampu
resiko perilaku mengarahkan pasien dalam  Diskusikan masalah yang dirasakan dalam
kekerasan, mampu mengontrol perilaku kekerasan merawat pasien
merawat pasien  Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan
perilaku kekerasan proses terjadinya perilakun kekerasan
dengan baik,  Jelaskan cara merawat perilaku kekerasan‟
memanfaatkan  Latih cara merawat perilaku kekerasan dengan
fasilitas latihan fisik 1,2
pelayanan  Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
kesehatan untuk memberi pujian
folow up pasien
secara teratur
SP 2 Keluarga

 Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/


melatih pasien latihan fisik 1,2. Beri pujian
 Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
 Latih cara memberikan/membimbing minum
obat
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian

SP 3 Keluarga

 Evaluasi kegiatan keluarga dalam


merawat/melatih pasien latihan fisik 1,2 dan
memberikan obat. Beri pujian
 Latih cara membimbing verbal/bicara
 Latih cara membimbing kegiatan spiritual
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian

SP 4 Keluarga
 Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
melatih pasien latihan fisik 1,2 dan memberikan
obat, verbal dan spiritual. Beri pujian.
 Jelaskan follow up ke PKM, tanda kambuh,
rujukan
 Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian.
1/2/202 RTIE TUM Setelah diberikan tindakan  Ucapkan salam terapeutik
1 Pasien mampu keperawatan selama 1x20 menit
untuk kontrol dan dalam 1x pertemuan diharapkan  Berjabat tangan
mengonsumsi obat pasien dapat menjalin dan membina  Perkenalkan identitas diri (nama lengkap, nama
secara rutin hubungan saling percaya dengan  panggilan)
perawat.
 Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan
TUK 1 Dengan kriteria hasil :
Pasien dapat yang disukai
menjalin dan 1. Menjawab salam  Jelaskan tujuan pertemuan
membina hubungan 2. Mau Berjabat tangan  Dengarkan pernyataan pasien dengan sikap sabar
saling percaya 3. Mau menyebutkan nama empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal.
dengan (identitas diri) Misalnya: sentuhan, anggukan
Perawat 4. Ekspresi wajah tenang dan
tersenyum kepada perawat.
5. Ada kontak mata
6. Mau mengutarakan masalah yang
sedang dihadapi.

TUK 2 Setelah diberikan tindakan  Tanyakan pada pasien mengenai dukungan untuk
Klien dapat keperawatan selama 1x20 menit kontrol dan meminum obat dari :
menyebutkan dalam 1x pertemuan diharapkan klien - Orang yang tinggal serumah atau teman sekamar
penyebab dapat menyebutkan penyebab ketidak pasien
ketidakkooperatifan kooperatifan dalam meminum obat - Orang terdekat pasien dirumah atau diruang
dalam meminum dengan kriteria hasil : perawatan
obat 1. Klien dapat menyebutkan  Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan
penyebab dari diri sendiri penyebab ketidakkooperatifan dalam kontrol dan
2. Klien dapat menyebutkan meminum obatnya tersebut
penyebab dari orang lain
3. Klien dapat menyebutkan
penyebab dari lingkungan
TUK 3 : Dalam 1x pertemuan diharapkan 1. Menyebutkan nama, tujuan pertemuan dengan sopan
Klien dapat pasien dapat dukungan dari keluarga dan ramah.
dukungan dari dalam kontrol pengobatan. 2. Anjurkan keluarga
keluarga dalam Dengan kriteria hasil : 3. Menceritakan hambatan dalam kontrol pengobatan
memantau kontrol 1. Keluarga dapat saling percaya klien.
secara rutin dengan perawat. 4. Diskusikan mengenai perasaan yang dirasakan klien
pengobatannya 2. Keluarga dapat menyebutkan setelah putus obat :
pengertian, tanda dan tindakan − Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga
untuk menunjang kontrol untuk kontrol
pengobatan klien
TUK 4 : Setelah dilakukan keperawatan 1. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang dosis
Klien dapat selama 1x20 menit dalam 1x dan frekuensi serta manfaat.
menggunakan obat pertemuan, diharapkan pasien dapat 2. Diskusikan akibat dari berhenti minum obat tanpa
dengan prinsip 12 menggunakan obat dengan prinsip 12 konsultasi dengan dokter
benar benar dengan kriteria hasil : 3. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 12
1. Pasien dan keluarga dapat benar
menyebutkan manfaat, dosis dan
efek samping obat.
2. Pasien dapat mendapatkan
informasi tentang efek samping
obat

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN


KEPERAWATAN JIWA DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT JIWA

Inisial Klien: Tn H Ruangan:…. RM.No: 01 23 53

TANGGAL DIAGNOSIS IMPLEMENTASI TINDAKAN EVALUASI


KEPERAWATAN
9/2/2021 Isolasi sosial b.d perubahan SP 1 Pasien S : Pasien mengatakan senang
penampilan fisik 1. Membina hubungan saling percaya berkenalan dengan orang lain
2. Mendiskusikan dan O:
mengidentifikasi penyebab isolasi  Membina hubungan saling
sosial : siapa yang serumah, siapa percaya
yang dekat, yang tidak dekat, apa  Pasien mampu
sebabnya mengungkapkan penyebab
isolasi sosial, keuntungan
3. Mendiskusikan keuntungan punya
dan kerugian berinteraksi
teman dan bercakap-cakap
dengan orang lain
4. Mendiskusikan kerugian tidak  Pasien mampu melakukan
punya teman dan tidak bercakap- latihan berkenalan dan
cakap
bercakap-cakap dengan
5. Melatih cara berkenalan dengan
perawat
teman
 Melakukan interaksi
6. Masukkan ke dalam jadwal
dengan 1 orang teman
kegiatan harian pasien
yang lain
A: Masalah teratasi sebagian
P : Optimalkan SP 1 , lanjutkan ke
SP2
STRATEGI PELAKSANAAN
ISOLASI SOSIAL

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) ISOLASI SOSIAL


A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Pasien
Subjektif
1. Pasien mengatakan tidak suka bergaul dengan temannya lebih senang
menyendiri
2. Pasien mengatakan malu dan minder karna sudah tidak bekerja dan
menjadi beban buat anak- anaknya
3. Pasien malu mempunyai gigi yang ompong dan kaki yang pincang
Objektif
1. Pasien tampak minder
2. Pasien tampak malu
3. Pasien sering menyendiri
4. Pasien banyak diam
5. Pasien tidak bisa memulai pembicaraan, hanya menjawab pertanyaan yang
ditanyakan perawat
2. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial.
3. Tujuan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial.
c. Klien mampu menyebutkan keuntungan dan kerugian hubungan dengan
orang lain.
d. Klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap.
e. Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan dengan orang
lain.
f. Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas hubungan sosial.
g. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien.
c. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang
lain.
d. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan orang lain
e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
f. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan berbincang-bincang
dengan orang lain dalam kegiatan harian.

B. Proses Pelaksanaan
1.   Fase Orentasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum..!!! selamat siang pak… perkenalkan nama saya Suster Nila
Purwanti, biasa dipanggil Nila. Saya mahasiswa Stikes Abdi Nusantara yang
akan dinas di ruangan ini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi dari jam
14:00 sampai jam 21:00 malam. Saya akan merawat bapak selama di rumah
sakit ini. Nama bapak siapa? Senangnya bapak di panggil apa?

b. Evaluasi / Validasi
Bagaimana perasaan Pak… hari ini? O.. jadi Bapak merasa bosan dan tidak
berguna.
Apakah Bapak masih suka menyendiri ??
c. Kontrak.
Topik:
Baiklah Pak, bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan
Bapak dan kemampuan yang Bapak miliki? Apakah bersedia? Tujuannya agar
bapak dengan saya dapat saling mengenal sekaligus bapak dapat mengetahui
keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain
Waktu : Berapa lama Bapak mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 10
menit saja ya?
Tempat : Bapak mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di
taman?

2.  Fase kerja.


Dengan siapa Bapak tinggal serumah?
Siapa yang paling dekat dengan Bapak?
Apa yang menyebabkan Bapak dekat dengan orang tersebut?
Siapa anggota keluarga dan teman Bapak yang tidak dekat dengan Bapak?
apa yang membuat Bapak tidak dekat dengan orang lain?
Apa saja kegiatan yang biasa Bapak lakukan saat bersama keluarga?
Bagaimana dengan teman-teman yang lain?
Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang
lain?
Apa yang menghambat Bapak dalam berteman atau bercakap-cakap dengan
orang lain?
Menurut Bapak apa keuntungan kita kalau mempunyai teman?
Wah benar, kita mempunyai teman untuk bercakap-bercakap.
Apa lagi Bapak? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa Bapak? ya apa lagi? (sampai
menyebutkan beberapa) jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya.
Kalau begitu ingin Bapak belajar berteman dengan orang lain?
Nah untuk memulainya sekarang Bapak latihan berkenalan dengan saya terlebih
dahulu. Begini Bapak, untuk berkenalan dengan orang lain dengan orang lain kita
sebutkan dahulu nama kita dan nama panggilan yang kita sukai.
Contohnya: nama saya Nila Purwanti, senang dipanggil Nila.
Selanjutnya Bapak menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
nama Bapak siapa ? senangnya dipanggil apa?
Ayo Pak coba dipraktekkan! Misalnya saya belum kenal dengan Bapak. coba
Bapak berkenalan dengan saya.
Ya bagus sekali Bapak!! coba sekali lagi Bapak..!!! bagus sekali Bapak!!
Setelah berkenalan dengan Bapak, orang tersebut diajak ngobrol tentang hal-hal
yang menyenangkan. Misalnya tentang keluarga, tentang hobi, pekerjaan dan
sebagainya,
Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan bercakap-cakap dengan teman Bapak.
(dampingi pasien bercakap-cakap).

3.   Terminasi.
a.    Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan berkenalan?
Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara berkenalan dengan orang
lain!
b.    RTL
Baiklah Bapak, dalam satu hari mau berapa kali Bapak latihan bercakap-cakap
dengan teman? Dua kali ya Bapak? baiklah jam berapa Bapak akan latihan? Ini
ada jadwal kegiatan, kita isi jamn 11:00 dan 15:00 kegiatan Bapak adalah
bercakap-cakap dengan teman sekamar. Jika Bapak melakukanya secara mandiri
maka Bapak menuliskan M, jika Bapak melakukannya dibantu atau diingatkan
oleh suster atau teman maka Bapak buat B, Jika Bapak tidak melakukanya maka
Bapak tulis T. apakah Bapak mengerti? Coba Bapak ulangi? Naah bagus Bapak.
c.   Kontrak yang akan datang :
Topik :
Baik lah Bapak bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang
pengalaman Bapak bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan
bercakap-cakap dengan topik tertentu. apakah Bapak bersedia?
Waktu :
Bapak mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 15:00?
Tempat :
Bapak maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang
tamu?? Baiklah Pak besok saya akan kesini jam 15:00 sampai jumpa besok
Bapak. saya permisi Assalamualaikum Wr,Wb.

Anda mungkin juga menyukai