Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

ENERGI BIDANG PERTANIAN


(TPT 2029)
ACARA VI
PENGUKURAN DAYA PADA MOTOR DIESEL

DISUSUN OLEH :
NAMA : MUHAMMAD HAFIZH
NIM : 19/439835/TP/12373
GOL. :C
CO. ASS : Muhammad Arif Ihsanudin

LABORATORIUM ENERGI DAN MESIN PERTANIAN


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Motor bakar adalah motor penggerak yang menggunakan energi
termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengkonversi energi thermal
menjadi energi mekanik. Motor bakar menggunakan proses pembakaran
untuk memperoleh energi thermal. Berdasarkan proses pembakarannya,
motor bakar dibedakan menjadi dua yaitu motor bakar dalam dan motor
bakar luar. Dalam bidang Teknik pertanian dan biosistem banyak
digunakan jenis motor bakar dalam.
Salah satu kegunaan motor bakar dalam dalam bidang Teknik
pertanian adalah motor bakar dalam digunakan sebagai komponen utama
traktor. Motor bakar dalam dibedakan menjadi dua berdasarkan bahan
bakarnya yaitu motor bensin dan motor diesel yang menggunakan bahan
bakar solar.
Motor diesel memiliki efisiensi termal terbaik dibandingkan
dengan mesin pembakaran dalam maupun pembakaran luar lainnya,
karena memiliki rasio kompresi yang sangat tinggi. Motor diesel banyak
dimanfaatkan di bidan pertanian utamanya untuk traktor. Kerja dari motor
diesel bisa diperoleh dengan nilai daya, torsi, dan konsumsi bahan bakar
dari motor diesel tersebut. Oleh karena itu, untuk mengukur daya pada
motor diesel maka dilakukan praktikum ini.

1.2 Tujuan
1. Mempelajari pengaruh beban torsi pada suatu setelan governor
terhadap RPM, daya, pemakaian udara dan bahan bakar serta efisiensi
motor.
2. Mengetahui fungsi kerja governor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Motor bakar merupakan sebuah mesin yang dapat menggunakan sumber
energi kimia (bahan bakar) untuk diubah menjadi energi panas, kemudian energi
panas ini diubah menjadi energi gerak atau mekanis. Salah satu jenis motor bakar
adalah motor bakar dalam atau internal combustion engine. Motor bakar dalam
melakukan proses pembakaran bahan bakar didalam mesin itu sendiri sehingga
hasil pembakaran berfungsi sekaligus sebagai fluida kerja mesin [ CITATION
Fat20 \l 1033 ].
Motor bakar dalam dibagi menjadi dua yaitu motor bensin dan motor
diesel. Perbedaan utama dari kedua motor bakar dalam tersebut adalah pada
sistem penyalaan motor bensin menggunakan busi sebagai sistem penyalaannya
sedangkan mesin diesel memanfaatkan suhu kompresi tinggi untuk melakukan
pembakaran [ CITATION Wah20 \l 1033 ]. Perbedaan lain terletak pada jenis bahan
bakarnya. Motor bensin menggunakan bensin atau sejenisnya, sedangkan motor
diesel menggunakan bahan bakar solar atau dexlite [ CITATION Sug18 \l 1033 ].
Daya pada motor diesel merupakan hasil kerja yang dapat dilakukan motor
diesel tersebut dalam waktu tertentu. Nilai dari daya diesel dipengaruhi oleh rpm
motor [ CITATION Par13 \l 1033 ]. Konsumsi bahan bakar pada diesel diperlukan
untuk pengukuran daya motor diesel. Konsumsi bahan bakar pada motor diesel
dipengaruhi oleh putaran mesin. Ketika putaran mesin semakin cepat maka
konsumsi bahan bakar akan naik pula. Hal ini disebabkan karena pada saat
putaran mesin meningkat proses pembakaran yang terjadi juga sangat cepat
sehingga pembakaran pada ruang bakar tidak sempurna karena campuran bahan
bakar dan udaraa baru terlalu cepat menggantikan campuran lama yang belum
seluruhnya terbakar[ CITATION Isa10 \l 1033 ].
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
a. Motor Diesel 4 tak
b. Dinamometer model DY-7DE lengkap dengan pengukur debit
bahan bakar dan pengukur debit udara.
3.2 Langkah kerja
Langkah kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah motor
dihubungkan ke dynamometer. Lalu, pengukur aliran udara dengan nozzle
¾ inch juga dihubungkan. Setelah itu, sistem pengukuran aliran bahan
bakar yang sudah dikalibrasi dihubungkan ke inlet bahan bakar motor
dengan catatan tempat bahan bakar (solar) harus dinaikkan diatas motor
agar bahan bakar mengalir ke bawah ke dalam pompa injeksi. Manometer
didaftarkan pada drum pengukur aliran udara dan diposisikan pada nol.
Tombol dinamometer disetel pada nol. Motor dihidupkan dan dibiarkan
sampai menjadi cukup panas kurang lebih 30 detik. Kemudian, secara
berangsur-angsur kecepatan putar motor ditambah sampai kecepatan
tertentu Dengan mempertahankan kecepatannya, variasi beban torsi
diberika mulai dari nol
dan dinaikkan setiap 0,05 Kg.m sampai RPM menunjukkan penurunan
yang berarti dan diimbangi dengan pengaturan posisi planyer. Kemudian,
bacaan torsi , RPM, aliran udara dan aliran bahan bakar dicatat. Langkah
ini diulangi dengan kecepatan putar yang lebih besar atau yang lebih kecil
dan semua besaran. Dicatat. Lalu, suhu udara, tekanan udara dan
kelembapan udara. Terakhir, grafik hubungan antara semua besaran
terhadap torsi dan terhadap RPM Digambar.
3.3 Cara Analisis
1. Menghitung Faktor Koreksi (FK)
FK = Ct x Cp x Crh (1)
Keterangan:
FK = faktor koreksi
Ct = faktor koreksi untuk suhu bola kering
Cp = faktor koreksi untuk suhu bola basah
Crh = faktor koreksi untuk udara kering
2. Menghitung Koreksi Aliran Udara (AFC)
AFC = AFterukur x FK (2)
Keterangan:
AFC = Air Flow Correction (kg/jam)
AFterukur= aliran udara terukur (kg/jam)
FK = faktor koreksi
3. Menghitung Daya Poros
RPM
BHP = T x (3)
716,2
Keterangan:
BHP = daya poros (hp)
T = torsi (kg.m)
RPM = rotation per minute
Menghitung Daya Poros Koreksi (BHPKoreksi/BHPC)
BHPC = BHP x FK (4)
4. Menghitung Perbandingan Udara Bahan Bakar (AFR)
AFC
AFR = (5)
FF
Keterangan:
AFR = perbandingan udara bahan bakar
AFC = air flow correction (kg/jam)
FF = aliran bahan bakar/fuel flow (kg/jam)
5. Menghitung Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)
FF
SFC = (6)
BHP
Keterangan:
SFC = konsumsi bahan bakar spesifik
FF = aliran bahan bakar/fuel flow (kg/jam)
BHP = daya poros (hp)
6. Menghitung Tekanan Efektif Rata-rata (BMEP)
- Untuk 4 tak:
BHPx 75 x 60 x 2
BMEP =
Vdx 100 xn
(7)
- Untuk 2 tak:
BHPx 75 x 60
BMEP =
Vdx 100 xn
(8)
7. Menghitung Efisiensi Volumetrik (ƞ)
- Untuk 4 tak:
1000
AFx
60
ƞ= x 100%
RPM
Vdx
2
(9)
- Untuk 2 tak:
1000
AFx
ƞ= 60 x 100%
VdxRPM
(10)
8. Menghitung Efisiensi Termal (ƞ)
BHPx 75 x 3600
ƞ= x 100% (11)
FFxNBx 4182
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Pada praktikum ini, dilakukan pengukuran AFc, BHP, AFR, SFC,
BMEP, efisiensi volumetris, dan efisiensi termal pada dua variasi RPM
yaitu 2500 dan 3000 RPM. Berdasarkan pengukuran tersebut diperoleh
hasil sebagai berikut.
1. Data Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan pada 2500 RPM
Torsi N (RPM) Air Flow (mm) Fuel Flow (mm)
(kg.m
1 2 Rerata 1 2 Rerata 1 2 Rerata
)
0 2500 2600 2550 11 8,5 9,75 4,2 5,2 4,7
0,1 2500 2500 2500 10 9 9,5 4,7 5,3 5
0,2 2500 2500 2500 9,5 9,5 9,5 5,1 5,5 5,3
0,3 2500 2500 2500 9,5 9,5 9,5 5,4 5,4 5,4
0,4 2450 2400 2425 10,5 10 10,25 7 8 7,5
0,5 2400 2300 2350 11 10 10,5 5 6 5,5
0,6 2300 2300 2300 10,5 9,5 10 5,5 6,3 5,9
0,7 2200 2200 2200 9 8 8,5 6 6,4 6,2

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan pada 3000 RPM


Torsi N (RPM) Air Flow (mm) Fuel Flow (mm)
(kg.m 1 2 Rerata 1 2 Rerata 1 2 Rerata
)
0 3000 3000 3000 9 9 9 4,3 4,3 4,3
0,1 2950 2950 2950 9 9 9 5 4,9 4,95
0,2 2900 2900 2900 9 8,5 8,75 5,4 5,5 5,45
0,3 2950 2950 2950 8,5 8 8,25 6,7 6,7 6,7
0,4 2900 2900 2900 9 8 8,5 6,9 7,3 7,1
0,5 2900 2900 2900 9 8 8,5 7,4 7,2 7,3
0,6 2850 2800 2825 8 8 8 8 8,5 8,25
0,7 2800 2800 2800 7 7 7 8 8 8

2. Perhitungan AF
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan AFC pada 2500 RPM
Torsi Air Flow (AF) FK AFc
(kg.m
mm inch lbs/jam kg/jam lt/jam lt/jam kg/jam
)
0,3838 11339, 0,8986
0
9,75 6 30 13,6078 8 1 10190 12,228
0,3740 11150, 0,8986 10020, 12,024
0,1
9,5 2 29,5 13,381 8 1 2 2
0,3740 11150, 0,8986 10020, 12,024
0,2
9,5 2 29,5 13,381 8 1 2 2
0,3740 11150, 0,8986 10020, 12,024
0,3
9,5 2 29,5 13,381 8 1 2 2
10,2 0,4035 11717, 0,8986 10529, 12,635
0,4
5 4 31 14,0614 8 1 7 6
0,4133 12095, 0,8986 10869, 13,043
0,5
10,5 9 32 14,5149 8 1 4 2
11528, 0,8986 10359, 12,431
0,6 0,3937
10 30,5 13,8346 8 1 9 8
0,3346 10394, 0,8986 9340,8
0,7
8,5 5 27,5 12,4738 8 1 7 11,209

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan AFC pada 3000 RPM


Torsi Air Flow (AF) FK AFc
(kg.m) mm inch lbs/jam kg/jam lt/jam lt/jam kg/jam
0,8986 9678,8
0 28,5
9 0,35433 12,9252 10771 1 8 11,6147
0,8986 9678,8
0,1 28,5
9 0,35433 12,9252 10771 1 8 11,6147
8,7 0,8986 9509,0
0,2 28
5 0,34449 12,6984 10582 1 8 11,4109
8,2 9977,3 0,8986
0,3 26,4
5 0,3248 11,9728 2 1 8965,7 10,7588
10128, 0,8986 9101,5
0,4 26,8
8,5 0,33465 12,1542 5 1 5 10,9219
10128, 0,8986 9101,5
0,5 26,8
8,5 0,33465 12,1542 5 1 5 10,9219
9448,2 0,8986 8490,2
0,6 25
8 0,31496 11,3379 2 1 5 10,1883
Torsi 9297,0 0,8986 8354,4
0,7 RPM 24,6 BHP FK BHPc
7(kg.m)
0,27559 11,1565 5 1 1 10,0253
14 0 2550 0 0,89861 0
0,3490 0,3136
0,1
12 2500 6 0,89861 7
0,6981 0,6273
10 0,2
2500 3 0,89861 4
1,0471 0,9410
0,3
AFc (kg/jam)

8
2500 9 0,89861 2
1,3543 1,2170 2500 RPM
6 0,4
2425 7 0,89861 5 3000 RPM
1,4742
4 0,5
2350 1,6406 0,89861 6
1,9268 1,7314
2 0,6
2300 4 0,89861 7
0 2,1502 1,9322
0 0.1 0,7 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
2200 4 0,89861 2
Torsi (kg.m)

Gambar 4.1 Grafik torsi terhadap AFC pada 2500 RPM dan 3000 Rpm
3. Perhitungan BHP
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan BHP pada 2500 RPM
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan BHP pada 3000 RPM

Torsi
RPM BHP FK BHPc
(kg.m)
0 3000 0 0,89861 0
0,3701
0,1 2950
0,4119 0,89861 3
0,8098 0,7277
0,2 2900
3 0,89861 2
1,2356
0,3 2950
9 0,89861 1,1104
1,6196 1,4554
0,4 2900
6 0,89861 4
2,0245
0,5 2900
7 0,89861 1,8193
2,3666
0,6 2825
6 0,89861 2,1267
2,7366 2,4591
0,7 2800
7 0,89861 9

2.5

2
BHPc

1.5
2500 RPM
1 3000 RPM

0.5

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Torsi (kg.m)
Gambar 4.2 Grafik torsi terhadap BHP pada 2500 RPM dan 3000 Rpm

4. Perhitungan AFR
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan AFR pada 2500 RPM

Torsi AFc FF
AFR
(kg.m) (kg/jam) (kg/jam)
0 12,228 0,81647 14,9768
0,1 12,0242 0,90718 13,2545
0,2 12,0242 0,9979 12,0495
0,3 12,0242 1,02058 11,7817
0,4 12,6356 1,58757 7,9591
0,5 13,0432 1,04326 12,5024
0,6 12,4318 1,13398 10,963
0,7 11,209 1,2247 9,15249

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan AFR pada 3000 RPM

Torsi AFc FF
AFR
(kg.m) (kg/jam) (kg/jam)
0 11,6147 0,81647 9,48298
0,1 11,6147 0,90718 10,5366
0,2 11,4109 0,9979 11,387
0,3 10,7588 1,02058 10,9803
0,4 10,9219 1,58757 17,3392
0,5 10,9219 1,04326 11,3944
0,6 10,1883 1,13398 11,5533
0,7 10,0253 1,2247 12,2779
20
18
16
14
12
10
AFR

2500 RPM
8
3000
6
4
2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Torsi (kg.m)
Gambar 4.3 Grafik torsi terhadap AFR pada 2500 RPM dan 3000 Rpm
5. Perhitungan SFC
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan SFC pada 2500 RPM
FF
Torsi
(kg/jam BHP SFC
(kg.m)
)
0,8164 #DIV/0
0
7 0 !
0,9071 0,3490
0,1
8 6 2,5989
0,6981
0,2
0,9979 3 1,4294
1,0205 1,0471 0,9745
0,3
8 9 9
1,5875 1,3543 1,1721
0,4
7 7 8
1,0432
0,5
6 1,6406 0,6359
1,1339 1,9268 0,5885
0,6
8 4 2
2,1502 0,5695
0,7
1,2247 4 6

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan SFC pada 3000 RPM

Torsi FF
BHP SFC
(kg.m) (kg/jam)
0 0,81647 0 #DIV/0!
0,1 0,90718 0,4119 2,20246
0,2 0,9979 0,80983 1,23224
0,3 1,02058 1,23569 0,82592
0,4 1,58757 1,61966 0,98019
0,5 1,04326 2,02457 0,5153
0,6 1,13398 2,36666 0,47915
0,7 1,2247 2,73667 0,44751
3

2.5

1.5
SFC

2500 RPM
1 3000 RPM

0.5

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Torsi (kg.m)

Gambar 4.4 Grafik torsi terhadap SFC pada 2500 RPM dan 3000 Rpm
6. Perhitungan BMEP
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan BMEP pada 2500 RPM
Torsi N BMEP
BHP Vd (cc)
(kg.m) (RPM) 2 Tak 4 Tak
0 2550 0 218,89 0 0
0,3490
0,1 218,89
2500 6 2,87047E-05 5,74093E-05
0,6981
0,2 218,89
2500 3 5,74093E-05 0,000114819
1,0471
0,3 218,89
2500 9 8,6114E-05 0,000172228
1,3543
0,4 218,89
2425 7 0,000114819 0,000229637
0,5 2350 1,6406 218,89 0,000143523 0,000287047
1,9268
0,6 218,89
2300 4 0,000172228 0,000344456
2,1502
0,7 218,89
2200 4 0,000200933 0,000401865

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan BMEP pada 3000 RPM


Torsi N BMEP
BHP Vd (cc)
(kg.m) (RPM) 2 Tak 4 Tak
0 3000 0 218,89 0 0
0,1 2950 0,4119 218,89 2,87047E-05 5,74093E-05
0,8098
0,2 2900
3 218,89 5,74093E-05 0,000114819
1,2356
0,3 2950
9 218,89 8,6114E-05 0,000172228
1,6196
0,4 2900
6 218,89 0,000114819 0,000229637
2,0245
0,5 2900
7 218,89 0,000143523 0,000287047
2,3666
0,6 2825
6 218,89 0,000172228 0,000344456
2,7366
0,7 2800
7 218,89 0,000200933 0,000401865

0
BMEP (2 tak)

2500 RPM
0
3000 RPM

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Torsi (kg.m)

Gambar 4.5 Grafik torsi terhadap BMEP pada 2500 RPM dan 3000 Rpm
mesin 2 tak
0

0
BMEP (4 Tak)

0 3000 RPM
2500 RPM
0

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Torsi (kg.m)

Gambar 4.6 Grafik torsi terhadap BMEP pada 2500 RPM dan 3000 Rpm mesin 4
tak
7. Perhitungan Efisiensi Volumetris
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Efisiensi Volumetris pada 2500 RPM
Torsi N AF Vd Efisiensi Volumetris (%)
(kg.m) (RPM) (lt/jam) (cc) 2 Tak 4 Tak
11339, 33,86008
0 218,89
2550 8 5 67,72016983
11150, 33,96166
0,1 218,89
2500 8 5 67,92333034
11150, 33,96166
0,2 218,89
2500 8 5 67,92333034
11150, 33,96166
0,3 218,89
2500 8 5 67,92333034
11717, 36,79229
0,4 218,89
2425 8 8 73,58459691
12095, 39,19124
0,5 218,89
2350 8 7 78,38249444
11528, 38,16620
0,6 218,89
2300 8 4 76,33240882
10394,
0,7 218,89
2200 8 35,97634 71,95268044

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Efisiensi Volumetris pada 3000 RPM


Torsi N AF Efisiensi Volumetris (%)
Vd (cc)
(kg.m) (RPM) (lt/jam) 2 Tak 4 Tak
27,33736
0 3000 10771
218,89 1 54,67472246
27,80070
0,1 2950 10771
218,89 6 55,60141267
27,78388
0,2 2900 10582
218,89 9 55,56777849
25,75223
0,3 2950 9977,32
218,89 3 51,50446694
0,4 2900 10128,5 218,89 26,59315 53,186301
0,5 2900 10128,5 218,89 26,59315 53,186301
25,46563
0,6 2825 9448,22
218,89 7 50,93127392
25,28192
0,7 2800 9297,05
218,89 1 50,56384159
45

40

35
Efisiensi volumetris (%) (2 Tak)

30

25

20 2500 RPM
3000 RPM
15

10

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Torsi (kg.m)

Gambar 4.7 Grafik torsi terhadap Efisiensi Volumetris pada 2500 RPM
dan 3000 Rpm mesin 2 tak

90

80
Efisiensi Volumetris (%) (4Tak)

70

60

50

40 2500 RPM
30 3000 RPM

20

10

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Torsi (kg.m)

Gambar 4.8 Grafik torsi terhadap Efisiensi Volumetris pada 2500 RPM
dan 3000 Rpm mesin 4 tak
8. Perhitungan Efisiensi Thermal
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Efisiensi Thermal pada 2500 RPM
Efisien
Torsi FF NB
si
(kg.m BHP (kg/ja (kkal/k
Termal
) m) g)
(%)
0,8164 10674,
0
0 7 2 0
0,3490 0,9071 10674, 0,2327
0,1
6 8 2 3
0,6981 10674, 0,4231
0,2
3 0,9979 2 5
1,0471 1,0205 10674, 0,6206
0,3
9 8 2 2
1,3543 1,5875 10674,
0,4
7 7 2 0,516
1,0432 10674, 0,9511
0,5
1,6406 6 2 6
1,9268 1,1339 10674, 1,0277
0,6
4 8 2 4
2,1502 10674, 1,0619
0,7
4 1,2247 2 4

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Efisiensi Thermal pada 3000 RPM


NB Efisiensi
Torsi FF
BHP (kkal/kg Termal
(kg.m) (kg/jam)
) (%)
0 0 0,81647 10674,2 0
0,1 0,4119 0,90718 10674,2 0,27462
0,2 0,80983 0,9979 10674,2 0,49085
0,3 1,23569 1,02058 10674,2 0,73233
0,4 1,61966 1,58757 10674,2 0,61707
0,5 2,02457 1,04326 10674,2 1,17377
0,6 2,36666 1,13398 10674,2 1,26233
0,7 2,73667 1,2247 10674,2 1,35157
1.6
1.4
1.2

Efisiensi Thermal (%)


1
0.8
2500 RPM
0.6
3000 RPM
0.4
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Torsi (kg.m)

Gambar 4.9 Grafik torsi terhadap Efisiensi thermal pada 2500 dan 3000 RPM
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan praktkum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1. Beban torsi berpengaruh pada kerja governor dengan governor akan
meningkatkan suplai bahan bakar ketika terdapat penambahan beban
sehingga RPM dan daya dari motor diesel tetap stabil.
2. Fungsi kerja governor digunakan untuk menjaga motor diesel tetap pada
kecepatan yang diinginkan dan menaikkan atau menurunkan tenaga motor
diesel agar cocok dengan perubahan beban serta mengendalikan suplai
bahan bakar ke ruang bakar saat terjadi perubahan.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, I., 2010. Uji Performance Mesin Diesel Menggunakan Biodiesel Dari
Minyak Goreng Bekas. Jurnal Kimia Valensi, 1(6), pp. 291-297.
Fathun, 2020. MESIN BENSIN KENDARAAN RINGAN. Mirra Buana Media.
Yogyakarta
Paryono, 2013. TEKNOLOGI MOTOR DIESEL. Gunung Samudera. Malang
Susilo, S. H. & Sabudin, A. M., 2018. Pengaruh Campuran Bioetanol-Pertamax
92 terhadap Kinerja Motor Otto. JURNAL ENERGI DAN TEKNOLOGI
MANUFAKTUR (JETM), 1(2), pp. 21-26.
Wahyudi, Setiadi, R., Sumbodo, W. & Budiman, F. A., 2020. Mesin Hybrid.
Deepublish. Yogyakarta
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai