PENDAHULUAN
Dunia kedokteran hewan saat ini telah mengalami kemajuan yang cukup pesat
dengan di temukannya metode – metode baru dalam pengobatannya untuk penyakit
hewan. Salah satu cabang kedokteran hewan yang banyak mendapatkan perhatian adalah
ilmu bedah kedokteran hewan (veterinary surgery). Berbagai macam pembedahan telah di
lakukan sebagai terapi untuk suatu penyakit, untuk mempercepat kesembuhan,
mempercantik penampilan hewan, serta untuk meningkatkan produktivitas hewan. Salah
satu bedah pada kedokteran hewan yaitu Ovariohisterctomy yang mempunyai manfaat
yaitu untuk mengurangi populasi hewan yang tidak bertuan yang semakin meningkat
(Fossum, 2009).
Peningkatan populasi hewan dalam jumlah besar menjadi masalah tersendiri bagi
kesehatan manusia, terutama hewan kecil seperti anjing dan kucing karena hewan –
hewan tersebut dapat menularkan dan membawa berbagai agen penyakit seperti rabies,
parasit, toxoplasmosis, dan abortus dan lain – lain sebagainya. Salah satu solusi untuk
memecahkan permasalahan di atas adalah melakukan tindakan sterilisasi pada anjing
maupun kucing baik pada jantan maupun betina, sterilisasi pada hewan betina dapat di
lakukan dengan mengangkat ovarium beserta dengan uterusnya yang di sebut sebagai
ilmu bedah ovariohisterectomy (Fossum, 2009).
Ovariohisterectomy dapat juga di lakukan untuk terapi pengobatan pada kasus – kasus
reproduksi seperti pyometra, endometritis, tumor uterus, cysteovari, hyperplasia dan
neoplasia pada kelenjar mamae. Tindakan bedah ini akan memberikan efek pada hewan
seperti perubahan tingkah laku seperti hewan tidak dapat birahi, tidak mengalami
kebuntingan dan tidak dapat menyusui. Perubahan tingkah laku ini dapat terjadi akibat
ketidak seimbangan hormonal di dalam tubuh terutama pada organ reproduksi (Fossum,
2009).
Keputusan untuk melakukan tindakan bedah ovariohisterectomy di pilih ketika
berbagai jenis terapi lain sudah tidak memungkinkan dalam proses kesembuhan pada
suatu penyakit sehingga di lakukan tindakan terapi teknik bedah ovariohisterectomy
untuk mengangkat dan membuang uterus dan ovariumnya sekaligus dari tubuh hewan
betina (Hartiningsih, 2007).
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ovariohisterectomy ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui organ reproduksi kucing betina
2. Untuk mengetahui teknik bedah ovariohisterectomy
3. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian dari ovariohisterectomy
4. Untuk mengetahui aplikasi anastesi dan sediannya
5. Untuk mengetahui pengobatan pasca operasi
1.3. Manfaat
Manfaat dari dilakuknannya bedah ovariohisterectomy atau orchidektomi adalah :
1. Untuk meingkatkan kemampuan soft skill bedah praktikan dalam melaksanakan
Ovariohisterectomy dengan benar.
2. Untuk menghindari terjadinya infeksi pada bagian yang di bedah jika kita mengetahui
hal – hal di perhatikan dalam ovariohisterectomy.
3. Pada kucing yang telah di ovariohysterectomy tidak akan mengalami estrus dan tidak
Akan mengalami birahi.
4. Pada kucing yang telah di ovariohisterectomy akan menurunkan resiko kemungkinan
Terjaidnya tumor mamae.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Tujuan
Tujuan dari Ovariohisterectomy yaitu agar praktikan mampu memahami
prosedur operasi ovariohisterectomy untuk menambah pengetahuan dan softskill
dalam pembedahan untuk mencegah meningkatnya populasi hewan, sebagai terapi
karena adanya tumor, jista ovari dan terjadinya pyometra serta perubahan tingkah laku
sehingga mudah di kendalikan dan lebih baik.
2.1.3. Tipe
Ada beberapa tipe histerektomi yaitu TAH, SVH, dan radical hysterectomy.
TAH jika prosedur pembedahan mengangkat seluruh uterus termasuk serviks, korpus,
dan fundus uteri. SVH jika prosedur pembedahan mengangkat uterus tetapi
meninggalkan serviks sedangkan radical hysterectomy jika prosedur pembedahan
dengan mengangkat uterus, serviks, bagian atas vagina, dan jaringan sekitarnya. Pada
prosedur pembedahan tersebut, dapat dikerjakan juga pengangkatan kedua ovarium
dan tuba fallopi, yang disebut sebagai Total Abdominal Hysterectomy Bilateral
Salphingo-Ooforectomy (TAH-BSO) (Rasjidi, 2008).Histerektomi dapat dilakukan
melalui insisi abdominal (histerektomi abdominal), vagina (histerektomi vaginal), atau
sebagai prosedur laparoskopi (histerektomi laparoskopi) (Rasjidi, 2008).
Gambar 2.1 Tipe histerektomi
(Sumber : Heisler, 2010)
a. Keuntungan
1. Menghilangkan keributan hewan pada saat periode estrus.
2. Mencegah lahirnya anak kucing yang tidak di inginkan.
3. Menghilangkan stress akibat kebuntingan.
4. Mengurangi resiko terkena kanker mammae, oavrium dan uterus.
5. Menghilangkan resiko pyometra dan infeksi uterus lain.
6. Terapi terhadap penyakit – penyakit uterus dan ovarium.
b. Kerugian
1. Terjadinya obesitas pada hewan.
2. Hilangnya potensi breed dan nilai genetik.
2.2. Anatomi Organ Genitalia Kucing Betina
Ketamin
Ketamin merupakan obat anastetik yang bersifat analgesik kuat, stadium
depresi penggunaan ketamin dicapai 5-10 menit pemeberian dan pasien mencapai
stadium operasi 12-25 menit pasca injeksi. Ketamin merupakan obat yang berbentuk
larutan tanpa warna, stabil pada suhu kamar dan relatif aman untuk digunakan. Obat
ini dapat diberikan dengan rute secara intravena dan intramuskular. Pada penggunaan
ketamin sebagai obat anastetik refleks faring dan laring tetap normal atau sedikit
meninggi. Pada penggunaan dosis anastesi yang diberikan secara berlebihan memiliki
efek berupa penekanan pada pernafasan.
Ketamin memberikan efek pada sistem sirkulasi yaitu berupa rangsangan dari
sistem saraf pusat yang mengakibatkan terjadinya kenaikan tekanan darah dan
frekuensi jantung sekitar 30%, penggunaan obat anastetik ini juga mamou
meningkatkan kadar noradrenalin dalam darah. Ketamin tidak menimbulkan nyeri
maupun iritasi. Beberapa efek samping yang pernah dilaporkan dari penggunaan
ketamin diantaranya adalah transien erythema, keadaan mimpi buruk, halusinasi,
delirium dan fonasi pada anastesi ketamin ringan. Pemberian ketamin secara intravena
harus dilakukan secara hati-hati dan mempertimbangkan kondisi kesehatan hewan
yang mengalami gangguan pernafasan. Pemberian dengan rute intramuskular
memberikan keuntungan berupa lebih mudah untuk diberikan terutama apabila hewan
susah untuk di handling dan efek kerja bertahan lebih lama. (Papich, 2011).
Xylazine
merupakan obat golongan transquilizer yang menimbulkan efek relaksasi
muskulus dan juga bertindak sebagai obat analgesik. Efek anastetik yang ditimbulkan
oleh obat ini yaitu kondisi tidur ringan hingga narkosis bergantung pada dosis yang
dberikan terhadapa hewan. Dalam penggunaannya xylazine sering dikombinasikan
degan barbiturat maupun ketamin, penggunaan xylazine dengan ketamin sering
digunakan dengan tujuan muskulorelaksan.
Beberapa efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh obat in diantaranya
adalah bradikardi, penurunan cardiac output, vomit, tremor, penurunan motilitas usus,
peningkatan motilitas uterus dan menghambat produksi insulin dan ADH. Waktu
pemeberian xylazine yang diberikaan bersamaan dengan ketamin adalah 10 menit
sebelum hewan diinduksi dengan menggunakan ketamin. Dosis yang digunakan untuk
kucing adalah 1,0-2,0 mg/KgBB secara intramuskular dengan onset kerja obat 3-5
menit dengan durasi kera 20-90 jam. Rute pembarian obat dapat dilakukan secara
intramuskular, intravena maupun sub cutan dengan onset tercepat dicapai dengan cara
pemberian intravena. Recovery sempurna terjadi antara 2-4 jam pasca penyuntikan
obat (Papich, 2011).
Menurut (Sardjana, 2011) Stadium dari anestesi dibagi dalam 4 tahap yaitu;
Stadium I (stadium induksi atau eksitasi volunter), dimulai dari pemberian
agen anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran. Rasa takut dapat
meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi
dan defekasi.
Stadium II (stadium eksitasi involunter), dimulai dari hilangnya kesadaran
sampai permulaan stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi eksitasi dan
gerakan yang tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratur, muntah,
midriasis, hipertensi, dan takikardia.
Stadium III (pembedahan/operasi), terbagi dalam 3 bagian yaitu;
a. Plane I yang ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya
anggota gerak. Tipe pernafasan thoraco-abdominal, refleks pedal masih
ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan kornea
terdepresi.
b. Plane II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata
ventro medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut.
c. Plane III, ditandai dengan respirasi regular, abdominal, bola mata
kembali ke tengah dan otot perut relaksasi.
Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan
paralisis, pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran
seperti mata ikan karena terhentinya sekresi lakrimal.
BAB III
METODELOGI
3.1. Alat Dan Bahan
Alat yang di gunakan pada praktikum ovariohisterectomy yaitu silet, triangle
needle, round needle, syringe 1cc, gunting tajam – tajam, gunting tajam tumpul,
needle holder, blade, scalpel blade, pinset anatomis, allice tissue forceps, pinset
chirurghis, arteri klem, towel clamp, spy hook, masker, glove, tali, duk, dan perlak,
termometer, jam (stopwatch), stetoscop dan sumbu tali
Sedangkan bahan yang di gunakan adalah Duk, xylazine, ketamine, atropin
sulfat, amoxycillin pre dan post operasi, hematopen, biodin, Nacl fisiologis,
tolfenamic acid, iodine, alkohol 70%, air sabun, tampon kotak, tampon bulat, benang
cut gut plain, benang cut gut chromic, dan benang silk, Satu set infus.
Kucing Betina
di puasakan dari makan 6 – 12 jam, dan tidak di beri minum 2 - 6 jam pre
operasi.
di siapkan alat dan bahan yang di butuhkan untuk kegiatan operasi.
di letakkan kucing di atas meja operasi ywnag telah di lapisi oleh alas.
di beri antibiotik Amoxicillin post operasi secara subcutan.
di injeksi obat premedikasi yaitu atropin sulfat secara subcutan.
di tunggu selama 10 – 15 menit untuk menunggu onset kerja atropin sulfat.
di anastesi dengan ketamin dan xylazine setelah 15 menit pemberian atropin
sulfat secara IM.
di tunggu sampai efek anatesi terlihat pada kucing, setelah teranastesi hewan di
rebahkan dorsal pada meja operasi.
di cukur bulu pada daerah yang akan di operasi, dengan cara di basahi terlebih
dahulu dengan air sabun.
di olesi daerah operasi yang telah di cukur bulunya menggunakan antiseptik
povidone iodine.
di pasang kain duk yang berwarna hijau dengan lubang di posisikan di tengah
bagian yang akan di operasi.
di pasang kain duk yang berwarna hijau dengan lubang di posisikan di tengah
bagian yang akan di operasi.
di fiksasi duk dengan menggunakan 4 towel clamp.
di iris dinding abdomen tepat di belakang imbilicus ke arah caudal kira – kira 3
– 4 cm dengan menggunakan scalpel.
di incisi kulit dan jaringan subkutan.
di preparasi tumpul linea alba.
di jepit linea alba menggunakan allice tissue forceps, lalu dengan ujung
gunting tajam tumpul dibuat irisan pada linea alba.
di jepit menggunakan retractor daerah muscullus terluar untuk meluaskan
lapang pandang.
di cari organ uterus setelah rongga abdomen telah berhasil di buka.
di pisahkan ovarium dan uterus dari penggantungnya.
di lakukan ligasi menggunakan cutgut chromic 3 – 0 pada pembuluh darah dan
ligasi bagian proksimal ovarium dengan metode three forceps tie menggunakan
square knot.
di potong ovarium.
di lakukan prosedur yang sama pada ovarium lain.
di lakukan preparasi untuk corpus uteri.
di buat ligasi di bagian corpus 0,5 – 1 cm di bawah bifurkasio uteri dengan
metode three forceps tie.
di potong uterus di antara ligasi proksimal dan ligasi medial.
di kembalikan bagian uteri ke dalam rongga abdomen, pastikan tidak ada
perdarahan pada saat ligasi.
di jahit muscullus muscullus menggunakan ebnang cut gut chromic 3 – 0
dengan pola jahitan simple interupted.
di jahit lapisan subcutan menggunakan benang cat gut plain 3 – 0 dengan pola
jahitan matteres vertical suture.
di jahit kembali lapisan subcutan dengan metode jahitan cushing untuk
memperkuat jahitan.
di jahit kulit menggunakan benang catgut chromik dengan pola intradermal
cushing suture.
di beri antiseptik povidone iodine di daerah sekitar luka, lalu di tutup dengan
kasa steril dan di lapisi denga hypafix agar kain kasa tidak terlepas.
di pasangkan gurita untuk melindungi luka dari gigitan atau cakaran kucing.
di berikan antibiotik Amoxicillin post operasi secara subkutan.
di berikan analgesic tolfenamic acid secara subkutan.
di berikan hematopen dan biodin secara intra muscullar.
di pantau suhu dan pulsus kucing sampai stabil dalam ke adaan normal.
Hasil
Instrumen Bedah
Operasi
Operasi
Kucing Betina
di iris dinding abdomen tepat di belakang imbilicus ke arah caudal kira – kira 3
– 4 cm dengan menggunakan scalpel.
di incisi kulit dan jaringan subkutan.
di preparasi tumpul linea alba.
di jepit linea alba menggunakan allice tissue forceps, lalu dengan ujung
gunting tajam tumpul dibuat irisan pada linea alba.
di jepit menggunakan retractor daerah muscullus terluar untuk meluaskan
lapang pandang.
di cari organ uterus setelah rongga abdomen telah berhasil di buka.
di pisahkan ovarium dan uterus dari penggantungnya.
di lakukan ligasi menggunakan cutgut chromic 3 – 0 pada pembuluh darah dan
ligasi bagian proksimal ovarium dengan metode three forceps tie menggunakan
square knot.
di potong ovarium.
di lakukan prosedur yang sama pada ovarium lain.
di lakukan preparasi untuk corpus uteri.
di buat ligasi di bagian corpus 0,5 – 1 cm di bawah bifurkasio uteri dengan
metode three forceps tie.
di potong uterus di antara ligasi proksimal dan ligasi medial.
di kembalikan bagian uteri ke dalam rongga abdomen, pastikan tidak ada
perdarahan pada saat ligasi.
di jahit muscullus muscullus menggunakan ebnang cut gut chromic 3 – 0
dengan pola jahitan simple interupted.
di jahit lapisan subcutan menggunakan benang cat gut plain 3 – 0 dengan pola
jahitan matteres vertical suture.
di jahit kembali lapisan subcutan dengan metode jahitan cushing untuk
memperkuat jahitan.
di jahit kulit menggunakan benang catgut chromik dengan pola intradermal
cushing suture.
di beri antiseptik povidone iodine di daerah sekitar luka, lalu di tutup dengan
kasa steril dan di lapisi denga hypafix agar kain kasa tidak terlepas.
di pasangkan gurita untuk melindungi luka dari gigitan atau cakaran kucing.
di berikan antibiotik Amoxicillin post operasi secara subkutan.
di berikan analgesic tolfenamic acid secara subkutan.
di berikan hematopen dan biodin secara intra muscullar.
di pantau suhu dan pulsus kucing sampai stabil dalam ke adaan normal.
Hasil
Fossum, T.W. and duprey. L.P. 2009. Small animall surgery. Second edition. Mosby : New
York.
Noviana, Deni. 2006. Pengaruh anastesi terhadap saturasi oksigen selama operasi
Ovariohisterectomy kucing. Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Bogor.
Papich, MarkG. 2011. Saunders Handbook of Veterinary Drugs : Small and Large Animal
3rd
Edition. St. Louis, Missouri : Elsevier Saunders.
Sudarminto, 2010. Teknik bedah dasar, restrain and casting. UGM Press : Yogyakarta.