Kedalaman ±0,00 m s/d -0,20 m berupa tanah urugan batu dan sirtu.
Kedalaman -0,20 m s/d -3,00 m lapisan tanah berupa jenis lempung kelanauan berwarna abu-abu.
Kedalaman -3,00 m s/d -5,00 m lapisan tanah berupa pasir kelanauan berwarna abu-abu.
Kedalaman selanjutnya berupa lempung berwarna abu-abu.
Dilihat dari lima macam analisa data tanah di atas, maka lapisan tanah keras yang paling dalam yaitu pada
kedalaman -19,60 m berupa tanah lempung kelanauan berwarna abu-abu.
Pemilihan Jenis Pondasi
Dalam merencanakan suatu struktur bawah dari konstruksi bangunan dapat digunakan beberapa macam tipe
pondasi, pemilihan tipe pondasi didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
Pemilihan tipe pondasi dalam perencanaan ini tidak terlepas dari hal-hal tersebut di atas. Dari pertimbangan hasil
penyelidikan tanah dari aspek ketinggian gedung dan beban dari struktur di atasnya, maka jenis pondasi yang
digunakan adalah pondasi tiang pancang dengan penampang bebentuk lingkaran.
Adapun spesifikasi dari tiang pancang tersebut adalah:
Tipe-tipe poer (pile cap) yang digunakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
d S
Poer m n q efisiensi
(cm) (cm)
P1 50 125 2 2 21.801 0.242 1.000 0.758
P2 50 125 2 3 21.801 0.242 1.167 0.717
P3 50 125 3 3 21.801 0.242 1.333 0.677
Tabel 4.41 Perhitungan Daya Dukung Kelompok Tiang
Ptiang satu tiang jumlah daya dukung
Poer efisiensi cek
(ton) (ton) tiang group (ton)
> 223.195
Tipe 1 0.758 76 57.590 4 230.360
ton
> 318.799
Tipe 2 0.717 76 54.522 6 327.129
ton
> 337.106
Tipe 3 0.677 76 51.453 9 463.079
ton
Perhitungan Beban Maksimum Yang Diterima Oleh Tiang
dimana:
Pmak = Beban maksimum yang diterima oleh tiang pancang (t)
SPv = Jumlah total beban (t)
Mx = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x ™
My = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y ™
n = Banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang pancang (pile group)
Xmak = Absis terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang
Ymak = Ordinat terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang
nx = Banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu x
ny = Banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu y
Sx2 = Jumlah kuadrat absis-absis tiang pancang (m2)
Sy2 = Jumlah kuadrat ordinat-ordinat tiang pancang (m2)
Pondasi Tipe 1
SPv = 318,799 t
Mx = 0,096 tm
My = 0,058 tm
Xmak = 125 cm = 1,25 m
Ymak = 62,5 cm = 0,625 m
Sx2 = (1,252) + (1,252)
= 3,125 m2
Sy2 = (0,6252) + (0,6252)
= 0,781 m2
n=6
nx = 3
ny = 2
Pmak =
= 53,179 t …< P1 tiang = 54,522 t
Pondasi Tipe 3
Beban maksimum yang diterima pada pondasi tipe 3
SPv = 337,106 t
Mx = 0,022 tm
My = 2,062 tm
Xmak = 125 cm = 1,25 m
Ymak = 125 cm = 1,25 m
Sx2 = (1,252) + (1,252)
= 3,125 m2
Sy2 = (1,252) + (1,252)
= 3,125 m2
n=9
nx = 3
ny = 3
Pmak =
= 87,582 t/m2
= 8,76 kg/cm2 < 10,28 kg/cm2
t < t ijin = (tebal pile cap cukup, sehingga tidak memerlukan tulangan
geser pons).
4.8.7.2 Pile Cap Tipe 3
Karena kolom tertumpu pada pile, maka P yang diperhitungkan adalah P tiang pancang.
P = 37,734 t
h = 0,7 m
t =
=
= 14,31 t/m2
= 1,431 kg/cm2 < 10,28 kg/cm2
t < t ijin = (tebal pile cap cukup, sehingga tidak memerlukan tulangan
geser pons).
Penulangan Tiang Pancang
Penulangan tiang pancang dihitung berdasarkan kebutuhan pada waktu pengangkatan tersebut ada dua kondisi,
yaitu satu tumpuan dan dua tumpuan.
Kondisi I (Dua Tumpuan)
L=6m
Didapatkan: a =
= 1,243 m
M1 =
=
= 363,86 kgm
Dmak =
=
= 1413 kg
Kondisi II (Satu Tumpuan)
Gambar 4.40 Kondisi Pengangkatan 2 dan Momen yang Ditimbulkan
®
Maka:
Didapatkan: a =
= 1,75 m
M1 =
=
= 721,219 kgm
D1 =
=
= 831,176 kg
Dari kedua kondisi di atas diambil yang paling menentukan yaitu:
M = 721,219 kgm
D = 1413 kg
Vc = N
Periksa vu > fvc:
vu = MPa
vc = MPa
Penulangan Arah x
Mu = 35,406 tm = 354,06 kNm
Tebal pelat (h) = 700 mm
Penutup beton (p) = 70 mm
Diameter tulangan (øD) = 16 mm
Tinggi efektif arah x (dx) = h – p – ½ øD
= 700 – 70 – ½ .16
= 622 mm
kN/m2
My = = 33,237 tm
Penulangan Arah x
Mu = 66,474 tm = 664,74 kNm
Tebal pelat (h) = 700 mm
Penutup beton (p) = 70 mm
Diameter tulangan (øD) = 19 mm
Tinggi efektif arah x (dx) = h – p – ½ øD
= 700 – 70 – ½ .19
= 620,5 mm
kN/m2
c’ = t/m2
= 16,185 t/m2
Berat sendiri = = 0,576 t/m
q = = 7,054 t/m
Untuk perhitungan gaya dalam tie beam lainnya ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 4.42 Gaya Dalam pada Tie Beam
L q
Sloof 0.5*L 1/5*L Momen Gaya Lintang
(m) (kg/m)
Mtump Mlap. Tump. Lap.
(kgm) (kgm) (kg) (kg)
S1 6.7 3.35 1.340 7.054 26.388 13.194 23.631 14.179
S2 5.45 2.725 1.090 7.054 17.460 8.730 19.222 11.533
S2 5.25 2.625 1.050 7.054 16.202 8.101 18.517 11.110
S3 8 4 1.600 7.054 37.621 18.811 28.216 16.930
S4 6 3 1.200 7.054 21.162 10.581 21.162 12.697
S5 3.5 1.75 0.700 7.054 7.201 3.600 12.345 7.407
S5 2.75 1.375 0.550 7.054 4.445 2.223 9.699 5.820
S5 2.5 1.25 0.500 7.054 3.674 1.837 8.818 5.291
Perhitungan Penulangan Tie Beam
Penulangan S1
a) Tulangan Lentur
M tump = 26,388 kgm = 263,88 kNm
M lap = 13,194 kgm = 131,94 kNm
Tinggi sloof (h) = 600 mm
Lebar sloof (b) = 400 mm
Penutup beton (p) = 40 mm
Diameter tulangan (D) = 22 mm
Diameter sengkang (ø) = 10 mm
Tinggi efektif (d) = h – p – ø – ½ D
= 600 – 40 – 10 – ½ . 22
= 539 mm
d’ = p + ø + ½ D
= 40 + 12 + ½ . 22
= 61 mm
f’c = 25 Mpa
fy = 400 Mpa
Tulangan Tumpuan
Mu = 263,88 kNm
kN/m2
Vc = MPa
vc = MPa
smax = mm
Vc = MPa
vc = MPa
smax = mm