Anda di halaman 1dari 26

PERHITUNGAN PONDASI

Posted on Maret 8, 2010 by handoko10


Analisa Data dan Penyelidikan Tanah
Pondasi merupakan struktur bawah yang berfungsi untuk meletakkan bangunan di atas tanah dan meneruskan
beban ke tanah dasar. Untuk itu perlu dilaksanakan penyelidikan kondisi tanah pada lokasi yang akan dibangun.
Dari Hasil Tes Boring (Boring Log)

 Kedalaman ±0,00 m s/d -0,20 m berupa tanah urugan batu dan sirtu.
 Kedalaman -0,20 m s/d -3,00 m lapisan tanah berupa jenis lempung kelanauan berwarna abu-abu.
 Kedalaman -3,00 m s/d -5,00 m lapisan tanah berupa pasir kelanauan berwarna abu-abu.
 Kedalaman selanjutnya berupa lempung berwarna abu-abu.

Dari Hasil Tes Sondir


Sondir dilakukan pada lima titik sondir, dengan hasil sebagai berikut:

 – Titik sondir 1 (S1) tanah keras (qc = 55 kg/cm2) di kedalaman -18,60 m.


 – Titik sondir 2 (S2) tanah keras (qc = 50 kg/cm2) di kedalaman -18,60 m.
 – Titik sondir 3 (S3) tanah keras (qc = 50 kg/cm2) di kedalaman -19,60 m.
 – Titik sondir 4 (S4) tanah keras (qc = 50 kg/cm2) di kedalaman -18,60 m.
 – Titik sondir 5 (S5) tanah keras (qc = 50 kg/cm2) di kedalaman -19,40 m.

Dilihat dari lima macam analisa data tanah di atas, maka lapisan tanah keras yang paling dalam yaitu pada
kedalaman -19,60 m berupa tanah lempung kelanauan berwarna abu-abu.
Pemilihan Jenis Pondasi
Dalam merencanakan suatu struktur bawah dari konstruksi bangunan dapat digunakan beberapa macam tipe
pondasi, pemilihan tipe pondasi didasarkan pada hal-hal sebagai berikut:

 Fungsi bangunan atas


 Besarnya beban dan berat dari bangunan atas
 Keadaan tanah dimana bangunan tersebut akan didirikan
 Jumlah biaya yang dikeluarkan

Pemilihan tipe pondasi dalam perencanaan ini tidak terlepas dari hal-hal tersebut di atas. Dari pertimbangan hasil
penyelidikan tanah dari aspek ketinggian gedung dan beban dari struktur di atasnya, maka jenis pondasi yang
digunakan adalah pondasi tiang pancang dengan penampang bebentuk lingkaran.
Adapun spesifikasi dari tiang pancang tersebut adalah:

 Mutu beton (f’c) = 25 Mpa


 Mutu baja (fy) = 400 Mpa
 Ukuran = ø 50 cm
 Luas penampang = 1962,5 cm2
 Keliling = 157 cm

Perhitungan Daya Dukung Tiang Pancang


Berdasarkan Kekuatan Bahan
Tegangan tekan beton yang diijinkan yaitu:
σb = 0,33 . f’c ; f’c =25 Mpa = 250 kg/cm2
σb = 0,33 . 250 = 82,5 kg/cm2
Ptiang = σb . Atiang
Ptiang = 82,5 . 1962,5 = 161906,25 kg = 161,906 t
dimana: Ptiang = Kekuatan pikul tiang yang diijinkan
σb = Tegangan tekan tiang terhadap penumbukan
Atiang = Luas penampang tiang pancang
Berdasarkan Hasil Sondir
Daya dukung tiang dihitung dengan formula sebagai berikut:

Dimana: qc = Nilai konus hasil sondir (kg/cm2)


Ap = Luas permukaan tiang (cm2)
Tf = Total friction (kg/cm)
As = Keliling tiang pancang (cm)
Data hasil sondir S3 untuk kedalaman -19,60 m, didapatkan:
Ø qc = 50 kg/cm2
Ø Tf = 1376 kg/cm
Ptiang = 

= 75914,733 kg= 75,915 t


Sehingga daya dukung yang menentukan adalah daya dukung berdasrkan data sondir, Ptiang = 75,915 t ~ 76 t.
Menentukan Jumlah Tiang Pancang
Untuk menentukan jumlah tiang pancang yang dibutuhkan digunakan rumus acuan sebagai berikut:

Dimana: n = jumlah tiang pancang yang dibutuhkan


P = gaya vertikal (t)
Ptiang = daya dukung 1 tiang (t)
Gambar 4.37 Denah Pondasi
Tabel 4.39 Perhitungan Jumlah Tiang Pancang

Tiang P(t) Ptiang (t) n Pembulatan


P1 139.897 76 1.841 6
P2 244.489 76 3.217 6
P3 221.046 76 2.909 4
P4 182.926 76 2.407 6
P5 155.869 76 2.051 6
P6 223.195 76 2.937 4
P7 337.106 76 4.436 9
P8 307.909 76 4.051 6
P9 294.281 76 3.872 6
P10 211.856 76 2.788 6
P11 220.124 76 2.896 4
P12 318.799 76 4.195 6
P13 218.344 76 2.873 6
P14 182.241 76 2.398 4
P15 213.336 76 2.807 4
P16 196.017 76 2.579 4
P17 133.608 76 1.758 4
P18 234.393 76 3.084 6
P19 282.346 76 3.715 6
P20 185.102 76 2.436 4
P21 130.565 76 1.718 4
P22 230.095 76 3.028 6
P23 270.542 76 3.560 6
P24 160.972 76 2.118 4
P25 136.840 76 1.801 4
P26 241.257 76 3.174 6
P27 289.285 76 3.806 6
P28 157.370 76 2.071 4
P29 95.562 76 1.257 4
P30 146.670 76 1.930 4
P31 167.866 76 2.209 4
P32 96.012 76 1.263 4
Menghitung Efisiensi Kelompok Tiang Pancang

dimana: m = Jumlah baris


n = Jumlah tiang satu baris
Ө = Arc tan  dalam derajat

d = Diameter tiang (cm)


S = Jarak antar tiang (cm)
Ø syarat jarak antar tiang
 atau 

Ø syarat jarak tiang ke tepi

Tipe-tipe poer (pile cap) yang digunakan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.38 Tipe Pondasi


Tabel 4.40 Perhitungan Efisiensi Kelompok Tiang

d S
Poer m n q efisiensi
(cm) (cm)
P1 50 125 2 2 21.801 0.242 1.000 0.758
P2 50 125 2 3 21.801 0.242 1.167 0.717
P3 50 125 3 3 21.801 0.242 1.333 0.677
Tabel 4.41 Perhitungan Daya Dukung Kelompok Tiang
Ptiang satu tiang jumlah daya dukung
Poer efisiensi cek
(ton) (ton) tiang group (ton)
> 223.195
Tipe 1 0.758 76 57.590 4 230.360
ton
> 318.799
Tipe 2 0.717 76 54.522 6 327.129
ton
> 337.106
Tipe 3 0.677 76 51.453 9 463.079
ton
Perhitungan Beban Maksimum Yang Diterima Oleh Tiang

dimana:
Pmak = Beban maksimum yang diterima oleh tiang pancang (t)
SPv = Jumlah total beban (t)
Mx = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu x ™
My = Momen yang bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y ™
n = Banyaknya tiang pancang dalam kelompok tiang pancang (pile group)
Xmak = Absis terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang
Ymak = Ordinat terjauh tiang pancang terhadap titik berat kelompok tiang
nx = Banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu x
ny = Banyaknya tiang pancang dalam satu baris dalam arah sumbu y
Sx2 = Jumlah kuadrat absis-absis tiang pancang (m2)
Sy2 = Jumlah kuadrat ordinat-ordinat tiang pancang (m2)
Pondasi Tipe 1

Beban maksimum yang diterima pada pondasi tipe 1


SPv = 223,195 t
Mx = 1,671 tm
My = 0,455 tm
Xmak = 62,5 cm = 0,625 m
Ymak = 62,5 cm = 0,625 m
Sx2 = (0,6252) + (0,6252)
= 0,781 m2
Sy2 = (0,6252) + (0,6252)
= 0,781 m2
n=4
nx = 2
ny = 2
Pmak = 

= 56,649 t …< P1 tiang = 57,590 t


Pondasi Tipe 2
Beban maksimum yang diterima pada pondasi tipe 2

SPv = 318,799 t
Mx = 0,096 tm
My = 0,058 tm
Xmak = 125 cm = 1,25 m
Ymak = 62,5 cm = 0,625 m
Sx2 = (1,252) + (1,252)
= 3,125 m2
Sy2 = (0,6252) + (0,6252)
= 0,781 m2
n=6
nx = 3
ny = 2
Pmak = 
= 53,179 t …< P1 tiang = 54,522 t
Pondasi Tipe 3
Beban maksimum yang diterima pada pondasi tipe 3

SPv = 337,106 t
Mx = 0,022 tm
My = 2,062 tm
Xmak = 125 cm = 1,25 m
Ymak = 125 cm = 1,25 m
Sx2 = (1,252) + (1,252)
= 3,125 m2
Sy2 = (1,252) + (1,252)
= 3,125 m2
n=9
nx = 3
ny = 3
Pmak = 

= 37,734 t …< P1 tiang = 51,453 t


Kontrol Terhadap Geser Pons
4.8.7.1 Pile Cap Tipe 1 dan Tipe 2
Karena kolom tidak tertumpu pada pile, maka P yang diperhitungkan adalah P kolom.
P = 318,799 t
h = 0,7 m
t = 

= 87,582 t/m2
= 8,76 kg/cm2 < 10,28 kg/cm2
t < t  ijin  =  (tebal pile cap cukup, sehingga tidak memerlukan tulangan

geser pons).
4.8.7.2 Pile Cap Tipe 3
Karena kolom tertumpu pada pile, maka P yang diperhitungkan adalah P tiang pancang.
P = 37,734 t
h = 0,7 m
t = 

= 14,31 t/m2
= 1,431 kg/cm2 < 10,28 kg/cm2
t < t  ijin =   (tebal pile cap cukup, sehingga tidak memerlukan tulangan

geser pons).
Penulangan Tiang Pancang
Penulangan tiang pancang dihitung berdasarkan kebutuhan pada waktu pengangkatan tersebut ada dua kondisi,
yaitu satu tumpuan dan dua tumpuan.
Kondisi I (Dua Tumpuan)

Gambar 4. 39 Kondisi Pengangkatan 1 dan Momen yang Ditimbulkan


Dimana: q = Berat tiang pancang
=   = 471 kg/m

L=6m

Didapatkan: a = 

= 1,243 m
M1 = 

= 363,86 kgm
Dmak = 

= 1413 kg
Kondisi II (Satu Tumpuan)
Gambar 4.40 Kondisi Pengangkatan 2 dan Momen yang Ditimbulkan

 ® 
Maka:

Didapatkan: a = 

= 1,75 m
M1 = 

= 721,219 kgm
D1 = 

= 831,176 kg
Dari kedua kondisi di atas diambil yang paling menentukan yaitu:
M = 721,219 kgm
D = 1413 kg

Gambar 4.41 Penampang Tiang Pancang


Data yang digunakan:
– Dimensi tiang = ø 50 cm
– Berat jenis beton = 2,4 t/m3
– f’c = 25 Mpa
– fy = 400 Mpa
– h = 500 mm
– p = 70 mm
– øtulangan = 22 mm
– øsengkang = 8 mm
– d = h – p – øsengkang – ½ øtulangan
= 500 – 70 – 8 – 11 = 411 mm
– d’ = p + øsengkang + ½ øtulangan
= 70 + 8 + 11 = 89 mm
4.8.8.3 Tulangan Memanjang Tiang Pancang
Mu = 721,219 kgm = 7,212 kNm
 kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00027


Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

karena ρ < ρmin maka dipakai ρmin


As = ρ.b.d. 106
= 0,0035 . 0,500 . 0,411 . 106
= 719,25 mm2
Digunakan tulangan 2D22 (As = 760 mm2)
Cek Terhadap Tekuk
Dianggap kedua ujung sendi, diperoleh harga k = 1
r = 0,3 . h = 0,3 . 500 = 150 mm

 (K > 20 maka kelangsingan diperhitungkan)

Ec = 4700 (f’c)0.5 = 23500 Mpa


Pu = 56,649 T = 566,49 KN

a < ab, dipakai rumus


Digunakan As min 1% Ag = 0,01.(1/4.π.(500)2) = 1962,5 mm
Digunakan tulangan 6 D 22 ( Asterpasang = 2281 mm2 )
Penulangan Geser Tiang Pancang
Vu = 1413 kg = 14130 N
Vn =   N

Vc =   N

Periksa vu > fvc:
vu =   MPa

vc =   MPa

fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50


vu < fvc Þ dipakai tulangan praktis
Digunakan tulangan sengkang ø8 – 200.

Gambar 4.42 Penulangan Tiang Pancang


Penulangan Pile Cap
Pile Cap Tipe 1
Penulangan didasarkan pada:
P1 = Pmak = 56,649 t
Mx = My =   = 35,406 tm

Penulangan Arah x
Mu = 35,406 tm = 354,06 kNm
Tebal pelat (h) = 700 mm
Penutup beton (p) = 70 mm
Diameter tulangan (øD) = 16 mm
Tinggi efektif arah x (dx) = h – p – ½ øD
= 700 – 70 – ½ .16
= 622 mm
 kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00294


Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

ρ < ρmin maka dipakai ρmin


As = ρ.b.d.106
= 0,0035 . 1 . 0,622 . 106
= 2177mm2
Dipakai tulangan D16 – 75 (As terpasang = 2681 mm2)
Penulangan Arah y
Mu = 35,406 tm = 354,06 kNm
Tebal pelat (h) = 700 mm
Penutup beton (p) = 70 mm
Diameter tulangan (øD) = 16 mm
Tinggi efektif arah y (dy) = h – p – Dx – ½ øD
= 700 – 70 – 16 – ½ .16
= 606 mm
 kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,0031


Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

ρ < ρmin maka dipakai ρmin


As = ρ.b.d.106
= 0,0035 . 1 . 0,606 . 106
= 2121mm2
Dipakai tulangan D16 – 75 (As terpasang = 2681 mm2)
Pile Cap Tipe 2

Penulangan didasarkan pada:


P1 = Pmak = 53,179 t
Mx =   = 66,474 tm

My =   = 33,237 tm

Penulangan Arah x
Mu = 66,474 tm = 664,74 kNm
Tebal pelat (h) = 700 mm
Penutup beton (p) = 70 mm
Diameter tulangan (øD) = 19 mm
Tinggi efektif arah x (dx) = h – p – ½ øD
= 700 – 70 – ½ .19
= 620,5 mm
 kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,0057


Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

ρmin < ρ < ρmax maka dipakai ρ


As = ρ.b.d.106
= 0,0057 . 1 . 0,6205. 106
= 3538,62 mm2
Dipakai tulangan D19 – 75 (As terpasang = 3780 mm2)
Penulangan Arah y
Mu = 33,237 tm = 332,37 kNm
Tebal pelat (h) = 700 mm
Penutup beton (p) = 70 mm
Diameter tulangan (øD) = 19 mm
Tinggi efektif arah y (dy) = h – p – Dx – ½ øD
= 700 – 70 – 19 – ½ .19
= 601,5 mm
 kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00295


Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

ρ < ρmin maka dipakai ρmin


As = ρ.b.d.106
= 0,0035 . 1 . 0,6015. 106
= 2105,25 mm2
Dipakai tulangan D19 – 125 (As terpasang = 2268 mm2)

Pile Cap Tipe 3


Penulangan didasarkan pada:
P1 = Pmak = 37,734 t
Mx = My =   = 47,168 tm
Penulangan Arah x
Mu = 47,168 tm = 471,68 kNm
Tebal pelat (h) = 700 mm
Penutup beton (p) = 70 mm
Diameter tulangan (øD) = 19 mm
Tinggi efektif (d) = h – p – ½ øD
= 700 – 70 – ½ .19
= 620,5 mm
 kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00398


Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

ρmin < ρ < ρmax maka dipakai ρ


As = ρ.b.d.106
= 0,00398 . 1 . 0,6205 . 106
= 2467,68 mm2
Dipakai tulangan D19 – 100 (As terpasang = 2835 mm2)
Penulangan Arah y
Mu = 47,168 tm = 471,68 kNm
Tebal pelat (h) = 700 mm
Penutup beton (p) = 70 mm
Diameter tulangan (øD) = 19 mm
Tinggi efektif arah y (dy) = h – p – Dx – ½ øD
= 700 – 70 – 19 – ½ .19
= 601,5 mm
 kN/m2
Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,00424
Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

ρmin < ρ < ρmax maka dipakai ρ


As = ρ.b.d.106
= 0,00424 . 1 . 0,6015 . 106
= 2553,06 mm2
Dipakai tulangan D19 – 100 (As terpasang = 2835 mm2)
Perhitungan Tie Beam

Ukuran sloof 600 x 400 cm


Data tanah: – f = 29,326o
– c = 0,115 kg/cm2 = 1,15 t/m2 = 11,5 kPa
– g = 1,758 t/m3
Tanah tersebut didefinisikan sebagai tanah sangat lunak karena c < 18 kPa, sehingga untuk menghitung
qu digunakan rumus sebagai berikut:
qu = 

c’ =   t/m2

go =   =  = 17,246 t/m3

Dari tabel faktor kapasitas dukung tanah (Terzaghi), diperoleh:


f = 29,326o ® – Nc’ = 18,4
– Nq’ = 7,9
– Ng’ = 5,4
qu = 

= 16,185 t/m2
Berat sendiri =   = 0,576 t/m

q =   = 7,054 t/m

Perhitungan Gaya Dalam

Gambar 4.43 Denah Tie Beam


Perhitungan gaya dalam untuk S1
– Perhitungan momen
Mtump =   =   = 26,388 tm

Mlap =   =   = 13,194 tm

– Perhitungan gaya lintang


Dtump =   =   = 23,631 t

Dlap = D berjarak 1/5L dari ujung balok


=   = 14,179 t

Untuk perhitungan gaya dalam tie beam lainnya ditabelkan sebagai berikut:
Tabel 4.42 Gaya Dalam pada Tie Beam

L q
Sloof 0.5*L 1/5*L Momen Gaya Lintang
(m) (kg/m)
Mtump Mlap. Tump. Lap.
(kgm) (kgm) (kg) (kg)
S1 6.7 3.35 1.340 7.054 26.388 13.194 23.631 14.179
S2 5.45 2.725 1.090 7.054 17.460 8.730 19.222 11.533
S2 5.25 2.625 1.050 7.054 16.202 8.101 18.517 11.110
S3 8 4 1.600 7.054 37.621 18.811 28.216 16.930
S4 6 3 1.200 7.054 21.162 10.581 21.162 12.697
S5 3.5 1.75 0.700 7.054 7.201 3.600 12.345 7.407
S5 2.75 1.375 0.550 7.054 4.445 2.223 9.699 5.820
S5 2.5 1.25 0.500 7.054 3.674 1.837 8.818 5.291
Perhitungan Penulangan Tie Beam
Penulangan S1
a) Tulangan Lentur
M tump = 26,388 kgm = 263,88 kNm
M lap = 13,194 kgm = 131,94 kNm
Tinggi sloof (h) = 600 mm
Lebar sloof (b) = 400 mm
Penutup beton (p) = 40 mm
Diameter tulangan (D) = 22 mm
Diameter sengkang (ø) = 10 mm
Tinggi efektif (d) = h – p – ø – ½ D
= 600 – 40 – 10 – ½ . 22
= 539 mm
d’ = p + ø + ½ D
= 40 + 12 + ½ . 22
= 61 mm
f’c = 25 Mpa
fy = 400 Mpa
Tulangan Tumpuan
Mu = 263,88 kNm
 kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,0076


Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)
karena ρmin < ρ < ρmax maka dipakai ρ
Dipakai tulangan tekan 2D22 (As terpasang = As2 = 760 mm2)
As1 = ρ.b.d.106
= 0,0076 . 0,40 . 0,539 . 106
= 1648,490 mm2
As = As1 + As2
= 1630,835 + 760
= 2408,490 mm2
Digunakan tulangan tarik 7D22 (As = 2661 mm2)
Tulangan Lapangan
Mu = 13,194 kNm
 kN/m2

Dengan rumus abc didapatkan nilai ρ = 0,0037


Pemeriksaan syarat rasio penulangan (ρmin < ρ < ρmax)

karena ρmin < ρ < ρmax maka dipakai ρ


Dipakai tulangan tekan 2D22 (As terpasang = As2 = 760 mm2)
As1 = ρ.b.d.106
= 0,0037 . 0,40 . 0,544 . 106
= 792, 349 mm2
As = As1 + As2
= 792, 349 + 760
= 1552,349 mm2
Digunakan tulangan tarik 5D22 (As = 1901 mm2)
Periksa lebar balok
Maksimal tulangan yang hadir sepenampang adalah 7D22, dengan posisi 2 lapis (5D22 untuk lapis dasar dan 2D22
untuk lapis kedua)
Jarak minimum tulangan yang disyaratkan adalah 25 mm.
Lebar balok minimum:
2 x p = 2 x 40 = 80 mm
2 x ø sengkang = 2 x 10 = 20 mm
5 x D22 = 5 x 22 = 110 mm
4 x jrk min tul = 4 x 25 = 100 mm
Total = 310 mm
Jadi lebar balok sebesar 400 mm cukup memadai.
b) Tulangan Geser
Tulangan Geser Tumpuan
Vu = 23,631 t = 236309,00 N
Vn =   MPa

Vc =   MPa

Vs = Vn – Vc = 393848,33 – 179666,67 = 214181,67 N


Periksa vu > fvc:
vu =   MPa

vc =   MPa

fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50


vu < fvc Þ perlu tulangan geser
Periksa fvs > fvs mak:
fvs = vu – fvc = 1,096 – 0,50 = 0,596 Mpa
f’c = 25 MPa → fvs maks = 2,00 (Tabel nilai fvs maks, CUR 1 hal 129)
fvs > fvs mak Þ OK
Perencanaan sengkang
 mm2

Digunakan tulangan sengkang ø = 10 mm, luas dua kaki As = 557 mm2


 mm

smax =   mm

Digunakan tulangan sengkang ø 10 – 150.


Sengkang minimum perlu =   mm2

Luas sengkang terpasang 157 mm2 > 50 mm2


Tulangan sengkang ø10 – 150 boleh dipakai.
Tulangan Geser Lapangan
Vu = 14,178540 t = 141785,40 N
Vn =   MPa

Vc =   MPa

Vs = Vn – Vc = 236309,00 – 179666,67 = 56642,33 N


Periksa vu > fvc:
vu =   MPa

vc =   MPa

fvc = 0,6 x 0,8333 = 0,50


vu < fvc Þ perlu tulangan geser
Periksa fvs > fvs mak:
fvs = vu – fvc = 0,658 – 0,50 = 0,158 Mpa
f’c = 25 MPa → fvs maks = 2,00 (Tabel nilai fvs maks, CUR 1 hal 129)
fvs > fvs mak Þ OK
Perencanaan sengkang
 mm2

Digunakan tulangan sengkang ø = 10 mm, luas dua kaki As = 157 mm2


 mm

smax =   mm

Digunakan tulangan sengkang ø 10 – 250.


Sengkang minimum perlu =   mm2

Luas sengkang terpasang 226 mm2 > 83,33 mm2


Tulangan sengkang ø10 – 250 boleh dipakai.

Anda mungkin juga menyukai