Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH VARIASI AGREGAT KASAR PENYUSUN BETON

TERHADAP KERAPATAN BETON DENGAN MENGGUNAKAN


TRANSMISSION TIME PADA ALAT UPV (ULTRASONIC PULSE
VELOCITY)

Fatma Dora Indriani1*, Christin Remayanti Nainggolan2, Ming Narto Wijaya2


1
Mahasiswa Program Studi Sarjana / Jurusan Teknik Sipil / Universitas Brawijaya
2
Dosen / Jurusan Teknik Sipil / Universitas Brawijaya
*Korespondensi : fatmadora@ymail.com

ABSTRACT
To find out the quality of concrete, we need to test the concrete. Which is non destructive test or testing without
damaging the test object, namely with an UPV (Ultrasonic Pulse Velocity). In this study using 4 variations of
coarse aggregate composition (mix design), namely porous variation, RCA (Recycled Coarse Aggregate) variation,
pumice variation and fiber variation. The UPV test results in this study show that the relationship of compressive
strength with amplitude (A1) or transmission time (t0) is concluded that the low homogeneity value causes higher
energy loss so the amplitude value becomes lower and the value transmission time depends on the density of the
concrete. In the value of compressive strength that affects homogeneity, it does not mean the higher the uniform
material (homogeneity), the higher the compressive strength value.

Keywords: Amplitude, Concrete, Compressive Strength, Ultrasonic Pulse Velocity, Transmission Time

1. PENDAHULUAN dan Transmission Time pada jenis variasi


Kekuatan tekan beton dapat diuji dalam agregat kasar tersebut.
dua cara, destruktif dan non destruktif. Cara
destruktif adalah pengujian yang sifatnya 2. TINJAUAN PUSTAKA
merusak benda uji sedangkan pengujian cara 2.1 Recycled Coarse Aggregate
non destruktif dilakukan tanpa merusak benda Beton agregat kasar daur ulang atau biasa
uji, pelaksanaannya dapat dilakukan di tempat disebut Recycled Concrete Aggregates (RCA)
kerja (insitu). adalah agregat yang terbentuk dari proses
Tes UPV (Ultrasonic Pulse Velocity) pengukuran, pemecahan, pemilihan, dari
adalah cara untuk mengetahui kekuatan beton, sebuah beton keras yang terlebih dulu sudah
yang didasarkan pada hubungan kecepatan ada. Limbah beton tersebut dihancurkan dengan
gelombang UPV melalui media beton dengan mesin penghancur lalu diayak sehingga
kualitas beton itu [1]. Alat tersebut mampu nantinya akan didapatkan butiran agregat kasar
mengetahui waktu transmisi dan amplitudo sesuai yang kita harapkan.
gelombang melalui beton dengan
memperlihatkan bentuk gelombang (waveform) 2.2 Beton Porous
secara digital. Dari data waktu transmisi dan Beton porous bisa disebut juga sebagai
amplitudo gelombang tersebut dapat ditunjukkan previous concrete yaitu beton yang dapat
bagaimana kerapatan, homogenitas, serta ada tembus dan menggambarkan beton dengan nilai
tidaknya rongga di dalam beton. slump mendekati nol [2]. Campuran pada
Pada penelitian ini digunakan variasi Previous concrete adalah air, semen, agregat
penyusun agregat kasar yang beragam, dari kasar dan sedikit atau tanpa agregat halus yang
variasi penyusun agregat kasar tersebut dapat nantinya akan membentuk suatu material
dibuktikan hubungan antara kuat tekan beton tembus air [3].

REKAYASA SIPIL / Volume 13, No.1 – 2019 ISSN 1978 - 5658 32


2.3 Batu Apung (Pumice) oleh pengukur waktu pada UPV dan nantinya
Batu apung merupakan batuan sedimen ditampilkan dalam bentuk kecepatan
dari batuan vulkanis dengan berat yang ringan, gelombang. Cara kerja UPV pada dasarnya
karenakan banyaknya pori pada batu tersebut. mengirim getaran gelombang pada beton dan
Dikarenakan memiliki berat yang ringan, maka menerima getaran untuk selanjutnya dihitung
jika batu apung digunakan sebagai agregat lama waktu tempuh perambatan getaran
kasar pada beton, maka akan menghasilkan gelombang tersebut [6]. Kecepatan gelombang
berat beton yang ringan [4]. akan ditampilkan oleh alat uji UPV berdasarkan
waktu tempuh yang telah dihitung. Pengujian
2.4 Beton Fiber Kaleng efektif menggunakan metode UPV adalah
Beton serat didefinisikan sebagai beton ketika beton sudah berusia lebih dari 3 hari,
yang terbuat dari campuran semen, agregat karena kecepatan gelombang akan sangat
halus, agregat kasar dan sejumlah kecil dipengaruhi oleh kondisi beton.
serat/fiber [5]. Beton serat adalah bahan
komposit yang terdiri dari beton biasa dan 2.6 Prinsip Analisis Bentuk Gelombang
bahan lain yang berupa serat. Serat dalam beton Prinsip analisis gelombang yang
berguna untuk mencegah adanya retak – retak digunakan yaitu dengan membandingkan
sehingga menjadikan beton dengan serat lebih bentuk gelombang dari pengujian beton
daktail dari beton normal. eksisting dengan beton yang menjadi acuan
dengan mutu yang tentunya dapat diterima [7].
2.5 Pengujian UPV Parameter yang di ambil adalah waktu transmisi
Dengan melakukan pengujian UPV (t0) dan tingkat penerimaan dari receiver
adalah cara untuk memperkirakan kekerasan berdasarkan amplitudo dari puncak pertama
beton yang didasarkan pada hubungan cepat- gelombang yang diterima (A0).
rambat gelombang melalui media beton dengan Selanjutnya adalah pengujian pada
kekuatan tekan beton itu [1]. Pengujian UPV bagian struktur yang ingin diketahui mutunya
dilakukan dengan mengukur kecepatan untuk mendapatkan dua parameter di atas yaitu
perambatan gelombang elektromagnetik t0 dan A0 pada beton eksisting seperti pada
longitudinal yang melalui media beton. Gambar 1. Parameter tersebut nantinya akan
UPV atau metode kecepatan pulsa dibandingkan dengan nilai hasil pengujian pada
ultrasonik tentunya dapat digunakan untuk beton acuan. Sehingga mendapatkan
mengevaluasi kualitas dari beton dan dapat kesimpulan mengenai mutu beton eksisting
digunakan untuk mendeteksi retak internal dan yang diuji tersebut. Beberapa interpretasi dari
cacat lainnya pada beton, termasuk perubahan hasil pengujian dapat dilihat pada Gambar 2.
dari beton seperti penurunan kualitas beton Hasil dari pembacaan waktu transmisi
akibat berbagai kondisi, misalnya lingkungan dapat diperoleh homogenitas dan kerapatan dari
kimia yang agesif atau pembekuan dan beton. Gelombang lebih cepat merambat melalui
pencairan. Kecepatan gelombang ultrasonik bagian yang memiliki kerapatan yang tinggi atau
dipengaruhi oleh kekuatan beton dan kekakuan dengan rongga yang sedikit/kecil, seperti beton
elastis pada beton dengan kondisi pemadatan dengan jumlah agregat kasar (kerikil) banyak atau
yang kurang baik, atau mengalami kerusakan beton bertulang. Sedangkan amplitudo
pada butiran material, gelombang UPV akan menunjukkan tingkat kehilangan energi dari
mengalami penurunan kecepatan. Perubahan gelombang yang diterima oleh receiver yang
kekuatan beton pada tes UPV ditunjukkan dipengaruhi oleh perubahan ukuran dan kerapatan
dengan perbedaan kecepatan pada partikel yang dilalui. Pada beton yang tersusun
gelombangnya. Jika kecepatan naik, maka dari butiran yang relatif seragam (misalnya beton
kekuatan beton meningkat dan sebaliknya, jika dengan jumlah pasir yang tinggi) kehilangan
kecepatan beton turun, maka beton akan energi cenderung lebih rendah sehingga
mengalami penurunan kekuatan. mengakibatkan amplitudo yang terbaca menjadi
Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) lebih tinggi.
merupakan salah satu metode non destructive test
dengan menggunakan gelombang ultrasonik yang
didasari pengukuran waktu tempuh gelombang.
Waktu tempuh gelombang dibaca

REKAYASA SIPIL / Volume 13, No.1 – 2019 ISSN 1978 - 5658 33


silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30
cm. Benda uji dibedakan menjadi 4 variasi
komposisi agregat kasar campuran beton (mix
design) yaitu Variasi Porous dengan mutu
beton rencana 14 Mpa, Variasi RCA (Recycled
Coarse Aggregate) dengan mutu beton rencana
Gambar 1. Bentuk Gelombang dari Beton 20 Mpa, Variasi Pumice dengan mutu beton
Acuan Telah Diketahui Mutunya rencana 17 Mpa dan Variasi Fiber dengan mutu
(Sumber: PROCEQ, 2014) beton rencana 17 Mpa.

Gambar 2. Perbandingan Parameter Beton


yang Diuji dengan Beton Acuan.
(1) Beton dengan kualitas baik dan Gambar 3. Diagram Alir Penelitian
kekuatan tinggi, (2) jumlah pasir
yang tinggi dan kerikil rendah, (3) 4. HASIL PENELITIAN
jumlah kerikil tinggi dan pasir DAN PEMBAHASAN
rendah, (4) retak permukaan atau 4.1 Beton Variasi Porous
pemberian couplant yang buruk, (5)
pengujian melalui tulangan, dan (6) Tabel 1. Kebutuhan Bahan untuk Campuran
terjadi retak, honeycomb, atau Benda Uji Beton Variasi Porous
rongga. (Sumber: PROCEQ, 2014) Sem Agregat Agregat
Beton Air Ket.
en Halus Kasar
Porous
3. METODOLOGI PENELITIAN 1 0,4 - 8,4 -
Normal
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Silica
Porous 1 1 0,4 - 9,1 Fume
Struktur dan Bahan Konstruksi Jurusan Teknik 7%
Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Fly
Malang dimulai pada bulan Mei 2018 sampai Porous 2 1 0,6 - 11,3 Ash
25%
selesai. Penelitian menggunakan 36 benda uji Porous RCA
1 0,4 - 7,6
Recycle 25%

REKAYASA SIPIL / Volume 13, No.1 – 2019 ISSN 1978 - 5658 34


4.2 Beton RCA Kesimpulan hasil dari pengujian kuat
tekan menunjukan bahwa kuat tekan beton
Tabel 2. Kebutuhan Bahan untuk Campuran
aktual sebagian besar hasilnya lebih kecil dari
Benda Uji Beton Variasi RCA
Beton Semen Air Agregat Agregat Ket.
kuat tekan rencana dengan kuat tekan rata – rata
Halus Kasar sebesar 17,43 MPa pada beton variasi Fiber;
Recycle 1 0,6 1,7 1,9 Agregat 6,53 Mpa pada beton variasi Porous; 11,37
Kasar RCA MPa pada beton variasi Pumice; 27,86 MPa
100%
pada beton variasi Recycle. Hal tersebut dapat
disebabkan akibat proses pengerjaan beton
4.3 Beton Variasi Pumice yang kurang sempurna baik pada proses
pengadukan hingga proses vibrasi berlangsung.
Tabel 3. Kebutuhan Bahan untuk Campuran
Benda Uji Beton Variasi Pumice 4.6 Pengujian UPV
Sem Agregat Agrega Parameter yang di ambil pada pengujian
Beton Air Ket.
en Halus t Kasar
Pumice 25 % UPV adalah (1) t0 dan A0 yaitu waktu dan
1 0,6 2,1 3,2
Normal pumice amplitudo gelombang pertama terdeteksi beton
25% yang menjadi acuan, (2) t1 dan A1 yaitu waktu
Pumice pumice,
Fiber 1 0,5 2,1 2,4 fiber dan amplitudo gelombang pertama beton, (3)
Normal kaleng tmaks dan Amaks yaitu waktu dan amplitude
10% gelombang saat kondisi maksimum dan (4) t2
25%
pumice, dan A2 yaitu waktu dan amplitude gelombang
Pumice
1 0,5 2,1 2,4
fiber ketika terjadi pergantian fase gelombang
Pilin A kaleng
10%
pertama. Untuk sample Beton Normal sebagai
dipilin 1x acuan didapatkan t0 sebesar 75,9 μs dan A0
25 % sebesar 5,1 %, s edangkan untuk sample Fiber
pumice,
Pumice fiber
Kait sebagai pembanding didapatkan t1 sebesar
Pilin B
1 0,5 2,1 2,4
kaleng 78,9 μs; A1 sebesar 3,5%; tmaks sebesar 241,3
10% μs; Amaks sebesar 17,9% ; t2 sebesar 153,3 μs;
dipilin 1,5x
A2 sebesar 51,5%.

4.4 Beton Variasi Fiber


Tabel 4. Kebutuhan Bahan untuk Campuran
Bahan Uji Beton Variasi Fiber
Beton Sem Air Agregat Agrega Ket.
en Halus t Kasar
Fiber
Fiber
1 0,5 2,1 2,9 Kalen
Normal
g 10% Gambar 5. Pengambilan Parameter t0 dan
Fiber
Fiber A0 Beton Acuan
1 0,5 2,1 2,9 Kalen
Kait
g 10%

4.5 Pengujian Kuat Tekan Beton

Gambar 6. Contoh Pengambilan Parameter


t1 dan A1 Beton Pembanding

Gambar 4. Hasil Pengujian Kuat Tekan

REKAYASA SIPIL / Volume 13, No.1 – 2019 ISSN 1978 - 5658 35


. didapatkan hubungan antara kuat tekan beton
dengan parameter – parameter gelombang.

Gambar 7. Contoh Pengambilan Parameter t2


dan A2 Beton Pembanding.

Gambar 9. Hubungan Kuat Tekan


Beton dengan Amplitudo.

Dari Gambar 11 dapat diketahui bahwa


Gambar 8. Contoh Pengambilan Parameter nilai perbandingan antara amplitudo dan kuat
tmaks dan Amaks Beton tekan dan transmission time dan kuat tekan
Pembanding. lebih banyak pada kuadran III yaitu bernilai
42% untuk amplitudo terhadap kuat tekan dan
4.7 Pengambilan Sample Beton Acuan 44% untuk transmission time terhadap kuat
Sampel yang dijadikan sebagai beton tekan. Sehingga dari data hasil pengujian benda
acuan yaitu sampel silinder dengan perbandingan uji dikatakan memiliki nilai amplitudo dan
mix design 1:2:3 (semen: agregat halus: agregat transmission time yang lebih rendah dari beton
kasar) dengan nilai fas sebesar 0,6 dan fc’ rata – acuan dan nilai kuat tekan yang lebih rendah
rata sebesar 13,52 MPa. Beton sample N1.2 pada dari pada beton acuan.
proses pengecoran memiliki penyebaran gradasi Pada beton variasi porous dimana
agregat yang lebih baik. kondisi agregat dengan homogenitas yang
relatif tinggi yaitu hanya menggunakan agregat
Tabel 5. Rekapitulasi Data Parameter kasar saja tanpa menggunakan agregat halus,
Waveform TT Beton Acuan nilai Amplitudo lebih besar dari beton acuan
Nama Waktu (μs) Amplitudo (%)
No
Sample
Kode
t0 Rata A0 Rata2 dan nilai transmission time lebih rendah dari
1 N1.1 78,9 1,9 beton acuan. Nilai kuat memiliki nilai yang
2 78,9 78,9 1 1,43
3 78,9 1,4 lebih rendah dari beton acuan.
4 N1.2 75,9 3,1
5 Normal 75,9 75,9 3,8 4
6 75,9 5,1
7 N1.3 78,9 1,5
8 78,9 78,9 1,6 1,7
9 78,9 2

4.8 Pengukuran Beton Pembanding dengan


Metode TT
Setiap benda uji di rata – rata untuk
didapatkan hubungan antara kuat tekan beton
dengan parameter – parameter gelombang yaitu
amplitudo dan transmission time. Perbandingan
antara kuat tekan dan parameter gelombang Gambar 10. Hubungan Kuat Tekan Beton
disajikan dengan 12 benda uji tersebut. dengan Transmission Time.
4.9 Hubungan antara Kuat Tekan Beton
dengan Parameter Gelombang
Setiap benda uji di rata – rata untuk

REKAYASA SIPIL / Volume 13, No.1 – 2019 ISSN 1978 - 5658 36


kecil dari kuat tekan rencana tersebut
membuktikan bahwa sebagian besar benda uji
beton pada penelitian ini memiliki homogenitas
yang rendah. Nilai homogenitas yang rendah
menyebabkan kehilangan energi lebih tinggi
sehingga nilai amplitudo menjadi lebih rendah
dan nilai transmission time menjadi lebih tinggi.
Kemungkinan penyebabnya antara lain adanya
rongga serta susunan agregat yang tidak seragam,
Gambar 11. Prosentase Sebaran Data yang merupakan faktor penting penunjang
disetiap Kuadran a) Amplitudo kekuatan dari beton. Sedangkan untuk nilai kuat
tekan yang berpengaruh pada homogenitas yaitu
b) Transmission Time dengan
Metode TT. bukan berarti semakin tinggi material yang
seragam (homogenitas) maka menyebabkan nilai
kuat tekan tinggi. Pada beton variasi porous
Pada beton variasi pumice baik pumice
karena terdapat rongga yang lebih banyak, maka
tanpa fiber maupun dengan fiber dimana
menyebabkan nilai kuat tekan beton porous lebih
kondisi agregat dengan homogenitas yang
relatif lebih rendah yaitu terdapat agregat halus rendah dari beton acuan.
dan agregat kasar dengan agregat kasar berupa
batuan pumice dengan tekstur berpori atau 4.10 Hubungan Amplitudo
berrongga sehingga menyebabkan kehilangan dan Transmission Time
energi yang besar, maka nilai Amplitudo lebih Dengan penjelasan kuadran I hingga IV
rendah dari beton acuan dan nilai transmission sebagai berikut: (Gambar 13)
time lebih besar dari beton acuan. Nilai kuat 1. Kuadran I = t1>t0 dan A1>A0
tekan memiliki nilai yang lebih rendah dari 2. Kuadran II = t1<t0 dan A1>A0
beton acuan. 3. Kuadran III = t1<t0 dan A1<A0
Pada beton variasi fiber normal dan kait 4. Kuadran IV = t1>t0 dan A1<A0
dimana kondisi agregat dengan homogenitas
yang relatif lebih rendah yaitu terdapat agregat
halus dan agregat kasar dengan agregat kasar
diberikan penambahan fiber dari serat baja,
nilai Amplitudo lebih rendah dari beton acuan
dan nilai transmission time lebih besar dari
beton acuan. Dikarenakan nilai modulus
elastisitas baja lebih besar dari modulus
elastisitas beton. Nilai kuat tekan memiliki nilai
yang lebih tinggi dari beton acuan.
Pada beton variasi RCA dimana kondisi
agregat dengan homogenitas yang relatif lebih Gambar 12. Hubungan Amplitudo dengan
rendah yaitu terdapat agregat halus dan agregat Transmission Time.
kasar dengan agregat kasar berasal dari
recycled agregat dengan mutu K300 hingga
K350, nilai Amplitudo lebih tinggi dari beton
acuan dan nilai transmission time hampir
mendekati dengan nilai dari beton acuan. Nilai
kuat tekan memiliki nilai yang lebih tinggi dari
beton acuan.
Dari Gambar 9 dan Gambar 10 dapat
disimpulkan bahwa hubungan kuat tekan beton
dan amplitudo memiliki nilai yang beragam,
tergantung pada komposisi beton itu sendiri.
Ketidakseragaman hasil pengukuran Gambar 13. Prosentase Sebaran Data
Amplitudo serta kuat tekan aktual yang lebih disetiap Kuadran.

REKAYASA SIPIL / Volume 13, No.1 – 2019 ISSN 1978 - 5658 37


Setelah dilakukan pengujian dan analisis nilai transmission time menjadi lebih
bentuk gelombang, dapat diketahui bahwa tinggi dikarenakan sedikitnya rongga pada
benda uji beton memiliki kondisi sebagai beton tersebut. Pada nilai kuat tekan yang
berikut: berpengaruh pada homogenitas yaitu
 Beton Variasi Fiber termasuk dalam Case bukan berarti semakin tinggi material yang
6 (Kuadran IV) yaitu t1 > t0 dan A1<A0 seragam (homogenitas) maka
beton dengan kondisi terjadi retak, honey menyebabkan nilai kuat tekan tinggi.
 comb atau rongga. 2. Dari hasil analisis antara kuat tekan dan
 Beton Variasi Porous termasuk dalam parameter gelombang, didapatkan kesimpulan
Case 3 (Kuadran III) yaitu t1< t0 dan bahwa dengan dibandingkan dengan sampel
A1<A0, beton dengan kondisi jumlah beton acuan yang dianggap memiliki
 kerikil tinggi dan pasir rendah. kerapatan yang seragam, didapatkan pola
 Beton Variasi Pumice termasuk dalam sebaran data dengan kesimpulan, beton
Case 6 (Kuadran IV) yaitu t1 > t0 dan variasi Fiber termasuk beton kategori terjadi
A1<A0, beton dengan kondisi terjadi retak, honeycomb atau rongga; beton variasi
 retak, honey comb atau rongga. Porous termasuk beton kategori jumlah
 Beton Variasi Recycle termasuk dalam Case kerikil tinggi dan pasir rendah; beton variasi
1 (Kuadran I) yaitu t1< t0 dan A1>A0, beton Pumice termasuk beton kategori terjadi retak,
dengan kondisi kualitas baik honeycomb atau rongga; dan beton variasi
dan kekuatan tinggi. Recycle termasuk beton kategori kualitas baik
Adanya rongga maupun perbedaan dan kekuatan tinggi. Hal ini dikarenakan
partikel yang dilewati gelombang dapat perambatan gelombang akan memiliki waktu
menyebabkan difraksi atau refleksi serta transmisi yang lebih cepat pada beton yang
mampu meredam energi yang dirambatkan oleh memiliki kerapatan tinggi yang kemungkinan
gelombang ultrasonik, sehingga mempengaruhi besar kuat tekannya juga tinggi. Sedangkan
intensitas gelombang yang diterima oleh untuk nilai amplitudo masih belum
transduser. Pola kerapatan dan susunan agregat menemukan hasil yang
yang berbeda menyebabkan pola difraksi dan
refleksi yang berbeda pula, sehingga akan konsisten karena ketidakseragaman
mempengaruhi besarnya energi yang terbaca komposisi dan susunan agregat yang
pada transduser. menimbulkan pembacaan amplitudo yang
berbeda-beda meskipun dalam satu sampel
5. KESIMPULAN DAN SARAN yang sama.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Dari hasil penelitian ini didapatkan kesimpulan
Terdapat beberapa saran dalam penelitian ini:
sebagai berikut:
1. Pemberian cairan couplant pada saat
1. Dari hasil pengujian kuat tekan didapatkan
pengujian UPV harus dipastikan jumlah
hasil pengukuran kuat tekan compression
agar perataan pemberian couplant pada
test terhadap benda uji silinder yang
seluruh benda uji sama.
digunakan dengan 4 variasi agregat kasar
2. Perlunya menjaga kestabilan tranducer.
yang digunakan memberikan kuat tekan
3. Perlunya kontrol yang lebih baik
rata – rata sebesar 17,43 MPa pada beton
terhadap proses pencampuran beton
variasi Fiber; 6,53 Mpa pada beton variasi
dan komposisi material agar mencegah
Porous; 11,37 MPa pada beton variasi
pengaruh dari faktor – faktor lain yang
Pumice; 27,86 MPa pada beton variasi
tidak diinginkan.
Recycle. Sedangkan untuk hubungan kuat
tekan dan amplitudo (A1) dan hubungan 4. Pada pengambilan data analisis
kuat tekan dan transmission time (t0) amplitudo dapat digunakan fitur
didapatkan kesimpulan bahwa nilai Amplitude Marker dari alat PUNDIT
PL-200 pada menu amplitude analysis,
homogenitas yang rendah menyebabkan
yang berfungsi untuk merekam data
kehilangan energi lebih tinggi sehingga
amplitudo awal secara otomatis.
nilai amplitudo menjadi lebih rendah dan
nilai kerapatan yang tinggi menyebabkan

REKAYASA SIPIL / Volume 13, No.1 – 2019 ISSN 1978 - 5658 38


6. DAFTAR PUSTAKA Kasar(Breksi Batu Apung dan Batu Pecah)
[1] International Atomic Energy Agency,Vienna. terhadap berat jenis dan Kuat Tekan Beton.
Guidebook on non-destructive testing of Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil 2012.
concrete structures, Training Course Series [5] ACI Committee 544. State of the art report on
No. 17. 2002. fiber reinforced concrete – Report : ACI 544 IR
[2] Ginting, Arusmalem. Perbandingan Kuat Tekan – 82. Farmington Hills : American Concrete
dan Porositas Beton Porous Menggunakan Institute. 1982.
Agregat Kasar Bergradasi Seragam Dengan [6] Malhotra, V.M. & Carino, N.J. Handbook on
Gradasi Menerus. Jurnal Sekolah Tinggi Nondestructive Testing of Concrete. Boca
Teknologi Nasional 2017. Raton: CRC Press. 2004.
[3] Neville & Brooks. Concrete technology, [7] PROCEQ. Pundit PL-200 and PE Ultrasonic
442. 2010. Training. Switzerland : Proceq. 2014.
[4] Hidayat, AN. Pengaruh Komposisi Agregat

REKAYASA SIPIL / Volume 13, No.1 – 2019 ISSN 1978 - 5658 39

Anda mungkin juga menyukai