Budaya Rakyat Dari Prespektif History
Budaya Rakyat Dari Prespektif History
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Hal ini didasari oleh perasaan dan kehendak atas kreatifitas dan terlihat
memiliki karakter atau ciri khas yang berbeda dari satu dan lainnya yang membuat
kebudayaan di Indonesia semakin banyak. Namun hal ini harus diimbangi dengan
melestarikan kesenian/kebudayaan yang lama yang semakin hari semakin
dilupakan. Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya yang bernilai
tinggi serta beraneka ragam sifat dan coraknya.
Meski tidak bisa dipungkiri pengaruh dari luar sedikit banyaknya turut
mempengaruhi kebudayaan yang muncul dan berkembang di Indonesia. Meskipun
kebudayaan yang ada memiliki karekter dan perbedaan yang banyak terpengaruhi
dari luar namun karakter bangsa Indonesia sangat kuat hal ini karena setiap
kebudayaan yang muncul telah melewati proses yang panjang.
1.2 Rumusan Masalah
Dari permasalahan kemiskinan yang terjadi, penulis mencoba untuk
mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari budaya rakyat?
2. Apa saja ciri-ciri dari budaya rakyat?
3. Apa perbedaan budaya rakyat dan budaya tinggi?
4. Bagaimanakah stratifikasi sosial yang terjadi di antara budaya tinggi dan
budaya rendah?
Adapun maksud dan tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar dapat
menambah referensi pustaka yang berhubungan dengan budaya dan kebudayaan
khususnya pada budaya rakyat serta penulisan makalah ini juga disusun sebagai
salah satu pemenuhan tugas terstruktur dari mata pelajaran Sosiologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Budaya rakyat (Folk Culture) mengacu pada konsep budaya yang secara
tradisional dipraktikkan oleh sekelompok orang di pedesaan yang memiliki sifat
homogen dan cenderung mengisolasi diri dari kelompok atau budaya lain. Secara
historis, budaya rakyat diturunkan melalui tradisi lisan dan seringkali dijiwai oleh
rasa lokalisasi. Jika unsur-unsur dalam budaya rakyat disalin oleh atau
dipindahkan ke budaya asing maka unsur-unsur tersebut masih memiliki pengaruh
yang kuat dari tempat asal budaya rakyat tercipta.
Berbeda dengan budaya – budaya lainnya, budaya rakyat ini memiliki ciri
– ciri pada umumnya yaitu ;
1. Budaya rakyat ialah suatu pemikiran atau sebuah tradisi yang diberikan
secara turun temurun
2. Budaya rakyat juga merupakan budaya ekspresif tradisional yang dapat
dibagi menjadi kelompok-kelompok kebudayaan, dan biasanya menjadi
kebiasaan.
3. Budaya rakyat berasal dari kelompok kecil atau kelompok daerah yang
biasanya memiliki pandangan, peran dan kepentingan dalam mewakili
kelompok kecil tersebut.
4. Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai
dengan logika umum.
5. Menjadi milik bersama masyarakat atau kelompok tertentu (collective).
6. Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni
melalui tutur kata dari mulut ke mulut dari generasi ke generasi
selanjutnya secara turun temurun.
7. Budaya rakyat melibatkan dua lapisan budaya standar, budaya yang
dirayakan dan budaya awam dalam masyarakat tertentu dan masalah
identitas.
8. Aspek utama dari budaya rakyat ialah bahasa yang diucapkan sebagai
sarana komunikasi filosofis kondisi masyarakat di masa lalu dan
sekarang.
9. Budaya rakyat juga identik dengan cerita - cerita rakyat, misalnya berguna
sebagai alat pendidikan, pengetahuan dan sosial
10. Budaya rakyat mengalir melalui perilaku seseorang lebih tepatnya pada
aksi sosial.
PEMBAHASAN
3.1 Stratifikasi sosial pada Middle Age dikotomis budaya tinggi dan rendah
Tirani dengan wujud monarki yang berlangsung selama ratusan tahun dari
masa Yunani (Ancient Greek) sampai pada Medieval Ages di dataran Eropa
membuat adanya sikap glorifikasi pada golongan lord (pemilik tanah), Aristokrat,
Crusade dan King sebagai golongan yang dimuliakan (high culture) sedangkan
budak, petani dan masyarakat miskin kota-desa termasuk kedalam golongan yang
direndahkan (low culture). Melalui analisis historis Medieval Ages merupakan
masa yang paling mudah di indentifikasi antara budaya tinggi dan rendah karena
sistem feodalisme yang dibangun telah mapan sehingga dapat mengolongkan
masyarakat yang kompleks kedalam struktur sosial secara hirarkis (Perry
Anderson, 1978).
Upper Vassal
Lord Nobel
(High Culture)
Knight
Slave
struktur dan sistem sosial yang dibangun pada masa abad pertengahan (800-1500).
Buku tersebut menjelaskan bahwa struktur sosial feodalisme menciptakan pola
kebudayaan beragam sesuai dengan status sosial yang dimiliki masyarakat. Status
sosial yang terbentuk secara hirarkis membuat adanya dikotomi antara
kebudayaan rakyat yang dianggap rendah oleh budaya tinggi yang hanya dimiliki
oleh kaum bangsawan (M. M. Austin, 1977).
Sedangkan pada startifikasi sosial yang atas terdiri dari Knight yang
bertugas memunguti pajak kepada setiap peasant dan penduduk kota atau desa,
mereka memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hak perlindungan secara
militer jika ada penyerangan dari bangsa lain atau pun para pemberontak.
Sedangkan nobel merupakan kaum borjuis (Lord) yang diberikan lahan oleh raja
dengan imbalan harus menyerahkan sebagaian besar hasil pertanian (biasanya
berbentuk emas dari hasil penjualan tani) kepada raja sekaligus mereka membayar
kepada knight untuk jasa keamanan militer, bentuk penyerahan hasil pertanian
berupa pembayaran hasil penjualan. Sedangkan posisi Aristokrat (ilmuan &
petinggi katolik) mereka dibayar oleh Raja untuk mengembangkan pengetahuan
dunia dan agama yang biasanya ikut juga membantu lord dalam meningkatkan
mutu pendidikan bagi kalangan menengah atas melalui jasa layanan pendidikan
(Perry Anderson, 1978).
Sedangkan posisi King, memiliki perbedaan antara Ancient Greek dengan
Medieval Age. Jika Ancient Greek menempatkan posisi pemuka agama di bawa
raja namun dalam Medieval posisi Papal sebagai pendeta agung memiliki social
power dan politic dominan sehingga setiap raja yang memeluk agama katolik
harus menjadi “vassal state” yaitu mengabdikan dirinya untuk memenuhi firman
dari otoritas Katolik. Menjadi pertanyaan mengapa posisi Papal sangat kuat ini
dipengaruhi oleh ekspansi Holly Roman Empire yang mampu mengekoloni
kerajaan Inggris, Jerman dan Perancis yang pada saat itu Holly Roman Empire
menggunakan sistem teokrasi yang menglorifikasi Papal sebagai pemimpin
tertinggi diatas raja (J. B. Harley, 1987).
Heru Nugroho (1966) dalam Husain dan Wahyuni menilik adanya perilaku
konsumtif dikalangan masyarakat termasuk generasi muda sebagai implikasi
pembangunan ekonomi yang kian mengglobal. Contoh kegandrungan pada
generasi muda yaitu menyukai budaya barat seperti gaya hidup yang instan,
kegemaran pada music pop, hedonism yang terbentuk pada fenomena free sex dan
pengonsumsian obat obatan contohnya hingga adanya tindakan kriminal yang
disebabkan karena tidak terpenuhinya hasrat konsumtif.[ CITATION Wah09 \l 1033 ]
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Admin Khan Academy. (2015). The baby boom (article) | Khan Academy.
Khanacademy.org. Retrieved from
https://www.khanacademy.org/humanities/us-history/postwarera/postwar-
era/a/the-baby-boom
Edward Bleiberg. (2004). Arts and Humanities Through The Eras: Medieval
Europe (814-1450). United State: Gale Cengage. Retrieved from
http://libgen.rs/book/index.php?
md5=8F152CD805B4F4E5B9B1C2F6DD31DA5D
Hapsari, R., & Adil, M. (2014). SEJARAH Kelompok peminatan dan Ilmu - Ilmu
Sosial. Jakarta: PENERBIT ERLANGGA.