Disusun oleh :
Kelompok 3
Dosen Pengampu :
Muhamad Sholeh, S. Pd., M. Pd
Windasari, S.Pd., M.Pd
MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita haturkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “INVESTASI
HUMAN CAPITAL” dalam waktu yang tepat. Makalah ini ditulis untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ekonomi Pendidikan serta kami dapat belajar lebih jauh apa saja
materi-materi dan komponen-komponen dalam mata kuliah ini.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas makalah ini, khususnya
ucapan terima kasih kepada Bapak Muhamad Sholeh, S.Pd., M.Pd. dan Ibu
Windasari, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Ekonomi Pendidikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena
itu kritik dan saran sangat kami perlukan agar kami dapat mengevaluasi kembali apa
saja kekurangan-kekurangan dari makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan mengenai investasi sumber daya manusia telah
berkontribusi banyak dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Tidak dapat
dipungkiri bahwa memiliki sumber daya manusi yang berkualitas mampu
mendorong ekonomi maju. Hal ini berkaitan dengan pembangunan dalam
sektor pendidikan. Pembangunan sektor pendidikan dengan sumberdaya
manusia sebagai fokus intinya telah memberikan kontribusi langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara, melalui peningkatan
keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja. Penemuan dan cara
pandang ini telah mendorong ketertarikan sejumlah ahli untuk meneliti
mengenai nilai ekonomi dari pendidikan (Nurulpaik, 2005). Kita akan
sepaham bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin
besar peluang untuk mendapat pekerjaan yang layak dan baik itulah jawaban
umum di setiap era kehidupan bermasyarakat.
Pentingnya human capital adalah pengetahuan yang ada pada
sumberdaya manusia merupakan basis penggerak dalam peningkatan
produktivitas. Konsep human capital muncul karena adanya pergeseran
peranan sumber daya manusia. Kemampuan manusia apabila digunakan dan
disebarkan tidak akan berkurang melainkan bertambah baik bagi individu
yang bersangkutan maupun bagi organisasi, manusia mampu mengubah data
menjadi informasi yang bermakna, manusia mampu berbagi intelegensia
dengan pihak lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dari investasi human capital?
2. Jelaskan kurva investasi human capital!
3. Bagaimana rumus penghitungan investasi human capital?
3
C. Tujuan
1. Menjelaskan dan memahami konsep dasar dari investasi human capital
2. Menjelaskan kurva investasi human capital
3. Menjelaskan dan memahami rumus penghitungan investasi human
capital
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Human capital di dalam organisasi dapat dikembangkan oleh setiap
individu, dengan melalui capital yang sebenarnya sudah ada melekat pada
individu masing-masing. Berikut beberapa macam capital pada setiap
individu:
1. Pengetahuan
Modal pengetahuan merupakan komponen terpenting dari human capital,
karena dapat menyumbangkan sesuatu atau memberikan kontribusi yang
dapat memberi nilai tambah dan kegunaan yang berbeda bagi organisasi.
Modal ini terdiri atas kemampuan, keahlian, keterampilan seeorang. Jika
seseorang tidak terampil berarti bahwa seseorang tersebut tidak memiliki
suatu pengetahuan yang dapat digunakan dalam penyelesaian pekerjaan.
2. Motivasi
Dalam kaitannya dengan human capital as investment maka kekuatan
tersebut didorong untuk melakukan hal yang berkaitan dengan
peningkatan, entah dalam peningkatan pendidikan, pelatihan, mencoba
memperbaharui keadaan, kesejahteraan, dan lain sebagainya merupakan
motivasi yang harus ada di dalam seorang capital yang bergabung dalam
organisasi.
3. Sikap dan perilaku
Kesiapan dan kemauan untuk merubah pola pikir, sikap, dan perilaku
sebagai pegawai dalam organisasi yang berintegritas dan profesional
menjadi fondasi dan esensi strategis yang menentukan keberhasilan bagi
organisasi. Sikap dan perilaku setiap pegawai mencerminkan langkah
awal untuk menciptakan tenaga yang berkualitas.
4. Emosi
Seseorang yang memiliki modal emosional yang tinggi akan memiliki
sikap positif di dalam menjalani pekerjaan dalam oganisasi. Khususnya di
dalam menghadapi perbedaan, orang yang memiliki modal emosional
baik akan menyikapinya dengan positif, sehingga diperoleh manfaat yang
besar bagi pengembangan diri atau pengembangan sebuah konsep dalam
organisasi.
6
Pendidikan sebagai Investasi Human Capital
Konsep education as investment menjadi bagian yang sangat penting
dalam perkembangan manusia pada era super kompetitif seperti sekarang ini.
Konsep tersebut diyakini oleh setiap organisasi bahwa salah satu sektor dari
perkembangan organisasi adalah dengan adanya pendidikan, hal tersebut
merupakan salah satu kunci bagi lembaga pendidikan untuk mengembangkan
para tenaga pendidiknya untuk berkembang lebih pesat. Sutia (2009: 3)
menyatakan “fungsi investasi dalam bidang pendidikan merupakan
terbentuknya pola pikir yang baik dan pengetahuan yang terus meningkat”.
Pengetahuan merupakan sumber daya organisasi yang kritikal dan terus
meningkat menjadi sumber keunggulan persaingan yang berharga karena itu
suatu organisasi harus berusaha untuk merubah bentuk akumulasi
pengetahuan tenaga kependidikan individu menjadi aktiva atau harga
organisasi.
Secara umum pendidikan sebagai human capital terbukti bahwa
semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik.
Hal ini dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila
dibandingkan dengan yang tidak berpendidikan. Produktivitas seseorang
tersebut dikarenakan memiliki keterampilan teknis yang diperoleh dari
pendidikan. Oleh karena itu salah satu tujuan yang harus dicapai oleh
pendidikan adalah mengembangkan keterampilan hidup.
B. Kurva Investasi Human Capital
Dalam gambar diatas, dapat kita ketahui bahwa semakin tingkat pendidikan
yang akan ditempuh oleh seseorang, maka akan semakin tinggi juga biaya
yang akan dikeluarkan. Apabila seseorang menempuh pendidikan dalam
7
waktu yang lama, maka biaya yang akan dikeluarkan juga akan semakin
tinggi. Akan tetapi, besarnya biaya pendidikan yang dikeluarkan itu tidak
sama dalam pengembalian biaya pendidikan dalam bentuk penghargaan bagi
masing-masing orang, tergantung dari kemampuan yang dimiliki hasil dari
menempuh pendidikan serta bakat yang dimiliki oleh masing-masing orang.
C. Rumus Penghitungan Investasi Human Capital
Terdapat model sederhana yang memungkinkan identifikasi faktor
penentu utama pilihan pendidikan sebagai investasi dalam modal manusia.
Misalkan, untuk kesederhanaan, kehidupan seorang individu i, i = 1, . . . , n,
dapat dibagi menjadi dua periode: masa muda (pada periode t) dan dewasa
(pada periode t + 1). Individu ke-1 dapat mencurahkan sebagian Sit dari
waktunya di setiap periode kehidupannya untuk bersekolah, guna
meningkatkan stok sumber daya manusianya. Modal manusia dihargai di
pasar tenaga kerja dengan tingkat produktivitas marjinal βt. Dengan
demikian, insentif untuk mengakumulasi modal manusia disediakan oleh
prospek keuntungan di masa depan
Wij (Hij) = βjHij , j = t, t + 1 2.2
Dimana Wij menunjukkan pendapatan tenaga kerja individu i pada periode j.
Akumulasi modal manusia tidak seketika, tetapi membutuhkan waktu; Selain
itu, modal manusia terdepresiasi dengan waktu pada laju δ, seperti yang
diasumsikan oleh hubungan berikut:
Hit+1 = Hit (1 − δ) + ΔHit 2.2
Dimana Δxt = xt - xt − 1 menunjukkan perbedaan pertama kali. Mencurahkan
waktu yang sedikit untuk sekolah menghasilkan sumber daya manusia baru.
Jika kami menunjukkan dengan kemampuan individu Ai yang tidak dapat
diamati, kami berasumsi bahwa individu yang lebih mampu diuntungkan
dalam memperoleh pendidikan (baik karena mereka tidak perlu berusaha
untuk belajar atau karena mereka dicirikan oleh lingkungan keluarga yang
lebih baik). Kami juga berasumsi bahwa lebih banyak sumber daya manusia
dihasilkan ketika lebih banyak sumber daya Eit digunakan di sekolah
(katakanlah, lebih banyak dan / atau lebih baik guru, perpustakaan dan
sebagainya). Terakhir, diasumsikan juga bahwa terdapat penurunan
8
pengembalian waktu yang dihabiskan untuk pendidikan. Semua faktor ini
adalah pengganti yang tidak sempurna (yaitu mungkin untuk
mengkompensasi bakat rendah dengan upaya yang lebih besar atau sumber
daya pendidikan yang lebih baik). Semua asumsi ini dirangkum dalam
persamaan berikut:
ΔHit = (Ai Sit Eit Hit)α, α<1 2.3
Terakhir, kita harus menentukan preferensi individu yang terdiri dari nilai
potongan pendapatan seumur hidup:
2.4
Dimana γt mewakili biaya langsung kehadiran di sekolah dan ρ menunjukkan
tingkat subyektif dari diskon antarwaktu. Ketika pasar keuangan yang
sempurna ada, ρ diganti dengan tingkat bunga pasar.
Ada berbagai sumber untuk biaya memperoleh pendidikan.
i. Biaya moneter langsung, di sini diwakili oleh faktor γ. Mereka terdiri
dari biaya sekolah, pembelian buku, transportasi dan biaya hidup.
ii. Biaya moneter tidak langsung (atau biaya peluang) terkait dengan
hilangnya pendapatan karena kehadiran di sekolah. Dalam persamaan
(2.4) mereka diwakili oleh istilah SitWit: jika bagian waktu Sit
dikhususkan untuk kehadiran di sekolah, itu tidak dapat digunakan di
pasar tenaga kerja; Sebagai akibatnya, siswa tersebut menyerahkan
sebagian kecil dari pendapatan yang seharusnya diperoleh seandainya
seluruh rentang waktu dihabiskan di pasar tenaga kerja. Biaya peluang
jelas terkait dengan hasil pasar tenaga kerja: sementara, untuk
kesederhanaan, kami mengasumsikan di sini lapangan kerja penuh, perlu
diingat bahwa pengangguran (muda) yang lebih tinggi mengurangi biaya
kehadiran di sekolah.
iii. Kami mengabaikan di sini biaya non-moneter, yang sesuai dengan upaya
yang dilakukan dalam perolehan pendidikan. Jika kita menganggap
9
bahwa tingkat sekolah menjadi semakin selektif semakin tinggi Anda
pergi, kita dapat membayangkan semacam biaya sekolah non-moneter
yang meningkat.
Kami sekarang berada dalam posisi untuk menetapkan beberapa hasil
tentang permintaan pendidikan dari pilihan investasi sumber daya manusia
yang optimal. Jika kita memaksimalkan utilitas (2.4) tunduk pada kendala
(2.1) (2.3), termasuk keberadaan interval 0 ≤ Si j ≤ 1, i = 1, . . . , n, j = t, t + 1,
kami mendapatkan.
2.6
Persamaan (2.6) memberi tahu kita bahwa setiap individu memilih
untuk memperoleh pendidikan sampai titik di mana biaya akuisisi (sisi kiri
ekspresi (2.6), termasuk biaya moneter langsung dan tidak langsung) sama
dengan manfaat akuisisi. Sisi kanan ekspresi (2.6) mewakili nilai diskon dari
10
kenaikan pendapatan karena akumulasi modal manusia, dengan
mempertimbangkan produktivitas relatif kehadiran di sekolah dalam
menghasilkan modal manusia baru. Jika kita menyusun ulang persamaan
(2.6) untuk mendapatkan bentuk tereduksi dalam hal kebutuhan optimal
untuk pendidikan pada periode pertama kehidupan, kita dapatkan
11
iv. Tuntutan pendidikan semakin tinggi semakin rendah tingkat permulaan
Hit modal manusia. Namun, insentif ini menurun seiring dengan
akumulasi modal manusia, karena penurunan produktivitas marjinal
dalam pembentukan modal baru.
v. Akhirnya, permintaan akan pendidikan menurun jika ada peningkatan
biaya langsung γt kehadiran di sekolah, tetapi meningkat jika lebih besar
dan sumber adaya yang lebih baik Eit digunakan dalam fungsi produksi
pendidikan.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Human capital tidak lain adalah aset seseorang yang berupa
keterampilan dan pengetahuan yang tidak berwujud yang dapat digunakan
untuk menciptakan nilai ekonomi baik bagi individu itu sendiri maupun bagi
organisasi. Konsep kapital manusia (Human Capital) diperkenalkan kembali
oleh Theodore W, Schultz lewat pidatonya yang berjudul “Investment In
Human Capital” adalah bahwa proses perolehan pengetahuan dan
keterampilan melalui pendidikan bukan sekedar sebagai suatu kegiatan
konsumtif, melainkan suatu bentuk investasi Sumber Daya Manusia (SDM).
Pengetahuan Modal pengetahuan merupakan komponen terpenting dari
human capital, karena dapat menyumbangkan sesuatu atau memberikan
kontribusi yang dapat memberi nilai tambah dan kegunaan yang berbeda bagi
organisasi. Motivasi kaitannya dengan human capital as investment maka
kekuatan tersebut didorong untuk melakukan hal yang berkaitan dengan
peningkatan, entah dalam peningkatan pendidikan, pelatihan, mencoba
memperbaharui keadaan, kesejahteraan, dan lain sebagainya merupakan
motivasi yang harus ada di dalam seorang capital yang bergabung dalam
organisasi.
Sikap dan perilaku Kesiapan dan kemauan untuk merubah pola pikir,
sikap, dan perilaku sebagai pegawai dalam organisasi yang berintegritas dan
profesional menjadi fondasi dan esensi strategis yang menentukan
keberhasilan bagi organisasi
13
DAFTAR PUSTAKA
14