Anda di halaman 1dari 88

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

WAWASAN AGRIBISNIS

Asisten
1. Fakhruddin Yulistiono
2. Fariz Irzat Arifin
3. Nurul Laili
4. Nur Ida Suryandari
5. Hafezd As’ad
6. Dimas Brillian
7. Eva Vitya Saraswati
8. Nina Fazaria

Disusun Oleh
Golongan B/Kelompok 4

LABORATORIUM MANAJEMEN AGRIBISNIS


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
KEGIATAN OFF FARM KOMODITAS KAKAO COKLAT DI
PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan mata praktikum Wawasan


Agribisnis pada Program Studi Agrbisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Asisten Pembimbing
Fakhruddin Yulistiono

Disusun Oleh
Golongan B / Kelompok 4

LABORATORIUM MANAJEMEN AGRIBISNIS


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FA KUL T AS PE RT ANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018

i
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Koordinator : Arga Wiranda (171510501076)


Anggota : Restu Aprilia A. (171510501023)
Erika Irfan R. H. M. (171510501043)
Dewi (171510501056)
Riska Tri Septiana (171510501093)
Vira Nurviantika (171510501097)
In’am Mardhiyah (171510501102)
M. Hasbi Mochtar (171510501146)
RR Hayu Hardiyan L. S. (171510501147)

ii
LEMBAR PENGESAHAAN

Diterima oleh :
Laboratorium Manajemen Agribisnis
Sebagai :
Laporan Praktek Lapang

Dipertahankan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat : Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Mengesahkan :

Ketua Laboratorium Koordinator Praktikum


Manajemen Agribisnis Wawasan Agribisnis

Ebban Bagus Kuntadi, SP., M. Sc Eva Vitya Saraswati


NIP. 198002202006041002 NIM. 151510601039

iii
PRAKATA

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan laporan praktek lapang Wawasan Agribisnis ini tepat pada
waktunya yang berjudul “Kegiatan Off Farm Komoditas Kakao di Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia”.
Laporan Praktek Lapang ini berisikan tentang kegiatan off farm komoditas
Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia yang ada pada Kabupaten
Jember. Atas kelancaran dan keberhasilan laporan praktek lapang ini, kami
sampaikan terima kasih atas dukungan dari berbagai pihak. Khususnya kepada:
1. Ir. Sigit Soeparjono, MS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
2. Dr. Ir. Joni Murti Mulyo Aji, M. Rur. M. selaku Ketua Jurusan Program studi
Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3. Ebban Bagus Kuntadi SP., M.Sc. selaku Ketua Laboratorium Manajemen
Agribisnis.
4. Tim Dosen pengampu mata kuliah Wawasan Agribisnis.
5. Tim Asisten Laboratorium Manajemen Agribisnis.
6. Anggota kelompok B4.
Demikian laporan praktek lapang ini kami buat sehingga dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak. Kami menyadari bahwa laporan praktek
lapang ini belum sempurna. Oleh karena ini, kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan praktek
lapang ini.

Jember, Mei 2018

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK ............................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii
PRAKATA ......................................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. viii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 6
1.3 Tujuan dan Manfaat ....................................................................... 6
1.3.1 Tujuan ..................................................................................... 6
1.3.2 Manfaat ................................................................................... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 7


2.1 Komoditas Kakao ............................................................................ 7
2.2 Sistem Agribisnis ............................................................................. 9
2.3 Konsep Agroindustri ....................................................................... 13
2.4 Teori Pemasaran .............................................................................. 14

BAB 3. HASIL PRAKTEK LAPANG DAN PEMBAHASAN .................... 18


3.1 Hasil Kunjungan Lapang ................................................................ 18
3.2 Pembahasan ..................................................................................... 20
3.2.1 Penyediaan Input atau Bahan Baku Agroindustri Komoditas
Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia ............. 20

3.2.2 Proses Pengolahan Komoditas Kakao Coklat di Pusat


Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia ...................................... 22

3.2.3 Pemasaran Produk Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan

v
Kakao Indonesia ....................................................................... 31

BAB 4. PENUTUP ............................................................................................ 34


4.1 Kesimpulan......................................................................................... 34
4.2 Saran ................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
- Dokumentasi
- Kuisioner
- Kartu Konsultasi

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman


1.1 Data 5 Besar Kabupaten/Kota Produksi Perkebunan Kakao
di Jawa Timur Tahun 2012-2016 (Ton) 3

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman


2.1 Saluran pemasaran sederhana 16
2.2 Saluran pemasaran rumit 16
3.1 Bagan proses pengolahan kakao 23
3.2 Sortasi buah kakao 23
3.3 Proses pengupasan buah kakao secara manual 24
3.4 Mesin pemecah buah kakao dan pemisahan biji 24
3.5 Pemerasan pulpa buah kakao 25
3.6 Fermentasi biji kakao 25
3.7 Mesin Drayer 26
3.8 Mesin sortasi biji kakao 26
3.9 Penggudangan 27
3.10 Proses pendinginan biji kakao yang sudah disangrai 27
3.11 Mesin Pemisah kulit biji 28
3.12 Mesin Penggepresan 28
3.13 Proses pembubukan kakao 29
3.14 Mesin penghalusan 30
3.15 Proses tempering 30
3.16 Proses pencetakan coklat 30
3.17 Pengemasan produk coklat 31
3.18 Saluran pemasaran 32

viii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia termasuk salah satu negara pengekspor kakao terbesar di dunia
yaitu pada urutan ke tiga, hal tersebut dikarenakan letak geografisnya yang cocok
untuk pertumbuhan kakao. Produksi kakao di Indonesia, sebanyak 80% di
khususkan untuk ekspor dan sisanya digunakan untuk produksi dalam negeri yaitu
sebagai bahan baku industri cokelat. Umumnya, kakao yang di ekspor ialah dalam
bentuk biji yang masih belum difermentasi (Rubiyo dan Siswanto, 2012).
Pertanian adalah suatu kegiatan yang meliputi kegiatan makhluk hidup
untuk kepentingan manusia. Kebutuhan ekonomi petani dapat terpenuhi melalui
berbagai komoditas pertanian, seperti komoditas pangan, hortikultura, komoditas
tanaman perkebunan, dan sebagainya. Keunggulan produk pertanian dapat
diperhatikan melalui sifat fisik maupun kimia untuk menambah nilai jual suatu
produk tersebut. Sistem usaha pertanian adalah industri biologis yang
memanfaatkan materi dan proses hayati sebagai laba yang layak bagi konsumen
dan dikemas dalam berbagai subsistem agribisnis, antara lain, subsistem usahatani
dan budidaya, agroindustri, dan pemasaran. Kegiatan petani dalam peran agribisnis
untuk meningkatkan pendapatan, pendekatan teori agribisnis, menciptakan sistem
ketahanan pangan, dan meningkatkan persaingan produk pertanian dalam pasar
global (Suardi dkk, 2015).
Pembangunan pertanian memberikan kontribusi besar terhadap metode
yang digunakan untuk memasarkan suatu produk pertanian. Pembangunan
pertanian dikaitkan dengan pembangunan agribisnis. Pembangunan pertanian
berorientasi pada sektor industri yang menggunakan input dari komoditas
pertanian. Pembangunan pertanian melibatkan hubungan langsung antara struktur
industri dan perilaku usahatani. Pembangunan yang dilakukan ditujukan untuk
menambah nilai dari suatu usahatani. Pembangunan diterapkan dalam manajemen
rantai pasok komoditas yang diproduksi. Manajemen usahatani dalam
pembangunan pertanian diintegrasikan untuk industri hulu sampai hilir (Saptana
dan Rahman, 2015).

1
2

Agribisnis berasal dari kata Agribusiness yaitu Agricultur dan business,


yang artinya bisnis dalam bidang pertanian mulai dari usaha tani hingga hasil
produksi pertanian. Agribisnis mengacu kepada semua aktivitas mulai dari
pengadaan, proses, penyaluran, sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan
oleh suatu usaha tani. Sebagai subjek akademik, agribisnis mempelajari strategi
memperoleh keuntungan dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan
baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap pemasaran. Dengan definisi ini
dapat diturunkan ruang lingkup agribisnis yang mencakup semua kegiatan
pertanian yang dimulai dengan pengadaan penyaluran sarana produksi (the
manufacture anddistribution of farm supplies), produksi usaha tani (Production on
the farm) dan pemasaran (marketing) produk usaha tani atau pun olahannya. Ketiga
kegiatan ini mempunyai hubungan yang erat dan tak terpisahkan, sehingga
gangguan pada salah satu kegiatan akan berpengaruh terhadap kelancaran seluruh
kegiatan dalam bisnis. Karena agribisnis digambarkan sebagai satu sistem yang
terdiri dari tiga subsistem, serta tambahan satu subsistem lembaga penunjang
(Nizwar dkk., 2013).
Agribisnis secara umum mengandung pengertian yaitu sebagai keseluruhan
operasi yang terkait dengan usaha untuk menghasilkan usaha tani melalui berbagai
tahapan, untuk pengolahan (agroindustri) dan pemasaran produk pertanian. Arti lain
dari agribisnis adalah semua aktivitas di bidang pertanian mulai dari industri hulu,
usaha tani, industri hilir, produksi hasil pertanian hingga sampai pemasaran produk
pertanian. Manajemen agribisnis mengandung pengertian dari dua kata, yaitu
manajemen dan agribisnis. Manajemen berarti seni dan ilmu untuk melaksanakan
suatu rangkaian pekerjaan melalui penggunaan sumberdaya yang tersedia.
Manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian
upaya anggota organisasi dan proses pemanfaatan sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Mencapai hasil yang dinginkan
dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dengan menjalankan semua
fungsi-fungsi dalam manajemen, yaitu fungsi perencanaan, fungsi
pengorganisasian, fungsi pengarahan dan pengimplementasian serta fungsi
pengawasan dan pengendalian (Dharmmesta, 2014).
3

Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan memproduksi bahan yang


dihasilkan dari tanaman dan hewan yang mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan. Pertanian tidak hanya menyangkut proses budidaya masyarakat di
persawahan melainkan ada juga komponen yang berperan yaitu sektor kehutanan,
peternakan, dan perikanan. Kegiatan yang dilakukan dalam pertanian bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Kegiatan pertanian dalam arti luas
adalah pengolahan hasil dan budidaya tanaman, ikan, hewan agar mengahasilkan
produk yang berguna bagi kebutuhan. Kegiatan pertanian akan lebih baik hasilnya
karena pengolahan yang dilakukan tidak sekadar membiarkan hidup secara alami
(Soetriono dan Suwandari, 2016).
Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor dalam pertanian
yang memiliki kontribusi besar dalam neraca perdagangan sektor pertanian.
Subsektor perkebunan akan memiliki potensi yang besar dengan diimbangi
penanaman modal dan realisasi investasi yang menunjang subsektor perkebunan.
Berjalannya subsektor perkebunan sangat bergantung pada kondisi ekonomi makro
yang menimpa sektor pertanian. Meningkatnya harga produk komoditas
perkebunan merupakan faktor yang mendorong produksi perkebunan. Strategi
subsektor perkebunan untuk menanggulangi krisis yang terjadi di Indonesia dengan
meningkatnya peran pendapatan nilai susbsektor ketika krisis terjadi (Dirga dkk.,
2016).
Tabel 1.1 Data 5 Besar Kabupaten/Kota Produksi Perkebunan Kakao di Jawa Timur Tahun
2012-2016 (Ton)
No Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 2016
1. Banyuwangi 264 265 346 394 9538
2. Jember 192 199 205 233 4029
3. Lumajang 276 279 374 426 2778
4. Bondowoso 28 29 10 11 95
5. Probolinggo 4 5 - - 8
Rata-
152,8 155,4 187 212,8 3.289,60
rata
Sumber : BPS Jawa Timur 2016
Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa produksi perkebunan kakao di Jawa
Timur cukup tinggi, dari data diatas dapat diperoleh Kabupaten Banyuwangi
merupakan penghasil kakao terbesar di Jawa Timur sedangkan Kabupaten
Probolinggo penghasil kakao terkecil di Jawa Timur. Produksi kakao di Jawa Timur
4

cenderung meningkat dari setiap tahun kecuali Kabupaten Bondowoso. Kabupaten


Probolinggo sempat tidak dapat menghasilkan produk kakao pada tahun 2014 dan
tahun 2015. Produksi kakao di Jawa Timur paling besar terjadi pada tahun 2016
yaitu 3.289,6 Ton dan paling kecil terjadi pada tahun 2012 yaitu 152,8 Ton.
Kemampuan mengolah produk hasil pertanian masyarakat di Indonesia
umumnya masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar komoditas
pertanian yang diekspor merupakan bahan mentah dengan indeks retensi
pengolahan sebesar 71-75%. Angka tersebut menunjukkan bahwa hanya 25-29%
produk pertanian Indonesia yang diekspor dalam bentuk olahan. Kondisi ini tentu
saja memperkecil nilai tambah yang diperoleh dari ekspor produk pertanian,
sehingga pengolahan lebih lanjut menjadi tuntutan bagi perkembangan agroindustri
di era global ini. Teknologi yang digolongkan sebagai teknologi pengolahan hasil
pertanian antara lain : fermentasi, oksidasi, ekstraksi buah, ekstraksi rempah,
destilasi, dan sebagainya. Sedangkan tahap pengolahan lebih lanjut yaitu
penerapan pengubahan (kimiawi, biokimiawi, fisik) pada hasil pertanian menjadi
produk dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Produk-produk yang dihasilkan ada
yang dapat digunakan secara langsung dari sejak tahap awal, seperti rempah
rempah, sari buah dan lainnya, serta ada pula yang menjadi bahan baku untuk
industri lainnya, seperti industri makanan, kimia dan farmasi (Ramadhan dkk.,
2017).
Kegiatan off farm merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para petani guna
meningkatkan nilai tambah dari suatu komoditas yang dibudidayakan dengan cara
agroindustri. Kegiatan off farm melipui pasca panen, seperti pembersihan,
pengangkutan, pengemasan, dan pemasaran produk. Jenis pendapatan off farm
berupa pekerjaan yang masih bersangkutan di bidang pertanian seperti buruh
sawah, buruh ladang, dan buruh penggilingan.. Kunjungan lapang dilakukan untuk
mengidentifikasi secara detail kegiatan off-farm kakao. Pemahaman mengenai
subsistem off-farm kakao perlu dikembangkan supaya peningkatan produksi kakao
dapat tercapai. Strategi khusus perlu dikembangkan dalam susbsistem off-farm
kakao. Hasil kunjungan digunakan sebagai dasar pengetahuan untuk menerapkan
susbsistem agribisnis off-farm suatu komoditas pertanian (Jaweng dkk., 2016).
5

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia didirikan pada 1 Januari 1911
dengan nama Besoekisch Proefstation. Perubahan terjadi beberapa kali baik nama
maupun pengelola, saat ini secara fungsional Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia berada dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Departemen Pertanian Republik Indonesia, sedangkan secara struktural dikelola
oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia-Asosiasi Penelitian Perkebunan
Indonesia (LRPI-APPI). Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia adalah
lembaga non profit yang memperoleh mandat untuk melakukan penelitian dan
pengembangan komoditas kopi dan kakao secara nasional, mulai dari bahan tanam,
budidaya, perlakuan pascapanen sampai pengolahan produk serta sebagai penyedia
data dan informasi yang berhubngan dengan kopi dan kakao sesuai dengan
Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 786/Kpts/Org/9/1981 tanggal
9 September 1981.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia membudidayakan kopi dan
kakao karena tanaman tersebut berperan penting dalam meningkatkan
pembangunan pertanian Indonesia dan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
Indonesia. Kopi dan kakao cocok ditanam di daerah dataran tinggi seperti di
Kabupaten Jember. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia tidak hanya
membudidayakan komoditas kopi dan kakao, tetapi juga mengolah dan
memproduksi hasil panen kopi dan kakao menjadi produk-produk yang bermanfaat
bagi masyarakat untuk meningkatkan nilai jual dari komoditas kopi dan kakao itu
sendiri menjadi sebuah produk setengah jadi maupun produk siap untuk
dikonsumsi. Produk yang diproduksi oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia untuk mendapatkan nilai tambah dengan diversifikasi produk pengolahan
kakao menjadi produk bermutu dan bernilai jual tinggi serta siap untuk dikonsumsi
oleh masyarakat antara lain berupa minuman coklat panas, bubuk coklat, coklat
batang, coklat permen, puding coklat dengan bahan dasar biji kakao, selain itu kulit
buah kakao juga dapat dimanfaatkan sebagai sabun kakao. Hal itulah yang
melatarbelakangi kelompok kami mengangkat tentang proses kegiatan off farm di
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
6

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana penyediaan input atau bahan baku agroindustri komoditas kakao di
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
2. Bagaimana proses pengolahan komoditas kakao coklat di Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia?
3. Bagaimana pemasaran komoditas kakao coklat di Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia?

1.3 Tujuan Dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
1. Mengetahui penyediaan input atau bahan baku agroindustri komoditas kakao
di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
2. Mengetahui proses pengolahan komoditas kakao coklat di Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia
3. Mengetahui pemasaran komoditas kakao coklat di Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia
1.3.2 Manfaat
1. Bagi pemerintah, hasil penelitian digunakan untuk bahan evaluasi dan
pertimbangan dalam menentukan kebijakan tentang komoditas perkebunan
terutama kopi dan kakao.
2. Bagi mahasiswa, hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber informasi
dan pengetahuan terkait komoditas kopi dan kakao yang ada di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
3. Bagi petani, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
pertimbangan dalam mengelola komoditas kopi dan kakao yang ada di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komoditas Kakao


Theobroma cacao L. atau yang dikenal sebagai tanaman kakao adalah salah
satu komoditas tanaman perkebunan. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan
salah satu komoditas andalan perkebunan yang berperan cukup penting dalam
perekonomian nasional, sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan
petani, pemasukan devisa negara, dan pengembangan agroindustri. Komoditas
kakao banyak diekspor ke negara lain, negara tujuan utama ekspor kakao dari
Indonesia adalah Malaysia, Singapura, Amerika, China dan Brazil yang menguasai
sebesar 93,1 persen. Indonesia merupakan daerah tropis yang mempunyai potensi
baik untuk pengembangan kakao, sehingga produktivitas kakao ini semakin banyak
dan meningkat (Wahyudi dkk., 2008).
Menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2010), kakao
(Theobroma cacao Linn) adalah tanaman tahunan dari famili Sterculiaceae, berupa
pohon dengan percabangan agak rendah dengan tinggi 3-15 meter. Bunga muncul
dari batang dan cabang yang tua. Buah berbentuk lonjong dengan kulit beralur-alur
dan daging buah yang lunak. Kakao pada waktu muda, biji-biji menempel pada
bagian dalam kulit buah, setelah matang akan lepas dan berbunyi jika diguncang.
Biji-biji inilah yang akan dimanfaatkan dalam industri makanan. Kakao merupakan
satu-satunya dari 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae, yang diusahakan
secara komersial (Hasan dan Roswita, 2013). Klasifikasi tanaman kakao adalah
sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angioospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Marga : Theobroma
Jenis : Theobroma cacao L

7
8

Ada bermacam-macam varietas kakao, namun yang umum dibudidayakan


adalah varietas Criollo, Forestero, dan Trinitario yang merupakan varietas dari
Theobroma cacao. Varietas Criollo menghasilkan biji kakao yang bermutu baik,
buahnya berwarna merah atau kuning dan lebih panjang, dinding buahnya tipis
meruncing, 6 permukaan kulit buah kasar, biji buahnya besar-besar dengan
kotiledonnya berwarna putih atau jingga. Varietas Forestero menghasilkan biji yang
bermutu rendah (bulk cacao), namun tanamannya kuat, produksinya tinggi,
buahnya berbentuk gerigi, berdinding buah tebal, berwarna kuning jika cukup
masak, biji buahnya kecil, berwarna jingga tua, kulitnya lebih halus, dan alur
rusuknya tidak dalam. Varietas Trinitario merupakan hasil silangan alami antara
Criollo dan Forestero. Beberapa varietas kakao banyak yang dibudidayakan di
Indonesia. Budidaya tanaman kakao memerlukan cara perawatan dan penanganan
secara khusus agar tanaman kakao tumbuh dengan baik (David dkk., 2013).
Banyak kendala yang dihadapi dalam pembudidayaan buah kakao mulai
dari internal sampai eksternal, antara lain penyakit dan hama tanaman yang
menyerang yang dapat menurunkan kuantitas dan kualitas produksi kakao yang
membuat produktivitas akan menurun sehingga sangat merugikan bagi petani
kakao. Penyakit utama yang menyerang buah kakao adalah penyakit busuk buah
yang disebabkan oleh P. palmivora (Butl). Adanya penyakit tersebut menyebabkan
kerugian yang besar bagi petani kakao karena kualitas dari kakao sendiri akan
menurun dan produktivitas kakao sendiri akan menurun. Pencapaian kualitas dan
kuantitas hasil tanaman kakao didasarkan pada faktor pembatas lingkungan, yaitu
faktor tanah / lahan dan faktor iklim. Situasi kakao dunia beberapa tahun terakhir
sering mengalami defisit, sehingga harga kakao dunia stabil pada tingkat yang
tinggi. Hal ini merupakan suatu peluang yang menjanjikan untuk segera
dimanfaatkan sehingga kakao dapat memiliki nilai jual yang tinggi dipasaran.
Peningkatan produksi kakao di Indonesia saat ini dalam situasi yang strategis
karena pasar ekspor biji kakao dan pasar domestik Indonesia masih sangat terbuka.
Indonesia memiliki peluang menjadi produsen terbesar kakao dunia dengan
menghasilkan produk, apabila permasalahan pada perkebunan kakao dapat
diselesaikan dengan baik (Rubiyo dan Siswanto, 2012).
9

2.2 Sistem Agribisnis


Menurut Saragih (2001), agribisnis dapat diartikan sebagai suatu
perusahaan yang bergerak dalam bidang yang berhubungan dengan pertanian.
Sebagai sebuah perusahaan maka agribisnis dicirikan oleh dua hal yaitu: 1)
Berorientasi pasar: barang/jasa yang dihasilkan disalurkan atau dijual
melalui pasar dan sebagian atau seluruh sarana produksi yang
dibutuhkan diperoleh atau dibeli dari pasar. 2). Bersifat rasional: bertujuan untuk
memperolah manfaat atau keuntungan ekonomi yang sebesar-besarnya. Agribisnis
sendiri tidak dapat dipisahkan dari sistem agribisnis yang didalamnya terdapat
beberapa subsistem yang saling berkaitan. Sistem agribisnis sendiri diartikan
sebagai perangkat masyarakat yang mewadahi proses transformasi pembentukan
nilai tambah dari rangkaian kegiatan yang terkait di hulu dan hilir dari usaha tani
(budidaya). Agribisnis terdiri dari beberapa subsistem yang saling berkaitan antar
satu subsistem dengan yang lainnya yaitu:
1. Subsistem pengadaan dan penyaluran saluran produksi, teknologi dan
pengembangan sumberdaya pertanian
2. Subsistem kegiatan usaha tani
3. Subsistem pengolaan hasil atau agroindustri
4. Subsistem pemasaran hasil pertanian
5. Subsistem penunjang
Subsistem pengadaan dan penyaluran saluran produksi atau subsistem
agroinput merupakan sektor yang mewadahi semua pengusaha, baik skala kecil,
menengah ataupun pengusaha besar. Subsistem agroinput adalah subsistem yang
memasok input bagi para petani di subsistem usaha tani (on farm atau agro
production). Subsistem agroinput harus memenuhi pengadaan sarana produksi
pertanian antara lain terdiri dari benih, bibit, makanan ternak, pupuk, obat
pemberantas hama dan penyakit, lembaga kredit, bahan bakar, alat-alat, mesin, dan
peralatan produksi pertanian. Pelaku-pelaku kegiatan pengadaan dan penyaluran
sarana produksi adalah perorangan, perusahaan swasta, pemerintah, koperasi
(Setiawan, 2012).
10

Subsistem kegiatan usaha tani mencakup pembinaan dan pengembangan


usaha tani dalam rangka peningkatan produksi tanaman, baik usaha rakyat maupun
usaha tani berskala besar. Termasuk dalam kegiatan subsistem ini adalah
perencanaan mengenai lokasi, komoditas yang akan diusahakan, teknologi yang
akan diterapkan, pola usaha tani dan skala usahanya untuk mencapai tingkat
produktivitas yang optimal. Subsistem usaha tani ini juga mempengaruhi subsistem
ketiga atau subsistem agroindustri. Agroindustri mencakup aktivitas pengolahan
dari produk pertanian yang dihasilkan dalam subsitem usaha tani. Agroindustri
merupakan interaksi positif dan dinamis antara sektor pertanian dan sektor industri,
yang akan membuka peluang bagi tumbuhnya pertanian tangguh yang berperan
sejajar dengan sektor industri dalam perekonomian Indonesia (Soetriono dan
Suwandari, 2016).
Subsistem pengolahan hasil atau agroindustri merupakan subsistem yang
mencakup aktivitas pengolahan sederhana ditingkat petani, serta mencakup seluruh
kegiatan mulai dari penanganan pasca panen komoditi pertanian yang dihasilkan
sampai pada tingkat pengolahan lanjut. Penanganan pasca panen dapat dilakukan
selama bentuk, susunan dan cita rasa komoditi tersebut tidak berubah. Cara
pengolahan produk sangat mempengaruhi kegiatan agroindustri dan kualitas atau
mutu produk yang akan dihasilkan. Kegiatan agroindustri juga dapat menambah
nilai jual suatu produk pertanian. Proses pengupasan, poembersihan,
pengekstrasian, penggilingan, peningkatan mutu dan pengemasan masuk kedalam
lingkup sistem pengolahan hasil atau agroindustri (Setiawan, 2012)
Subsistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan
agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem
ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence
pada pasar domestik dan pasar luar negeri. Sistem adalah sekolompok item atau
bagian-bagian yang saling berhubungan dan saling berkaitan secara tetap dalam
membentuk satu kesatuan terpadu. Sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga-
lembaga yang melakukan tugas pemasaran barang, jasa, ide, orang, dan faktor-
faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh dan membentuk serta
mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya. Sistem pemasaran
11

agribisnis merupakan suatu kesatuan urutan lembaga-lembaga pemasaran yang


melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian
dari produsen awal ke tangan konsumen akhir dan sebaliknya memperlancar aliran
uang, nilai produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga pemasaran, dari tangan konsumen akhir ke tangan produsen awal
dalam suatu sistem komoditas. Sistem pemasaran agribisnis tersebut mencakup
kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang ada dalam sistem
komoditas tersebut, baik secara vertikal berdasarkan urutan penambahan kegunaan
maupun secara horizontal berdasarkan tingkatan kegiatan produktif yang sama.
Tingkat produktivitas sistem pemasaran ditentukan oleh tingkat efisiensi dan
efektivitas seluruh kegiatan fungsional sistem pemasaran tersebut, yang selanjutnya
menentukan kinerja operasi dan proses sistem. Efisiensi sistem pemasaran dapat
dilihat dari terselenggaranya integrasi vertikal dan integrasi horizontal yang kuat,
terjadi pembagian yang adil dari rasio nilai tambah yang tercipta dengan biaya yang
dikeluarkan dalam kegiatan produktif masing-masing pelaku (Adnyana dkk., 2017)
Menurut Hasibuan dkk., (2013), subsistem penunjang merupakan semua
jenis kegiatan yang berfungsi mendukung dan melayani serta mengembangkan
kegiatan dari subsistem-subsistem agribisnis yang lain. Keberadaan kelembagaan
penunjang pengembangan agribisnis nasional sangat penting untuk menciptakan
agribisnis Indonesia yang tangguh dan kompetitif. Lembaga-lembaga penunjang
tersebut sangat menentukan dalam upaya menjamin terciptanya integrasi agribisnis
dalam mewujudkan tujuan pengembangan agribisnis. Beberapa lembaga
pendukung pengembangan agribisnis adalah :
1. Pemerintah
Lembaga pemerintah mulai tingkat pusat sampai tingkat daerah, memiliki
wewenang, regulasi dalam menciptakan lingkungan agribinis yang kompetitif
dan adil.
2. Lembaga pembiayaan
Lembaga pembiayaan memegang peranan yang sangat penting dalam
penyediaan modal investasi dan modal kerja, mulai dari sektor hulu sampai hilir.
Penataan lembaga ini segera dilakukan, terutama dalam membuka akses yang
12

seluas-luasnya bagi pelaku agribisnis kecil dan menengah yang tidak memilki
aset yang cukup untuk digunakan guna memperoleh pembiayaan usaha.
3. Lembaga pemasaran dan disitribusi
Peranan lembaga ini sebagai ujung tombak keberhasilan pengembangan
agribinis, karena fungsinya sebagai fasilitator yang menghubungkan antara
defisit unit (konsumen pengguna yang membutuhkan produk) dan surplus unit (
produsen yang menghasilkan produk).
4. Koperasi
Peranan lembaga ini dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyalur input-input
dan hasil pertanian. Pada perkembangannya di Indonesia KUD terhambat
karena KUD dibentuk hanya untuk memenuhi keinginan pemerintah, modal
terbatas, pengurus dan pegawai KUD kurang profesional.
5. Lembaga penyuluhan
Berperan dalam memberikan layanan informasi dan pembinaan teknik produksi,
budidaya pertanian. Peranan lembaga ini akhir-akhir ini menurun sehingga perlu
penataan dan upaya pemberdayaan kembali dengan deskripsi yang terbaik.
Peranannanya bukan lagi sebagai penyuluh penuh, melainkan lebih kepada
fasilitator dan konsultan pertanian rakyat.
6. Lembaga Riset Agribinis
Lembaga ini jauh ketinggalan jika dibandingkan dengan negara lain yang
dahulunya berkiblat ke Indonesia. Semua lembaga riset yang terkait dengan
agribinis harus diperdayakan dan menjadikan ujung tombak untuk
mengahasilkan komoditas yang unggul dan daya saing tinggi.
7. Lembaga penjamin dan penanggungan resiko.
Resiko dalam agribisnis tergolong besar, namun hampir semuanya dapat diatasi
dengan teknologi dan manajemen yang handal. Instrumen heading dalam bursa
komoditas juga perlu dikembangkan guna memberikan sarana penjaminan
berbagai resiko dalam agribisnis dan industri pengolahannya.
13

2.3 Konsep Agroindustri


Pascapanen adalah kegiatan yang dilakukan untuk menambah mutu yang
dihasilkan oleh produksi pertanian. Berbagai perlakuan perlu dilakukan untuk
memberikan produk komoditas pertanian dari masa panen sampai dipasarkan ke
tangan konsumen. Tujuan dari penanganan pascapanen yaitu menjaga kondisi
produk pertanian dengan baik supaya saat produk pertanian digunakan baik
dikonsumsi atau untuk bahan baku pengolahan dapat sesuai dan tepat dengan
sasaran dan keadaan produk yang baik. Kegiatan pascapanen pada umumnya
diklasifikasikan menjadi dua yaitu penanganan pascapanen (postharvest) atau
pengolahan primer (primary processing) dan pengolahan (processing) atau
pengolahan sekunder (secondary processing). Penanganan pascapanen meliputi
seluruh kegiatan yang dikerjakan pada saat setelah pemanenan sampai berada pada
konsumen. Pengolahan dilakukan untuk melakukan perubahan bentuk produk
menjadi produk lain (Mayrowani, 2013).
Menurut Eriyatno dan Nadjikh (2012), agroindustri merupakan usaha
pengolahan hasil pertanian untuk tujuan peningkatan nilai produk dan harga jual.
Kegiatan agroindustri sangatlah menentukan harga jual produk-produk pertanian.
Agroindustri merupakan sub sektor yang sub industri hulu meliputi sektor
pengolahan pertanian sampai dengan kegiatan industri hilir. Industri hulu
adalah industri yang memproduksi alat-alat dan mesin pertanin serta industri
sarana produksi yang digunakan dalam proses budidaya pertanian, sedangkan
industri hilir merupakan industri yang mengolah hasil pertanian menjadi bahan
baku atau barang yang siap dikonsumsi atau merupakan industri pascapanen dan
pengolahan hasil pertanian. Agroindustri terdapat berbagai kegiatan yaitu dari
industri hulu sampai dengan hilir.
Kegiatan agroindustri adalah kegiatan yang meningkatkan nilai tambah jual
suatu produk pertanian, menciptakan produk yang dapat dipasarkan, digunakan,
dan dimakan, dapat meningkatkan daya simpan, serta dapat menambah pendapatan
dan keuntungan produsen. Pengembangan agroindustri diharapkan dapat
memanfaatkan dan menerapkan teknologi pengolahan sehingga dapat menambah
produk hasil pertanian. Agroindustri sangatlah mempengaruhi nilai jual suatu
14

produk pertanian. Kegiatan agroindustri meliputi berbagai industri diantaranya


industri pengolahan hasil pertanian, industri yang memproduksi peralatan dan
mesin pertanian, industri jasa sektor pertanian, dan industri input pertanin
(Satyajaya dkk., 2016).
Menurut Soekartawi (2001), agroindustri dalam bidang pertanian sangat
penting dilakukan. Agroindustri bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan
memberi nilai tambah untuk produk pertanian. Selain tujuan utama tersebut,
agroindustri juga mencakup beberapa tujuan didalamnya, yaitu: menarik dan
mendorong munculnya industri baru di sektor pertanian, menciptakan struktur
pertanian yang tangguh, menciptakan nilai tambah, dan menciptakan lapangan kerja
dan memperbaiki pendapatan.
Komponen agroindustri merupakan salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi berjalannya agroindustri. Komponen agroindustri yaitu mencakup
sumber daya alam, sumber daya manusia, dan peralatan serta jasa. Semua
komponen dalam agroindustri harus saling keterkaitan satu sama lain. Komponen-
komponen agroindustri jika dapat berjalan dengan baik dan saling keterkaitan maka
akan dapat menumbuhkan perekonomian cukup besar (Mayrowani, 2013).

2.4 Teori Pemasaran


Menurut Hanafie (2010), pemasaran merupakan kegiatan ekonomi yang
berfungsi membawa atau menyampaikan barang atau jasa dari produsen ke
konsumen. Kegiatan jual beli barang yang dilakukan dua orang atau lebih di tempat
yang sama secara langsung juga dapat diartikan sebagai proses sosial dan
manajerial yang dalam individu atau kelompok mendapat kebutuhan dan
keinginannya dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang
bernilai satu sama lain. Pemasaran menjadi kegiatan pokok yang memiliki peran
penting baik dalam perusahaan barang atau jasa untuk mempertahankan
kelangsungan hidup usahanya. Pengertian pemasaran jauh lebih luas dari pasar
yang didalam pemasaran tercangkup semua kegiatan yang berkaitan dengan usaha
memasarkan produk, termasuk jalur pemasaran. Pemasaran merupakan aliran
barang dari produsen sampai konsumen.
15

Sistem pemasaran merupakan suatu kesatuan urutan lembaga – lembaga


pemasaran yang melakukan fungsi - fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran
produk pertanian dari produsen awal ke tangan konsumen akhir. Sistem pemasaran
tersebut mencangkup kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
yang ada dalam sistem tersebut. Tingkat efisiensi dan efektivitas seluruh fungsional
sistem pemasaran akan menentukan kinerja operasi dan proses sistem. Efisiensi
sistem pemasaran dapat dilihat dari terselenggaranya pembagian yang adil dari nilai
tambah yang tercipta dengan biaya yang dikeluarkan (Faqih, 2010).
Berdasarkan pendekatan fungsi, terdapat beberapa fungsi dalam pemasaran
yakni fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas (Saragih, 2015). Fungsi
pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan pembelian yang merupakan aktivitas
perpindahan hak milik barang atau jasa. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini
ialah pedagang, distributor dan agen yang memperoleh komisi karena
mempertemukan pembeli dan penjual. Fungsi fisis terdiri dari fungsional
penyimpanan, pengolahan, pengangkutan dan pengemasan sebagai aktivitas yang
mempelancar. Fungsi fasilitas merupakan aktivitas yang mempelancar fungsi
pertukaran. Fungsi fungsi ini meliputi hal-hal seperti informasi pasar,
penanggungan resiko dan pembiyaan.
Menurut Meilisa dan Aida (2017), dalam mewujudkan sistem pemasaran
yang baik maka perlu adanya jasa perantara atau lembaga pemasaran. Lembaga
pemasaran dalam pertanian dibagi menjadi beberapa yaitu pedagang besar,
pedagang pengumpul, tengkulak, dan pedagang pengecer. Tengkulak adalah
lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan dengan petani. Pedagang
pengumpul adalah lembaga pemasaran yang membeli dari petani dan tengkulak dan
menjualnya kembali kepada pedagang perantara. Pedagang pengecer yaitu lembaga
pemasaran yang menjual produknya langsung ke konsumen.
Pemasaran akan berjalan dengan baik jika faktor-faktor yang
mempengaruhi pemasaran tercapai dan berjalan dengan semestinya. Salah satu
faktor yang sangat penting dalam pemasaran yaitu para pelaku, pelaku pemasaran
secara sederhana dapat dibagi menjadi produsen, tengkulak/pedagang dan
konsumen. Produsen memiliki peran penting yaitu sebagai penyedia produk yang
16

akan dipasarkan. Tengkulak juga memiliki peran penting sebagai penyalur atau
distributor dari produsen ke konsumen dan yang terakhir konsumen memiliki peran
sebagai pengkonsumsi produk jadi semua pelaku dalam pemasaran harus saling
berinteraksi dengan baik. Saluran pemasaran merupakan suatu sistem organisasi
yang memiliki keterkaitan satu sama lain dalam proses pembuatan produk dan jasa
yang bergunan untuk dikonsumsi. Saluran pemasaran menjadi dua bentuk yaitu
berbentuk sederhana dan berbentuk rumit. Bentuk tersebut tergantung pada macam
komoditi dan lembaga pemasaran dan sistem pasar. Setiap sistem saluran
pemasaran menciptakan tingkatan dan penjualan dan biaya yang berbeda. Saluran
pemasaran akan menyebabkan tingkat marjin, keuntungan, dan biaya pemasaran
yang berbeda (Meilisa dan Aida., 2017).

Gambar 2.1 Saluran Pemasaran Sederhana


Berdasarkan gambar 2.1 dapat diketahui bahwa pada saluran pemasaran
sederhana hanya terjadi beberapa sistem pemasaran yaitu produsen ke pedagang
pengumpul, pedagang pengumpul ke pengecer dan yang terakhir pengecer ke
konsumen. Sistem yang selanjutnya yaitu dari produsen langsung melalui pengecer
tanpa melalui pedagang pengumpul ke konsumen atau dari produsen langsung
dipasarkan ke konsumen.

Gambar 2.2 Saluran Pemasaran Rumit


17

Berdasarkan gambar 2.2 dapat diketahui bahwa pada saluran pemasaran


rumit berbeda dengan saluran pemasaran sederhana. Saluran pemasaran rumit
produsen memasarkan produk pertanian ke pengecer kemudian pengecer
memasarkan produk mereka ke konsumen. Produsen juga bisa memasarkan produk
ke tengkulak kemudian tengkulak memasarkan produknya ke pedagang
pengumpul. Tengkulak juga bisa memasarkan produk ke pedagang besar dan
pedagang besar memasarkan produk ke eksportir.
.
BAB 3. HASIL KUNJUNGAN LAPANG DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Kunjungan Lapang


Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) didirikan pada 1
Januari 1911 dan memiliki luas lahan 160 ha. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia mengalami beberapa kali perubahan baik nama maupun pengelola. Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia berada dibawah dua Kementrian dan
Lembaga. Secara fungsional, saat ini Puslitkoka berada di bawah Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia,
sedangkan secara struktural dikelola oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia –
Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (LRPI – APPI). Sejak berdiri pada tahun
1911, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia berkantor di Jl. PB. Sudirman
No. 90 Jember. Tahun 1987, seluruh kegiatan atau operasional dipindahkan ke
kantor baru berlokasi di Desa Nagasari, Kecamatan Rambipuji, Jember berjarak ±
20 km arah barat daya dari Kota Jember. Komoditas yang diusahakan di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia ini adalah komoditas kopi dan kakao.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslit Koka) menyediakan
fasilitas eduwisata berbasis sains dan teknologi kopi dan kakao. Sesuai dengan
mandat SK Menteri, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia menjadi pusat
peneltian dan pengembangan kopi dan kakao secara nasional. Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia juga menjadi kawasan agroindustri pengolahan kopi dan
kakao serta sebagai tempat eduwisata mengenai pengolahan kopi dan kakao dari
hulu (on farm) sampai hilir (off farm). Tranformasi nama PUI (Pusat Unggulan
Iptek) menjadi CCSTP (Coffe and Cocoa Science Techno Park) menjadikan Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia berfungsi sebagai pusat inovasi
pengembangan komoditas kopi dan kakao melalui proses agroindustri untuk
menambah nilai jual produk, transfer teknologi, dan inkubasi bisnis dan tugas utama
CCSTP adalah menghasilkan entrepreneur-entrepreneur berbasis kopi dan kakao
yang bersinergi dengan Akademisi, Pengusaha, dan Pemerintah. CCSTP (Coffe and
Cocoa Science Techno Park) diresmikan di Jember oleh Menristekdikti R.I pada
tanggal 20 Mei 2016.

18
19

Kegiatan yang dilakukan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia


adalah pengolahan bahan baku menjadi produk jadi melalui proses agroindustri dan
eduwisata berbasis sains dan teknologi kopi dan kakao. Pemenuhan bahan baku
proses agroindustri didapatkan dari perkebunan yang dikelola oleh Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia dan mendapatkan dari perkebunan lain diluar Kabupaten
Jember antara lain Bondowoso, Malang, Blitar, dan Banyuwangi. Pusat Penelitian
Indonesia membuka eduwisata yang bertujuan menjadikan Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia menjadi Taman Sains dan Teknologi dengan
memperkenalkan kegiatan on farm dan off farm kopi dan kakao kepada masyarakat
umum.
Tenaga kerja yang bekerja di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
saat ini berjumlah 507 orang yang dibagi kedalam beberapa bidang. Terdapat
pembagian dalam 3 bidang, yaitu bidang penelitian dan pelayanan, bidang usaha,
bidang administrasi/penunjang. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
mengoperasikan alat dan mesin yang ada di sana tidak harus berlatar belakang
pendidikan yang tinggi, sedangkan untuk bidang penelitian diharuskan berijasah
minimal S1. Status tenaga kerja yang ada di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
berbeda-beda, terdapat tenaga kerja yang berstatus tetap ataupun karyawan yang
berstatus sementara.
Visi dan misi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Visi Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia adalah menjadi lembaga penelitian yang
unggul dan bertaraf internasional tahun 2020. Misi Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia adalah menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi
mendukung kemajuan industri kopi dan kakao untuk meningkatkan daya saing,
melaksanakan transfer ilmu pengetahuan dan teknologi untuk implementasi inovasi
kepada pengguna melalui pembinaan petani dengan pola kemitraan bermediasi
(MOTRAMED), mengembangkan pusat informasi agribisnis kopi dan kakao, serta
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM dalam bidang agribisnis dan
agroindustri kopi dan kakao.
20

3.2 Pembahasan
3.2.1 Penyediaan Input atau Bahan Baku Agroindustri Komoditas Kakao di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
Sarana produksi bahan baku yang akan digunakan pada proses budidaya dan
pengolahan salah satunya adalah buah kakao. Bibit buah kakao diperoleh dan
dikembangkan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao sendiri. Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia memiliki laboratorium kultur jaringan dan embrio yang
digunakan untuk memproduksi bibit sebagai bahan input budidaya tanaman kakao.
Bibit untuk dibudidayakan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
diperoleh dan dikembangkan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
sendiri. Bibit yang akan digunakan dalam proses budidaya dibagi menjadi dua yaitu
varietas/jenis kakao mulia dan kakao lindak. Jenis kakao mulia dibagi menjadi
beberapa klon antara lain : Klon DR 1, Klon DR 2, Klon DR 38, Klon DR C16,
Klon ICCRI 01, Klon ICCRI 02. Jenis kakao lindak juga dibagi menjadi beberapa
klon antara lain : Klon GC 7, Klon ICS 60, Klon TSH 858, Klon ICS 13, Klon NIC
7, Klon PA 300, Klon RCC 70, Klon ICCRI 03, Klon ICCRI 04 dan Benih Hibrida
F1. Input lain berkaitan budidaya adalah penggunaan pupuk dan pestisida yang
digunakan pada saat proses budidaya tanaman kakao. Pupuk dan pestisida
disediakan oleh pihak Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia untuk membantu
dalam proses usahatani. Input yang diperlukan untuk menghasilkan berbagai
macam produk olahan kakao diperlukan bahan baku lain seperti untuk produksi
coklat ball milk dibutuhkan input gula, pasta, susu, dan minyak nabati. Informasi
teknologi diperlukan untuk menunjang pengolahan contohnya teknologi
pemanasan dan pengupasan, teknologi untuk mengempalkan pasta, teknologi untuk
mencetak, dan tenologi untuk membuat coklat sebagai hasil produksi.
Modal juga diperlukan sebagai sarana produksi kakao. Modal diperoleh dari
hasil penjualan produk yang dipasarkan di outlet dan modal juga berasal dari
pemasukan dana dari program eduwisata. Dana yang diperoleh terus merantai
sebagai modal sehingga proses budidaya, pengolahan, dan produksi tetap berjalan
dengan baik. Sarana input produksi dibutuhkan pada proses pengolahan yaitu bahan
baku yang akan diolah dan informasi teknologi yang akan digunakan. Bahan baku
21

tentunya biji kakao yang telah dipanen. Tenaga kerja yang berada di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia berjumlah sekitar 507 orang yang dibagi
kedalam beberapa bidang. Terdapat pembagian dalam 3 bidang, yaitu bidang
penelitian dan pelayanan, bidang usaha, bidang administrasi/penunjang. Peneliti
berjumlah 34 yang terdiri atas 11 orang berijasah S3, 8 orang berijasah S2 dan 15
orang berijasah S1. Tenaga kerja di bidang pelayanan mencapai 10 orang,
sedangkan jumlah tenaga kerja di bidang usaha mencapai 338 orang yang terbagi
menjadi 109 orang tenaga kerja borongan, 20 orang tenaga kerja tetap pasca panen,
dan tenaga kerja di 3 kebun milik puslit koka 209 orang, dan bidang
administrasi/penunjang berjumlah 125 orang. Penyediaan input tenaga kerja
diseleksi melalui training yang diadakan oleh pihak Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia agar dapat memperoleh tenaga kerja yang berkompetensi
dibidangnya. Training tenaga kerja yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia yaitu cara-cara budidaya, cara menggunakan alat dan mesin yang
digunakan saat panen maupun saat pasca panen. Training dilakukan agar tenaga
kerja yang ada di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia lebih terlatih dan
berkompetensi. Status tenaga kerja yang ada di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
berbeda-beda, terdapat tenaga kerja yang berstatus tetap ataupun karyawan yang
berstatus sementara..
Input yang terakhir adalah alat dan mesin. Alat dan mesin digunakan dalam
proses agroindustri komoditas kakao. Alat dan mesin yang digunakan dalam
pengelolaan budidaya dan proses agroindustri komoditas kakao di Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia antara lain : mesin pemecah buah (Pod breaker), mesin
pemeras lendir biji kakao (Depulper), kotak fermentasi, mesin sortasi biji kakao
(Grader), alat ukur kadar air biji kakao, alat uji belah kakao (Cuttest), mesin sangrai
kakao (roaster), mesin pemecah kulit dan pemisah biji (desheller), dan pengempa
lemak (Hidrolik). Alat dan mesin yang digunakan dalam proses agroindustri
komoditas kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia termasuk alat
pertanian modern dan semua kondisi alat dan mesin yang digunakan dalam kondisi
yang baik.
22

3.2.2 Proses Pengolahan Komoditas Kakao Coklat di Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia
Agroindustri merupakan suatu kegiatan pengolahan hasil pertanian dengan
melibatkan penyediaan alat dan jasa dengan tujuan menghasilkan produk pertanian
yang mempunyai nilai tambah yang tinggi dan mempunyai daya saing yang tinggi.
Kegiatan agroindustri merupakan suatu cara untuk meningkatkan nilai jual dari
suatu komoditas dengan mengubah menjadi produk jadi siap konsumsi maupun
produk setengah jadi. Kegiatan agroindustri akan menghasilkan suatu produk yang
tidak harus produk jadi dan siap pakai, melainkan produk setengah jadi juga
termasuk agroindustri yang akan dimanfaatkan oleh sektor industri lainnya sebagai
bahan baku. Kegiatan agroindustri meliputi pengolahan hasil pertanian, industri
yang memproduksi peralatan dan mesin pertanian, industri input pertanian, dan
industri jasa sektor pertanian.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia selain melakukan
pembudidayaan tanaman kopi dan kakao juga melakukan kegiatan agroindustri dari
tanaman kopi dan kakao untuk menambah nilai jual dari komoditas yang
dibudidayakan yaitu komoditas kopi dan kakao. Hasil dari kegiatan agroindustri
tersebut nantinya akan dipasarkan kepada konsumen yaitu barang yang siap
konsumsi atau dijual kepada sektor industri lainnya yang berupa bahan setengah
jadi. Produk hasil agroindustri kakao yang ada di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia diantaranya yaitu sabun kakao, coklat batang, bubuk cokelat, permen
cokelat, puding cokelat, minuman cokelat, dan masih banyak lagi produk dari
komoditas kakao yang bisa didapatkan di outlet resmi Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia maupun ditempat lainnya..
Proses pengolahan kakao yang dilakukan di Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia untuk pengolahan kakao pada dasarnya terdiri dari dua cara yaitu
pengolahan secara primer dan sekunder. Selain itu hasil dari pengolahan produk
primer dan sekunder akan diolah menjadi produk cokelat jadi seperti bubuk cokelat
dan makanan atau permen cokelat. Berikut merupakan proses pengolahan kakao
yang ada di pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia :
23

Pegolahan Kakao

Pengolahan Primer Pengolahan sekunder

Sortasi buah Produk cokelat Produk cokelat


setengah jadi jadi

Pengupasan kulit
buah Penyangraian Pencampuran
(roasting)
Pemerasan pulpa
kakao Tempering Penghalusan

Fermentasi
Pemisahan kulit biji Tempering

Pengeringan
Pemastaan Pengemasan

Sortasi biji
Penggempaan/pengepr
esan
Penggudangan

Bagan 3.1 proses pengolahan kakao


Gambar 3.1 Bagan proses pengolahan kakao
Proses pengolahan kakao yang pertama adalah pengolahan kakao primer,
tahap awal yaitu sortasi buah kakao yang akan diolah. Sortasi buah merupakan salah
satu tahapan proses produksi yang penting untuk menghasilkan biji kakao bermutu
baik. Sortasi buah dilakukan untuk menghasilkan biji kakao bermutu baik. Buah
yang masak dan sehat dipisahkan dari buah-buah rusak, terkena hama/penyakit atau
cacat.

Gambar 3.2 Sortasi buah kakao


24

Tahapan selanjutnya yaitu pengupasan kulit buah, tahapan ini bertujuan


mengeluarkan dan memisahkan biji kakao dari kulit buah dan plasentanya.
Pengupasan dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan mesin
pengupasan atau pemecah buah (podbreaker). Hal yang dilakukan dalam
pengupasan buah kakao dengan dua metode yang digunakan yaitu metode manual
dengan menggunakan benda tumpul seperti kayu atau besi serta benda tajam seperti
golok atau parang dengan caradipukul buahnya dibagian tengah hingga terpecah.
Metode kedua yaitu menggunakan system mekanis menggunakan alat podbreaker
merupakan mesin pemecah dan pemisah dengan kapasitas 3.000-4.000 tongkol
buah/jam.

Gambar 3.3 proses pengupasan buah kakao secara manual

Gambar 3.4 mesin pemecah buah kakao dan pemisahan biji


Pemerasan pulpa kakao, bertujuan mengurangi hambatan aliran oksigen ke
dalam masa biji kakao saat proses fermentasi sehingga fermentasi menjadi
sempurna. Melalui pemerasan, pulpa atau lendir pada biji kakao dapat dikurangi
sampai dengan 30% dan diolah lebih lanjut menjadi “natade cacao”.
25

Gambar 3.5 Pemerasan Pulpa buah kakao


Fermentasi, bertujuan menumbuhan senyawa pembentuk cita rasa dan
aroma khas cokelat dengan bantuan mikroba alami, serta mengurangi rasa pahit dan
sepat yang terkandung dalam biji kakao. Proses fermentasi berlangsung selama 5
hari secara alami oleh mikroba dengan bantuan oksigen dari udara. Tujuan dari
fermentasi adalah untuk meningkatkan cita rasa dan aroma dari biji kakao. Proses
fermentasi dilakukan selama 5 hari dengan 2 hari didiamkan dikotak lalu 3 hari
difermentasi. Minimal banyaknya biji kakao yang difermentasi sebanyak 40 kg.
suhu fermentasi yang digunakan yaitu 50-51 derajat celcius. Proses fermentasi
dilakukan dengan menggunakan ragi atau proses fermentasi secara alami
menggunakan zat gula lalu bakteri acetobakteri sehingga aroma biji kakaonya dapat
keluar.

Gambar 3.6 Fermentasi biji kakao


Pengeringan, proses ini sebaiknya dilakukan dalam dua tahap, diawali
dengan penjemuran untuk mengurangi kadar air biji kakao dari 55% menjadi 25%,
kemudian diteruskan dengan pengeringan mekanis hingga kadar air 7%. Dapat
dilakukan dengan dua metode, pengeringan menggunakan mesin drayer dengan
26

kapasitas 2,5 ton biji kakao. Suhu yang digunakan sebesar 45-55 derajat celcius
dengan lama pengeringan 40 jam. Teknis pengeringan menggunakan panas udara
dari pembakaran tungku yang dari pembakaran kayu lamtoro. Proses
pembakarannya tidak boleh membakarnya secara langsung karena bahan atau biji
kakao tidak boleh terkontaminasi oleh asap pembakaran karena akan membuat
produk menjadi cacat. Metode kedua yaitu metode pengeringan secara manual
menggunakan sinar matahari. Penjemuran ini dilakukan selama 2-4 minggu
tergantung intensitas sinar matahari.

Gambar 3.7 Mesin drayer


Sortasi biji, bertujuan untuk menggelompokkan biji kakao berdasarkan
ukuran fisiknya sekaligus memisahkan kotoran yang tercampur didalamnya. Biji
kakao dikelompokkan dalam 4 golongan mutu yaitu: AA (sangatbesar), A (besar),
B (medium) dan C (kecil).

Gambar 3.8 mesin sortasi biji kakao


27

Penggudangan, bertujan untuk menyimpan biji kakao yang telah disortasi


dalam kondisi yang aman sebelum diolah lebih lanjut atau dipasarkan.
Penggudangan juga dimaksudkan untuk penyimpanan biji kakao. Biji kakao yang
masih belum diolah nantinya disimpan di tempat penggudangan terlebih dahulu.

Gambar 3.9 penggudangan


Pengolahan kakao juga dilakukan dengan cara sekunder. Langkah pertama
yaitu penyangraian (roasting), bertujuan untuk membentuk aroma dan cita rasa khas
coklat dan biji kakao dengan perlakuan panas. Penyangraian dilakukan pada suhu
105-120 derajat celcius selama 10-35 menit (tergantung jumlah biji yang disangrai
dan kadar airnya).
Tempering, bertujuan mendinginkan biji kakao yang telah disangrai dengan
menampungnya dalam bak berpenghisap kipas sentrifugl. Saat pendinginan
memerlukan waktu yang cukup lama. Waktu pendinginan yang optimum sekitar 8-
10 menit dan cukup untuk mencegah biji kakao menjadi gosong/warna hitam (over
roasted).

Gambar 3.10 proses pendinginan biji kakao yang sudah disangrai


28

Pemisahan kulit biji, yang dilakukan secara mekanis bertujuan untuk


memisahkan daging biji dengan kulitnya. Daging biji yang dihasilkan dari mesin
ini sudah berbentuk butiran. Daging biji ini merupakan komponen biji kakao yang
diperlukan untuk bahan industri pangan, sedangkan kulit bijinya yang merupakan
banyak digunakan sebagai campuran akan ternak. Pemastaan, dilakukan dengan
cara menghancurkan daging biji yang semula berbentuk butiran menjadi bentuk
pasta cair kental.

Gambar 3.11 Mesin pemisah kulit biji


Pengempaan/pengepresan, bertujuan untuk mengeluarkan lemak kakao dari
pasta kakao. Pengempaan dilakukan dalam tabung yang dilengkapi dengan
penyaring 120 mesh dengan tekanan hidronik sampai 40 atm. Sisa hasil
pengempaan adalah bungkil padat dengan kandungan lemak 10-22% (tergantung
permintaan konsumen), bungkil ini merupakan bahan baku utama pembuatan
bubuk cokelat untuk makanan atau minuman.

Gambar 3.12 mesin pengepresan


29

Selain itu produk-produk yang dapat dihasilkan dan diproduksi dari


pengolahan kakao dapat dijadikan produk coklat jadi seperti pembuatan bubuk.
Bubuk coklat dihasilkan dari bungkil residu penempaan pasta kakao. Bungkil
dihaluskan kemudian diayak menggunakan mesin dengan suhu terkontrol. Coklat
yang dihasilkan dapat dipakai sebagai bahan campuran untuk membuat aneka
kue/roti, disamping dapat diproses lebih lanjut menjadi minuman siap saji, atau siap
seduh dengan mencampurkan gula, susu dan bahan lainnya. Produk bubuk cokelat
murni atau campuran dapat dikemas menggunakan plastik, aluminium foil, karton
atau kaleng.

Gambar 3.13 Proses pembubukan kakao


Produk lain dari hasil pengolahan kakao di pusat penelitian kopi dan kakao
Indonesia yaitu pembuatan makanan/permen cokelat. Pemubuatan makanan/
permen coklat, diperlukan barang berupa: pasta cokelat, lemak, gula, susu dan
bahan lain. Secara umum tahapan prosesnya pertama yaitu Pencampuran, dilakukan
dengan memasukkan pasta, lemak gula, susu dan latihan lain dengan perbandingan
tertentu kedalam mesin pencampur.
Penghalusan, dilakukan dengan memasukkan adonan yang sudah
dihomogen kedalam mesin penghalaus tipe roll bertingkat taurefainer sehingga
dihasilkan tingkat adonan dengan tingkat kehalusan tertentu. Proses ini diteruskan
penghalusannya menggunakan mesin koncing pada suhu 60-70 derajat celcius
selama 18-24 jam.
30

Gambar 3.14 mesin penghalusan


Tempering, yaitu perlakuan adonan dengan kondisi suhu dan waktu tertentu
dengan mesin tempering yang dilengkapi dengan pemanas dan pendingin sekaligus
sebelum dituang kedalam aneka ragam bentuk cetakan. Proses tempering ini adalah
suatu proses untuk memperoleh cokelat yang stabil, karena akan menghasilkan
kristal-kristal lemak berukuran kecil dengan titik leleh yang tinggi.

Gambar 3.15 proses tempering

Gambar 3.16 proses pencetakan coklat


31

Pengemasan, bertujuan untuk mempertahankan aroma, cita rasa dan


sekaligus penampilan produk-produk makanan/permen cokelat selama dalam
pengangkutan, dijajakan atau disimpan. Bahan pengemas harus mempunyai sifat-
sifat khusus antara lain: mempunyai daya transmisi yang rendah terhadap uap air
dan oksigen, juga mempunyai sifat permeabilitas yang rendah terhadap aroma atau
bau. Beberapa jenis kemasan yang umum dipakai adalah plastik transparan,
aluminium foil, karton dan kaleng.

Gambar 3.17 pengemasan produk coklat

3.2.3 Pemasaran Produk Kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Produk dari pengolahan kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia berupa coklat batang, coklat permen, bubuk coklat, ice cream coklat cup,
dan sabun coklat. Pemasaran yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
berfungsi untuk menyalurkan produk ke konsumen melalui outlet dan cafe yang ada
di puslit koka. Sistem pemasaran yang ada di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
merupakan salah satu bentuk dari saluran yang sederhana karena jangkauan
pemasarannya yang tidak terlalu luas. Semakin panjang saluran pemasaran maka
efisiensi pemasaran rendah sehingga membuat selisih antara harga di produsen dan
konsumen tinggi. Pusat penelitian kopi dan kakao menggunakan saluran pemasaran
yang sederhana sehingga memiliki efisiensi harga yang tinggi. Pemasaran produk
olahan off farm kakao yaitu produk coklat permen dilakukan dioutlet dalam
kawasan eduwisata pusat penelitian kopi dan kakao indonesia. Berikut merupakan
saluran pemasaran produk coklat
32

Gambar 3.18 Saluran pemasaran


Berdasarakan Gambar 3.18 diatas dapat dijelaskan bahwa pemasaran
produk kakao yang telah diproduksi oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia kemudian langsung dipasarkan kepada konsumen melalui outlet yang ada
di eduwisata pusat penelitian kopi dan kakao indonesia. Proses pemasaran produk
olahan kopi dan kakao yang dihasilkan di pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia
dipasarkan di outlet yang ada di pusat penelitian kopi dan kakao. Untuk produk
yang dipasarkan di outlet pusat penelitian kopi dan kakao Indonesia salah satunya
adalah olahan coklat batang, bubuk coklat, ice cream coklat cup, coklat batang dark
and white. Sementara untuk pemasaran produk olahan coklat yang berupa sabun
batang dan sabun cair hanya digunakan di pusat penelitian kopi dan kakao
Indonesia.
Harga dari produk olahan komoditas kakao yang dijual di outlet Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia sangat bervariasi mulai dari produk coklat
batang ukuran kecil dijual dengan harga Rp.7000 per batang. Produk coklat batang
ukuran besar dijual dengan harga Rp. 17.000. Produk coklat bubuk dijual dengan
harga Rp 28.000/pc Produk minuman coklat juga bervariasi mulai dari Rp. 7000
sampai dengan Rp. 50.000. dan produk olahan puding dengan harga kisaran Rp.
8000 sampai dengan Rp. 20.000.
Kendala dalam pemasararan produk off farm kakao dipusat penelitian kopi
dan kakao indonesia yaitu masih kecilnya jangkauan pasar dimana produk off farm
kakao hanya dipasarkan memalui outlet yang ada di eduwisata pusat penelitian
kopi dan kakao indonesia sehingga produk tersebut sulit dijangkau oleh konsumen.
Pengembangan agroindustri dengan jaringan pemasaran yang lebih luas akan
mempengaruhi proses produksi pada agroindustri. Penambahan input dan output
pada agroindustri bergantung pada kondisi pemasaran.
33

Fungsi pemasaran yang ada di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
adalah fungsi pertukaran. Fungsi pertukaran yaitu pembelian dan penjualan produk
kakao coklat. Pihak yang melakukan fungsi penjualan adalah outlet yang berada di
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Pihak yang melakukan fungsi
pembelian adalah konsumen yang membeli produk kakao coklat di outlet Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Penyediaan input atau bahan baku agroindustri di Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia bersifat mandiri, karena input yang di dapatkan berasal dari
perkebunan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Bibit buah kakao
dikembangkan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao sendiri, input lain yang
digunakan unruk budidaya tanaman di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia adalah pupuk dan pestisida untuk budidaya tanaman kakao. Modal
untuk pembiayaan segala macam input di Puslitkoka diperoleh dari hasil
penjualan produk yang dipasarkan di outlet dan modal juga berasal dari
pemasukan dana dari program eduwisata. Tenaga kerja dibagi menjadi tiga
bidang yaitu peneliti, bidang usaha, dan administrasi. Input yang terakhir adalah
alat dan mesin yang digunakan dalam proses usahatani dan kegiatan
agroindustri.
2. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia selain melakukan kegiatan budidaya,
juga melakukan kegiatan agroindustri yang dihasilkan oleh tanaman kopi dan
kakao untuk mendapatkan nilai tambah. Proses pengolahan kakao di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia pada dasarnya terdiri dari dua cara yaitu
pengolahan secara primer dan sekunder. Pengolahan primer meliputi: Sortasi
buah, Pengupasan kulit buah, Pemerasan pulpa kakao, Fermentasi, Pengeringan,
Sortasibiji, Penggudangan. Pengolahan sekunder meliputi Produksi coklat
setengah jadi dan produk coklat jadi.
3. Pemasaran yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di
lakukan secara domestik, maksudnya pemasaran yang di lakukan oleh
Puslitkoka merupakan salah satu bentuk dari saluran pemasaran yang sederhana,
karena jangkauan pemasarannya yang tidak terlalu luas. Produk dari pengolahan
kakao di pusat penelitian kopi dan kakao indonesia berupa coklat batang, coklat
permen, bubuk coklat, ice cream coklat cup, dan sabun coklat. Pemasaran produk
olahan off farm kakao yaitu produk coklat permen dilakukan di outlet dalam
kawasan eduwisata pusat penelitian kopi dan kakao indonesia.

34
35

4.2 Saran
1. Bagi pemerintah sebaiknya lebih memperbaiki infrastruktur yang ada di
Puslitkoka terutama infrastruktur jalan yang harus diperlebar, sehingga dapat
memperlancar proses penyaluran produk.
2. Bagi petani sebaiknya dapat dijadikan sebagai informasi dan pertimbangan dalam
proses agroindustri kakao sehingga dapat menghasilkan produk yang maksimal
3. Bagi mahasiswa sebaiknya dapat dijadikan sebagai informasi dan pembelajaran
tentang proses agroindustri kakao.
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, S., I. M. Narka, dan D. P. Darmawan. 2017. Peranan Sistem Agribisnis


terhadap Keberhasilan Tumpangsari Cabai-Tembakau (Kasus Subak Di
Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar).
Manajemen Agribisnis. 5(1): 64-79.

Davit, J., R. P. Yusuf, dan D. A. S. Yudari. 2013. Pengaruh Cara Pengelohaan


Kakao Fermentasi dan Non Fermentasi Terhadap Kualitas, harga Jual
Produk pada Unit Usaha Produktif (UUP) Tunjung Sari, Kabupaten
Tabanan. Agribisnis dan Agrowisata. 2(4): 191-203.

Dharmmesta, B. S.. 2014. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: Universitas


Terbuka

Dirga, S. P., H. Siregar, dan B. M. Sinaga. 2015. Analisis Pengaruh Variabel


Makroekonomi terhadap Return Kelompok Saham Subsektor
Perkebunan. Aplikasi Manajemen. 14(3): 595-607.

Eriyatno, M. Nadjikh. 2012. Solusi Bisnis untuk Kemiskinan. Jakarta: Pt. Elex
Media Komputindo

Faqih, A.. 2010. Manajemen Agribisnis. Yogyakarta: Dee Publish.

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: CV Andi Offset.


Hasan, Nusyirwan Dan Roswita, Rifda. 2013. Peningkatan Produktivitas Dan Mutu
Kakao Melalui Diseminasi Multi-Channel (DMC) Di Nagari Parit
Malintang, Kabupaten Padang Pariaman. Teknologi Pertanian. 8(2):75-
82.

Hasibuan, A. M., D. Listyati dan D. Pranowo. 2013. Studi Model Kelembagaan


dalam Sistem Agribisnis. SIRINOV. 1(2): 89-97.

Jaweng, R. E., B. Rheza, N. A. Febryanti, dan H. N. Suparman. 2016. Analisis


Rantai Nilai Usaha Kakao sebagai Produk Unggulan Kabupaten Ende
NTT. Jakarta: Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah.

Mayrowani, Henny. 2013. Kebijakan Penyediaan Teknologi Pascapanen Kopi dan


Masalah Pengembangannya. Agro Ekonomi. 31(1): 31-49.

Meilisa, R. dan S. Aida. 2017. Studi Pendapatan Usahatani Dan Pemasaran Jagung
Manis (Zea Mays L. Saccharata) Di Desa Manunggal Daya Kecamatan
Sebulu Labupaten Kutai Kartanegara. 14(2): 26-38.
Nizwar S, Pantjar S, Sudi M, Tri P. 2013. Konsep Pengembangan Wilayah Berbasis
Agribisnis Dalam Rangka Pemberdayaan Petani. Pusat Peneliitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. 21(1): 26-43

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2010. Buku Pintar Budidaya
Kakao.Jakarta:Agromedia Pustaka

Ramadhan, S., A. Arida, dan Agussabti. 2017. Pengembangan Agribisnis Padi Di


Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar. Ilmiah Mahasiswa
Pertanian. 2(1): 220-231

Rubiyo dan Siswanto. 2012. Peningkatan Produksi dan Pengembangan Kakao


(Theobroma cacao L.) di Indonesia. Buletin Risti. 3(1): 33-48.

Saptana dan H. P. S. Rahman. 2015. Tinjauan Konseptual Makro Mikro Pemasaran


dan Implikasinya bagi Pembangunan Pertanian. Agro Ekonomi. 33(2):
127-148.

Saragih, B.. 2001. Membangun Sistem Agribisnis. Bogor: USESE

Saragih, Alaxandro Ephannuel dan Netti Tinaprilla. 2015. Sistem Pemasaran Beras
di Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur: 5(1).

Satyajaya, Wisnu, E. Suroso, H. A. Rasyid, dan T. P. Utomo. 2016. Kajian


Penentuan Komoditas Unggulan dalam Pengembangan Teknologi
Agroindustri Rakyat di Kabupaten Tulang Bawang. Kelitbangan. 4(1):
22-36.

Setiawan, I.. 2012. Agribisnis Kreatif: Pilar Wirausaha Masa Depan, Kekuatan
Dunia Baru Menuju Kemakmuran Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya.

Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri. Jakarta: PT. Raja Gafindo Persada


Soetriono dan Suwandari, A.. 2016. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang: Intimedia

Suardi, D. P. O., Parining, N. dan Sukewijaya, I M. 2015. Model Manajemen


Sumberdaya Komunikasi untuk Penyuluhan Pertanian dalam
Pelaksanaan Sistem Pertanian Terintegrasi di Provinsi Bali. Manajemen
Agribisnis. 3(1): 1 – 16.

Wahyudi T., Panggabean T. R., dan Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Kakao.
Jakarta: Penebar Swadaya
DOKUMENTASI

Gambar 1. Foto Bersama Golongan B Wawasan Agribisnis

Gambar 2. Foto Bersama Kelompok B4 Wawasan Agribisnis


Gambar 3. Proses Produksi Kakao yang Berkelanjutan

Gambar 4. Proses Pengolahan Biji Kakao Menjadi Produk Cokelat


Gambar 5. Paket Teknologi Alat Mesin dan Pengolahan Kakao Primer

Gambar 6. Syarat Mutu Biji, Pasta, Lemak, dan Bubuk Kakao


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM MANAJEMEN AGRIBISNIIS
LABORATORIUM MANAJEMEN AGRIBISNIS

KUESIONER

JUDUL : Kegiatan Off Farm Komoditas Kakao Coklat di Pusat Penelitian


Kopi dan Kakao Indonesia
LOKASI : Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia

Identitas Responden
Nama : Bayu Setya
Umur : 35 Tahun
Pekerjaan : Peneliti Pasca Panen Kakao
Pewawancara
Kelompok :4
Golongan :B
Hari/Tanggal : Rabu / 04 April 2018

Tanda Tangan
I. Gambaran Umum Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
a. Gambaran Umum Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
1. Apa saja komoditas yang diusahakan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia?
Jawab: Komoditas yang diusahakan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia adalah kopi dan kakao.
2. Sejak kapan mengusahakan komoditas tersebut?
Jawab: Sejak 1 Januari 1911.
3. Mengapa Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia memilih untuk
membudidayakan komoditas tersebut?
Jawab: Karena kopi dan kakao merupakan komoditas unggulan Indonesia
yang harus dikembangkan secara optimal.
4. Dimana lokasi kebun dan pengelolaan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia?
Jawab: Terletak di Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember.
5. Apakah lokasi tersebut dirasa strategis untuk melakukan usahatani dan
pengolahan?
Jawab: Lokasi tersebut strategis karena Kabupaten Jember merupakan daerah
yang sesuai untuk budidaya kedua komoditas tersebut.
6. Apakah ada kendala yang berhubungan dengan jarak dalam pemenuhan
kebutuhan peralatan usahatani dan pengelolaan?
Jawab: Kendala yang didapat yaitu lama waktu yang ditempuh dalam
perjalanan dan transportasi yang diperlukan serta infrastruktur jalan.
7. Bagaimana kepemilikan lahan dan usahatani yang telah Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia kelola?
Jawab: Kepemilikan lahan usahatani di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
tersebut adalah milik pemerintah atau lahan perkebunan milik negara.
8. Berapa luas lahan untuk semua komoditas yang diusahakan Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia memiliki luas lahan seluas
160 Ha.
9. Bagaimana metode yang dilakukan pihak Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia dalam melakukan usahatani pada komoditas tersebut?
Jawab: Pemerintah menyediakan lahan, pihak swasta berperan pada proses
produksi dan pengolahan hasil pertanian dan petani sekitar sebagai
tenaga kerja.
b. Gambaran Umum Kegiatan Pasca Panen atau Agroindustri (Kopi dan
Kakao)
1. Dimana lokasi kegiatan pasca panen atau agroindustri Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia?
Jawab: Lokasi kegiatan pasca panen/agroindustri terletak di Desa Nogosari
Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember.
2. Apakah lokasi tersebut dirasa strategis untuk melakukan pengolahan?
Jawab: Lokasi tersebut cukup strategis karena jauh dari pemukiman dan
sesuai untuk daerah pengembangan industri.
3. Apa kendala yang berhubungan dengan jarak dalam pemenuhan kebutuhan
peralatan kegiatan pasca panen atau agroindustri di Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia?
Jawab: Tidak ada kendala, karena lokasi lahan dengan kegiatan pasca panen
jaraknya dekat sehingga kegiatan pasca panen di Pusat Penelitan Kopi
dan Kakao Indonesia berjalan dengan lancar.
4. Bagaimana kepemilikan lahan dari kegiatan pasca panen atau agroindustri yang
telah Pusat Penelitan Kopi dan Kakao Indonesia kelola?
Jawab: Lahan dari kegiatan pasca panen di Pusat Penelitan Kopi dan Kakao
Indonesia merupakan kepemilikan penuh oleh Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao atau aset negara.
5. Bagaimana perkembangan kegiatan pasca panen atau agroindustri Pusat
Penelitan Kopi dan Kakao Indonesia saat ini?
Jawab: Perkembangan kegiatan pasca panen mengalami peningkatan seiring
dengan berkembangnya teknologi terhadap pengolahan kakao.
6. Bagaimana kondisi kegiatan pasca panen atau agroindustri Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia saat ini?
Jawab: Kondisi yang ada saat ini berjalan dengan baik dan tidak ada kendala
apapun.
II. Sarana Penyedia Input Usahatani dan Pasca Panen/Agroindustri
a. Sarana Penyediaan Input Usahatani
1. Apa saja input yang dibutuhkan dalam melakukan usahatani di Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Penyediaan input sarana produksi atau bahan baku usahatani komoditas
kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia yaitu meliputi
penyediaan benih, bibit, pupuk, obat pemberantas hama dan penyakit
dan pengadaan alat-alat pertanian serta tenaga kerja.
2. Berapa jumlah input yang dibutuhkan dalam kegiatan usahatani di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Menurut narasumber, jumlah input yang dibutuhkan sesuai dengan
luas lahan dan kebutuhan setiap tahun.
3. Apa saja peralatan yang digunakan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
dalam melakukan kegiatan usahatani?
Jawab: Alat-alat yang dibutuhkan dalam kegiatan usahatani kopi adalah sekop
dan hand tractor serta alat pertanian sederhana seperti cangkul dan
sabit.
4. Apakah peralatan yang digunakan pada kegiatan usahatani tergolong alat
tradisional atau modern?
Jawab: Semi modern, karena masih ada alat tradisional yang digunakan.
5. Mengapa memilih peralatan tersebut?
Jawab: Karena peralatan tersebut dapat membantu pekerjaan petani.
6. Bagaimana cara Pusat Penelitian kopi dan Kakao Indonesia memperoleh input
yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan usahatani?
Jawab: Alat-alat tersebut sudah disediakan langsung oleh pihak Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia itu sendiri.
7. Bagaimana cara perawatan peralatan yang digunakan?
Jawab: Rutin dilakukan pembersihan dan servis.
8. Apa kendala yang dihadapi dalam pengadaan dan pemenuhan input?
Jawab: Tidak ada kendala yang berarti.
9. Apakah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia melakukan kerjasama
dengan pihak lain dalam pengadaan dan pemenuhan input?
Jawab: Ya, pengadaan input yang memerlukan pihak lain yaitu pada
penyediaan pupuk.
10. Berapa jumlah tenaga kerja Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dalam
kegiatan usahatani?
Jawab: Tenaga kerja yang dibutuhkan sekitar 2-3 orang per hektar.
11. Apakah terdapat penyusutan pada peralatan produksi yang digunakan pihak
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia selama melaksanakan kegiatan
usahatani?
Jawab: Tidak, karena alat-alat yang digunakan terus berkembang dan terus
mengalami peningkatan.
12. Bagaimana cara mempertahankan hasil usahatani agar kualitas alat tetap
terjaga?
Jawab: Memperhatikan kualitas benih yang unggul serta tata cara budidaya
tanaman kakao yang benar serta melakukan perawatan intensif terhadap
alat-alat usaha tani di Pusat Penelitan Kopi dan Kakao Indonesia.
b. Sarana penyediaan Input Pasca Panen/Agroindustri
1. Apa saja input yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan pada pasca
panen/agroindustri yang Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia lakukan?
Jawab: Input kakao meliputi bahan baku, bahan tambahan, tenaga kerja dan
peralatan.
2. Berapa jumlah input yang dibutuhkan dalam kegiatan pasca panen/agroindustri
di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Sesuai banyaknya hasil panen dan kebutuhan setiap tahunnya.
3. Apa saja peralatan yang digunakan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
dalam melakukan kegiatan pasca panen/agroindustri?
Jawab: Pod breaker, depulper, grader, dll.
4. Apakah peralatan yang digunakan pada kegiatan pasca panen/agroindustri
tergolong alat tradisional atau modern?
Jawab: Modern.
5. Mengapa memilih peralatan tersebut?
Jawab: Karena lebih efektif dan efisien.
6. Bagaimana cara Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia memperoleh input
yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan pasca panen/agroindustri?
Jawab: Memproduksi sendiri.
7. Bagaimana cara perawatan peralatan yang digunakan pada kegiatan pasca
panen/agroindustri?
Jawab: Rutin dilakukan pembersihan dan servis.
8. Apa kendala yang dihadapi dalam pengadaan dan pemenuhan input pada
kegiatan pasca panen/agroindustri?
Jawab: Tidak ada, karena pihak produsen sudah memikirkan dengan matang.
9. Apakah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia melakukan kerjasama
dengan pihak lain dalam pengadaan dan pemenuhan input?
Jawab: Tidak, karena input agroindusti telah disediakan oleh Puslitkoka
sendiri.
10. Berapa jumlah tenaga kerja Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dalam
kegiatan pasca panen/agroindustri?
Jawab: Tenaga kerja pada kegiatan agroindustri sejumlah 11 tenaga kerja.
11. Apakah terdapat penyusutan pada peralatan produksi yang digunakan pihak
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia selama melaksanakan kegiatan
pascapanen/agroindustri?
Jawab: Tidak, karena alat-alat yang digunakan terus berkembang dan terus
mengalami peningkatan.
12. Bagaimana cara mempertahankan hasil produksi agar kualitas alat tetap
terjaga?
Jawab: Menjaga hasil produksi dan peralatan dengan baik dan benar.
III. Budidaya Usahatani
1. Bagaimana cara yang digunakan dalam menjalankan kegiatan usahatani?
Jawab: Cara budidaya tanaman kakao dimulai dari penyediaan bahan tanam,
pengolahan lahan, penanaman, perawatan, pengendalian OPT dan
pemanenan
2. Apa teknologi yang diterapkan dalam menjalankan kegiatan usahatani?
Jawab: Teknologi yang diterapkan yaitu menggunakan bibit unggul dan tata
cara penanaman yang baik serta menggunakan tanaman penaung.
3. Bagaimana penentuan waktu tanam dalam menjalankan kegiatan usahatani?
Jawab: Penentuan waktu tanam dilakukan dalam satu tahun setelah persiapan
lahan dan bahan tanam berumur 8-9 tahun serta mengacu terhadap
kondisi iklim setempat.
4. Bagaimana cara yang digunakan dalam menjalankan kegiatan usahatani pada
komoditas kopi dan kakao pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Usahatani tanaman kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia dijalankan dengan Standar Operasional Prosedur yang
sesuai dengan aturan pembudidayaan yang berlaku agar menghailkan
biji kopi yang berkualitas baik.
5. Apa saja teknologi yang digunakan dalam menjalankan kegiatan usahatani
komoditas kopi dan kakao pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Teknologi yang diterapkan yaitu menggunakan bibit unggul dan tata
cara penanaman yang baik serta menggunakan tanaman penaung
berupa pohon lamtoro.
6. Berapa ukuran dosis yang digunakan dalam menjalankan kegiatan usahtani
komoditas kopi dan kakao pad Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Dosis untuk setiap pemupukan tanaman umur 1-2 tahun yaitu 55 gram
per tanaman.
7. Adakah pembagian kerja dari tenaga kerja yang digunakan?
Jawab: Tenaga kerja di lahan budidaya berasal dari penduduk sekitar area Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dngadn pembagian 2-3 tenaga
kerja per hektar atau 1 orang per petak lahan dengan melakukan
serangkaian kegiatan usahatani mulai dari penanaman hingga
pemanenan.
8. Apa saja gangguan hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman kopi
dan kakao Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Hama yang menyerang tanaman kakao diantaranya adalah Hama
penggerek buah kakao, kutu hijau dan putih. Penyakit yang
menyerang tanaman kakao diantaranya adalah busuk buah dan jamur
akar.
9. Bagaimana cara Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dalam
mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman kopi dan kakao?
Jawab: Menyemprotkan pestisida cair ke tanaman kakao untuk menanggulangi
adanya hama dan menggunakan fungisida untuk menanggulangi
penyakit sepeti jamur akar yang ada pada tanaman kakao.
10. Apa kendala yang dihadapi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dalam
menjalankan kegiatan usahatani?
Jawab: Kendala yang paling besar adalah hama dan penyakit yang sering
muncul dan menyerang tanaman kopi sehingga dapat menyebabkan
kerugian.
11. Bagaimana cara mengatasi kendala yang dihadapi?
Jawab: Melakukan pemeliharaan dengan baik.
IV. Pengelolaan Pasca Panen atau Agroindustri
1. Kapan kegiatan pasca panen atau agroindustri pada Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia dilakukan?
Jawab: Agroindustri kegiatan pasca panen melakukan produksi setelah
kegiatan pemanenan.
2. Apa saja produk yang dihasilkan dalam kegiatan pasca panen atau agroindustri
di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Cokelat batang, cokelat bubuk, minuman cokelat, es krim cokelat,
permen cokelat, dan sabun.
3. Apa saja peralatan yang digunakan dalam kegiatan pasca panen atau
agroindustri di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab:Mesin pengering, mesin fermentasi, mesin sortasi, mesin grading, mesin
penggiling, mesin pengepakan dan mesin lain yang mendukung proses
agroindustri.
4. Apakah terdapat pembagian kerja dalam kegiatan pasca panen atau
agroindustri pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Ya. Tenaga kerja pada kegiatan agroindustri sejumlah 11 tenaga kerja
yang setiap tahap kegiatan agroindustri dikerjakan oleh beberapa tenaga
kerja.
5. Berapa jumlah tenaga kerja pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
dalam kegiatan pasca panen atau agroindustri?
Jawab: Tenaga kerja pada kegiatan agroindustri sejumlah 11 tenaga kerja.
6. Bagaimana cara Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia mendapatkan
tenaga kerja dalam kegiatan pasca panen atau agroindustri?
Jawab: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia mendapat tenaga kerja
dalam agroindustri berasal dari masyarakat sekitar.
7. Bagaimana status tenaga kerja di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia memiliki tenaga kerja tetap
dan tenaga kerja lepas.
8. Berapa lama Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia memproduksi produk
dalam sehari?
Jawab: Sekitar 8 jam perhari.
9. Apa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi maupun kualitas dari
hasil produksi?
Jawab: Menggunakan bahan baku yang baik, menggunakan teknologi lebih
modern dan menciptakan produk olahan baru.
10. Apakah dalam kegiatan pasca panen yang dilakukan menghasilkan limbah dan
bagaimana cara mengatasi adanya limbah tersebut?
Jawab: Limbah kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia masih
dimanfaatkan yaitu dijadikan bahan bakar dan pupuk kompos.
11. Apa kendala yang dihadapi dalam kegiatan pasca panen atau agroindustri di
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Jika terjadi kesalahan dalam pengolahan maka cita rasa dari cokelat
akan berkurang.
12. Bagaimana cara mengatasi kendala yang dihadapi?
Jawab: Melakukan kegiatan pengolahan dengan baik dan benar.
13. Adakah kerjasama dengan pihak lain dalam menjalankan kegiatan pasca panen
atau agroindustri tersebut?
Jawab: Tidak ada, karena pihak produsen mampu berproduksi secara mandiri.
V. Pemasaran Usahatani dan Kegiatan Pasca Panen/Agroindustri
a. Pemasaran Produk Usahatani
1. Bagaimana cara Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia memasarkan hasil
panen yang diperoleh?
Jawab: Memasarkan hasil produksi di outlet Puslitkoka.
2. Apakah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia menjalin kerjasama
dengan pihak lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil panen?
Jawab: Tidak
3. Berapa harga jual produk yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia dari hasil panen yang diperoleh?
Jawab: Rp5000-Rp50.000
4. Bagaimana saluran pemasaran dari hasil panen usahatani Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia?
Jawab: Saluran pemasaran yang dilakukan di Puslitkoka Indonesia
menggunakan saluran pemasaran sederhan yaitu produsen – outlet -
konsumen.
5. Apakah ada hambatan dalam saluran pemasaran yang dijalankan Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Tidak ada, karena saluran pemasarannya sederhana sehingga kecil
kemungkinan adanya hambatan.
6. Apa alat transportasi yang digunakan dalam kegiatan pemasaran hasil panen?
Jawab: Truk atau pick up.
7. Siapa saja konsumen produk usahatani yang dihasilkan Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia?
Jawab: Konsumen bibit yaitu petani sedangkan konsumen produk olahan yaitu
masyarakat umum.
8. Adakah perlakuan lebih lanjut terhadap komoditas sebelum dijual?
Jawab: Tidak ada, komoditas yang sudah siap untuk dijual langsung dipasarkan
melalui outlet.
b. Pemasaran Produk Kegiatan Pasca Panen atau Agroindustri
1. Apa saja produk yang akan dipasarkan?
Jawab: Cokelat batang, cokelat bubuk, minuman cokelat, es krim cokelat,
permen cokelat, dan sabun.
2. Siapa saja target pasar yang dituju dalam memasarkan produk yang dihasilkan?
Jawab: Target pasar pada pemasaran produk yaitu masyarakat umum.
3. Bagaimana pemasaran produk yang dihasilkan Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia pada kegiatan pasca panen atau agroindustri?
Jawab: Pemasaran sederhana, produsen – outlet – konsumen.
4. Strategi apa yang digunakan dalam memasarkan produk?
Jawab: Strategi yang digunakan dalam memasarkan produk di Pusat Penelitan
Kopi dan Kakao Indonesia yaitu dengan meningkatkan kualitas produk
cokelat.
5. Berapa banyak produk yang akan dipasarkan dalam satu kali produksi?
Jawab: Tidak pasti, menyesuaikan kebutuhan atau permintaan konsumen.
6. Apakah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia pernah mengalami
kerugian dalam memasarkan produk?
Jawab: Tidak pernah, karena pihak produsen masih menyimpan sebagian
hasilnya untuk modal selanjutnya.
7. Bagaimana cara Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia mengatasi
kerugian tersebut?
Jawab: Belum pernah terjadi kerugian sehingga belum pernah dilakukan cara
mengatasi kerugian.
VI. Subsistem Penunjang
a. Sarana dan Prasarana Usahatani dan Kegiatan Pasca Panen atau
Agroindustri
1. Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang usaha di
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Sarana yang menunjang kegiatan usaha tesebut meliputi alat-alat
pertanian dalam usahatani. Prasarana yang menunjang meliputi
saluran pengairan, jalan, alat transportasi.
2. Bagaimana sarana infrastruktur dalam menunjang usaha yang dilakukan Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Sarana infrastruktur dalam menunjang usaha yang Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia tersedia dengan cukup baik dan mampu
menunjang usaha pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
3. Bagaimana kondisi transportasi dalam menunjang usaha?
Jawab: Transpotasi dalam kondisi baik dan telah disediakan oleh Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao.
4. Apakah pihak Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia melakukan
kerjasama dengan perkebunan lain?
Jawab: Ada, kerjasama dalam penyediaan bahan baku agroindustri.
5. Apakah ada kebijakan dari pemerintah dalam mendukung kegiatan usahatani
dan kegiatan pasca panen atau agroindustri di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia?
Jawab: Tidak ada, karena pihak ini sudah siap dan mampu sehingga bantuan
atau kebijakan pemerintah dirasa kurang begitu mendukung.
6. Bagaimana peran kelembagaan formal (Koperasi dan Bank) dalam kegiatan
usahatani dan kegiatan pasca panen atau agroindustri di Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia?
Jawab: Peran kelembagaan yaitu untuk memecahkan masalah dalam kegiatan
usahatani dan agroindustri. Koperasi membantu menyediakan input dan
bank membantu menyediakan modal.
7. Bagaimana dukungan lembaga finansial (LSM dan lainnya) dalam kegiatan
usahatani dan kegiatan pasca panen atau agroindustri di Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia?
Jawab: Tidak ada, karena pihak produsen tidak perlu memerlukan lembaga
yang dirasa malah akan menyulitkan.
b. Pembinaan Usahatani dan Kegiatan Pasca Panen atau Agroindustri
1. Apakah ada pelatihan terkait dengan usaha yang dilakukan?
Jawab: Ada yaitu pelatihan terhadap tenaga kerja.
2. Bagaimana bentuk pelatihan yang dilakukan?
Jawab: Pelatihan tesebut berupa pembinaan terhadap tenaga kerja agar menjadi
lebih terlatih dan terampil.
3. Bagaimana dampak diadakannya pelatihan?
Jawab: Dampak diadakan pelatihan bagi tenaga kerja di Pusat Penelitan Kopi
dan Kakao Indonesia yaitu tenaga kerja menjadi lebih terlatih dan
terampil.
4. Pembinaan seperti apa yang digunakan untuk meningkatkan usaha?
Jawab: Pembinaan mengenai informasi dan teknologi terbaru yang menunjang
usahatani dan agoindustri.
5. Apakah kendala dalam penyediaan sarana dan prasarana untuk menunjang
usaha?
Jawab: Ada, yaitu kendala dalam penyediaan bahan baku proses produksi
agroindustri.
6. Bagaimana cara mengatasi kendala yang dihadapi?
Jawab: Melakukan pemeliharaan tanaman kakao dengan baik agar hasil
panennya memuaskan dan dalam kondisi yang baik juga.
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JEMBER – FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN-PS. AGRIBISNIS
LABORATORIUM MANAJEMEN AGRIBISNIS
Jl. Kalimantan No. 37 Kampus Tegal Boto Jember 68121 – Telp/fax (0331)-332190
Email: labma.agbuj@gmail.com, faperta@jember.telkom.net.id

KARTU KONSULTASI WAWASAN AGRIBISNIS

Golongan :B
Kelompok :4
Asisten Pembimbing : Fakhruddin Yulistiono

No. Tanggal Kegiatan Keterangan Tanda Tangan


1. 10 April 2018 Revisi 1 BAB 1 All ex: Restu
2. 10 April 2018 Revisi 2 BAB 1 All
3. 12 April 2018 Revisi 3 BAB 1 All
4. 16 April 2018 ACC BAB 1 All
5. 16 April 2018 Revisi 1 BAB 2 All
6. 18 April 2018 ACC BAB 2 Arga
7. 2 Mei 2018 Revisi 1 BAB 3 All
8. 9 Mei 2018 Revisi 1 BAB 3,4 All
9. 12 Mei 2018 ACC BAB 3,4 All
10. 28 Mei 2018 Revisi 1 Bendel All
11. 28 Mei 2018 ACC Bendel All
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Laboratorium Manajemen Agribisnis


LAMPIRAN

Adnyana, S., I. M. Narka, dan D. P. Darmawan. 2017. Peranan Sistem Agribisnis


terhadap Keberhasilan Tumpangsari Cabai-Tembakau (Kasus Subak Di
Desa Sukawati, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar). Manajemen
Agribisnis. 5(1): 64-79.
Dirga, S. P., H. Siregar, dan B. M. Sinaga. 2015. Analisis Pengaruh Variabel
Makroekonomi terhadap Return Kelompok Saham Subsektor Perkebunan.
Aplikasi Manajemen. 14(3): 595-607.
Davit, J., R. P. Yusuf, dan D. A. S. Yudari. 2013. Pengaruh Cara Pengelohaan
Kakao Fermentasi dan Non Fermentasi Terhadap Kualitas, harga Jual
Produk pada Unit Usaha Produktif (UUP) Tunjung Sari, Kabupaten
Tabanan. Agribisnis dan Agrowisata. 2(4): 191-203.
Dharmmesta, B. S.. 2014. Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: Universitas
Terbuka
Faqih A., 2010. Manajemen Agribisnis. Yogyakarta : Dee Publish.
Hanafie, Rita, 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta:CV Andi Offset.
Eriyatno , M. Nadjikh. 2012. Solusi Bisnis untuk Kemiskinan. Jakarta: Pt. Elex
Media Komputindo
Hasan, Nusyirwan Dan Roswita, Rifda.2013. Peningkatan Produktivitas Dan
Mutu Kakao Melalui Diseminasi Multi-Channel (DMC) Di Nagari Parit
Malintang, Kabupaten Padang Pariaman.Teknologi Pertanian, 8(2):75-82.
Hasibuan, A. M., D. Listyati dan D. Pranowo. 2013. Studi Model Kelembagaan
dalam Sistem Agribisnis. SIRINOV. 1(2): 89-97.
Jaweng, R. E., B. Rheza, N. A. Febryanti, dan H. N. Suparman. 2016. Analisis
Rantai Nilai Usaha Kakao sebagai Produk Unggulan Kabupaten
Ende NTT. Jakarta: Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi
Daerah.
Mayrowani, Henny. 2013. Kebijakan Penyediaan Teknologi Pascapanen Kopi dan
Masalah Pengembangannya. Agro Ekonomi. 31(1): 31-49.
Saptana dan H. P. S. Rahman. 2015. Tinjauan Konseptual Makro Mikro
Pemasaran dan Implikasinya bagi Pembangunan Pertanian. Agro Ekonom, 33(2):
127-148.

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2010. Buku Pintar Budidaya Kakao.
Jakarta:Agromedia Pustaka
Rubiyo dan Siswanto. 2012. Peningkatan Produksi dan Pengembangan Kakao
(Theobroma Kakao L.) di Indonesia.Buletin Risti, 3(1): 31-49.
Saragih B.,2001. Membangun Sistem Agribisnis .Bogor: Usese
Saragih, Alaxandro Ephanuel dan Netti Tinaprilla.2015.Sistem Pemasaran Beras
Dikecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur :5(1)
Setiawan, I.. 2012. Agribisnis Kreatif: Pilar Wirausaha Masa Depan, Kekuatan
Dunia Baru Menuju Kemakmuran Hijau. Jakarta: Penebar Swadaya.
Satyajaya, Wisnu, E. Suroso, H. A. Rasyid, dan T. P. Utomo. 2016. Kajian
Penentuan Komoditas Unggulan dalam Pengembangan Teknologi Agroindustri
Rakyat di Kabupaten Tulang Bawang. Kelitbangan. 4(1): 22-36.
Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri. Jakarta: PT. Raja Gafindo Persada.
Soetriono dan Suwandari A.. 2016. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang: Intimedia.
Suardi, D. P. O., Parining, N., dan Sukewija, I M.. 2015. Model Manajemen
Sumberdaya Komunikasi untuk Penyuluhan Pertanian dalam Pelaksanaan
Sistem Pertanian Terintegrasi di Provinsi Bali. Manajemen Agribisnis, 3(1):
1 – 16.
Wahyudi T., Panggabean T. R., dan Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Kakao.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Nizwar S, Pantjar S, Sudi M, Tri P. 2013. Konsep Pengembangan Wilayah
Berbasis Agribisnis Dalam Rangka Pemberdayaan Petani. Pusat Peneliitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. 21(1): 26-43
Ramadhan, S., A. Arida, dan Agussabti. 2017. Pengembangan Agribisnis Padi Di
Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar. Ilmiah Mahasiswa
Pertanian. 2(1): 220-231
Meilisa, R. dan S. Aida. 2017. Studi Pendapatan Usahatani Dan Pemasaran
Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata) Di Desa Manunggal Daya
Kecamatan Sebulu Labupaten Kutai Kartanegara. 14(2): 26-38.

Anda mungkin juga menyukai