Anda di halaman 1dari 14

Laporan Kasus

ERITRODERMA
Fazri Muhaimin (2018-84-094)
Laboratorium Klinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK UNPATTI/RSUD DR. M. Haulussy Ambon

Pendahuluan

Eritroderma adalah suatu penyakit kulit dengan gambaran dermatologis


berupa eritema difusa dan skuama yang meliputi lebih dari 90 % permukaan
kulit.1 Istilah dermatitis ekfoliatif digunakan sebagai sinonim, meskipun derajat
pengelupasan kulit kadanglebih ringan. 1,2
Eritroderma merupakan penyakit kulit yang jarang, namun dapat
mengancam hidup pasien.3 Beberapa penelitian menunjukkan insiden eritroderma
berkisar antara 0,9-71 dari 100.000 populasi pasien. Penderita eritroderma
didominasi oleh laki-laki dengan rasio perbandingan laki-laki : perempuan 2:1
sampai 4:1. Eritroderma dapat mengenai semua kelompok usia, lebih sering
mengenai rentang usia 41 hingga 61 tahun dan jarang pada anak-anak. 1 Di
Indonesia penelitian yang dilakukan di RSUD dr Soetomo Surabaya tahun 2011-
2014 menunjukkan insiden eritroderma sebesar 83 (5,3%), jenis kelamin
terbanyak laki-laki (54,2%), rentang usia terbanyak >60 tahun (31,3%) serta
etiologi terbanyak adalah erupsi obat (39,7%).3 Lebih dari 50% kasus
dilatarbelakangi oleh penyakit yang mendasarinya dimana psoriasis merupakan
penyakit terbanyak yang dapat mendasari terjadinya eritroderma yakni sebesar
25%.2,3 Laporan terkini menyatakan 87 dari 106 kasus eritroderma didasari oleh
psoriasis berat.
Eritroderma dapat disebabkan oleh alergi obat secara sistemik, perluasan
penyakit kulit atau penyakit sistemik termasuk keganasan.3 Pada banyak kasus,
eritroderma umumnya disebabkan kelainan kulit yang ada sebelumnya (misalnya
psoriasis atau dermatitis seboroik), cutaneous T-cell lymphoma (CTCL) atau
reaksi obat. Penyakit kulit yang dapat menimbulkan eritroderma diantaranya

1
adalah psoriasis 23%, dermatitis spongiotik 20%, alergi obat 15%, CTCL atau
sindrom sezary 5%.3
Patogenesis timbulnya eritroderma belum pasti, yang dapat diketahui
akibat satua agen dalam tubuh, sehingga tubuh bereaksi dengan terjadinya
pelebaran pembuluh darah kapiler (eritema) yang universal. Kemungkinan
berbagai sitokin berperan. Eritroderma dapat melibatkan seluruh sistem tubuh
dengan mekanisme yang dapat timbul berupa kegagalan kontrol suhu, dehidrasi
dan gangguan cairan, dan lainnya. 4,5
Pasien eritroderma biasanya datang dengan gejala klasik berupa makula
eritema yang terang dan dapat meluas hingga lebih dari 90% area tubuh. Diikuti
dengan munculnya skuama halus atau kasar berwarna putih atau kuning yang
awalnya muncul pada daerah lipatan. Kulit juga teraba tebal dan keras. Bila terjadi
pada daerah periorbital maka biasanya terjadi ektropion dan epifora. Deskuamasi
pada kulit kepala dapat menyebabkan alopesia dan pada kuku dapat menyebabkan
perubahan serta kehilangan kuku. Pasien juga mengeluh kedinginan karena
terganggunya termoregulasi, demam, malaise, gatal. Selain itu dapat pula
ditemukan limfadenopati, hepatomegali, splenomegali dan edema perifer.1,4
Diagnosis eritroderma ditegakan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Riwayat penyakit sangat penting untuk
mengetahui etiolog yang mendasarinya. Pemeriksaan fisik juga penting untuk
mengetahui etiologi dan mendeteksi komplikasi.5
Pengobatan disesuaikan dengan penyakit yang mendasarinya, namun tetap
mempertahankan keadaan umum pasien seperti, keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh, mencegah hipotermia, diet cukup protein, menjaga kelembaban
kulit pasien, pengendalian infeksi sekunder, menghindari menggaruk. Pemberian
emolien atau steroid topikal dengan potensi rendah dapat meningkatkan
kenyamanan pasien, antihistamin dapat digunakan untuk meringankan pruritus
sehingga pasien tidak menggaruk. 3,5

Kasus

2
Seorang laki-laki berusia 57 tahun, suku Ambon, bangsa Indonesia, alamat
di Wainitu, dibawa ke Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
tanggal 2 Mei 2019 dengan keluhan utama bercak kemerahan, bersisik dan gatal
pada seluruh tubuh.

Autoanamnesis
Pasien mengaku keluhan sudah dialami sejak 1 minggu yang lalu. Akibat
gatal, pasien menggaruk dan mengakibatkan luka dibeberapa daerah tubuh seperti
lengan, badan dan kaki. Keluhan diawali dengan bintik-bintik kemerahan dan juga
rasa gatal. Sebelumnya pasien pernah mengalami hal yang sama namun tidak
begitu parah dan juga tidak dihiraukan. Demam(+), batuk disertai lendir, sesak(-).

Riwayat penyakit dahulu :tidak ada keluhan penyakit kulit sebelumnya, asam
urat (-), riwayat DM disangkal.
Riwayat pengobatan :pasien sering mengonsumsi obat dexametasone
jika merasa badannya nyeri atau sakit. Obat
tersebut dibeli tanpa resep dokter.

Riwayat keluarga :tidak ada yang mempunyai keluhan yang sama


dengan pasien.
Riwayat atopi/alergi :tidak ada.

Pemeriksaan fisik
Status generalis
Keadaan umum :Kesadaran kompos mentis, kesan gizi cukup, TD:
130/80 mmHg, Nadi: 111x/m, RR: 31x/m, Suhu 39ºC
Kepala :Normochepali, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik
(-).
Mulut :sianosis (-), T1/T1 tenang
Leher :pembesaran kelenjar getah bening (-)
Toraks : jantung dalam batas normal dan paru rhonki pada
bagian apeks paru kiri
Aksila : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

3
Abdomen : hepar dan lien tidak teraba dan tidak ada nyeri tekan
Inguinal : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Genitalia : tidak diperiksa
Ekstremitas atas : pitting edema (-)
Ekstremitas bawah : pitting edema (-)

Status dermatologi
Lokasi : Generalisata
Ukuran : numular hingga plakat
Efloresensi : Eritema, skuama kasar, erosi, ekskoriasi

Resume
Seorang laki-laki berusia 57 tahun suku Ambon bangsa Indonesia datang
dengan keluhan eritema, skuama disertai dengan pruritus pada seluruh tubuh.
Sebelumnya pasien pernah mengalami hal yang sama namun tidak begitu parah
dan juga tidak dihiraukan. Pasien juga mengeluh demam dan batuk berlendir
namun tidak disertai dengan sesak. Pasien memiliki riwayat mengonsumsi
dexametasone setiap tubuhnya merasakan nyeri ataupun sakit kurang lebih 1
tahun terakhir. Pemeriksaan dermatologis regio generalisata ditemukan makula
eritema, skuama kasar, erosi, ekskoriasi ukuran numular hingga plakat.

Pemeriksaan penunjang

4
Lain-lain : Darah rutin, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin

Diagnosis banding
Sindrom Stevens Johnson

Diagnosis sementara: Eritroderma

Penatalaksanaan
- IVFD RL = 18 tpm
- Inj Metylprednison 1,5mg/iv/24jam
- Cetirizine 1x10mg/po
- Pibaksin salep
- Paracetamol 500mg/iv/8jam
- Badan: desoxymetasone 2 x oles /hari

PROGNOSIS:
Quo ad Vitam : Dubia
Quo ad Fungsionam : Dubia
Quo ad Sanationam : Dubia
Quo ad kosmetikan : Dubia

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

02/05/2019

Pemeriksaan Darah Rutin


Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai rujukan
Eritrosit 5,20 x 106/mm3 3,5-5,5
Hemoglobin 14,1 g/dL 12,0-15,0
Hematokrit 41,4% 43
MCV 79 µm3 80-100
MCH 27,5 pg 27-32
MCHC 34 g/dL 32-36
Trombosit 222 x 103/mm3 150-400
Leukosit 8,6 x 103/mm3 5.0-10.0
Neutrofil 60,6 % 50-70

5
Limfosit 19,6 % 20-40
Monosit 14,5 % 2-8
Eosinofil 3,0 % 1-3
Basofil 2,3 % 0-1

Pemeriksaan Darah Kimia


Pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai rujukan
GDS 131 mg/dL <140
Ureum 30 mg/dL 10-50
Kreatinin 0,9 mg/dL 0,7-1,2
SGOT 10u/L <33
SGPT 39 u/L <50

PENGAMATAN SELANJUTNYA

Tanggal SOA PLANNING


03/05/2019 S: kulit kemerahan bersisik diseluruh - IVFD RL: D5 1:1 =18tpm
tubuh. Demam (-) suhu 36,9º C, - Inj Metylprednisolon
Batuk (+) BAB dan BAK lancar 125mg/vial1,5cc/iv/24
O:TD: 130/80 mmHg, Nadi: 70x/m, jam
RR:27x/m, Suhu:35,6ºC - Cetirizine 1x10mg
Status dermatologi: - Badan: desoxymetasone 2 x
Regio:generalisata oles /hari
Ukuran: numular hingga plakat
- Konsul Sp.P
Efloresensi: Makula eritema, skuama
- Diagnosis Sp.P
kasar (+) difus, erosi (+), ekskoriasi
- Suspek BP
Hasil pemeriksaan laboratorium
- Terapi Sp.PD
Darah rutin: Hb:14,1g/dL,
- Nac 3×1
Trombosit: 222x10 /mm3,Leukosit:
3
- Inj Ceftriaxone
8,6 x103/mm3 1gr/12jam
Malaria: (-).
Darah kimia
GDS: 131mg/dL, Ureum: 30mg/dL,
kreatinin: 0,9u/L, SGOT.PT: 10/39
u/L
A: Eritroderma
dd: Sindrom stevens Johnson

6
04/05/2019 S: Bercak kemerahan dan bersisik di - IVFD RL: D5: 1:1=18tpm
seluruh tubuh berkurang. Luka sudah - Inj Metylprednisolon
mengering. Batuk (+), BAB dan BAK 125mg/vial1,5cc/iv/24
lancar jam
O:TD:130/80mmHg, Nadi: 72x/m, - Cetirizine 1x10mg
RR:22x/m, Suhu:36ºC, SpO2: 97% - Inj Ceftriaxone 1
Status dermatologi gr/iv/12jam
Ukuran: numular hingga plakat
- Acetil cystein 3×1 po
Efloresensi: Makula eritema, difus
- Badan: desoxymetasone 2 x
skuama (+), erosi (+)
oles /hari
A: - Eritroderma
dd: Sindrom Stevens Johnson - Pemeriksaan sputum TCM,
LED, HIV rapid test

5/05/2019 S: Bercak kemerahan dan bersisik di - IVFD RL: D5: 1:1=18tpm


seluruh tubuh semakin berkurang, - Inj Metylprednisolon
Batuk (+). Luka pada badan sudah 125mg/vial1,5cc/iv/24
mengering. BAB dan BAK baik jam
O:TD:140/90mmHg, Nadi: 78x/m, - Cetirizine 1x10mg
RR:20x/m, Suhu:36ºC, Status - Inj Ceftriaxone 1
dermatologi gr/iv/12jam
Ukuran: numular hingga plakat
- Acetil cystein 3×1 po
Efloresensi: Makula eritema, difus
- Badan: desoxymetasone 2
skuama (+), erosi (+)
x oles /hari
Hasil pemeriksaan lab : MTB non
reactive
A:- Eritroderma
dd: Sindrom Stevens Johnson

7
6/05/2019 S: Bercak kemerahan dan bersisik di - IVFD RL: D5: 1:1=18tpm
seluruh tubuh semakin berkurang, - Inj Metylprednisolon
batuk berkurang. Luka pada badan 125mg/vial1,5cc/iv/24
sudah mengering. BAB dan BAK jam
baik - Cetirizine 1x10mg
O:TD:140/90mmHg, Nadi: 100x/m, - Inj Ceftriaxone 1
RR:20x/m, Suhu:36ºC, Status gr/iv/12jam
dermatologi
- Acetil cystein 3×1 po
Ukuran: numular hingga plakat
- Badan: desoxymetasone 2
Efloresensi: Makula eritema,
x oles /hari
skuama berkurang
A:- Eritroderma
dd: Sindrom Stevens Johnson

7/05/201 S: Bercak kemerahan dan bersisik di - IVFD RL ganti pemflon


seluruh tubuh semakin berkurang, - Inj Metylprednisolon
batuk berkurang. Luka pada badan 125mg/vial1,5cc/iv/24
sudah mengering. BAB dan BAK jam besok tappring off
baik - Cetirizine 1x10mg
O:TD:130/90mmHg, Nadi: 80x/m, - Inj Ceftriaxone 1
RR:20x/m, Suhu:36ºC, Status gr/iv/12jam
dermatologi
- Acetil cystein 3×1 po
Ukuran: numular hingga plakat
- Badan: desoxymetasone 2
Efloresensi: Makula eritema,
x oles /hari
skuama berkurang
- Lapor dokter Sp.P 
Hasil pemeriksaan Lab: LED=6
LED=6
A:- Eritroderma
dd: Sindrom Stevens Johnson

8
8/05/2019 S: Bercak kemerahan dan bersisik di - IVFD RL ganti pemflon
seluruh tubuh semakin berkurang, - Inj Metylprednisolon
Luka pada badan sudah mengering. 125mg/vial1,5cc/iv/24
BAB dan BAK baik jam besok tappring off
O:TD:130/90mmHg, Nadi: 82x/m, - Cetirizine 1x10mg
RR:20x/m, Suhu:36ºC, Status - Inj Ceftriaxone 1
dermatologi gr/iv/12jam stop
Ukuran: numular hingga plakat
- Badan: desoxymetasone 2
Efloresensi: Makula eritema
x oles /hari
berkurang, skuama berkurang
- Inerson cr 2 x oles /hari
A:- Eritroderma
dd: Sindrom Stevens Johnson

9
9/05/2019 S: Bercak kemerahan dan bersisik di - IVFD RL ganti pemflon
seluruh tubuh semakin berkurang. - Inj Metylprednisolon
Luka pada badan sudah mengering. 125mg/vial1,5cc/iv/24
BAB dan BAK baik jam (besok oral
O:TD:140/90mmHg, Nadi: 78x/m, Metylprednisolon 16 mg 2-
RR:20x/m, Suhu:36ºC, Status 0-0/pc/7 hr )
dermatologi - Cetirizine 1x10mg
Ukuran: numular hingga plakat - Inj Ceftriaxone 1
Efloresensi: Makula eritema gr/iv/12jam stop
berkurang, skuama berkurang
- Badan: desoxymetasone 2
A:- Eritroderma (perbaikan)
x oles /hari
dd: Sindrom Stevens Johnson
- Inerson cr 2 x oles /hari

Pembahasan
Eritroderma atau dermatitis eksfoliativa merupakan lesi eritema difus
disertai skuama lebih dari 90% area tubuh. 1 Eritroderma dapat disebabkan oleh
alergi obat sistemik, akibat perluasan penyakit kulit yang telah ada, penyakit
sistemik dan keganasan1,2
Insiden eritroderma berkisar antara 0,9-71 dari 100.000 populasi pasien.
Penderita eritroderma didominasi oleh laki-laki dengan rasio perbandingan laki-
laki:perempuan 2:1 hingga 4:1. Eritroderma dapat mengenai semua kelompok

10
umur, lebih sering mengenai rentang usia 41-61 tahun dan jarang pada anak-
anak.1 pada kasus ini penderita seorang wanita berusia 38 tahun.
Diagnosis eritroderma ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Dari anamnesis biasanya ditemukan gejala seperti gangguan termoregulasi
(hipotermia atau hipertermia), malaise, lelah dan gatal. Selain itu juga dapat
diketahui penyebab yang mendasari terjadinya eritroderma dengan menanyakan
riwayat penyakit kulit sebelumnya seperti psoriasis atau dermatitis atopik, riwayat
penyakit sistemik pasien serta riwayat mengkonsumsi obat-obatan yang sering
menyebabkan eritroderma seperti obat golongan calcium channel blockers,
antiepilepsi, antibiotik (golongan penisilin, sulfonamide, vancomisin), allopurinol,
gold, lithium, quinidine, cimetidine dan dapsone.1,4 Dari anamnesis yang
dilakukan pada pasien ini didapatkan adanya keluhan berupa bercak kemerahan,
bersisik dan gatal pada seluruh tubuh dan demam. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit kulit sebelumnya dan juga tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
Tetapi, pasien memiliki riwayat mengkonsumsi obat dexametasone dan
prednisone setiap mengalami keluhan nyeri lutut atau badan dalam 1 tahun
terakhir. Sehingga dapat dicurigai bahwa penyebab eritroderma pada pasien ini
adalah alergi obat sistemik.
Pada pemeriksaan fisik biasanya didapatkan tanda yang berhubungan
dengan eritroderma seperti demam, limfadenopati, organomegali dan edema.
Sedangkan pada pemeriksaan status dermatologi didapatkan tanda klasik
eritroderma berupa makula eritema yang berwarna terang lebih dari 90 % area
tubuh disertai dengan skuama. Edema dan likenifikasi juga membuat kulit pasien
teraba lebih keras.1 Pada pasien ini dari pemeriksaan status dermatologi regio
generalisata didapatkan makula eritema, difus skuama erosi dan kulit yang keras.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk pasien eritroderma biasanya
tidak ada tetapi dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium. Tes laboratorium
sendiri tidak bersifat diagnostik dan tidak spesifik namun dari pemeriksaan ini
dapat ditemukan adanya anemia, leukositosis, limfositosis, eosinofilia,
peningkatan kadar igE, hipoalbuminemia, peningkatan laju endap darah (LED),

11
serta peningkatan kadar kreatinin.1 Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan
laboratorium dan hasilnya semua dalam batas normal.
Diagnosis banding eritroderma antara lain dermatitis atopik, psoriasi dan
dermatitis seboroik. Namun pada kasus ini pasien diagnosis banding pasien adalah
sindrom stevens johnson. Diagnosis banding ini diambil karena adanya riwayat
penggunaan obat-obatan. Namun diagnosis sindrom stevens johnson dapat
disingkirkan karena pada kasus ini tidak terdapat gejala awal seperti demam, sakit
kepala, rhinitis, batuk dan malaise 1 sampai 3 hari sebelum muncul lesi kulit dan
mukosa, tidak didapatkan nekrosis dan epidermolisis serta tidak ditemukan
keterlibatan mukosa mulut, mata dan genital.5
Terapi awal yang diberikan pada pasien yaitu berupa penggantian cairan,
eletrolit dan nutrisi. Pasien juga harus dirawat dengan suhu yang hangat (30-32ºC)
dan lingkungan yang lembab agar pasien merasa nyaman dan kulitnya juga
lembab sekaligus untuk mencegah terjadinya hipotermia. Terapi lini pertama pada
pasien dapat berupa terapi topikal seperti wet dressing, emolien dan kortikosteroid
potensi lemah dan pengobatan sistemik berupa antihistamin yang mengandung zat
sedatif, antibiotik sistemik bila terdapat infeksi sekunder yang terjadi karena
bakteri mudah berkolonisasi pada kulit akibat adanya inflmasi dan kerusakan kulit
serta pemberian diuretik untuk edema. Pada eritroderma akibat alergi obat
sistemik dapat diberikan kortikosteroid dengan dosis 1-2mg/kgBB/hari dan
diturunkan perlahan-lahan.1 Pada pasien ini diberikan terapi berupa IVFD RL: D5:
1:1=18tpm, Injeksi Metylprednisolon 125mg/vial1,5cc/iv/24 jam, cetrizine
1x10mg, injeksi Ceftriaxone 1 gr/iv/12jam dan juga diberikan salap seperti
desoxymetasone 2 x oles /hari pada badan
Prognosis quo ad vitam dubia, ad fungsional dubia, ad sanasionam dubia,
ad kosmetikam dubia. Prognosis eritroderma tergantung pada etiologi yang
mendasari terjadinya eritroderma, faktor komorbid pada pasien, umur, onset
penyakit dan waktu pemberian terapi.1

12
Ringkasan
Telah dilaporkan sebuah kasus eritroderma pada seorang pria 57 tahun
dengan keluhan utama bercak kemerahan. bersisik dan gatal pada hampir seluruh
tubuh. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik.
Pada anamesis didapatkan keluhan berupa rasa gatal pada seluruh tubuh
demam, menggigil serta adanya penggunaan obat-obatan. Keluhan disertai dengan
demam dan batuk berlendir.. Pemeriksaan status dermatologi regio generalisata
ditemukan makula eritema, skuama, erosi dan ekskoriasi. Pada pemeriksaan
laboratorium dalam batas normal.
Terapi yang diberikan adalah IVFD RL: D5: 1:1=18tpm, Injeksi
Metylprednisolon 125mg/vial diberikan 1,5cc/iv/24 jam, cetrizine 1x10mg, injeksi
Ceftriaxone 1 gr/iv/12jam dan juga diberikan salap seperti desoxymetasone 2 x
oles /hari pada badan
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam dubia, ad fungsiona ad dubia, ad
sanasionam dubia, ad kosmetikam dubia.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Grant-Kels JM, Fedeles F, Rothe MJ. Exfoliative dermatitis. In: Wolff K,

Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ. Fitzpatrick’s

dermatology in general medicine. 1stvolume. 7th edition. McGraw-Hill

Companies, Inc;2008. p.266-78.

2. Djuanda A. Dermatosis eritroskumosa. Dalam: Menaldi SL, Bramono K,

Indriatmi W (eds). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-7. Jakarta:

Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015.

Hlm.228-31.

3. Maharani S, Setyaningrum T. Profil pasien eritroderma. Periodical of

dermatologi-venerology. 2017;29(1):44-51

4. Sehgal VN, Seivastava G, Sardana K. Erythroderma/exfoliative

dermatitis: a synopsis. The International Journal of Society Dermatology.

2004;43:39-47

5. Allanore LV, Roujeau JC. Epidermal necrolysis (stevens-johnson

syndrome and toxic epidermal necrolysis). In: Wolff K, Goldsmith LA,

Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ. Fitzpatrick’s dermatology in

general medicine. 2nd volume. 7th edition. McGraw-Hill Companies,

Inc;2008.p.439-42

14

Anda mungkin juga menyukai