Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Manajemen Terapan Intensif


“Standar Kompetensi Minimal Perawat dan Klasifikasi Pelayanan Di Ruang
Hemodialisa”

Dosen Pembimbing :

Ns. Evy Marlinda, M.Kep, Sp.Kep.An

Oleh Kelompok 5 :

Aya Shofia P07120217047 Elisa Muasarah P07120217055

Laila Suci Ramadhan P07120217062 Muhammad Amin Kutbi P07120217067

Norma Laili P07120217073 Sari Dewi Agustina P07120217079

Solihin P07120217082

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARABARU
2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah berupa penulisan makalah yang penulis buat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Terapan Intensif yang berjudul
“Standar Kompetensi Minimal Perawat dan Klasifikasi Pelayanan Di Ruang
Hemodialisa”.
Selesainya penulisan makalah ini, Kelompok menyampaikan ucapan
terimakasih yang tidak terhingga pada semua pihak yang telah memberikan
dukungan hingga terselesainya makalah ini, khususnya kepada Ns. Evy
Marlinda, M.Kep, Sp.Kep.An sebagai dosen pembimbing.
Penulis berharap makalah yang cukup sederhana ini dapat bermanfaat dan
dapat dijadikan sebagai sarana informasi yang berguna bagi para pembaca
khususnya mahasiswa/i Keperawatan dalam mengembang kan daya kreatifitas dan
menambah pengetahuan dan wawasan.
Kelompok berusaha untuk menyelesaikan penulisan makalah ini
semaksimal mungkin, akan tetapi penulis juga tidak mengelak bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Akhirnya kepada
semua para pembaca karya tulis yang berupa makalah ini, penulis mengharapkan
saran serta kritik yang membangun dari semua pihak yang berkepentingan

Banjarbaru, Januari 2021

          

   Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL................................................................................i
KATA PENGANTAR ................................................................................ii
DAFTAR ISI ..............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................2
C. Tujuan ...............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................3


A. Pelayanan Hemodialisis.....................................................3
1. Pengertian......................................................................3
2. Ketenagaan.....................................................................3
3. Pengorganisasian...........................................................4
4. Kompetensi....................................................................4
5. Klasifikasi Dan Uraian Tugas.......................................4
B. Standar Kompetensi Perawat Diruang Hemodialisa..........5
1. Kompetensi Minimal Perawat Dialisis..........................5
2. Kompetensi Umum Perawat Dialisis............................5
C. Klasifikasi Pelayanan Di Ruang Hemodialisa...................7
D. Prosedur Pelayanan Diruang Hemodialisa.........................8
1. Konsep Pelayanan Hemodialisis...................................8
2. Prosedur Pelayanan Hemodialisi...................................9
3. Alur Pasien Dalam Pelayanan Hemodialisis.................9
BAB III PENUTUP...............................................................................11
A. Kesimpulan ........................................................................11
B. Saran ...................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Wold Health Organization (WHO) pertambahan jumlah


penderita gagal ginjal pada tahun 2013 meningkat 50% dari tahun sebelumnya.
Sedangkan kejadian dan prevalensi gagal ginjal di Amerika Serikat meningkat
50% pada tahun 2014. Data menunjukkan bahwa setiap tahun, 200.000 orang
Amerika menjalani hemodialisis karena gangguan ginjal kronik, artinya 1.140
dalam satu juta orang Amerika adalah pasien dialisis (Widyastuti, 2014 dalam
Mailani, 2017). Pada tahun 2015, dari 249 renal unit yang melapor, tercatat
30.554 pasien aktif menjalani dialisis (Indonesia Renal Registry (IRR), 2015).
Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi gagal ginjal kronik berdasar
diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,38% dengan prevalensi tertinggi di
Kalimantan Utara sebesar 0,6%, diikuti Maluku Utara sebesar 0,56% Sulawesi
Utara sebesar 0,53%. Sementara Sulasewi Tengah, Gorontalo dan Nusatenggara
Barat masing-masing 0,52%. Sedangkan Kalimatan Selatan sendiri dengan
0,32%.
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat mengakibatkan
uremia (Lukman dkk, 2013). Menurut Hudak, dkk (2006) terdapat tiga pilihan
terapi pada penderita gagal ginjal kronik untuk mengatasi masalahnya, yaitu
tidak diobati, dialisis kronik (dialisis peritoneal/hemodialisis), dan transplantasi
ginjal. Pilihan tidak diobati jarang dipilih, kebanyakan penderita lebih memilih
untuk mendapatkan pengobatan dengan cara hemodialisis atau transplantasi
ginjal dengan harapan dapat mempertahankan hidupnya.
Hemodialisis (HD) adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang
menggunakan alat khusus dengan tujuan mengatasi gejala dan tanda akibat LFG
yang rendah sehingga diharapkan dapat memperpanjang usia dan meningkatkan
kualitas hidup pasien. Pelayanan hemodialisis sudah banyak dilakukan diseluruh
Indonesia mulai dari Rumah Sakit Besar hingga Klinik Pratama, diperlukan
standar pelayanan Hemodialisis. Manajemen pelayanan hemodialisis bertujuan
untuk memberikan pelayanan prima dan berorientasi pada kepuasan pelanggan
dan keselamatan pasien (Magdalena, 2015). Melihat besarnya jumlah tindakan
dan kecenderungan peningkatan jumlah pasien yang memerlukan dialisis, maka
sangatlah penting bagi tenaga kesehatan untuk memperhatikan kualitas
pelayanan dengan cara menerapkan manajemen dan penatalaksanaan terpadu
yang dibantu oleh tenaga medik dan paramedik lainnya.

1
Berdasarkan masalah diatas penyusun tertarik untuk membuat makalah
tentang bagaimana manajemen pelayanan di ruang Hemodialisa itu sendiri.
Mulai dari perhitungan rasio perawat dan pasien, indikasi pasien masuk dan
keluar, standar kompetensi minimal perawat, klasifikasi pelayanan hingga
prosedur pelayanan di ruang Hemodialisa.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelayanan di ruang hemodialisa?
2. Apa standar kompetensi minimal yang harus dimiliki perawat di ruang
hemodialisa?
3. Apa saja klasifikasi pelayanan di ruang hemodialisa?
4. Bagaimana prosedur pelayanan di ruang hemodialisa?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pelayanan di ruang hemodialisa
2. Untuk mengetahui standar kompetensi minimal yang harus dimiliki perawat
di ruang hemodialisa.
3. Untuk mengetahui klasifikasi pelayanan di ruang hemodialisa.
4. Untuk mengetahui prosedur pelayanan di ruang hemodialisa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pelayanan Hemodialisis
1. Pengertian Hemodialisis
Hemodialisis (HD) adalah salah satu terapi pengganti ginjal yang
menggunakan alat khusus dengan tujuan mengatasi gejala dan tanda akibat
laju filtrasi glomerulus yang rendah sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan HD terdiri dari:
a. HD rutin (Maintenance Hemodialisis)
Pelayanan HD rutin diberikan kepada pasien PGK stadium 5 dalam
kondisi yang stabil dan telah disetujui untuk mendapatkan terapi
pengganti ginjal rutin.
b. HD akut
Pelayanan HD akut diberikan baik kepada pasien dalam kondisi yang
tidak stabil yaitu pasien PGK maupun bukan PGK yang dikarenakan
kondisi tertentu mengalami penurunan fungsi ginjal mendadak sehingga
memerlukan dialisis.

2. Ketenagaan
Ketenagaan pelayanan hemodialisis terdiri dari:
a. Tenaga medis: Kepala Unit Hemodialisis, Dokter SpPD Konsultan
Ginjal Hipertensi, Dokter SpPD yang bersertifikat HD, Dokter Spesialis
Anak Konsultan Nefrologi, Peserta Pendidikan Dokter Spesialis
b. Perawat mahir HD
c. Teknisi mesin
d. Ahli gizi
e. Tenaga administrasi
f. Dan tenaga pendukung lainnya

3
3. Pengorganisasian

IMPROVEMENT
PROCESS Pengendalian Perbaikan Pembahasan kasus
dokumen berkesinambungan bermasalah/kematian

CORE PROCESS
Dokter Poliklinik/Ruangan: Discharge planning
Internal: Informed consent HD
P Ruang rawat Skrining infeksi P
A gedung A Penimbangan berat A
S Ruang rawat Anak badan pasca-HD (pasien S
I ULB Bagian Penjadwalan unit HD stabil) I
E ICUDewasa & anak untuk mendapatkan jadwal HD E
Pelaksanaan HD:
N ICCU N
Persiapan alat dan
URJT Persetujuan HD bahan
M IGD dari Konsultan TU Unit HD: K
Evaluasi sebelum
A PJT E
penjelasan syarat dilakukan HD
S Kencana L
administrasi dan biaya Memulai prosedur HD
U U
Monitoring
K A
Terminasi HD
Informed consent HD R
Eksternal:
Rujukan RS lain Pengisian rekam medik oleh Penimbangan berat
Travelling Dialisis dokter jaga ruang HD dan perawat badan pre-HD (pasien
stabil)

SUPPORTING
PROCESS Water treatment Teknisi Instalasi Gizi Laboratorium
Instalasi Sanitasi system Mesin

Penanganan CSSD Provider Dialyzer reuse Instalasi Farmasi


limbah

4. Kompetensi
a. Kepala Unit Hemodialisis adalah Dokter SpPD-KGH.
b. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) hemodialisis adalah
Dokter SpPD-KGH dan/atau Dokter SpPD yang telah mempunyai
sertifikat pelatihan HD di pusat pendidikan yang terakreditasi dan
disahkan oleh PB PERNEFRI, serta Dokter SpA(K).
c. Dokter pelaksana hemodialisis adalah Peserta Pendidikan Dokter
Spesialis Sp-I.
d. Perawat mahir HD adalah Perawat yang bersertifikat pelatihan HD di
pusat pendidikan yang terakreditasi dan disahkan oleh PB PERNEFRI.

5. Klasifikasi dan Uraian Tugas


a. Kepala Unit
Seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal
Hipertensi (Dokter SpPD-KGH) yang diakui oleh PERNEFRI, bertugas
sebagai Kepala Unit sekaligus Supervisor. Disamping itu juga dapat

4
bertugas sebagai Dokter Penanggung jawab Unit Dialisis dan/atau
Dokter Pelaksana Unit Hemodialisis.
b. Penanggung jawab
Seorang Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal
Hipertensi (Dokter SpPD-KGH) dan/atau Dokter Spesialis Penyakit
Dalam (Dokter SpPD) yang telah mempunyai sertifikat pelatihan HD di
pusat pendidikan yang terakreditasi dan disahkan oleh PB PERNEFRI
serta Dokter Spesialis Anak Konsultan (Dokter SpA(K)). Disamping itu
juga dapat bertugas sebagai Dokter Pelaksana Unit Hemodialisis.
c. Dokter Pelaksana
Peserta Pendidikan Dokter Spesialis Sp-I Penyakit Dalam yang
sedang menjalani stase di Divisi Ginjal Hipertensi dan PPDS Sp-I
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Nefrologi.
d. Perawat Mahir
Perawat yang telah menempuh pendidikan khusus dialisis dan
perawat ginjal intensif di pusat pelatihan dialisis yang diakui
PERNEFRI.
e. Teknisi
Petugas teknik khusus mesin HD yang disediakan oleh provider.
Bertugas untuk menyiapkan mesin dan perlengkapannya, menjalankan
dan merawat mesin dialisis dan pengolah air.

B. Standar Kompetensi Perawat Di Ruang Hemodialisa


1. Kompetensi Minimal Perawat Dialisis
a. Sertifikat pelatihan HD
b. Sertifikat pelatihan BHD –BHL
c. Resertifikasi setiap 2 tahun
d. Uji Kompetensi
e. Kredensialing –Komite Keperawatan
f. Surat Penugasan Klinis Kekhususan (SPK) yang di TTD Direktur.
2. Kompetensi Umum Perawat Dialisis
Kompetensi dasar perawat dialisis, meliputi:
a. Praktik professional, etis, legal dan peka udaya:
1) Menunjukkan perilaku bertanggunggugat terhadap praktik
profesional. Melaksanakan praktik keperawatan berdasarkan kode
etik keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya. Perawat
bertanggungjawab secara moral untuk mengambil keputusan yang
baik dan menolak keputusan yang buruk dari teman sejawat dan
tenaga kesehatan lain.

5
2) Mengambil keputusan etik dan menentukan prioritas dalam kondisi
perang, tindak kekerasan, konflik dan situasi bencana alam (perawat
bertanggungjawab secara moral untuk mengambil keputusan yang
baik dan menolak keputusan yang buruk dari teman sejawat dan
tenaga kesehatan lain dalam situasi gawat darurat).
3) Melaksanakan praktik secara legal.
b. Menunjukkan pengetahuan tentang anatomi fisiologi khususnya sistem
urinari, fungsi ginjal dan sistem kardiovaskuler.
c. Menunjukkan pengetahuan tentang gangguan fungsi ginjal,
patofisiologi, gejala, penanganan dan intervensinya.
d. Menunjukkan pengetahuan dan kemampuan untuk menerapkan cara
berpikir kritis dan pengambilan keputusan klinis sesuai kewenangannya
di unit dialisis.
e. Menunjukkan pengetahuan dan kemampuan untuk menerapkan standar
pencegahan infeksi dan prinsip keselamatan pasien pada pelayanan
dialisis.
f. Menunjukkan pengetahuan dan kemampuan terkait akses vaskuler.
1) Permanen (AV-Fistula)
a) Pengkajian : Patensi/aliran sirkulasi/bruit (palpasi, auskultasi
dan dengan alat), tanda kepatenan sirkulasi bagian distal dari
anstomosis (AV-Shunt), tanda-tanda infeksi, keterbatasan gerak
dan fungsi karena AV-Fistula.
b) Perawatan jangka panjang.
c) Komplikasi.
2) Kateter HD
a) Pengkajian : Integritas kateter, posisi dan kondisi exit site
kateter, patensi aliran kateter.
b) Komplikasi.
c) Perawatan jangka panjang.
g. Menunjukkan kemampuan untuk menciptakan lingkungan yang aman
dan nyaman bagi pasien :
1) Mengobservasi dan melaporkan kondisi fisik dan emosional pasien
dan melakukan tindakan yang diperlukan.
2) Melakukan komunikasi terapeutik.
h. Menunjukkan kemampuan untuk menerapkan proses asuhan
keperawatan dalam memberikan pelayanan pasien dialisis.
i. Menunjukkan pengetahuan dan kemampuan untuk memberikan
tindakan farmakologi di unit dialisis, sesuai dengan kebijakan rumah
sakit/klinik dialisis.

6
j. Menunjukkan kemampuan untuk mendokumentasikan asuhan
keperawatan.
k. Menunjukkan kemampuan untuk melakukan edukasi kepada
pasien/keluarga.

C. Klasifikasi Pelayanan Di Ruang Hemodialisa


1. HD Pasien Baru
a. Pasien yang belum mempunyai sarana hubungan
sirkulasi menetap (akses vaskuler). Setiap pasien baru yang
mendapatkan terapi dialisis dianjurkan menggunakan catheter double
lumen = catheter bercabang dua untuk sementara.
b. Pemasangan catheter double lumen dilakukan oleh
dr. Anastesi di ruang operasi atau di ruang dialisis (kamar tindakan) jika
memungkinkan.
c. Sebelum dialisis dimulai, untuk memastikan posisi
(tempat) ujung catheter double lumen dianjurkan thorax foto.
d. Selama terapi dialisis berlangsung, semua
operasional dibawah pengawasan dan tanggung jawab dr. Nephrolog
setempat.
e. Penting sekali perawatan catheter double lumen
secara teratur untuk mencegah infeksi.
2. HD Pasien Rutin
a. Pasien yang sudah mempunyai sarana hubungan
sirkulasi menetap (akses vaskular) disebut : cimino atau graft.
b. Pembuatan akses vaskular ditujukan kepada pasien
pre dialisis yang sudah dipersiapkan jauh hari sebelumnya, setelah
mendapatkan penjelasan dari dokter nephrolog dan pasien menyatakan
persetujuannya.
c. Pasien datang ke ruang dialisis sesuai dengan
jadwal dialisis atau dengan perjanjian sebelumnya.
d. Perubahan jadwal dialisis harus ada pemberitahuan
sebelumnya dari pasien sendiri atau keluarganya.
3. HD Pasien Emergency
a. Pasien dengan keadaan gawat dan darurat selama
terapi dialisis, jika terlambat ditangani akan mengancam kehidupannya
atau meninggal.
b. Pasien segera dianjurkan menghubungi dokter
penanggung jawab dialisis (dr. Nephrolog setempat).
c. Penanganan emergency dan pemberian terapi sesuai
dengan petunjuk dan kesepakatan dari dokter nephrolog setempat.

7
d. Diluar terapi emergency gunakan obat inventaris
ruangan (jika ada) dan melengkapinya kembali setelah digunakan.
e. Segera menghubungi keluarga pasien terdekat.
f. Perawat dialisis wajib mencatat
(mendokumentasikan) secara lengkap dan rinci setiap kejadian dan
tindakan yang telah dilakukan kepada pasien.
g. Petugas administrasi mencatat dengan lengkap
biaya pemakaian obat dan alat tambahan lainnya untuk proses
penagihan.
4. HD Pasien Cito
a. Pasien yang harus segera dilakukan tindakan dialisis, jika ditunda akan
mengancam hidupnya.
b. Pasien rawat jalan yang akan cito dialisis, dianjurkan melalui ruang
emergency terlebih dahulu untuk dilakukan pemeriksaan oleh Dr. Jaga.
apakah diperlukan pemeriksaan Laboratorium, Rongent dan lain-lain.
c. Hasilnya dilaporkan kepada Dr. Nephrolog / Dr. Internist setempat.
d. Petugas Emergency segera menghubungi perawat on call dialisis.
e. Segera mungkin pasien dilakukan terapi Dialisis.

D. Prosedur Pelayanan Di Ruang Hemodialisa


1. Konsep Pelayanan Hemodialisis
a. Dilakukan secara komprehensif
b. Pelayanan dilakukan sesuai standar
c. Peralatan yang tersedia harus memenuhi ketentuan
d. Semua tindakan harus terdokumentasi dengan baik
e. Harus ada sistem monitor dan evaluasi
f. Persiapan mesin dan peralatan
g. Persiapan Pasien
h. Pengkajian yang meliputi :
1) Kondisi pasien secara umum (mental, fisik)
2) Informed consent ( pasien baru dan pasien lama diulang setelah 6
bulan, dst)
3) Gelang identitas
4) Pemeriksaan fisik (TTV, edema, IDWG, BBK)
5) Nyeri ( Skala VAS)
6) Resiko Jatuh ( gelang/ pita kuning
7) Alergi ( gelang / pita merah)
8) Nutrisi (malnutrisi)
9) Dokumentasi dalam CPPT/form pemantauan HD
i. Masalah keperawatan /Diagnosa Keperawatan

8
1) Sesuai hasil kajian
2) Tujuan dan target terukur
j. Implementasi(prosedurHD) :
1) Teknik streril
2) Hand Hygiene (5 moment)
3) Gunakan APD yang standar (Gogle, apron, masker, sarung tangan)
4) Teknik punksi dan kanulasi diperhatikan (memberikan rasa aman
dan nyaman bagi pasien)
5) Pemberian antikoagulan
6) Dokumentasi

2. Prosedur Pelayanan Hemodialisis


a. Tindakan inisiasi hemodialisis (HD pertama) dilakukan setelah melalui
pemeriksaan/konsultasi dengan Konsultan Ginjal Hipertensi atau
Konsultan Nefrologi Anak atau Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Dokter
SpPD) yang telah bersertifikat HD.
b. Skrining infeksi: HBsAg, AntiHCV, AntiHIV.
c. Tindakan HD pertama kali pada dewasa maupun anak memerlukan waktu
kurang lebih 1-3 jam.
d. Setiap tindakan hemodialisis rutin pada dewasa dan anak terdiri dari:
1) Persiapan pelaksanaan hemodialisis: ± 30 menit
2) Pelaksanaan hemodialisis: 3-5 jam
3) Evaluasi pasca hemodialisis: ± 30 menit
Sehingga untuk setiap pelaksanaan hemodialisis rutin diperlukan waktu
mulai dari persiapan sampai dengan waktu pasca hemodialisis minimal 6
jam.
e. Tindakan hemodialisis akut pada dewasa dan anak mempertimbangkan
kondisi hemodinamik (kardiovaskular). Apabila tidak memungkinkan
dilakukan HD maka dapat dilakukan modalitas terapi lain seperti SLED
ataupun CRRT.
f. Setiap pasien HD rutin wajib dilakukan pemantauan hemodinamik
minimal setiap 1 jam oleh perawat.
g. Pasien dengan kondisi yang tidak stabil dilakukan monitoring yang lebih
ketat.
h. Harus memberikan pelayanan sesuai standar profesi dan memperhatikan
hak pasien termasuk membuat informed consent.
i. Ada dokter yang bertugas dan siap menerima konsultasi jika diperlukan.
j. Petunjuk BHD tersedia dan semua staf medik dan perawat dialisis pernah
mendapat pelatihan melakukan BHD.

9
3. Alur Pasien dalam Pelayanan Hemodialisis
Pasien hemodialisis dapat berasal dari:
a. Instalasi Rawat Jalan
b. Instalasi Rawat Inap (termasuk ruang rawat intensif)
c. Instalasi Gawat Darurat
d. Rujukan dari Rumah Sakit/Institusi Kesehatan lainnya
Kegiatan selanjutnya adalah:
a. Pemeriksaan/penilaian/asesmen
b. Hemodialisis
c. Bisa dikembalikan ke tempat semula/Dokter pengirim
d. Diberikan discharge planning setiap akhir sesi dialisis

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan meningkatnya jumlah penderita yang memerlukan pelayanan
hemodialisis, maka sepatutnya menjadi perhatian unsur-unsur pemberi pelayanan
untuk meningkatkan dan mengembangkan pelayanan demi pemenuhan
kebutuhan tersebut. Selain sarana dan prasarana, pengembangan dan peningkatan
sumber daya manusia juga perlu diperhatikan. Upaya terus menerus untuk
mengacu pada standar pelayanan terbaik sehingga tercapai kualitas hidup pasien
penyakit ginjal kronik yang baik menjadi target pelayanan unit hemodialisis.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini pastilah masih terdapat banyak
kekurangan. Kami menyadari bahwa penbuatan makalah ini masihlah sangat
kurang. Kritik dan saran sangat diperlukan guna untuk membangun pembuatan
makalah selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fresenius Medical Care. 2014. Tersedia:


https://www.scribd.com/doc/245093477/SOP-Hemodialisa-Kebijakan-Ruang-
Dialisis. (Diakses pada 17 Februari 2021)

Hudak, C.M., Gallo, B.M., Fontaine, D.K., & Morton, P.G. 2006. Critical Care
Nursing: A Holistic Approach. (8th ed). Lippincott: Williams & Wilkins.

Indonesia Renal Registry (IRR). 2015. 8th Report Of Indonesia Renal Registry 2014.
Perkumpulan Nefron Indonesia Pernefri. Tersedia:
http://Indonesiarenalregistry.org. (Diakses pada 17 Februari 2021)

Lukman, N., Kannie, E., Wowiling, F. 2013. Hubungan Tindakan Hemodialisa


Tingkat Depresi Klien Penyakit Ginjal Kronik Di Blu RSUP Prof. Dr.
D. Kandau Manado. Jurnal. Tersedia:
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/2207. (Diakses
pada 17 Februari 2021)

Magdalena, Martha. 2015. Manajemen Pelayanan Di Ruang Hemodialisis. Divisi


Ginjal Hipertensi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tersedia:
http://ipdijatim.org/wp-content/uploads/2016/03/MARTHA-2015-260915.pdf.
(Diakses pada 17 Februari 2021)

Mailani, Fitri. 2017. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis. STIKES YPAK
Padang. Jurnal. Tersedia:
http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance/article/download/2379.
(Diakses pada 17 Februari 2021)

Nugraha, T.Y. Perhitungan Tenaga Perawat di Rumah Sakit.


https://www.scribd.com/doc/30058712/Perhitungan-Tenaga-Perawat-di-
Rumah-Sakit-ICU (Diakses pada 17 Februari 2021)

Riset Kesehatan Dasar. 2018. Tersedia:


www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%2018.pdf. (Diakses pada 17 Februari 2021).

Tim Penyusun Standar Kompetensi Perawat Dialisis Indonesia Periode 2010-2015.


2017. Standar Kompetensi Perawat Hemodialisis Indonesia. Yogayakarta:
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Dialisis Indonesia (PP.IPDI).

12

Anda mungkin juga menyukai