SKRIPSI
WAHYU HIDAYATI
1106130255
SKRIPSI
WAHYU HIDAYATI
1106130255
Puji syukur kepada Alloh SWT, yang telah melimpahkan nikmat dan
petunjukNya, sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi, yang berjudul
“Gambaran Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga Terhadap Efek Samping
Pengobatan TB di Wilayah Puskesmas Pabuaran Tumpeng”. Penulisan skripsi
disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dewi Irawaty, MA, PhD selaku dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
2. Sigit Mulyono, SKp., MN selaku pembimbing yang telah menyediakan waktu,
tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini
3. Astuti Yuni N., SKp., MN selaku dewan penguji sidang
4. Kuntarti, SKP., M.Biomed selaku Ketua Program Studi Sarjana Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia
5. Segenap dosen Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
6. Kepala Puskesmas Pabuaran Tumpeng kota Tangerang beserta jajarannya,
yang telah memberikan ijin dan kesempatan dalam melaksanakan penelitan
7. Suami dan anak-anakku tercinta, yang selalu memberikan dukungan dan doa
sepanjang perjalanan hidupku
8. Orang tuaku yang senantiasa memberikan support moril, materiil, serta doa
yang tiada pernah henti
9. Rekan-rekan seperjuangan di Program Studi Ilmu Keperawatan
Semoga seluruh bimbingan, dukungan, dan doa yang telah diberikan, akan
mendapatkan balasan dengan kebaikan, rakhmat, serta pahala yang berlimpah
serta diberkahi oleh Alloh SWT.
iv
Efek samping obat anti tuberkulosa pada penderita TB dapat diatasi oleh peran
keluarga dalam melaksanakan tugas perawatan kesehatan keluarga . Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui gambaran pelaksanaan tugas perawatan
kesehatan keluarga dengan anggota keluarga yang mengalami efek samping obat
TB di wilayah Puskesmas Pabuaran Tumpeng. Jenis penelitian ini adalah
deskriptif univariat,dengan pendekatan survey pada 29 keluarga penderita TB
paru, menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
distribusi karakteristik keluarga terdiri dari: umur rata-rata responden 41.62 tahun;
86,2% responden berjenis kelamin perempuan; 69% responden berasal dari suku
Sunda; 79,3% responden berpendidikan rendah; 86,2% responden tidak bekerja;
dan 96,6% responden mempunyai penghasilan yang rendah. Hasil penelitian
mengenai tugas perawatan kesehatan keluarga yaitu: kemampuan keluarga dalam
mengenal efek samping obat anti TB kurang baik (58,6%); kemampuan keluarga
dalam pengambilan keputusan baik (62,07%); kemampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga kurang baik (55,17%); kemampuan keluarga dalam
memodifikasi lingkungan kurang baik (51,72%); dan kemampuan keluarga dalam
memanfaatkan Puskesmas baik (68,97%).
Kata kunci:
TB paru, tugas perawatan kesehatan keluarga, efek samping obat TB
vi
Key words:
Pulmonary tuberculosis, family health care tasks, the side effects of TB drugs, the
characteristics of the respondent
vii
viii
ix
xi
xii
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
Secara global diperkirakan terdapat 9,4 juta jiwa penderita TB paru pada tahun
2008, dari 9,27 juta pada tahun 2007. Pada tahun 2006, terdapat 9,24 juta
penderita TB baru, pada tahun 2000 jumlahnya baru 8,3 juta penderita TB paru,
dan pada tahun 1990 tercatat 6,6 juta (WHO, 2009). Berdasarkan global report
TB WHO tahun 2011, prevalensi TB diperkirakan 289 per 100.000 penduduk,
dengan insiden 189/100.000 penduduk, dan angka kematian sebesar 27/100.000
penduduk (Ditjen P2PL, 2012). Oleh karena itu, penyakit TB menjadi masalah
kesehatan dunia.
Pada tahun 2011, Indonesia menempati rangking kelima negara dengan beban TB
tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660.000
(WHO, 2010) dan estimasi insiden berjumlah 430.000 kasus baru per tahun.
Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahun (Dep.Kes,
2011).
Universitas Indonesia
Oleh karena adanya efek samping obat yang muncul pada fase pengobatan,
keluarga diharapkan dapat melaksanakan tugas perawatan kesehatan keluarga
terhadap efek samping pengobatan TB kepada anggota keluarganya yang
menderita penyakit TB. Keluarga berperan penting dalam menjaga status
kesehatan penderita TB, dengan cara meminimalkan efek samping obat yang
dialami oleh anggota keluarganya (Friedman, Bowden, & Jones, 2010).
untuk mencapai potensi diri bagi anggota keluarga. Keluarga adalah tempat
belajar bagi anggota keluarga tentang kesehatan dan penyakit serta sebagai tempat
memberi dan memperoleh perawatan sepanjang kehidupan anggota keluarga
(Hanson, Gedaly-Duff, Kaakinen, 2005). Kesehatan keluarga dapat tergambar dari
kemampuan keluarga memberikan bantuan kepada anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri dan kemampuan keluarga memenuhi fungsi
keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2010). Menurut Bomar (dalam Stanhope
& Lancaster, 2004) dan Nightingale et al (dalam Stanhope & Lancaster, 2004),
keluarga mempunyai peranan penting dalam kesehatan individu dalam keluarga
dan komunitas.
Universitas Indonesia
Keluhan efek samping OAT (Obat Anti Tuberkulosis) merupakan salah penyebab
ketidakpatuhan berobat. Syaumaryadi (2001) mengadakan penelitian di kota
Palembang Propinsi Sumatera Selatan pada tahun 1999-2000 menyimpulkan
bahwa ada hubungan keluhan efek samping OAT dengan ketidakpatuhan berobat
penderita TB Paru dikota Palembang, dimana penderita dengan keluhan efek
samping OAT 3,00 kali lebih berisiko tidak patuh berobat, dibandingkan dengan
penderita yang tidak ada keluhan efek samping OAT (OR: 3,00 dan 95% CI: 1,58-
4,87). Oleh karena itu, peran keluarga sangat penting untuk menjaga keteraturan
penderita TB selama menjalani pengobatan TB.
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran tugas perawatan keluarga terhadap anggota
keluarganya yang mengalami efek samping pengobatan TB
1.4.2. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi instansi pendidikan keperawatan
guna meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam praktik keperawatan
komunitas, yaitu sebagai materi promosi kesehatan, kegiatan penyuluhan &
penyusunan leaflet bagi mahasiswa praktik di lapangan. Memberikan kontribusi
terhadap profesionalisme perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
keluarga, khususnya keluarga dengan TB paru.
1.4.3. Metodologi
Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat sebagai referensi atau landasan
bagi penelitian selanjutnya terkait tugas perawatan kesehatan keluarga dalam
menangani efek samping obat TB. Penelitian ini bisa digunakan sebagai alat untuk
melihat kesiapsiagaan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang
mendapatkan pengobatan TB paru.
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. TB Paru
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya seperti kulit, tulang, dan kelenjar.
TB yang sering ditemukan di masyarakat adalah TB paru. Ruang dalam organ
paru yang paling disukai oleh kuman TB sebagai tempat tinggalnya adalah bagian
apex paru, karena di bagian apex banyak mengandung oksigen.
Kuman TB berbentuk batang (basil), memiliki sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan Ziehl Neelsen. Kuman TB disebut juga sebagai Basil Tahan
Asam (BTA). Dalam tubuh manusia, kuman bisa tidur atau istilah lainnya adalah
dormant, selama beberapa tahun. Oleh karena itu, penderita sering asymptomatik
pada fase awal sakit. Sifat lain dari kuman TB adalah dapat bertahan dalam suhu
kamar yang sangat rendah, yaitu antara 2 sampai minus 70 derajat Celcius.
Namun, kuman TB sangat peka terhadap panas sinar matahari dan ultraviolet.
Kuman yang berada di dalam dahak, yang ditaruh di suhu 30-37 derajat Celcius
akan mati dalam waktu seminggu, sedangkan kuman yang dipaparkan langsung
ke sinar matahari akan mati dalam waktu beberapa menit. (Tuberculosis, From
Basic Sciense to Patient care, 2007).
Kuman TB ditularkan kepada orang lain secara droplet infection (melalui percikan
dahak). Seorang penderita TB paru dengan hasil pemeriksaan BTA positif, ketika
batuk atau bersin akan mengeluarkan kuman TB di udara. Kuman tersebut tahan
hidup selama beberapa jam di udara dalam suhu kamar. Orang lain bisa terinfeksi
kuman tersebut jika udara yang mengandung kuman terhirup dan masuk ke dalam
saluran nafas. Kuman masuk ke paru-paru melalui saluran pernafasan, kemudian
kuman itu menyebar ke organ tubuh lain seperti kelenjar getah bening, sistem
peredaran darah, sistem integumen, dll. Daya penularan tergantung pada derajat
Universitas Indonesia
Tanda dan gejala utama orang yang terinfeksi kuman TB adalah batuk berdahak
selama dua minggu atau lebih. Batuk dapat disertai dengan gejala tambahan
seperti batuk darah (haemoptysis), sesak nafas, nyeri dada, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat di malam hari
walaupun tidak melakukan aktivitas fisik, demam selama lebih dari satu bulan.
(Depkes RI, 2007).
Tata cara pengaturan lingkungan rumah dan pengaturan diit bagi penderita TB
paru sangat penting dilakukan baik oleh penderita maupun keluarganya. Hal itu
berguna untuk mendukung proses penyembuhan pasien. Diit atau makanan yang
dianjurkan bagi penderita TB paru adalah diit TKTP (Tinggi Kalori Tinggi
Protein). Pengaturan lingkungan rumah misalnya dengan membuka jendela &
pintu serta ventilasi udara lainnya agar sirkulasi udara berjalan lancar;
Universitas Indonesia
memastikan bahwa cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah cukup supaya
ruangan tidak lembab (ruang yang lembab memudahkan pertumbuhan kuman
TB); menjemur kasur serta bantal bertujuan mematikan kuman yang menempel
pada kasur / bantal penderita di bawah sinar matahari, dsb.
Kombipak: HRZE
d. OAT kategori anak:
KDT: 2(HRZ)/4(HR)
Kombipak: 2HRZ/4HR
Panduan OAT diberikan dalam bentuk paket agar memudahkan pemberian obat
dan menjamin ketersediaan obat sampai pengobatan selesai. Satu obat untuk satu
pasien selama masa pengobatan.
OAT diberikan dalam dua tahap, yaitu tahap awal dan tahap lanjutan. Obat
diminum setiap hari, selama 2 bulan (untuk OAT kategori ) atau 3 bulan (untuk
OAT kategori 2) pada fase awal. Pasien TB BTA positif yang meminum obatnya
secara benar dan teratur, kondisinya akan membaik dan ditandai dengan hasil
pemeriksaan BTA berubah menjadi negatif di bulan kedua. Namun, pasien yang
masih menunjukkan BTA positif pada bulan kedua pemeriksaan dahak, pasien
akan mendapatkan terapi obat sisipan selama 1 bulan sebelum melanjutkan ke
fase obat lanjutan. Pengobatan OAT pada fase lanjutan berlangsung selama 4
bulan (untuk OAT kategori 1) atau 5 bulan (untuk OAT kategori 2), dengan
pemberian obat sebanyak 3 kali dalam seminggu. Jadi, pengobatan TB
berlangsung selama 6-8 bulan, tergantung pada jenis OAT yang diminumnya.
Oleh karena lamanya waktu pengobatan, penderita TB sering merasa bosan
meminum obatnya, kadang-kadang malas mengambil obat, bahkan ada yang
merasa sudah sembuh dan merasa lebih nyaman setelah minum obat beberapa
bulan sehingga memutuskan untuk berhenti berobat.
OAT memiliki beberapa efek samping, baik efek samping ringan maupun efek
samping berat. Efek samping tersebut menyebabkan ketidaknyaman bagi pasien,
bahkan penderita bisa putus berobat akibat efek samping OAT yang dialaminya.
2.3.1. Streptomycin
Obat ini tergolong ke dalam obat aminoglikosida, yang banyak digunakan pada
tahun 1947-1952 untuk terapi tuberculosis. Efek toksisitas pada obat ini sangat
tinggi & resistensi terhadap obat ini mudah terjadi, maka obat ini sekarang sudah
jarang digunakan.
Efek interaksi obat ini muncul bila diberikan bersama antasida dan alkohol, yaitu
efek obat Streptomycin akan turun. Hati-hati pemberian bersama disulfiram
karena bisa mengakibatkan gangguan perilaku. Efek samping berat yang muncul
akibat pemberian streptomycin adalah tuli dan gangguan keseimbangan.
Universitas Indonesia
2.3.3. Ethambutol
Ethambutol merupakan garam dihidroklorit sintetik, larut dalam air, dan stabil
pada keadaan panas. Obat ini menghambat sintetis metabolisme sel, sehingga
mengakibatkan kematian sel, dan hampir semua strain M. Tuberculosis, M bovis,
M kansasii.
Ethambutol sangat baik diabsorpsi di saluran cerna. Kadar puncak darah 2-5µg/ml
dicapai dalam waktu 3-4 jam; berikatan dengan protein berkisar 40%; lebih
kurang 20% obat diekskresikan ke dalam tinja dan 50% ke dalam bentuk utuh
berupa urin. Pada meningitis, kadar obat di cairan serebrospinal berkisar 10-40%
kadar serum.
Universitas Indonesia
Resistensi terhadap obat ini terutama timbul pada penggunaan tunggal ethambutol
terhadap basil yang tumbuh aktif. Oleh karena itu, ethambutol harus diberikan
dalam bentuk kombinasi.
Ethambutol jarang menimbulkan efek samping, jika diberikan dalam dosis harian
biasa. Efek toksiknya juga minimal. Efek non theraphy yang berat dan berkaitan
dengan dosis, yaitu efek toksik di okular. Gangguan di mata biasanya bersifat
bilateral, yaitu berupa neuritis optik dengan gejala penurunan ketajaman
penglihatan, hilangnya kemampuan membedakan warna merah dengan warna
hijau, lapangan pandang menyempit, dan dapat terjadi skotoma perifer. Efek
samping yang sering dirasakan oleh pasien berupa gangguan saluran cerna seperti
mual, muntah, nyeri epigastrik, dan diare. Ulkus peptikum dan perdarahan juga
dapat terjadi, sehingga pemberian obat ini harus bersama makanan dan antasida.
2.3.4. Isoniazid
Isoniazid memilki struktur yang sederhana. Obat ini bekerja pada mikobakteri
dengan menghambat sintesis asam mikolat. Senyawa asam ini hanya dimiliki oleh
mikobakteri. Asam mikolat adalah kandungan selubung sel bakteri.
Universitas Indonesia
Isoniazid merupakan obat pilihan untuk konvertor baru. Konvertor baru adalah
seseorang yang diuji dengan menggunakan tes PPD (Purified Protein Derivate)
menunjukkan hasil negatif, kemudian dilakukan tes ulang pada satu tahun
selanjutnya menunjukkan hasil yang positif. Pada keadaan yang seperti ini, orang
tersebut bisa diberikan Isoniazid selama 6-12 bulan selama tidak ada penyakit lain
serta foto thoraks yang positif.
2.3.5. Pirazinamid
Pirazinamid hanya efektif melawan Mycobacterium tuberkulosis. Obat ini
meningkatkan kadar asam urat serum. Pirazinamid diberikan bersama kombinasi
obat yang lain. Pirazinamid bersifat bakteriostatik atau bakterizid pada tempat
infeksi dengan dosis tertentu.
Efek samping yang ditimbulkan oleh pirazinamid berupa reaksi toksisitas, seperti
demam, anoreksia, hepatomegali, splenomegali, jaundice, gagal hati, mual,
muntah, disuria, atralgia, anemia sideroblastik, ruam, dan kadang-kaang
fotosintesis. Efek interaksi pirazinamid bersama obat lain, yaitu rifampin,
mengakibatkan reaksi hepatotoksik yang berat dan fatal.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dirjen P2PL (2009) mengklasifikasikan efek samping OAT menjadi dua, yaitu
efek samping ringan dan efek samping berat. Efek samping ringan yang meliputi:
anoreksia; mual, nyeri pada lambung; nyeri sendi; rasa terbakar di kaki; dan air
seni berwarna kemerahan. Jika penderita mengalami gejala efek samping ringan,
petugas dapat memberikan obat simtomatik sesuai keluhan klien dan OAT bisa
dilanjutkan. Sebaliknya, penderita yang mengalami gejala efek samping berat
seperti: rasa gatal & bercak kemerahan di kulit (pastikan bahwa gatal &
kemerahan tersebut bukan karena penyebab lain , misalnya: skabies, alergi oleh
zat atau bahan lain selain OAT); gangguan pendengaran (bukan karena kotoran
telinga pada pemeriksaan auroskopi); gangguan keseimbangan; bingung (dicurigai
kelainan hati akut oleh karena obat bila disertai juga gejala kekuningan) atau
muntah-muntah hebat (muntah berulang kali merupakan masalah karena OAT
tidak dapat diserap oleh usus). Muntah sampai pingsan atau kesadaran menurun
merupakan gejala serius, karena hal itu menandakan kegagalan hati; gangguan
penglihatan; syok (renjatan), perdarahan di bawah kulit, sampai dengan gagal
ginjal.
Universitas Indonesia
2.4.2.2. Tuli
Universitas Indonesia
Tuli atau berkurangnya pendengaran disebabkan oleh Streptomisin. Jika hal itu
terjadi, Streptomisin dihentikan dan diganti dengan Etambutol.
Universitas Indonesia
Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional di mana individu mempunyai
peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman,
M.M., 1998).
Duval dan Logan (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan
orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional dari setiap anggota keluarga.
Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) menjelaskan bahwa
keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka
saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran masing-masing, dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
Struktur keluarga mempunyai ciri-ciri antara lain: terorganisasi, ada perbedaan &
kekhususan, dan ada keterbatasan (Efendi dan Makhfudli, 2009). Terorganisasi
artinya saling berhubungan dan saling ketergantungan antara anggota keluarga.
Ada perbedaan & kekhususan berarti setiap anggota mempunyai peranan serta
fungsinya masing-masing. Ada keterbatasan memiliki makna setiap anggota
Universitas Indonesia
Parrad dan Caplan yang diadopsi oleh Friedman dalam Suprajitno (2004),
menjelaskan bahwa ada empat elemen struktur keluarga yaitu:
Struktur peran keluarga
Struktur peran keluarga menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri, peran di lingkungan, serta peran formal
maupun informal.
Nilai / norma keluarga
Nilai atau norma keluarga menggambarkan nilai atau norma yang dipelajari
dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan.
Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga menggambarkan bagaiaman cara dan pola
komunikasi antara ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak
dengan anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan
keluarga inti.
Struktur kekuatan keluarga
Struktur kekuatan keluarga menggambarkan kemampuan anggota keluarga
untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah
perilaku yang mendukung kesehatan.
Universitas Indonesia
Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti yang ditambah sanak
saudara, misalnya nenek, kakek, saudara sepupu, paman, bibi, dsb.
Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala kelurga,
yang hidup bersam-sam dengan anak-anak yang masih bergantung padanya.
Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami isteri tanpa anak,
yang tinggal dalam satu rumah.
Blended family. Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan,
yang masing-masing telah menikah sebelumnya, dan membawa anak hasil
pernikahan sebelumnya.
Three generation family. Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu kakek-
nenek, ayah-ibu, dan anak-anak dalam satu rumah.
Single adult living alone. Bentuk keluarga yang hanya terdiri dari satu orang
dewasa yang tinggal di rumahnya.
Midle age / elderly couple. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami isteri
paruh baya.
(Ali, 2010, hal. 7).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keluarga sebagai fokus intervensi perawatan bagi keluarganya. Hal itu disebabkan
oleh beberapa alasan penting. Alasan pertama yaitu keluarga merupakan sumber
daya penting dalam memberikan layanan kesehatan, baik bagi individu maupun
keluarga. Saat perawatan difokuskan pada keluarga, efektifitas perawatan terbukti
meningkat (Gilliss & Davis, 1993; dalam Friedman, Bowden, dan Jones, 2010).
Alasan kedua yaitu keluarga merupakan sebuah jaringan interdependent, yang
antar anggota keluarganya saling mempengaruhi. Alasan ketiga adalah
terdapatnya keterkaitan yang erat antara keluarga dengan status kesehatan
anggotanya, sehingga peran keluarga sangat penting dalam setiap aspek pelayanan
kesehatan individu anggota keluarganya, mulai dari tahap promosi kesehatan
hingga tahap rehabilitasi. Alasan keempat yaitu seseorang bisa memperoleh
pemahaman yang lebih jelas dan menyeluruh mengenai seorang individu dan
fungsinya jika mereka dipandang dalam konteks keluarganya (Friedman, Bowden,
dan Jones, 2010). Keempat alasan tersebut membuat keluarga mempunyai peran
penting dalam menjalankan tugas perawatan kesehatan keluarga bagi anggota
keluarganya yang mengalami efek samping TB.
Menurut Goldenberg dan Goldenberg (2000, dalam Friedman, Bowden, dan Jones
2010), sebuah keluarga berfungsi dengan baik jika saling memberikan motivasi
memberikan kebebasan serta memberikan perlindungan dan keamanan untuk
mencapai potensi diri. Kesehatan keluarga dapat tergambar dari kemampuan
keluarga memberikan bantuan kepada anggota keluarga untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri dan kemampuan keluarga memenuhi fungsi keluarga
serta mencapai tugas perkembangan yang sesuai bagi keluarganya (Friedman,
Bowden, dan Jones, 2010).
Menurut Friedman, yang dikutip oleh Ali (2010) menyatakan bahwa fungsi
perawatan kesehatan keluarga mencakup penyediaan makanan, pakaian,
perlindungan, dan asuhan kesehatan/keperawatan. Kemampuan keluarga
melakukan asuhan keperawatan dan pemeliharan kesehatan mempengaruhi status
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam asuhan perawatan keluarga adalah
meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatannya. Jika
keluarga mampu memelihara kesehatannya, status kesehatan dari para anggota
keluarganya pun tinggi. Status kesehatan yang tinggi mendukung produktivitas
keluarga yang tinggi juga, sehingga diharapkan kesejahteraan keluarga turut
meningkat. Sedangkan tujuan khususnya meliputi lima tugas keluarga dalam
memelihara kesehatan.
Tugas-tugas yang harus dijalankan oleh keluarga terkait efek samping obat TB
yang dialami oleh anggota keluarganya adalah:
2.7.1. Mengenal efek samping obat TB
Pengetahuan adalah hasil tahu. Hal ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan (Notoatmodjo, 2003). Keluarga dapat mengetahui atau mengenal
adanya masalah efek samping obat, salah satunya karena mereka melihat melalui
indra mata tentang kejadian efek samping yang dialami oleh anggota keluarganya,
misalnya mereka melihat anggota keluarganya mual-mual setelah minum obat;
keluarga juga bisa mengetahui dari keluhan yang didengarkannya melalui indera
pendengaran saat anggota keluarga mengeluhkan efek samping obat TB yang
mereka rasakan, dsb.
Tugas keluarga dalam mengenal efek samping obat terdiri dari:
2.7.1.1. Keluarga menyadari timbulnya efek samping obat pada anggota
keluarganya dalam masa pengobatan TB.
Universitas Indonesia
2.7.1.2. Keluarga mengenal jenis efek samping yang dialami oleh anggota
keluarganya.
2.7.1.3. Keluarga mempunyai sikap yang positif terhadap efek samping yang
dialami oleh anggota keluarganya dan ikut berperan dalam perawatan
kesehatan bagi penderita.
Tugas keluarga dalam memutuskan tindakan untuk menangani efek samping obat
TB antara lain dipengaruhi oleh:
2.7.2.1. Apakah keluarga merasa takut atau khawatir terhadap efek samping obat
TB yang dialami oleh anggota keluarganya?
2.7.2.2. Apakah keluarga bersikap negatif atau positif terhadap efek samping obat
TB yang terjadi pada anggota keluarganya?
2.7.2.3. Apakah keluarga mampu menjangkau pelayanan kesehatan untuk
mengatasi efek samping obat TB yang terjadi pada anggota
keluarganya?
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Keluarga merupakan orang terdekat pasien serta orang yang paling dibutuhkan
oleh pasien untuk memberikan dukungan selama masa pengobatan. Menurut
Universitas Indonesia
Dirjen P2PL (2009), peran keluarga terkait dengan efek samping pengobatan
OAT yang dialami pasien selama pengobatan TB adalah: keluarga perlu
menanyakan apakah pasien mengalami keluhan setelah menelan OAT;
mendampingi pasien ke Puskesmas atau pelayanan kesehatan lain yang biasa
dikunjungi oleh pasien; menenangkan pasien bahwa keluhan yang dialami bisa
ditangani.
2.8.1. Usia
Faktor usia juga berkontribusi terhadap kondisi kesehatan dan kematian (Swanson
dan Nies, 1995). Usia individu dalam keluarga yang memberikan perawatan
kepada anggota keluarga sangat mempengaruhi tugas perawatan keluarga
terhadap kesehatan.
Potter & Perry (2005) menjelaskan tentang perkembangan Erikson. Dalam teori
perkembangan Erikson menerangkan bahwa perkembangan psikososial manusia
sejalan dengan pertambahan usianya. Makin matang usia seseorang diharapkan
perkembangannya juga semakin matang.
Universitas Indonesia
perilaku wanita dan pria dan merupakan sumber utama feminitas dan maskulinitas
(Potter & Perry, 2005).
Center for Disease Control and Prevention (1997, dalam Wong, 2009)
menyatakan bahwa pengaruh yang sangat merugikan pada kesehatan adalah status
sosial ekonomi. Persentase individu kelas bawah untuk mengalami masalah
kesehatan lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Semua aspek situasi
mereka menyebabkan dan memperumit masalah kesehatan, yang terdiri dari:
Universitas Indonesia
kondisi tempat tinggal yang padat dan sanitasi yang buruk, yang memudahkan
penularan penyakit (misalnya tuberkulosis).
Universitas Indonesia
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.2.Definisi Operasional
Universitas Indonesia
3.2.Definisi Operasional
Universitas Indonesia
3.2.Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur
(DO)
Tugas
keluarga:
1. Mengenal Mengenal Menjawab 10 Kuesi 1. Baik: Ordinal
masalah masalah pertanyaan oner hasil ≥
TB paru & kesehatan tentang tugas mean
efek artinya keluarga (≥39,48
samping sejauh mana mengenal %)
OAT keluarga efek samping 2. Kurang
mengenal obat TB baik:
efek samping hasil <
OAT yang mean (<
terjadi pada 39,48%)
anggota
keluarganya,
yang
menderita
TB paru.
Universitas Indonesia
3.2.Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Hasil Ukur Skal
Opersional Ukur a
(DO) Uku
r
Tugas
keluarga:
2.Memutusk Tugas Dengan Kuesio 1.Baik: hasil ≥ Ordi
an keluarga menjawab ner mean (≥ nal
tindakan dalam 4 63,96%)
kesehatan memutuskan pertanyaan 2.Kurang baik:
yang tepat tindakan terkait hasil < mean
bagi yang tepat tugas (< 63,96%)
keluarga untuk keluarga
yang menangani dalam
menderita efek samping memutuska
TB paru. OAT yang n tindakan
dialami
anggota
keluarganya
yang
menderita TB
paru.
Universitas Indonesia
3.2.Definisi Operasional
Variable Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala
Operasional Ukur Ukur
(DO)
Tugas
keluarga:
3.Merawat Keluarga Dengan Kuesioner 1.Baik: Ordinal
anggota mampu menjawab hasil ≥
keluarga memberikan 7 mean (≥
yang sakit perawatan pertanyaan 69,45%)
TB paru kepada terkait 2.Kurang
anggota tugas baik:
keluarganya keluarga hasil <
yang merawat mean (<
mengalami anggota 69,45%)
efek samping keluargany
OAT dalam a yang
masa mengalami
pengobatann efek
ya. samping
obat TB
Universitas Indonesia
3.2.Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skal
Operasional Ukur a
(DO) Uku
r
Tugas keluarga:
4.Memodifikasi Keluarga Dengan Kuesio 1. Baik: hasil
lingkungan mampu menjawab ner ≥ mean Ordi
fisik & memodifikasi 5 (≥ 64,68%) nal
psikologis lingkungan pertanyaan 2.Kurang baik:
yang rumah baik terkait hasil < mean
menunjang fisik maupun tugas (< 64,68%)
kesehatan psikologis keluarga
penderita yang memodifik
dengan efek menunjang asi
samping OAT kesehatan lingkunga
penderita n fisik
yang sedang mapun
mengalami psikologis
efek samping bagi
pengobatan anggota
OAT. keluargan
ya yang
mengalam
i efek
samping
obat TB
Universitas Indonesia
3.2.Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Cara Hasil Skala
Operasional Ukur Ukur Ukur Ukur
(DO)
Tugas
keluarga:
5.Memanfaat Keluarga Dengan Kuesioner 1.Baik: Ordinal
kan fasilitas mampu menjawab hasil ≥
pelayanan memanfaatka 4 mean (≥
kesehatan n fasilitas pertanyaa 68,7%)
(Puskesmas) pelayanan n terkait 2.Kurang
untuk kesehatan tugas baik:
mengatasi (Puskesmas) keluarga hasil <
efek guna dalam mean (<
samping mendapatkan memanfaa 68,75%)
OAT. pertolongan tkan
bagi anggota fasilitas
keluarganya pelayanan
yang kesehatan
mengalami
efek samping
pengobatan
OAT.
Universitas Indonesia
Metode penelitian merupakan salah satu bagian yang penting dalam penelitian.
Unsur-unsur yang terkandung dalam metode penelitian adalah jenis dan desain
penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi, sampel, alat pengumpul data,
etika penelitian, pengolahan dan analisis data.
43 Universitas Indonesia
4.3. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiadi, 2012). Populasi
dalam penelitian ini adalah keluarga penderita TB di Puskesmas Pabuaran
Tumpeng, yang masih menjalani pengobatan TB. Jumlah penderita TB yang
tercatat dari bulan September 2012 sampai tanggal 21 Februari 2013 sebanyak 29
pasien dewasa.
4.4. Sampel
4.4.1. Definisi Sampel
Setyadi (2012) menjelaskan bahwa sampel adalah sebagian dari keseluruhan
obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain,
sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan
mewakilinya, sedangkan Hidayat, A.A.A (2003) menerangkan sampel merupakan
bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah keluarga
penderita TB paru.
Universitas Indonesia
Kriteria inklusi dari penelitian ini ialah: keluarga penderita TB paru, yang berusia
17 tahun ke atas: keluarga pederita TB, baik TB kategori 1 /kategori 2 / kategori
3, yang mendapat pengobatan di Puskesmas Pabuaran Tumpeng; bersedia menjadi
responden penelitian; mengerti bahasa Indonesia & mampu membaca serta
menulis bahasa Indonesia. Kriteria eksklusi: keluarga penderita TB paru anak
yang berumur di bawah 5 tahun & keluarga penderita TB ekstra paru.
Pertanyaan dan pernyataan di dalam kuesioner ada yang bersifat positif, dan ada
yang bersifat negatif. Pernyataan dan pertanyaan yang bersifat positif diberi skor:
sangat setuju = 4, setuju = 3, ragu-ragu = 2, dan tidak setuju = 1. Sebaliknya,
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat negatif diberi skor: sangat setuju = 1,
setuju = 2, ragu-ragu = 3, tidak setuju = 4.
Cara menghitung sor tiap responden adalah:
Jumlah jawaban benar x 100%
Jumlah pertanyaan
Hasil skor responden dinyatakan tinggi jika hasilnya lebih atau sama dengan
mean, sebaliknya skor responden dinyatakan rendah jika hasilnya kurang dari
mean. Mean diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor responden dibagi
dengan jumlah seluruh responden (Arikunto, 2010).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kumpulan data hasil pengukuran menjadi informasi yang berguna berupa ukuran-
ukuran statistik, tabel, dan grafik.
Universitas Indonesia
Tabel 5.1 menunjukkan rata-rata responden berumur 41.62 tahun, dengan standar
deviasi 10.907. Umur terendah responden 18 tahun, dan tertinggi 65 tahun.
Mayoritas responden berumur 40 tahun.
52 Universitas Indonesia
Tabel 5.3 menunjukkan mayoritas responden berasal dari suku Sunda yaitu 69%
dari 29 responden.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 5.7 memberikan gambaran bahwa lebih dari sebagian keluarga memiliki
kemampuan kurang baik dalam mengenal masalah efek samping obat anti TB
(OAT), yaitu sebesar 58,62%.
Tabel 5.9 memberikan gambaran bahwa lebih dari sebagian dari keluarga
memiliki kemampuan kurang baik dalam merawat anggota keluarganya yang
mengalami efek samping OAT, yaitu sebesar 55,17%.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Bab ini akan membahas antara hasil penelitian dengan teori serta penelitian yang
terkait. Bab ini terdiri dari tiga bagian, yaitu, pembahasan, keterbatasan penelitian,
dan implikasi penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang
berjudul “Gambaran Tugas Perawatan Kesehatan Keluarga Terhadap Efek
Samping Pengobatan TB Paru di Wilayah Puskesmas Pabuaran Tumpeng”.
Sampel dalam penelitian ini diambil dari keluarga yang merawat anggota keluarga
dengan penyakit TB paru di wilayah kerja Puskesmas Pabuaran Tumpeng.
Sistematika pembahasan hasil penelitian ini dibagi menjadi pembahasan;
mengenai keterbatasan penelitian; dan implikasi penelitian.
6.1.1.1. Umur
Distribusi responden berdasarkan umur berdasarkan tabel 5.1, dapat dilihat bahwa
umur minimal responden yaitu 18 tahun dan umur maksimal responden yaitu 65
tahun. Rata-rata umur responden adalah 41.62 tahun dengan standar deviasi 10.91.
Mayoritas responden berumur 40 tahun.
56 Universitas Indonesia
Potter & Perry (2005) menjelaskan tentang perkembangan Erikson. Dalam teori
perkembangan Erikson menerangkan bahwa perkembangan psikososial manusia
sejalan dengan pertambahan usianya. Makin matang usia seseorang diharapkan
perkembangannya juga semakin matang. Terkait dengan penelitian, mayoritas
responden berusia 40 tahun. Usia 40 tahun merupakan tahapan usia yang cukup
matang, yang seharusnya mampu mengenal maupun memutuskan suatu masalah,
termasuk masalah kesehatan, dengan baik.
Swanson dan Nies (1995) mengatakan bahwa faktor usia juga berkontribusi
terhadap kondisi kesehatan dan kematian. Kontribusi usia terhadap kesehatan
dapat ditunjukkan melalui cara individu memberikan perawatan kepada orang
lain, misalnya kepada anggota keluarga yang sedang sakit. Seseorang yang
berusia dewasa, kemungkinan besar akan melakukan perawatan yang lebih baik
kepada anggota keluarganya yang sakit, dibandingkan dengan seorang anak kecil.
Perawatan yang baik akan mengatasi masalah kesehatan yang dialami oleh
anggota keluarga, sehingga keluarganya diharapkan cepat sembuh, dan terhindar
dari kematian.
Universitas Indonesia
Teori yang secara spesifik menyebutkan batasan umur untuk melaksanakan tugas
perawatan kesehatan keluarga belum ada. Yang terpenting adalah keluarga mau
melaksanakannya. Rata-rata umur responden dalam penelitian ini adalah 40 tahun.
Umur 40 tahun tergolong usia dewasa dan masih produktif. Pada tahap usia
dewasa, seseorang sudah mampu berpikir secara matang dan tenang dalam
menghadapi atau memutuskan suatu masalah. Dalam kondisi sehat, seseorang
yang berusia 40 tahun secara fisik juga masih kuat untuk memberikan perawatan
kepada anggota keluarganya yang sakit, serta mampu mendampingi anggota
keluarganya yang sakit ke pelayanan kesehatan.
Universitas Indonesia
Berbagai kegiatan rumah tangga bisa dilakukan oleh wanita, karena dari hasil
penelitian didapatkan jumlah mayoritas responden tidak bekerja, sehingga mereka
memiliki banyak waktu di rumah guna melaksanakan tugas perawatan kesehatan
keluarga bagi anggota keluarganya yang mengalami efek samping TB. Namun,
kemampuan keluarga dalam melakukan perawatan masih kurang baik.
6.1.1.3. Suku
Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden
berasal dari suku Sunda sebanyak, yaitu sebesar 69%. Peneliti berasumsi hal
tersebut disebabkan letak wilayah penelitian, yaitu wilayah kerja Puskesmas
Pabuaran Tumpeng berada di Propinsi Jawa Barat, yang mayoritas suku
penduduknya adalah suku Sunda.
Universitas Indonesia
Etnis adalah aspek kunci dari kebudayaan dan merujuk pada kebiasaan leluhur,
rasa kebersamaan dan identitas kelompok. Latar belakang etnik sangat
mempengaruhi pemikiran, perilaku, perasaan, persepsi, ritual/upacara, dan
selebrasi atau perayaan, diet, nilai, serta kepercayaan dan praktik sehat dan sakit
(Huff dan Kline, 1999 dalam Friedman, Bowden, dan Jones, 2010). Etnis keluarga
berpengaruh terhadap perilaku kesehatan, yang dapat berdampak pada status
kesehatan keluarga (Hanson, Gedaly-Duff, dan Kaakinen, 2005). Namun,
masyarakat wilayah Pabuaran Tumpeng sebagian besar merupakan masyarakat
urban. Pada umumnya, masyarakat di daerah urban tidak terlalu mempertahankan
tradisi asal. Mereka umumnya sudah melakukan asimilasi dengan kebudayaan
dari suku-suku lain dan menganut gaya hidup perkotaan.
Peneliti juga berpendapat bahwa tidak ada batasan teori tertentu yang menyatakan
bahwa suatu suku lebih baik daripada suku lain dalam melaksanakan lima tugas
perawatan kesehatan keluarga. Suku Sunda, suku Jawa, ataupun suku Batak,
sama-sama mempunyai kemampuan atau ketidakmampuan yang sama dalam
pelaksanaan tugas perawatan kesehatan keluarga. Hasil penelitian Pakpahan
(2010) menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku Batak
Toba barada dalam kategori baik (87%) dengan rincian: kemampuan mengenal
masalah baik (96%); mengambil keputusan baik (89%); memberikan perawatan
baik (100%); memodifikasi lingkungan baik (86%); dan memanfaatkan pelayanan
kesehatan baik (95%). Dalam penelitian ini, sebagian besar keluarga berasal dari
suku Sunda, dan keluarga belum melaksanakan tugas perawatan kesehatan dengan
baik dalam mengenal, merawat, serta memodifikasi lingkungan. Jadi, suatu suku
tidak bisa dijadikan tolok ukur mengenai kemampuannya melaksanakan tugas
perawatan kesehatan keluarga.
6.1.1.4. Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pendidikan rendah, yaitu sebesar 79,3%. Penelitian yang hampir serupa,
menggambarkan tingkat pendidikan PMO yaitu responden dengan pendidkan SD
Universitas Indonesia
Pendidikan merupakan salah satu aspek dari status sosial yang sangat berkaitan
pengetahuan dan perilaku kesehatan keluarga (Hanson, Gedally-Duff, &
Kaakinen, 2005; di dalam Friedman, Bowden, dan Jones, 2010). Pendidikan juga
sebagai alat untuk mencapai produktivitas dan kesuksesan (Friedman, Bowden, &
Jones, 2010). Pengetahuan erat kaitannya dengan tugas mengenal masalah
kesehatan dalam keluarga, dan perilaku merawat anggota merawat anggota
keluarga yang mengeluh tidak nyaman akibat efek samping obat TB paru. Tingkat
pendidikan yang memungkinkan individu untuk mengetahui lebih banyak
informasi dan mengetahui cara mengakses informasi dari berbagai media,
termasuk informasi tentang penyakit TB, obat TB, dan cara perawatan anggota
keluarga yang mengalami efek samping selama masa pengobatan TB. Sehingga,
penderita TB menjadi sembuh dan diharapkan mampu produktif kembali serta
mencapai kesuksesan hidup. Hal tersebut dapat dicapai, jika keluarga mereka
berperan baik dalam melaksanakan tugas perawatan kesehatan keluarga.
Universitas Indonesia
6.1.1.5. Pekerjaan
Penelitian ini memberikan gambaran bahwa mayoritas (86,2%) dari 29 responden
tidak bekerja. Pada umumnya mereka adalah ibu rumah tangga.
Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian dengan
Widjanarko, Prabamurti, dan Widyaningsih pada tahun 2006. Hasil penelitian
tentang karakteristik responden terkait pekerjaan, memberikan deskripsi bahwa
72,9% responden bekerja.
Kedua hasil penelitian di atas, meskipun mempunyai hasil yang tidak sama, tetapi
pekerjaan tetap merupakan suatu hal yang penting bagi kehidupan seseorang.
Sebuah teori menjelaskan bahwa status ekonomi berkaitan dengan pendidikan
keluarga, pekerjaan, dan pendapatan keluarga (Friedman, Bowden, & Jones,
2010). Pendidikan dan pekerjaan juga merupakan salah satu aspek dari status
sosial yang sangat berkaitan dengan status karena pendidikan dan pekerjaan
penting untuk membantu pengetahuan dan perilaku kesehatan keluarga (Hanson,
Gedally-Duff, & Kaakinen, 2005; di dalam Friedman, Bowden, dan Jones, 2010).
Pekerjaan menghasilkan imbalan atau jasa. Hasil imbalan atau jasa tersebut
biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan makanan, tempat tinggal, dan
pakaian, dan kebutuhan sekunder lainnya, yang salah satunya berfungsi
mendukung status kesehatan individu.
Di sisi lain, ada keuntungan yang bisa didapatkan akibat status responden
(keluarga) yang tidak bekerja. Keluarga menjadi memiliki banyak waktu luang
untuk merawat anggota keluarganya yang mengalami efek samping obat (ESO)
Universitas Indonesia
selama masa pengobatan TB. Keluarga juga lebih mampu memberikan dukungan
dengan memodifikasi lingkungan fisik maupun psikologis untuk mengurangi atau
menghilangkan keluhan efek samping obat anti tuberkulosa yang dirasakan oleh
anggota keluarganya.
Berdasarkan hasil penelitian, jumlah keluarga yang tidak bekerja sebanyak 86,2%
(25 responden). Keadaan tersebut menyebabkan rendahnya pendapatan keuangan
yang mereka miliki. Sebanyak 96,6% keluarga berpenghasilan di bawah UMR
(upah minimum regional). Pengaruhnya terhadap tugas perawatan kesehatan
keluarga adalah ketidakmampuan mereka dalam memberikan perawatan, seperti
menyediakan makanan yang banyak mengandung protein dan kalori; menyiapkan
makanan yang bervariasi; dll. Kemampuan yang kurang baik dalam merawat
anggota keluarganya, yaitu 55,17%. Waktu yang banyak tersedia karena tidak
bekerja juga kurang dimanfaatkan untuk memodifikasi lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun psikologis. Sebanyak 51,72% keluarga menunjukkan
kemampuan yang kurang baik dalam memodifikasi lingkungan. Semua hal
tersebut kemungkinan disebabkan oleh latar belakang pendidikan mereka yang
rendah. Total keluarga berpendidikan rendah dalam penelitian ini adalah 79,3%.
Tingkat pendidikan yang rendah mempersulit mereka untuk mendapatkan
pekerjaan, meskipun sangat banyak tersedia lapangan kerja berupa perusahaan-
perusahaan swasta di kota Tangerang. Padahal, pekerjaan mempunyai arti penting
guna memperoleh penghasilan, yang bisa meningkatkan status kesehatan
seseorang.
6.1.1.6. Penghasilan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
berpenghasilan rendah atau di bawah UMR (di bawah 2 juta per bulan), yaitu
sebesar 96,6%, sedangkan yang berpenghasilan di atas UMR hanya 3,4%.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
sanitasi yang baik bagi penderita TB. Tempat tinggal yang cukup penerangan
cahaya matahari serta ventilasi bagi sirkulasi udara yang cukup, sangat diperlukan
penderita TB yang mengalami pusing karena efek samping obat anti tuberkulosa.
Jumlah oksigen yang cukup ke dalam sirkulasi otak, membantu mengurangi rasa
pusing yang dialami penderita TB. Selain itu, lingkungan rumah yang nyaman dan
tenang juga dapat mengurangi rasa pusing. Namun, keluarga tidak dapat
menyediakan lingkungan yang mendukung kesehatan, akibat penghasilan yang
rendah. Keluarga umumnya tinggal di rumah-rumah kontrakan yang sempit,
dengan jumlah penghuni yang melebihi kapasitas rumah.
Universitas Indonesia
Kedua hasil penelitian di atas membahas topik berbeda, yaitu efek samping obat
TB dan kejadian ISPA, tetapi keduanya mempunyai kemiripan. Keduanya
membahas tentang kemampuan keluarga dalam mengenal suatu masalah
kesehatan. Kemampuan mengenal masalah ISPA oleh keluarga sangat penting
untuk mencegah kejadian ISPA pada balita. Kemampuan mengenal adanya efek
samping obat TB juga penting, guna mengetahui cara meminimalkan
ketidaknyamanan akibat efek samping obat tersebut, melalui tugas-tugas keluarga
selanjutnya, setelah mengenal masalah. Hal itu sejalan dengan teori Baylon dan
Maglaya (1998) di dalam Efendi dan Makhfudli (2009) menerangkan bahwa
kesehatan merupakan sesuatu yang penting. Oleh karena itu, keluarga tidak boleh
mengabaikan masalah kesehatan anggota keluarganya. Tugas perawatan keluarga
dalam mengenal efek samping obat anti tuberkulosa (OAT) adalah kemampuan
keluarga dalam mengenal masalah kesehatannya, meliputi pengertian efek
samping obat; macam-macam efek samping obat anti tuberkulosa (OAT), dan
persepsi keluarga tentang masalah yang terjadi pada anggota keluarganya.
Kurangnya kemampuan keluarga dalam mengenal efek samping obat TB, yang
muncul selama masa pengobatan, sangat mengkhawatirkan, karena lamanya
pengobatan TB ditambah adanya efek samping obat bisa mengakibatkan penderita
putus minum obat, atau dikenal dengan istilah DO (drop out). Penelitian
Syaumaryadi (2001) menyimpulkan bahwa ada hubungan keluhan efek samping
OAT dengan ketidakpatuhan berobat penderita TB paru di kota Palembang, yaitu
penderita TB paru yang mengalami keluhan efek samping OAT 3 kali lebih
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Baylon dan Maglaya (1998) dalam Efendi dan Makhfudli (2009) menjelaskan
bahwa keluarga harus mengetahui beberapa hal ketika merawat anggota
keluarganya yang sakit. Beberapa hal yang harus diketahui oleh keluarga antara
lain: jenis efek samping obat TB yang dialami penderita TB, perawatan yang
dibutuhkan oleh penderita TB guna meminimalkan efek samping obat, sumber-
sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab,
sumber keuangan / finansial, fasilitas fisik, psikososial); sikap keluarga terhadap
yang sakit. Kesehatan keluarga juga dapat tergambar dari kemampuan keluarga
memberikan bantuan kepada anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri dan kemampuan keluarga memenuhi fungsi keluarga serta
mencapai tugas perkembangan yang sesuai bagi keluarganya (Friedman, Bowden,
dan Jones, 2010).
Universitas Indonesia
yang tidak mempunyai PMO sewaktu minum obat, mempunyai risiko tidak teratur
minum obat 2,68 kali lebih dibandingkan dengan mereka yang mempunyai PMO.
Perawatan lain yang dibutuhkan oleh penderita TB adalah pemenuhan nutrisi yang
adekuat guna membantu proses penyembuhan penyakit. Namun, hal itu sering
sulit untuk dipenuhi karena pada umumnya penderita merasakan efek samping
obat TB berupa mual dan anoreksia. Kalsum, Sartono, & Caesary (2012) dalam
penelitiannya menyatakan cara penanganan efek samping obat berupa anoreksia
adalah melakukan perbaikan gisi melalui pemberian nutrisi untuk menghilangkan
dampak psikis dan depresi serta edukasi mengenai pengaturan diit, aktivitas fisik,
dan istirahat yang cukup.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
memperumit masalah kesehatan, yang terdiri dari: kondisi tempat tinggal yang
padat dan sanitasi yang buruk, yang memudahkan penularan penyakit (misalnya
tuberkulosis).
Universitas Indonesia
Persepsi keluarga terhadap sehat atau sakit erat kaitannya dengan perilaku
mencari pengobatan. Respon keluarga apabila anggota keluarga mengalami
gangguan kesehatan, termasuk adanya gangguan kesehatan akibat efek samping
OAT, adalah bervariasi. Ada keluarga yang membiarkan saja karena mereka
menganggap tidak mengganggu, dan ada yang melakukan pengobatan sendiri,
seperti mencari fasilitas kesehatan tradisional, mencari pengobatan di warung
obat, mencari fasilitas di pelayanan kesehatan modern yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau lembaga swasta, seperti balai pengobatan, Puskesmas, Rumah
Sakit, sampai mencari pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter
praktik (Notoatmodjo, 2003).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Petugas kesehatan harus lebih aktif dalam melaksanakan pengkajian terkait efek
samping obat TB kepada setiap penderita yang melakukan kunjungan ulang ke
poli TB. Pengkajian ini sebagai dasar melakukan edukasi kepada penderita dan
keluarganya. Di samping itu, petugas kesehatan harus selalu menjalin hubungan
atau kerja sama yang baik dengan keluarga penderita, agar keluarga dapat
melaksanakan perannya dalam melaksanakan lima tugas perawatan kesehatan
terhadap penderita yang mengalami efek samping obat TB. Petugas kesehatan
juga perlu melakukan kunjungan rumah kepada keluarga penderita TB guna
memantau pelaksanaan tugas perawatan kesehatan keluarga.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
7.1. KESIMPULAN
Tugas keluarga dalam mengenal masalah (efek samping obat TB) lebih dari
sebagian adalah kurang baik; tugas keluarga dalam mengambil keputusan yang
tepat sebagian besar baik; tugas keluarga dalam merawat anggota keluarganya
yang mengalami efek samping obat TB lebih dari sebagian kurang baik; tugas
keluarga dalam memodifikasi lingkungan lebih dari sebagian kurang baik; dan
tugas keluarga dalam memanfaatkan pelayanan Puskesmas sebagian besar baik.
7.2. SARAN
76 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
7.2.3.1. Keluarga perlu mengetahui tentang efek samping obat TB, meliputi:
macam-macam efek samping yang bisa terjadi dalam masa pengobatan penderita
TB.
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Dahlan, M.S. (2009). Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam
penelitian kedokteran dan kesehatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Dahlan, M.S. (2012). Evidence based medicine, seri 3 Edisi2 cetakan 2: Langkah-
langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan.
Jakarta: Sagung Seto
Universitas Indonesia
Ferry, E., Mahfudli. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan praktik
dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Friedman, M.M. (1998). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori, dan
praktik, Edisi 3. (Alih bahasa: Ina Debora & Yaakim Asya). Jakarta: EGC
Friedman, M.M., Bowden, V.R., Jones, E.G. (2010). Buku ajar keperawatan
keluarga: Riset,teori, dan praktik. Jakarta: EGC
Hanson, S.M.H., Gedaly-Duff, V., & Kaakinen, J.R. (2005). Family health care
nursing: Theory, practice, and research. Philadelphia: Davis Company
Hidayat, A.A.A. (2003). Riset keperawatan & teknik penulisan ilmiah. Jakarta:
Salemba Medika
Universitas Indonesia
Kalsum, U., Sartono, T.R., Caesary, A.G. (2012). Efek samping obat pada pasien
mdr (multi drug resistant) tb di rsud dr saiful anwar malang. Surabaya: FK-
Universitas Brawijaya (dipublikasikan)
Masadad, A., Rahajeng, E., Syafei, L., dan Notoatmodjo. (1997). Perilaku
pencarian pelayanan kesehatan masyarakat kampung naga kabupaten
tasikmalaya. Media Litbangkes, Vol VII No. 03 dan 04/ 1997
Pakpahan, E.M. (2010). Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga suku batak toba di
kelurahan kenangan kecamatan pencut sei tuan. Sumatera Utara: Fakultas
Keperawatan-USU (dipublikasikan)
Potter, P.A., & Perry, A.G. (2006). Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep,
proses, dan praktik. Edisi 4. (Komalasari, R., et al. Penerjemah). Jakarta:
EGC
Rian, S. (2010). Pengaruh efek samping obat anti tuberkulosis terhadap default di
rs islam pondok kopi jakarta timur periode januari 2008 – mei 2010.
Depok: FKM-UI (dipublikasikan)
Universitas Indonesia
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2004). Community and public health nursing. St.
Louiss Missouri: Mosby
Swanson, J.M. & Nies, M.A. (1995). Community health nursing: Promoting the
health of aggregates. Philadelphia: W.B. Saunder Company
Universitas Indonesia
Wong, et al. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik, Ed. 6, Vol. 1. Jakarta: EGC
Universitas Indonesia
PENJELASAN PENELITIAN
NPM : 1106130255
Keputusan anda untuk ikut sebagai partisipan penelitian maupun tidak ikut
sebagai partisipan penelitian tidak akan berdampak buruk pada Anda. Anda
berhak mengundurkan diri sebagai partisipan kapan saja, jika anda tidak berkenan.
Anda akan mengisi lembar kuesioner yang berisi tentang: 6 pertanyaan tentang
data demografi ( umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan);
serta 32 pertanyaan tentang tugas keluarga. Waktu dibutuhkan untuk mengisi
kuesioner tersebut kurang lebih selama 60 menit. Anda harus mengisi / menjawab
semua pertanyaan yang ada dengan sejujur-jujurnya. Peneliti menjamin
kerahasiaan data serta jawaban Anda. Jawaban maupun data yang Anda berikan
tidak akan berdampak buruk bagi Anda maupun keluarga Anda.
Peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan anda menjadi responden kami.
Anda bisa menghubungi atau SMS saya melalui hand phone ke nomor:
087886434582 atau 02190549774 jika ada pertanyaan terkait kuesioner yang
tidak Anda pahami. Penelitian ini atas sepengetahuan dan ijin dari Kepala
Puskesmas Pabuaran Tumpeng.
NPM : 1106130255
Saya mengerti bahwa identitas maupun jawaban dari saya akan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti. Kuesioner hanya mencantumkan kode, tanpa
mencantumkan identitas responden. Semua berkas responden hanya dipergunakan
untuk kegiatan pengolahan data, dan data akan dimusnahkan apabila kegiatan
pengolahan data tersebut telah selesai.
Saksi Responden
(....................................) (.....................................)
KUESIONER PENELITIAN
3 Batak
2 SMP
3 SMA
4 D3 / Perguruan tinggi
Out Line
Gambaran Tugas Perawatan Kesehatan
Latar Keterbatasan Implikasi
Keluarga Terhadap Efek Samping Pengobatan Belakang Penelitian Penelitian
TB Paru Di Wilayah Puskesmas Pabuaran
Tumpeng Rumusan Hasil dan
Kesimpulan
Masalah Pembahasan
Tujuan Metodologi
Disusun oleh: Penelitian Penelitian
Wahyu Hidayati
NPM: 1106130255 Manfaat Kerangka
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Penelitian Konsep
Skema kerangka konsep penelitian: Metodologi penelitian ini dapat dilihat melalui diagram berikut:
Jenis : penelitian kuantitatif, Waktu : Januari – Mei 2013
Input Proses dengan desain deskriptif univariat Tempat : Puskesmas Pabuaran
Out put Metode : survey Tumpeng
Umur
Jenis Kelamin Menentukan populasi (klg penderita TB dr bln Sept ‘12- 21 Feb ‘13) → menentukan sampel
Suku Tugas Perawatan Kesehatan → jumlah 29 sampel, dgn teknik total sampling, & sesuai kriteria inklusi
Baik
Pendidikan Keluarga:
Kurang baik
Pekerjaan Mengenal efek samping
Penghasilan OAT Menyusun instrumen penelitian Pengujian instrumen penelitian
Memutuskan tindakan
Merawat anggota keluarga Realible & Valid Penyebaran kuesioner
Memodifikasi lingkungan
Menggunakan fasilitas
kesehatan (Puskesmas)
Pengolahan & Analisa data Cara Pengisian benar & memenuhi jumlah
sampel
SMA
SD
20,7%
41,4%
SMP
37,9%
Implikasi Penelitian
• Dahlan, M.S. (2012). Evidence based medicine, seri 3 Edisi2 cetakan 2: Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan • Hastono, S.P., (2007). Analisis data kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Tidak dipublikasikan
kesehatan. Jakarta: Sagung Seto
• Hidayat, A.A.A. (2003). Riset keperawatan & teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika
• Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya. Pirazinamid. Oktober, 10, 2012. diunduh dari http://dinkes.tasikmalayakota.go.id
• Kalsum, U., Sartono, T.R., Caesary, A.G. (2012). Efek samping obat pada pasien mdr (multi drug resistant) tb di rsud dr saiful anwar
• Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. (2009). Modul pelatihan nasional penanggulangan tuberkulosis bagi malang. Surabaya: FK-Universitas Brawijaya (dipublikasikan)
petugas TB di sarana pelayanan kesehatan. Jakarta
• Effendi, N. (1998). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, Edisi 2. Jakarta: EGC • Kartika. (2009). Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan default penderita tuberculosis paru di rsud budi asih jakarta tahun
2008. Depok: FK-UI (dipublikasikan)
Daftar Pustaka
• Sukana, B., et al. (2000). Penelitian pengobatan penderita tb paru dengan memberdayakan keluarga di kabupaten
tanggerang. Jakarta: Puslitbang Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes
• Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga: Aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC
• Swanson, J.M. & Nies, M.A. (1995). Community health nursing: Promoting the health of aggregates. Philadelphia:
W.B. Saunder Company
• Syaumaryadi. (2001). Hubungan keluhan efek samping obat anti tuberkulosa dengan ketidakpatuhan berobat
penderita tb paru di kota palembang propinsi sumatera selatan tahun 1999-2000. Depok: FKM-UI The End
(dipublikasikan)
• Widjanarko, B., Prabamurti, P.N., Widyaningsih, N. (2006). Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi praktik
pengawas menelan obat (PMO) dalam pengawasan penderita tuberkulosis paru di kota semarang. Jurnal Promosi
&
Kesehatan Indonesia, Vol 1/No 1/Januari, 2006. ejournal.undip.ac.id/index.php/jkpi/article/download/2811/2497
Thank You
• Wong, et al. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik, Ed. 6, Vol. 1. Jakarta: EGC