Anda di halaman 1dari 26

RUMAH SAKIT ISLAM GONDANGLEGI

PANDUAN PELAYANAN PASIEN


DENGAN PENYAKIT MENULAR DAN
IMMUNOSUPPRESSED/
IMMUNOCOMPROMISED

TAHUN 2018

i
ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah, SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kami, sehingga kami dapat menyusun Panduan
Pelayanan Pasien dengan Penyakit Menular dan Immunosuppressed/ Immunocompromised. Buku
panduan ini kami harapkan dapat menjadi acuan dalam melaksanakan kegiatan pelayanan pasien
dengan penyakit menular dan immunosuppressed di Rumah Sakit Islam Gondanglegi.
Dengan disusunnya panduan ini kami harapkan dapat berperan dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Bilamana dalam penyusunan buku ini terdapat kekurangan dan kesalahan,
kami mohon maaf dan akan kami perbaiki pada edisi berikutnya.

Mengetahui, Gondanglegi, 26 Maret 2018


Direktur RSI Gondanglegi Penyusun

dr. Rani Kurnia


dr. Husnul Muttaqin

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Lampiran SK ii
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
BAB I DEFINISI 1
BAB II RUANG LINGKUP 2
BAB III TATA LAKSANA 4
BAB IV DOKUMENTASI 21

iv
BAB I
DEFINISI

1. Penyakit menular atau infeksius adalah penyakit infeksi tertentu yang dapat berpindah dari satu
orang ke orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Penyakit Infeksi adalah merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
( organisme ) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik.
3. Immunosuppressed / Immunocompromised (imunitas rendah) adalah kondisi abnormal dimana
kemampuan seseorang untuk melawan infeksi menurun. Hal ini dapat disebabkan oleh proses
penyakit, obat obatan tertentu atau kondisi yang didapat sejak lahir. Pasien dengan keadaan
immunocompromised menderita defisiensi imun dan merupakan sasaran utama berbagai
penyakit infeksi yang disebabkan bakteri, jamur, virus, atau HAIs.
Penderita immunocompromisised :
a. HIV - AIDS
b. Pasien pasca kemoterapi dan radiasi
c. Diabetes melitus
d. Pemakaian streroid jangka panjang dan imunosupresif agent

1
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Semua pasien dengan penyakit menular dan Immunosuppressed / Immunocompromised.


2. Semua pasien yang dirawat inap dengan penyakit menular dan imunosupresif yang dianggap
berbahaya untuk pasien dan keluarga.
3. Semua petugas rumah sakit yang berhubungan dengan pasien dengan penyakit menular dan
imunosupresif.
Panduan ini sebagai acuan bagi seluruh petugas Rumah Sakit Emanuel dalam melaksanakan
perawatan pada pasien dengan gangguan immunocompromise. Berbagai kondisi yang menimbulkan
defisiensi imun :
1. Neutropenia adalah penurunan jumlah neutrofil secara bermakna dan masa neutropenia cukup
lama maka terjadinya infeksi akan meningkat secara nyata misal ; pada tumor padat, pasien
leukemi, agranulositosis.
2. Kerusakan pada imunitas seluler dan humoral
Gangguan dan perubahan pada system imunitas seluler mis : Iradiasi, sitostatik, dan
kortikosteroid sedangkan imunitas humoral dalam keadaan normal terjadi opsonisasi bakteri
dan membuat antibody bakterisid akan terganggu apabila organ pembentuknya mengalami
kerusakan misalnya splenektomi.
3. Perubahan pada sawar fisik
Gangguan pada sawar fisik seperti kulit, saluran cerna, saluran kemih, mukosa saluran napas
selama kemoterapi ataupun tindakan invasive akan merupakan tempat masuknya
mikroorganisme ke dalam tubuh. Hal lain yang dapat merusak sawar pelindung ialah kateter
intravena atau kateter saluran kemih, alat intubasi, tempat bekas suntikan, aspirasi sumsum
tulang, ekstravasasi atau operasi.
4. Status nutrisi/gizi
Gizi yang baik penting untuk mempertahankan system imunitas seluler, karena telah diketahui
bahwa gizi buruk menyebabkan penurunan fungsi limfosit dan fagositosis seperti halnya
kesembuhan sawar kulit dan mukosa.
5. Obstruksi
Obstruksi pada saluran napas akan meningkatkan resiko infeksi oleh bakteri anaerob, demikian
pula obstruksi pada saluran kemih akan meningkatkan resiko infeksi oleh bakteri tertentu.

2
6. Disfungsi susunan saraf pusat
Gangguan susunan saraf pusat yang disebabkan tumor primer otak ataupun oleh metastasis
mengakibatkan gangguan pada mekanisme protektif missal hilangnya reflek muntah dapat
menyebabkan pneumoni aspirasi atau gangguan miksi dapat menyebabkan timbulnya infeksi
saluran kemih.
7. Perubahan flora bakteri
Sebagian besar kejadian infeksi disebabkan oleh bakteri yang terdapat dalam tubuh pasien
sendiri. Oleh karena itu kolonisasi bakteri yang ada dalam saluran nafas ataupun saluran cerna
perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal ini juga bergantung kepada keadaan neutropenia.
Dua factor yang menentukan kolonisasi bakteri ialah penggunaan antibiotik yang ekstensif dan
jenis bakteri atau jamur yang ada di ruang rawat tentu seperti unit perawatan intensif atau
bangsal onkologi. Penggunaan antibiotic spectrum luas dapat mengubah flora anaerob dalam
usus dan menyebabkan meningkatnya kepekaan terhadap mikroorganisme yang lebih virulen.
8. Luka bakar sedang sampai berat
9. Steven Johnson Sindrom (SJS)
SJS adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh alergi atau infeksi.
10. Berbagai jenis kanker
11. HIV/AIDS
AIDS ( Acguired Immune Defiency Syndrom) adalah penyakit akibat menurunnya daya tahan
tubuh yang didapat karena terinfeksi HIV ( Human Imunodefisiency Virus ).Virus HIV menyerang
sel darah putih (Sel CD4) sehingga meningkatkan rusaknya sistem kekebalan tubuh atau sistem
imun. Hilangnya atau berkurangnya daya tahan tubuh atau sistem imun tubuh membuat si
penderita mudah sekali terjangkit berbagai penyakit termasuk penyakit ringan sekalipun atau
dikenal dengan infeksi oportunistik. Virus ini juga merusak otak dan sistem saraf.
12. Lupus Eritematosus
Lupus merupakan penyakit yang terkait dengan kekebalan tubuh manusia. Penyakit ini juga
dikenal sebagai auto imun.

3
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 TATA LAKSANA PERAWATAN PASIEN DI RUANG ISOLASI


A. Semua pasien rawat inap, rawat jalan dan IGD diskrining untuk resiko pasien dengan penyakit
menular.
B. Apabila di identifikasi pasien dengan penyakit menular tempatkan pasien pada ruang
perawatan isolasi atau ditempatkan dengan kasus yang sama sesuai dengan penyakit dan
resiko penularannya.
C. Syarat Kamar Isolasi :
1. Lingkungan harus tenang dan bersih
2. Sirkulasi udara harus baik
3. Penerangan harus cukup baik
4. Bentuk ruangan sedemikian rupa sehingga memudahkan untuk observasi pasien dan
pembersihannya
5. Tersedia ruang antara
6. Tersedia WC dan kamar mandi untuk petugas dan pasien
7. Ruang dekontaminasi
8. Tempatsampah tertutup
9. Bebas dari serangga
10.Tempat alat tenun kotor tertutup
11.Urinal dan pispot untuk pasien harus dicuci memakai desinfektan.
D. Syarat Petugas Yang Bekerja di Kamar Isolasi :
1. Harus sehat
2. Mengetahui prinsip aseptic/antiseptic
3. Pakaian rapi dan bersih
4. Tidak memakai perhiasan
5. Kuku harus pendek
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah masuk kamar isolasi
7. Memakai Alat Pelindung Diri lengkap ketika masuk kamar isolasi
8. Lepas Alat Pelindung diri ketika keluar dari kamar isolasi
9. Berbicara seperlunya
10.Batasi jumlah petugas di lingkungan pasien seminimal mungkin.

4
E. Syarat Alat-Alat di Kamar Isolasi :
1. Alat-alat yang dibutuhkan cukup tersedia
2. Selalu dalam keadaan steril
3. Dari bahan yang mudah dibersihkan
4. Alatsuntikbekasdibuangpada safety box
5. Alattenunbekasdimasukandalamtempattertutup.

F. Syarat-syarat Ruang Isolasi


1) Pencahayaan

Menurut Kepmenkes 1204/MENKES/SK/X/2004, intensitas cahaya untuk ruang isolasi


adalah 0,1 ± 0,5 lux dengan warna cahaya biru. Selain itu ruang isolasi harus mendapat
paparan matahari yang cukup.
2) Pengaturan sirkulasi udara

Pengaturan sirkulasi udara ruang isolasi pada dasarnya menggunakan prinsip tekanan yaitu
tekanan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.

Berdasarkan tekanannya ruang isolasi dibedakan atas :


a) Ruang Isolasi Bertekanan Negatif
Pada ruang isolasi bertekanan negatif udara di dalam ruang isolasi rendah dibandingkan
udara luar. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara yang keluar dari ruangan isolasi
sehingga udara luar tidak terkontaminasi oleh udara dari ruang isolasi. Ruang isolasi
bertekanan negatif ini digunakan untuk penyakit-penyakit menular khususnya yang
menular melalui udara sehingga kuman-kuman penyakit tidak akan mengkontaminasi
udara luar. Untuk metode pembuangan udara atau sirkulasi udara digunakan sistem
sterilisasi dengan HEPA Filter.
b) Ruang Isolasi Bertekanan Positif
Pada ruang isolasi bertekanan positif udara di dalam ruang isolasi lebih tinggi
dibandingkan udara luar sehingga menyebabkan terjadi perpindahan udra dari dalam ke
luar ruangan isolasi. Hal ini mengakibatkan tidak akan ada udara luar yang masuk ke
ruangan isolasi sehingga udara ruang isolasi tidak terkontaminasi oleh udara luar. Untuk
memperoleh udara di ruang isolasi sehingga menghasilkan tekanan positif di runag
isolasi digunakan udara luar yang sebelumnya telah disterilisasi terlebih dahulu.
G. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang penempatan pasien diruang isolasi dan
alasan penempatan dalam ruangan tersebut.

5
H. Pasien agar selalu mematuhi peraturan kebersihan pernapasan dan etika batuk dengan
memakai tisu/masker bedah dan membersihkan tangan, bila pasien berkenan, selalu gunakan
masker bedah.
I. Asuhan pasien dilakukan oleh tenaga yang kompeten dan terampil.
J. Asuhan pasien dicatat dalam rekam medispasien.

3.2 TATA LAKSANA PENANGANAN PASIEN IMMUNOSUPPRESSED/ IMMUNOCOMPROMISED


1. Penanganan pasien immunocompromised lakukan kewaspadaan standar sesuai prosedur.
2. Perawat menyiapkan kamar serta alat pelindung diri (APD) : sarung tangan, masker bedah,
gogles dan apron (jika diperlukan).
3. Petugas kesehatan melakukan kebersihan tangan 5 moment 6 langkah dengan tepat.
4. Menempatkan pasien pada ruang tersendiri/kohorting dengan kasus yang sama.
5. Memberi tahu pasien dan keluarga untuk menjaga pintu tetap tertutup dan pasien tetap
dalam ruangan. Untuk menghindari kontaminasi dari udara di luar kamar.
6. Perawat memberikan edukasi pada pasien dan keluarga tentang etika batuk, menjaga
kebersihan tangan, tentang penyakitnya dan cara penularannya.
7. Perawat memberi edukasi supaya pasien menggunakan masker bedah selama ada orang lain
(pengunjung / penunggu / petugas) di dalam ruangan.
8. Membatasi perpindahan dan transport pasien keluar ruangan, serta dilakukan sesuai prosedur
transportasi pasien keluar dari ruang kohort. Pasien immunocompromised yang akan keluar
ruangan harus mengenakan masker bedah.
9. Perawat memberikan edukasi pada pasien dan keluarga untuk membatasi kontak / sentuhan
dengan pasien.
10. Membatasi jumlah petugas saat melakukan tindakan.
11. Petugas memasuki ruangan sesuai prosedur dan mengenakan masker bedah, bila perlu
mengenakan apron.
12. Petugas melakukan tindakan sesuai prosedur dan tetap memperhatikan prinsip
kewaspadaan perlindungan untuk pasien.
13. Setelah selesai petugas berpamitan kepada pasien, melepas APD dan mencuci tangan sesuai
prosedur sebelum meninggalkan ruangan.
14. Pengunjung yang mempunyai gejala penyakit menular dan anak < 12 tahun tidak diizinkan
berkunjung. Maksimal pengunjung 2 orang.
15. Pasien anak-anak immunocompromised.
a. Diusahakan semaksimal mungkin pasien anak berada di dalam kamar.
b. Air minum harus diperhatikan kebersihannya.
16. Pembersihan ruang perawatan dan perabotan harus menggunakan teknik yang tidak
menimbulkan aerosolisasi.
17. Petugas kesehatan yang mengalami infeksi akut dibatasi dalam bekerja agar tidak
menularkan kepada pasien.
18. Batasi tindakan invansif kepada pasien (misalnya kateter urin, kateter intravena).

6
3.4 TATA LAKSANA PENGATURAN RUANG PERAWATAN PASIEN TB

1) Ruang pemeriksaan dan perawatan pasien TB paru harus mempunyai ventilasi alami
maupun ventilasi mekanik, serta memiliki jendela yang memungkinkan sinar matahari dapat
masuk.
2) Ventilasi Alami
a) Pintu dan jendela harus selalu terbuka
b) Dapat menggunakan kipas angin untuk aliran udara
3) Petugas kesehatan harus duduk dekat dengan sumber udara bersih.

3.5 TATA LAKSANA PENANGANAN PASIEN CURIGA HIV/AIDS


a. Prinsip umum perawatan di ruangan
1) Pasien secara umum tidak diperlukan ruang isolasi, kecuali untuk kondisi :
a) Pasien tidak/kurang kooperatif
b) Ada gejala-gejala :
(1) Batuk kronis
(2) Diare berat dan berkepanjangan
(3) Penyakit oportunistik lainnya
(4) Perdarahan
(5) Nutropenia berat
2) Petugas kesehatan (dokter dan perawat) perlu menggunakan pakaian dan perlengkapan
pelindung diri :
a) Masker
b) Baju pelindung dari plastik (skort plastik)
c) Sarung tangan rangkap dua
3) Sarung tangan yang telah dipergunakan dibuang di sampah infeksius
4) Apabila terjadi luka tusuk karena jarum suntik yang telah dipakai pasien curiga HIV,
maka petugas harus segera melapor kepada Tim HIV/AIDS untuk dilakukan penanganan
pajanan sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
5) Jarum suntik dan benda tajam lainnya dimasukkan ke dalam kotak khusus (sefty box)
yang ditempatkan di ruang perawatan pasien, kotak tersebut diberi tanda
b. Perawatan Ibu Hamil

Untuk ibu hamil diskrining terlebih dahulu, apabila hasilnya positif HIV/AIDS maka pasien
dirujuk.

3.6 Kewaspadaan Standar.


1. Kebersihan Tangan
a. Hindari menyentuh permukaan disekitar pasien agar tangan terhindar dari kontaminasi
patogen dari dan ke permukaan.
b. Bila tangan tampak kotor, mengandung bahan berprotein, cairan tubuh, cuci tangan
dengan sabun antiseptik dan dengan air mengalir.

7
c. Cuci tangan sesuai indikasi cuci tangan :
1) Sebelum kontak dengan pasien
2) Sebelum melakukan tindakan aseptik
3) Setelah terkena cairan tubuh pasien
4) Setelah kontak dengan pasien
5) Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
d. Jika tangan terlihat bersih dekontaminasi dengan “alcohol based hand rub/gel”.
e. Edukasi kepada pasien, keluarga dan pengunjung pasien
f. Pastikan fasililitas tersedia.
2. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
a. APD terdiri dari : Sarung tangan, apron/gowns, pelindung mata, hidung, mulut,
pelindung kaki.
b. Petugas Kesehatan harus dapat mengkaji penggunaan APD pada saat melakukan
prosedur tindakan : Prosedur biasa, Resiko terpapar darah/cairan tubuh, Resiko
terkontaminasi.
c. Pakai bila mungkin terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dan bahan
terkontaminasi, mukus membran dan kulit yang tidak utuh, kulit utuh yang potensial
terkontaminasi
d. Gunakan sarung tangan sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan. Pakai sarung tangan
sekali pakai untuk merawat pasien. Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai,
sebelum menyentuh benda dan permukaan yang tidak terkontaminasi, sebelum beralih
ke pasien lain
e. Jangan memakai sarung tangan 1 pasang untuk merawat pasien yang berbeda. Gantilah
sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh terkontaminasi ke area bersih
f. Cuci tangan setelah melepas sarung tangan
g. Masker bedah dapat digunakan secara umum untuk petugas rumah sakit untuk
mencegah transmisi melalui partikel besar dari droplet saat kontak erat (<3 meter) dari
pasien saat batuk / bersin.
h. Gunakan masker selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun pada pasien
tidak diduga infeksi
i. Kenakan gaun pelindung (bersih, tidak steril) untuk melindungi kulit, mencegah baju
menjadi kotor, kulit terkontaminasi selama prosedur / merawat pasien yang
memungkinkan terjadinya percikan cairan tubuh pasien

8
j. Pilihlah gaun pelindung yang sesuai antara bahan gaun dan tindakan yang akan
dilakukan
k. Lepaskan gaun segera dan cucilah tangan untuk mencegah transmisi mikroba ke pasien
lain atau ke lingkungan
l. Kenakan saat merawat pasien infeksi yang secara epidemiologik penting, lepaskan saat
akan keluar ruang pasien
m. Jangan menggunakan gaun pakai ulang walaupun untuk pasien yang sama
3. Peralatan Perawatan Pasien
a. Buat aturan atau prosedur untuk menampung, transportasi peralatan yang mungkin
terkontaminasi darah atau cairan tubuh.
b. Lepaskan bahan organic dari peralatan kritikal, semi kritikal dengan bahan pembersih
sesuai dengan sebelum di sterilisasi.
c. Tangani peralatan pasien yang terkena darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi dengan
benar sehingga kulit dan mucus membrane terlindungi, cegah baju terkontaminasi,
cegah transfer mikroba ke pasien lain dan lingkungan.
d. Pastikan peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius telah dibersihkan dan tidak
di pakai untuk pasien lain.
e. Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dihancurkan melalui cara yang benar dan
peralatan pakai ulang dip roses dengan benar.
f. Peralatan nonkritikal terkontaminasi didisinfektan setelah dipakai. Peralatan semikritikal
dan kritikal didisinfektan dan disterilisasi.
g. Peralatan makan pasien dibersihkan dengan air panas dan detergen.
h. Bila tidak tampak kotor , lap permukaan peralatan yang besar (USG, X-Ray) setelah
keluar ruangan isolasi.
i. Bersihkan dan disinfeksi yang benar peralatan terapi pernafasan terutama setelah
dipakai pasien infeksi saluran pernafasan
4. Pengendalian Lingkungan
a. Pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
merupakan salah satu aspek dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya.
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat diminimalkan dengan
melakukan pembersihan lingkungan, disinfeksi permukaan yang terkontaminasi dengan
darah atau cairan tubuh pasien, melakukan pemeliharaan peralatan medik dengan
tepat, mempertahankan mutu air bersih, mempertahankan ventilasi udara yang baik.

9
c. Tujuan pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
adalah untuk menciptakan lingkungan yang bersih aman dan nyaman sehingga dapat
meminumalkan atau mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme dari lingkungan
kepada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat di sekitar rumah sakit dan fasilitas
kesehatan sehingga infeksi nosokomial dan kecelakaan kerja dapat dicegah.
5. Pemrosesan Peralatan Pasien dan Penatalaksanaan Linen
a. Pengelolaan alat – alat bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat
kesehatan, atau menjamin alat tersebut dalam kondisi steril dan siap pakai. Semua alat,
bahan dan obat yang akan dimasukkan ke dalam jaringan dibawah kulit harus dalam
keadaaan steril. Proses penatalaksanaan peralatan dilakukan melalui 4 tahap yaitu :
1) dekontaminasi ;
2) pencucian ;
3) sterilisasi atau DTT ;
4) penyimpanan.
Menangani linen yang sudah digunakan harus dengan hati – hati dan menggunakan APD
yang sesuai serta membersihkan tangan secara teratur.
b. Prinsip umum :
1) Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke dalam kantong atau wadah
yang tidak rusak saat diangkut
2) Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah digunakan.
c. Linen :
1) Semua bahan padat pada linen yang kotor harus dihilangkan dan dibilas dengan air.
Linen kotor tersebut kemudian langsung dimasukkan ke dalam kantong linen di
kamar pasien
2) Hilangkan bahan padat (feses) dari linen yang sangat kotor (menggunakan APD yang
sesuai) dan buang limbah padat tersebut ke dalam toilet sebelum linen dimasukkan
ke kantong cucian
3) Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati – hati untuk mencegah
kontaminasi permukaan lingkungan atau orang – orang disekitarnya.
4) Jangan memilah linen ditempat peraawatan pasien. Masukkan linen yang
terkontaminasi langsung ke kantong cucian di ruang isolasi dengan memanipulasi
minimal atau mengibas – ibaskan untuk menghindari kontaminasi udara dan orang
5) Linen yang sudah digunakan kemudian harus dicuci sesuai prosedur pencucian biasa

10
6) Cuci dan keringkan linen sesaui dengan standart dan prosedur tetap fasilitas
pelayanan kesehatan
7) Angkut linen dengan hati – hati
8) Angkut linen kotor dalam wadah / kantong tertutup
9) Transportasi / trolley linen bersih dan linen kotor harus dibedakan, bila perlu diberi
warna yang berbeda.
6. Kesehatan Karyawan / Perlindungan Petugas Kesehatan
a. Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan tubuh
1) Pada mata : bilas dengan air mengalir (15 menit)
2) Pada kulit : bilas dengan air mengalir (1 menit)
3) Pada mulut : segera kumur – kumur (1 menit)
4) Lapor ke Komite PPI, Panitia K3RS  rekomendasi ke dokter IGD
b. Program kesehatan pada petugas kesehatan
Program kesehatan pada petugas kesehatan merupakan program sebagai strategi
preventif terhadap infeksi yang dapat ditransmisikan dalam kegiatan pelayanan
kesehatan, antara lain :
1) Monitoring dan support kesehatan petugas
2) Vaksinasi bila dibutuhkan
3) Membantu mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut dari manusia
4) Terapi follow up epi/pandemic infeksi saluran napas akut pada petugas
5) Rencanakan petugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran risiko bila terkena
infeksi
6) Upayakan support psikososial
c. Tujuan :
1) Menjamin keselamatan petugas di lingkungan rumah sakit
2) Memelihara kesehatan petugas kesehatan
3) Mencegah ketidakhadiran petugas, ketidakmampuan petugas bekerja, kemungkinan
midekolegal dan KLB
d. Unsur yang dibutuhkan : Petugas yang berdedikasi, SOP yang jelas dan terisolasi,
Administrasi yang menunjang, Koordinasi yang baik antar unit / instalasi, Penanganan
paska pajanan infeksius, Pelayanan konseling, Perawatan dan kerahasiaan medical
record
e. Evaluasi sebelum dan setelah penempatan : Status imunisasi, Riwayat kesehatan yang
lalu, Terapi saat ini, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan laboratorium dan radiologi

11
f. Edukasi : Sosialisasi SOP pencegahan dan pengendalian infeksi ( kewaspadaan isolasi,
kewaspadaan standart, kebijakan Depkes tentang PPI terkini).
g. Program Imunisasi
Keputusan pelaksanaan imunisasi petugas tergantung pada :
1) Risiko ekspos
2) Kontak petugas dengan pasien
3) Karakteristik pasien rumah sakit
4) Dana rumah sakit
h. Pelaksanaan program dengan dana minimal :
Pasca pajanan tusukan tajam dan percikan bagi petugas, meliputi :
1) Tes pada pasien sebagai sumber pajanan
2) Tes HBsAg dan AntiHBs petugas
3) Tes serologi yang tepat
4) Penanganan yang tepat paska pajanan.
7. Penempatan Pasien
a. Tempatkan pasien yang potensial menimbulkan kontaminasi lingkungan atau yang tidak
dapat diharapkan menjaga kebersihan atau control lingkungan ke dalam ruang rawat
yang terpisah. Bila ruang isolasi tidak memungkinkan, konsultasikan dengan petugas PPI
b. Cara penempatan sesuai jenis kewaspadaan terhadap transmisi infeksi.
8. Hygiene Respirati / Etika Batuk
a. Target : pasien, keluarga dan pengunjung dengan infeksi saluran nafas yang dapat di
transmisikan , batuk, rhinorrhoe, pilek.
b. Efektif menurunkan transmisi patogen droplet melalui saluran nafas (influenza,
adenovirus, B pertusis, mycoplasma pneumoniae).
c. Edukasi petugas akan pentingnya pengendalian sekresi respirasi untuk mencegah
transmisi pathogen
d. Beri poster pada pintu masuk dan tempat strategis bahwa pasien rawat jalan atau
pengunjung dengan gejala klinis infeksi saluran napas harus menutup mulut dan hidung
dengan tisu kemudian membuangnya dan mencuci tangan
e. Menyediakan tisu dan tempat sampah infeksius
f. Menyediakan sabun, wastefel dan cara mencuci tangan pada ruang tunggu pasien rawat
jalan, atau alcohol handrub

12
g. Pada musim infeksi saluran napas, tawarkan masker pada pasien dengan gejala infeksi
saluran napas dan pendampingnya. Anjurkan untuk duduk berjarak > 1 meter dari
pengunjung lain.
h. Pasien, petugas, pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas harus :
1) Menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin
2) Pakai tisu, saputangan, masker dan buang ke tempat sampah infeksius bila sudah
tidak digunakan lagi
3) Lakukan cuci tangan
9. Praktek Menyuntik yang Aman
a. Semua injeksi harus disiapkan di area bersih bebas kontaminasi.
b. Tehnik aseptik selalu dilakukan pada saat mengambil obat injeksi dari vial dan saat
memberikan ke pasien.
c. Pakai jarum steril, disposable untuk mencegah kontaminasi pada peralatan injeksi.
d. Gunakan single dose vial jika memungkinkan.
e. Jangan gunakan single dose vial untuk banyak pasien.
f. Jangan tinggalkan sisa obat dan diberikan untuk waktu berikutnya.
10. Praktek untuk Lumbal Punksi
Pemakaian masker pada insersi cateter atau injeksi suatu obat ke dalam area spinal /
epidural melalui prosedur lumbal punksi misalnya saat melakukan anastesi spinal dan
epidural untuk mencegah transmisi droplet flora orofaring.
CATATAN :
Kewaspadaan Standar diterapkan untuk semua pasien yang beresiko tinggi untuk
menularkan penyakit atau pada pasien yang kekebalan tubuhnya menurun, misalnya :
Pasien dengan HIV atau pada pasien yang rentan akibat imunosupresi, misalnya pada pasien
dengan SLE ( Sindrom Lupus Eritema )

13
3.7 Kewaspadaan berdasarkan Transmisi.
1. AIRBORNE PRECAUTIONS.
Diterapkan pada pasien yang menderita atau diduga menderita mikroorganisme yang
menular melalui udara diantaranya : TBC, Campak, cacar air (dengan krusta yang
banyak),herpes zoster dengan krusta yang terlokalisir atau yang menyebar
(Immunocompromised patient).
KEBUTUHAN PENULARAN MELALUI UDARA
Sarung tangan Sesuai kewaspadaan standart
Apron/gown Sesuai kewaspadaan standart
Masker Masker N 95 (P2 Particulate respiratory) digunakan untuk
kasus TBC dan SARS
Untuk kasus lain bisa digunakan masker bedah. Masker
dipakai oleh petugas yang sama, dan dibuang setelah
kontak.
Catatan : masker diganti setelah dipakai terus menerus
selama 4 jam atau jika masker basah atau kotor
Penempatan Tempatkan pasien di ruang isolasi dengan tekanan negatif,
pasien aliran udara 6-12 x/ jam, pengeluaran udara terfiltrasi
sebelum udara mengalir keruang atau tempat lain di RS.
Usahakan pintu ruang pasien tertutup. Bila ruang terpisah
tidak memungkinkan, tempatkan pasien dengan pasien lain
yang mengidap mikroba yang sam, jangan dicampur dengan
infeksi lain ( Kohorting ) dengan jarak > 1 meter.

CATATAN :
Konsultasikan dengan petugas PPIRS sebelum menempatkan
pasien bila tidak ada ruang isolasi bertekanan negatif dan
kohortong tidak memungkinkan.
Penanganan Membatasi furniture dan peralatan terpapar pasien.
peralatan Peralatan yang digunakan ulang dilakukan desinfeksi dan
sterilisasi sesuai prosedur sebelum digunakan untuk pasien
lain

Transportasi Pasien menggunakan masker bedah


pasien Hubungi ruangan yang akan menerima pasien. Petugas tidak

14
perlu menggunakan masker jika pasien sudah menggunakan
masker
Pasien dengan adanya luka/lesi di kulit diberi tutup
Linen Minimalkan kontak dan mengibaskan linen pasien. Linen
yang terkontaminasi dimasukkan ke dalam kantong plastik
berwarna kuning dan ditangani sesegera mungkin.
Dekontaminasi sesuai prosedur. Gunakan APD saat
menangani linen yang terkontaminasi
Limbah Tangani limbah sesuai prosedur
Lain-lain Cuci tangan sesuai prosedur dan five moment dan setelah
melepas APD

2. DROPLET PRECAUTIONS.
Diterapkan saat melakukan tindakan yang kontak dengan mebrane mukosa atau konjungtiva
pasien yang diduga menular. Partikel lebih besar dari 5 ɥm, dan memercik dalam radius 1
meter.
Contoh Kondisi :
a. Bronchiolitis.
b. Meningo-coccal Infectius.
c. Viral infections termasuk influenza, Mumps & Rubella.
PENATALAKSANAAN
KEBUTUHAN PENULARAN MELALUI UDARA
Sarung tangan Sesuai kewaspadaan standar
Apron/gown Sesuai kewaspadaan standar
Masker Masker bedah. Petugas harus menggunakan masker saat
merawat pasien dengan batuk produktif, terutama bila
melakukan penanganan dengan jarak ± 1meter
Goggles/face Lindungi wajah bila ada resiko percikan
shield
Penanganan Peralatan yang digunakan ulang dilakukan desinfeksi dan
peralatan sterilisasi sesuai prosedur sebelum digunakan untuk pasien
lain
Transportasi Pasien menggunakan masker bedah
pasien Hubungi ruangan yang akan menerima pasien. Petugas tidak
perlu menggunakan masker jika pasien sudah menggunakan
masker
Linen Minimalkan kontak dan mengibaskan linen pasien. Linen
yang terkontaminasi dimasukkan ke dalam kantong plastik

15
berwarna kuning dan ditangani sesegera mungkin.
Dekontaminasi sesuai prosedur. Gunakan APD saat
menangani linen yang terkontaminasi
Limbah Sesuai kewaspadaan standar
Lain-lain Cuci tangan sesuai prosedur &five moment, dan setelah
melepas APD

3. CONTACT PRECAUTIONS.
Diterapkan untuk menurunkan resiko penularan mikroorganisme pathogen melalui
kontak langsung maupun tidak langsung diantaranya :
a. Kontak kulit dan kulit.
b. Kontaminasi dari peralatan pasien.
c. Lingkungan pasien.
Contoh kondisi :
a. Kolinisasi atau infeksi MRSA, EsβL (Extended spectrum Betalactamase producing
organism) VRE (Vancomycin Resisten Staphilococus).
b. Penyakit saluran pencernaan : Rotavirus, hepatitis A, Clostridium difficle.
c. Respiratory : SARS, Bronchiolitis.
d. Infeksi kulit : Herpes Zoster, Scabies, HSV.

PENATALAKSANAAN
KEBUTUHAN PENULARAN MELALUI UDARA
Sarung tangan Saat kontak dengan pasien, peralatan pasien dan
lingkungan pasien
Apron/gown Saat petugas kesehatan kontak dengan pasien,
peralatan pasien dan lingkungan pasien
Masker Di gunakan jika ada resiko percikan cairan tubuh
pasien
Goggles/face shield Digunakan jika ada resiko percikan cairan tubuh

16
pasien
Penanganan peralatan Membatasi furniture dan peralatan terpapar pasien
Peralatan yang digunakan ulang dilakukan desinfeksi
dan sterilisasi sesuai prosedur sebelum digunakan
untuk pasien lain
Transportasi pasien Hubungi ruangan yang dituju
Pastikan luka dikulit tertutup dan exudat ditangani
dengan baik
Linen Minimalkan kontak dan mengibaskan linen pasien
Linen yang terkontaminasi dimasukkan ke dalam
kantong plastik berwarna kuning dan ditangani
sesegera mungkin
Dekontaminasi sesuai prosedur
Gunakan APD saat menangani linen yang
terkontaminasi
Limbah Tangani sesui prosedur
Lain-lain Lakuakn cuci tangan sesuai five moment, setelah
melepas sarung tangan dan apron

ALUR KEWASPADAAN STANDAR &


KEWASPADAAAN BERDASARKAN TRANSMISI

KEWASPADAAN STANDART KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI


Diterapkan kepada semua pasien Kewaspadaan berdasarkan transmisi
diterapkan saat menangani pasien yang
Diterapkan saat menangani : diketahui atau diduga terinfeksi atau
 Darah (termasuk darah kering) kollonisasi agen infeksius
 Cairan tubuh, sekresi & ekskresi
(termasuk keringat)
 Kulit yang tidak utuh

JALUR PENULARAN

17
KEWASPADAAN PENULARAN KONTAK KEWASPADAAN PENULARAN KEWASPADAAN
(Contack Precaution) UDARA PENULARAN PERCIKAN
Diterapkan untuk menurunkan (Airbone Precaution) (Droplet Precaution)
penularan mikroorganisme baik Diterapkan kepada pasien Saat melakukan tindakan
kontak langsung maupun tidak yang diketahui atau diduga yang kontak dengan
langsung. terinfeksi kuman pathogen mebrane mukosa atau
Contoh kuman pathogen: dengan penularan melalui konjungtiva pasien yang
 Kolonisasi atau infeksi multi udara diduga menular
resisten organism Partikel lebih besar dari
 Penyakit saluran pencernaan : Partikel lebih kecil dari 5um, dan memercik dalam
Rotavirus, hepatitis A, Clostridium droplet (< 5um) dan tinggal di radius 1 meter,
difficle udara dalam jangka waktu Tidak seperti airborne,
 Respiratory : SARS, Bronchiolitis lama, sehingga udara partikel tidak tinggal terlalu
 Infeksi kulit : Herpes Zoster, terkontaminasi. lama dan terlalu luas di
SKIN PRECAUTIONS menular melalui udara udara
terkontaminasi yang dihirup Contoh Kondisi :
Merupakan kelanjutan dari contact  Bronchiolitis
precaution dan diciptakan karena Contoh Kondisi :  Meningo-coccal
adanya peningkatan kasus crusta  TBC paru Infectius
scabies. Scabies dapat menular melalui  Campak  Viral infections
kontak kulit dan kulit atau dari
kontaminasi lingkungan maupun
peralatan pasien. Oleh karena itu
karena banyak tungau yang jatuh di Penempatan pasien di Isolasi sesuai
lingkungan pasien, diperlukan dengan Kewaspadaan Transmisi (Khusus)
kewaspadaan ekstra.
ATAU Kewaspadaan Universal dengan
Contoh kondisi :
sarana terbatas

Perawatan pasien yang memerlukan kamar isolasi tidak dapat dilakukan bila ruang isolasi penuh,
kohorting tidak dapat dilakukan dan ruang perawatan biasa yang ada tidak dapat digunakan
sebagai ruang isolasi. Dalam situasi tersebut pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain.

3.8 KEWASPADAAN UNIVERSAL DENGAN SARANA TERBATAS


Sarana kesehatan yang memiliki sumber daya terbatas, biasanya tidak memiliki sarana ruang
isolasi yang sesuai standart untuk tindakan pengendalian infeksi seperti : tidak adanya ruangan
bertekanan negatif untuk pasien dengan transmisi airbone atau droplet, alat pelindung yang
terbatas, disinfeksi udara dengan menggunakan ultraviolet serta penggunaan antibiotik yang
berlebihan. Dalam menghadapi situasi diatas dianjurkan untuk menitikberatkan pada upaya

18
perbaikan sarana cuci tangan. Ada beberapa petunjuk pokok yang harus diingat tentang konsep
ruang Isolasi apabila memiliki sumber daya terbatas, yaitu :
1. Untuk mengendalikan kontak pernafasan
a. Tempatkan pasien di ruang terpisah atau sejauh mungkin dari pasien lainnya.
b. Pakailah masker atau kain penutup hidung dan mulut bila berdekatan dengan pasien.
c. Buanglah sputum sesuai petunjuk.
d. Instruksikan pada pasien untuk menutup mulut saat batuk.
e. Batasi pasien keluar dari ruang perawatan dan batasi pengunjung.
2. Untuk mengendalikan kontak langsung
a. Cucilah tangan dengan baik sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
b. Luka harus selalu tertutup.
c. Pengelolaan alat kesehatan sekurang – kurangnya harus dilakukan disinfeksi sesuai
dengan prosedur.
d. Buanglah pembalut, cairan tubuh dengan cara yang aman yaitu sebagai sampah medis.
3. Untuk mengendalikan kontak tak langsung
a. Cucilah tangan dengan baik sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
b. Cuci semua alat dan linen dengan baik dengan melalui proses dekontaminasi.
c. Jauhkan benda – benda yang berhubungan dengan pasien isolasi dari pasien- pasien lain.
d. Untuk mengendalikan kontak melalui vektor : pakailah kelambu atau kawat nyamuk
untuk kamar pasien, Cegah adanya air tergenang dan air bersih pada alat – alat rumah
tangga yang memungkinkan berkembang biaknya nyamuk malaria dan DBD.

ALUR PELAYANAN DAN PENEMPATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT MENULAR

PASIEN MASUK

INSTALASI GAWAT DARURAT/


INSTALASI RAWAT JALAN
19
PENENTUAN DIAGNOSA

DENGAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


MENULAR

RUANG ISOLASI / RUANG RAWAT INAP


KOHORTING NON ISOLASI

BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi meliputi :
1. Formulir rekam medis Asesmen Rawat Inap (LRM 7A.1)
2. Formulir rekam medis catatan perkembangan pasien terintegrasi ( CPPT) (LRM 6A).

20
3. Formulir TB 01 dan TB 02
4. Formulir ringkasan tes dan konseling HIV
5. Formulir laporan hasil pemeriksaan diagnosis HIV
6. Ceklist penempatan pasien immunocompromised

MONITORING PENEMPATAN PASIEN IMMUNICOMPROMISED


RSI GONDANGLEGI

N Tanggal Nama Diagnosa IRNA Penempatan yang Penempatan


o Pasien sesuai Tidak sesuai

21
22

Anda mungkin juga menyukai