Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan mahkluk yang paling sempurna yang diciptakan oleh


Tuhan Yang Maha Esa, yaitu memiliki kemampuan berpikir (idep) yang tidak
dimiliki oleh mahkluk lain. Oleh sebab itu manusia menciptakan kebudayaannya
sendiri yaitu kebudayaan sosial. Dimana manusia selalu hidup berdampingan
dengan orang lain. Manusia juga merupakan mahkluk sosial selain sebagai
mahkluk individu. Sehingga manusia tidak pernah lepas dari interaksi sosial
dengan manusia lainnya.

Dalam melakukan interaksi sosial baik dalam lingkungan pertemanan,


lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan formal, tentu saja tidak
akan pernah lepas dengan namanya berperilaku. Perilaku seseorang akan
mencerminkan dirinya. Jika berperilaku buruk maka akan menyebabkan kesan
negatif dalam berinteraksi sosial. Sedangkan sebaliknya, jika berperilaku baik
maka akan menyebabkan kesan positif dalam berinteraksi. Perilaku seseorang
dalam berinteraksi sosial biasanya berpegang pada tata krama waktu, tempat dan
orang yang diajak berinteraksi. Selain itu, Agama memiliki peran yang amat
penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya
untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat.

Ajaran Agama Hindu dapat dibagi menjadi tiga bagian yang dikenal
dengan tiga kerangka dasar Agama Hindu. Antara bagian yang satu dengan bagian
yang lainnya saling mengisi dan merupakan satu kesatuan yang bulat, sehingga
patut dihayati dan diamalkan untuk mencapai tujuan yang disebut Moksa. Tiga
kerangka dasar Agama Hindu, yaitu: tattwa, susila, dan upacara. Tattwa
merupakan inti ajaran Agama, sedangkan susila sebagai pelaksana ajaran dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Ida Sang
Hyang Widhi, maka dilaksanakan pengorbanan suci yaitu berupa upacara atau
ritual.

Agama Hindu_Etika (Moralitas) 1


Etika atau Susila yang merupakan unsur kedua dari kerangka dasar Agama
Hindu, sering juga disebut dengan Dharmasastra. Dharma artinya menuntun atau
membimbing, juga berarti hukum yang mengatur tentang hak dan kewajiban
manusia. Sedangkan sastra berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian
Dharmasastra atau etika dapat diartikan sebagai pedoman atau hukum yang
menuntun manusia dalam kehidupan bermasyarakat dan kehidupan sosial lainnya.
Tanpa pedoman yang jelas untuk menuntun masyarakat dalam kehidupan sehari-
hari, maka akan menimbulkan kekacauan.

Ajaran etika di dalam Veda mencakup bidang yang sangat luas meliputi:
kebenaran, kasih, tanpa kekerasan, kebajikan, ketekunan, kemurahan hati,
keluhuran budhi pekerti, membenci sifat buruk, pantang berjudi, menjalankan
kebajikan, percaya diri, membina hubungan yang serasi, mementingkan persatuan,
kewaspadaan, kesucian hati, kemasyhuran, kemajuan, pergaulan dengan orang-
orang mulia, mengembangkan sifat-sifat ramah dan manis, sejahtera, damai,
bahagia, kegembiraan, moralitas, persahabatan, wiweka (kemampuan
membedakan sifat baik dan buruk), mengendalikan diri dan banyak lagi yang
lainnya (Winawan, 2002). Untuk memahami tentang Etika (Moralitas), berikut
akan dijelaskan materi Agama Hindu terkait dengan Etika (Moralitas).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam


penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian Etika?


2. Bagaimana misi untuk memperbaiki diri menuju manusia ideal (Manava
Madhava)?

3. Bagaimana implementasi kebenaran, kebajikan, kasih sayang, kedamaian,


dan tanpa kekerasan serta implikasi Etika (Moralitas) dalam kehidupan
bersama sehari-hari?

Agama Hindu_Etika (Moralitas) 2


1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, adapun tujuan dari penulisan


makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memahami pengertian Etika,


2. Untuk memahami misi untuk memperbaiki diri menuju manusia ideal
(Manava Madhava), dan

3. Untuk memahami implementasi kebenaran, kebajikan, kasih sayang,


kedamaian, dan tanpa kekerasan serta implikasi Etika (Moralitas) dalam
kehidupan bersama sehari-hari.

1.4 Manfaat Penulisan

Melalui penulisan makalah ini, adapun manfaat yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut:

Bagi Penulis,

Sebagai bahan referensi dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya,


dan sebagai metode pembelajaran yang aktif dan mandiri dalam proses
pembelajaran. Penulisan makalah ini memberikan pengalaman bagi penulis
mengenai teknik pengumpulan materi, teknik penulisan makalah, dan teknik
pengutipan. Selain itu penulis bisa memahami serta menganalisis isi dari makalah
ini sehingga penulis diharapkan mampu dalam mengamalkan etika (moralitas)
dalam ajaran-ajaran agama khususnya Agama Hindu.

Bagi Pembaca,

Melalui makalah ini, pembaca dapat memperdalam pengetahuannya


mengenai konsep Etika (Moralitas) dalam Agama Hindu. Khususnya bagi para
pendidik dan calon pendidik, dapat menerapkan konsep Etika (Moralitas) ini
dalam proses pembelajaran maupun di kehidupan sehari-hari.

Agama Hindu_Etika (Moralitas) 3


1.5 Metode Penulisan

Metode yang digunakan oleh penulis di dalam menyelesaikan makalah ini


adalah metode studi pustaka, dimana metode studi pustaka ini di lakukan dengan
cara mengumpulkan data atau mengambil bahan-bahan dari beberapa buku
referensi maupun dari materi yang diakses dari internet.

Agama Hindu_Etika (Moralitas) 4


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika

Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”,


yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya
berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin,
yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat
kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik
(kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih
kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan,
yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan
etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Jadi, etika
merupakan pengetahuan tentang kesusilaan yang berbentuk perintah-perintah dan
larangan-larangan yang mengandung suatu nilai serta menjadi pedoman dalam
tingkah laku seseorang (Bertens, 2005).

Dalam kehidupan, segala bentuk perbuatan tidak lepas dari agama yang
menjadi penuntun dalam berpikir, berucap dan berkata. Puja dan Sudharta
(Adnyana, 2004) yang menyatakan bahwa ajaran agama Hindu berpedoman pada
Tri Kerangka Dasar Agama Hindu yang meliputi: Tattwa (filsafat), Etika (susila),
dan Upacara (ritual). Ini memperlihatkan bahwa etika merupakan hal yang harus
menjadi perhatian dalam beragama. Di dalam ajaran agama hindu ada tiga jenis
etika menurut Hindu, yaitu Samanya Dharma, Naimitika Dharma, dan Kamya
Dharma. 1) Samanya Dharma, yaitu etika dharma yang berlaku umum dan dapat
dilakukan di mana saja, kapan saja, atau setiap hari. Contohnya: Larangan
mencuri. Etika ini berlaku di setiap tempat. 2) Naimitika Dharma bersifat khusus
dan terbatas. Contohnya: Untuk kesucian dalam acara-acara tertentu diwajibkan
melaksanakan piodalan pada hari-hari tertentu. 3) Kamya Dharma atau wajib.
Contohnya: Umat Hindu diwajibkan untuk melaksanakan catur bratha penyepian
pada hari raya nyepi.

Agama Hindu_Etika (Moralitas) 5


2.2 Misi Untuk Memperbaiki Diri Menuju Manusia Ideal (Manava
Madhava)

Salah satu tugas suci bagi umat Hindu ialah untuk menata dirinya sendiri
serta masyarakat, serta umat manusia untuk mengenal jati dirinya untuk berusaha
menjadi manusia yang berperikemanusiaan yang secara ideal disebut manusia
“Dharmika” (Manava Madhava). Ajaran Etika (Moralitas) atau Tata Susila, yakni
tingkah laku yang baik dan benar untuk kebahagiaan hidup serta keharmonisan
antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, antara sesama manusia dengan
alam semesta dan ciptaan-Nya (Winawan, 2003).

Ajaran etika yang tertulis dalam Weda mencakup bidang yang sangat luas
meliputi: kebenaran, kasih, tanpa kekerasan, kebajikan, ketekunan, kemurahan
hati, keluhuran budhi pekerti, membenci sifat buruk, pantang berjudi,
menjalankan kebajikan, percaya diri, membina hubungan yang serasi,
mementingkan persatuan, kewaspadaan, kesucian hati, kemasyhuran, kemajuan,
pergaulan dengan orang-orang mulia, mengembangkan sifat-sifat ramah dan
manis, sejahtera, damai, bahagia, kegembiraan, moralitas, persahabatan, wiweka
(kemampuan membedakan sifat baik dan buruk), mengendalikan diri dan banyak
lagi yang lainnya (Winawan, 2003).

Dalam Kitab Suci Sara Samusccaya: Sloka 4 disebutkan sebagai berikut:

“Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya


demikian karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan
mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya
dapat menjelma sebagai manusia”. (Sara Samusccaya sloka 4)

Memperhatikan ajaran ini, kita diarahkan serta dituntut untuk berbuat


kebenaran, kebaikan, agar dapat melebur kegelapan atau karma yang jahat (buruk)
untuk menuju manusia Manava Madhava (Dharmika).

Dalam Bhagawad Gita Sri Krisna mengajarkan ada dua macam


kecenderungan (sifat, prilaku) manusia seperti tersebut pada Pustaka Suci
Bhagawad Gita XVI, Sloka 1, 2, 3.

Agama Hindu_Etika (Moralitas) 6


“Sri Bhagawad: Keberanian, kemurnian pikiran, bijaksana dalam membagi
pengetahuan dan kosentrasi, amal sedekah, pengendalian diri dan berkorban,
belajar Kitab Suci, melakukan tapa dan berbuat kejujuran”. (Bhagawad Gita
XVI, Sloka 1)

“Tanpa kekerasan, kebenarian, bebas dari kemarahan, tanpa pamerih, tenang,


benci dalam mencari kesalahan, Welas Asih terhadap makhluk hidup, bebas dari
kelobaan, sopan, kerendahan hati dan kemantapan”. (Bhagawad Gita XVI,
Sloka 2)

“Berani, pemaaf, teguh, murni, bebas dari kedengkian dan kesombongan yang
semuanya ini, wahai Bharata (Arjuna) merupakan anugerah pada mereka yang
lahir dengan sifat dewata”. (Bhagawad Gita XVI, Sloka 3)

Selanjutnya dalam Bhagavad Gita yang menjelaskan mengenai sifat-sifat


keraksasaan (Asuri Sampat) sebagai lawan sifat-sifat kedewaan (Daiwi Sampat)
yang terdapat dalam Bhagawad Gita Bab XVI, Sloka : 11, 12, 14, 17, 21.

“Keinginan yang tak habis-habisnya, yang hanya berakhir pada kematian,


dengan menganggap kepuasan nafsu keinginan sebagai tujuan utama, dengan
keyakinan bahwa itulah semuanya ”. (Bhagawad Gita Bab XVI, sloka 11)

“Dibelenggu oleh ratusan ikatan harapan, menyerahkan diri kepada nafsu dan
kemarahan, mereka berusaha mengumpulkan kekayaan demi kepuasan nafsu
dengan jalan tidak halal”. (Bhagawad Gita Bab XVI, sloka 12)

“Musuh ini telah aku bunuh dan yang lainnya juga akan aku bunuh, akulah
penguasa, akulah penikmat, akulah yang berhasil, yang perkasa dan yang
berbahagia”. (Bhagavad Gita Bab XVI, sloka 14)

“Dengan memuji diri, benar sendiri, bangga dan mabuk akan harta, mereka
mengadakan bermacam-macam upacara kurban sebagai pulasan belaka, tanpa
mengindahkan aturan.” (Bhagavad Gita Bab XVI, sloka 17)

Agama Hindu_Etika (Moralitas) 7


“Tiga pintu gerbang ke neraka, menuju jurang kehancuran diri, yaitu kama,
krodha,dan lobha, oleh karena itu ketiganya harus ditinggalkan”. (Bhagavad
Gita Bab XVI, sloka 21)

Sehingga kecenderungan-kecenderungan sifat manusia dibedakan menjadi


dua bagian yaitu:

1. Daivi Sampat adalah kecenderungan-kecenderungan sifat kedewataan


yang menyebabkan manusia memiliki budi luhur sehingga dapat
menghantarkan seseorang mendapatkan kerahayuan/kebahagiaan.
2. Asuri Sampat adalah kecenderungan-kecenderungan sifat keraksasaan
yang menyebabkan manusia memiliki budi yang rendah sehingga dapat
menyebabkan manusia jatuh ke jurang neraka.

Sifat Daivi Sampat dan Asuri Sampat itu ada pada diri semua orang
dengan kuantitas yang berbeda-beda. Sehingga dalam diri seseorang terdapat sifat
baik (subha karma) dan sifat buruk (asubha karma). Saramuscaya menyebutkan
bahwa hanya manusialah yang dapat mengenal perbuatan yang salah dan benar,
ataupun baik dan buruk. Hanya manusialah yang dapat menjadikan sesuatu yang
tidak baik menjadi baik, karena manusia diberikan kemampuan yang lebih dari
makhluk hidup lainnya yaitu berupa idep (pikiran).

Demikianlah garis-garis besar tuntunan yang kita dapat dari pustaka suci
Bhagawad Gita. Amanat Sri Krishna untuk menjadi manusia Manava Madhava
(Dharmika).

Sara Samusccaya Sloka 57, menyatakan sebagai berikut:

“Inilah brata Sang Brahmana, dua belas banyaknya, perinciannya: 1).dharma,


2).satya, 3).tapa, 4).dama, 5).wimasaritwa, 6).hrih, 7).titiksa, 8).anasuya,
9).yajna, 10).dana, 11).dhrti, 12).ksama. itulah perinciannya sebanyak dua belas.
dharma dari Satyalah sumbernya; tapa artinya dapat mengendalikan jasmani dan
mengurangi nafsu; dama artinya tenang dan sabar, tahu menasehati dirinya
sendiri; wimasaritwa artinya tidak dengki, iri hati; hrih artinya malu, mempunyai
rasa malu; titiksa artinya jangan sangat gusar; anayusa berarti tidak berbuat

Agama Hindu_Etika (Moralitas) 8


dosa; yajna artinya mempunyai kemauan mengadakan pujaan; dana artinya
memberikan sedekah; dhrti artinya penenangan dan pensucian pikiran; ksama
artinya tahan sabar dan suka mengampuni. Itulah brata Sang Brahmana.

Sara Samusccaya, Sloka 63 memuat mengenai Catur Prawrtti, yaitu:

”Empat perilaku yang patut dilaksanakan. arjawa (jujur dan terus terang);
ancangsya (tidak mementingkan diri sendiri); dama (dapat menasehati diri
sendiri); dan indriyanigraha (mengekang hawa nafsu).

Sara Samuccaya, Sloka 259:

“Inilah brata yang disebut Yama, perinciannya demikian: 1).ancangsya,


2).ksama, 3).satya, 4).ahingsa, 5).dama, 6).arjawa, 7).pritti, 8).prasada,
9).madhurya, 10).mardhava. ancangsya, yaitu harimbawa, tidak mementingkan
diri sendiri; ksama, tahan akan panas dan dingin; satya yaitu tidak berkata
bohong (berdusta); ahingsa yaitu berbuat selamat atau bahagianya sekalian
makhluk; dama yaitu sabar serta dapat menasehati dirinya sendiri; arjawa yaitu
tulus hati dan berterus terang; pritti yaitu sangat welas asih; prasada yaitu
kejernihan hati; madhurya yaitu manisnya pandangan (muka manis) dan
manisnya perkataan (perkataan yang lembut); mardhawa yaitu kelembutan hati”.

Sara Samuccaya, Sloka 260:

“Inilah brata yang disebut Niyama, perinciannya: 1).dana, 2).ijya, 3).tapa,


4).dhyana, 5).swadhyaya, 6).upasthanigraha, 7).upawasa, 8).brata, 9).mona,
10).snana. Dana yaitu pemberian, pemberian makanan minuman dll; Ijya yaitu
pujaan kepada dewa, kepada leluhur dan lain-lain sejenis itu; Tapa yaitu
pengekangan nafsu jasmaniah, badan yang seluruhnya kurus-kering, layu,
berbaring diatas tanah, diatas air dan diatas alas-alas sejenis itu; Dhyana yaitu
tepekur, merenungkan siwa; Swadhyaya yaitu mempelajari weda;
Upasthanigraha yaitu pengekangan upastha, singkatnya pengendalian nafsu sex;
Upawasa yaitu puasa; Brata yaitu pengekangan nafsu terhadap makanan atau
minuman; Mona yaitu wacangyama, berarti menahan, tidak mengucapkan kata-
kata atau tidak berkata-kata, sama sekali tidak bersuara; , Snana yaitu

Agama Hindu_Etika (Moralitas) 9


trisandhyasewana, mengikuti trisandya, mandi membersihkan diri pada waktu
pagi, tengah hari dan petang hari.

2.3 Implementasi Kebenaran, Kebajikan, Kasih Sayang, Kedamaian, dan


Tanpa Kekerasan serta Implikasi Etika (Moralitas) Dalam Kehidupan
Bersama Sehari-Hari

Berikut ini diungkapkan, petikan inti sari ajaran yang penting kita jadikan
perilaku kita sehari-hari dimasyarakat diantara sesama manusia.

1. Kebenaran/Kejujuran (Satyam, Dharma)

Sabda suci weda mengatakan bahwa kebenaran/kejujuran (satyam)


merupakan prinsip dasar hidup dan kehidupan. Bila seseorang senantiasa
mengikuti kebenaran maka hidupnya akan selamat, sejahtera, terhindar dari
bencana, memperoleh kebijaksanaan dan kemuliaaan. Kebenaran/kejujuran dapat
dilaksanakan dengan mudah, bila seseorang memiliki keyakinan (Sraddha).
Dengan keyakinan seseorang akan mantap bertindak dijalan yang benar menuju
kebenaran.

2. Kebajikan

Dalam ajaran Hindu kata Dharma mempunyai arti yang luas, antara lain:
kebenaran, bebajikan, pengabdian, tugas suci, budi luhur dan sebagainya.

3. Kasih Sayang (Cinta Kasih)

Dalam agama Hindu konsep tentang Cinta kasih dan Kasih sayang
dijelaskan sebagai berikut:

a. Cinta Kasih adalah perasaan rindu, sayang yang patut dibina dengan penuh
kesadaran tanpa keterikatan.

b. Kasih saying adalah perasaan yang lahir dari cinta kasih dan diberikan
dengan penuh kesadaran tanpa keterikatan.

Cinta kasih terhadap sesama bisa dilakukan dengan berpikir cara Tat
Twam Asi. Tat Twam Asi berarti “aku adalah kamu, dan kamu adalah aku”.

Agama Hindu_Etika (Moralitas) 10


Ajaran ini mengajarkan kepada umat Hindu untuk saling menjaga, menghormati,
mengasihi dan menyayangi dengan sesama.

4. Kedamaian dan Tanpa Kekerasan

Kedamaian atau ketentraman batin adalah dambaan setiap makhluk.


Kedamaian yang sejati sumbernya adalah bersatunya atman, sumber hidup setiap
makhluk dengan Brahman, Tuhan Yang Maha Esa. Pada doa puja Trisandhya,
bait ke-5 mantra ke-2 menyatakan “Sarvaprani Hitangkarah” yang artinya semoga
semua makhluk sejahtera. Doa ini merupakan doa yang universal, tidak hanya
untuk manusia tetapi semua makhluk ciptaan-Nya. Salah satu implementasi
kedamaian tanpa kekerasan adalah melaksanakan ajaran Ahimsa. Ahimsa berarti
tidak membunuh. Secara khusus arti Ahimsa merupakan tidak membunuh atau
melakukan kekerasan terhadap mahkluk hidup. Ahimsa juga bisa diartikan tidak
melakukan kekerasan. Dengan tidak melakukan berbagai tindakan kekerasan
berimplikasi pada ketentraman antar individu dalam masyarakat. Ajaran Ahimsa
diterapkan untuk menjaga lingkungan. Dimana konsep berpikir tidak menyakiti
mahkluk hidup lainnya adalah tidak menyakiti hewan dan tumbuhan. Dengan
tidak menyakiti atau membunuh hewan serta tumbuhan secara membabi buta.
Karena kedamaian tidak hanya milik manusia semata namun untuk semua
mahkluk hidup. Dengan kata lain, mengamalkan ahimsa kita juga belajar
menerapkan cinta kasih terhadap semua mahkluk hidup ciptaan Tuhan.

5. Konsep Tri Hita Karana

Dalam Ajaran agama Hindu terdapat tiga hubungan harmonis yang harus
dilakukan untuk mencapai suatu kebahagiaan, yang disebut denga Tri Hita
Karana. Ajaran Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari-hari yaitu menjaga
hubungan yang harmonis antara kita dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
(Parahyangan), hubungan yang harmonis antar sesama manusia (Pawongan), dan
menjalin hubungan yang harmonis dengan alam atau lingkungan (Palemahan).

Misalnya dalam pendekatan diri dengan Tuhan, suatu keberhasilan takkan


mungkin dari usaha keras yang kita lakukan saja, tetapi ada faktor lain yang juga
mempengaruhi keberhasilan kita, yaitu doa. Jadi dalam kehidupan ini kita tidak

Agama Hindu_Etika (Moralitas) 11


bisa hanya bekerja keras dan melupakan Tuhan Yang Maha Esa, seperti lupa
sembahyang atau tidak pernah melakukan pendekatkan diri dan bhakti kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

Kemudian dalam hubungan manusia dengan sesamanya, manusia harus


memiliki etika dalam bergaul dengan sesama. Kita harus mampu menjaga tata
krama dalam pergaulan serta menjaga keharmonisan dalam pergaulan. Manusia
yang beretika harus bisa memandang suatu perbedaan sebagai sebuah keindahan.
Jangan menggunakan perbedaan sebagai alat untuk menciptakan permusuhan.
Perbedaan itu ada untuk saling melengkapi, bukan untuk saling menjatuhkan.

Dalam hubungannya dengan alam kita juga harus menjaga keseimbangan


alam. Jangan lagi merusak alam seperti menebang pepohonan atau membuang
sampah di sembarang tempat. Sebab dalam ajaran agama kita harus hidup
berdampingan termasuk dengan alam dan lingkungan tempat kita tinggal. Jika kita
menjaga alam dan lingkungan, maka alam dan lingkungan juga akan menjaga kita.

6. Konsep Panca Satya

Sabda suci weda menyatakan bahwa kejujuran atau kesetiaan (satyam)


merupakan prinsip dasar hidup dan kehidupan. Bila seseorang senantiasa jujur dan
setia, maka hidupnya akan selamat, sejahtera, terhindar dari bencana, memperoleh
kebijaksanaan dan kemuliaaan. Dalam agama Hindu, terdapat lima jenis kejujuran
atau kesetiaan yang di sebut dengan Panca Satya. Panca Satya terdiri atas:

 Satya Semaya, yaitu kejujuran atau kesetiaan kita untuk menepati janji
yang telah diucapkan. Sekarang ini banyak orang hanya bisa membuat
janji-janji palsu yang tidak ditepati. Contohnya adalah para pejabat yang
sering membuat janji-janji palsu kepada rakyat agar mendapat kedudukan
di pemerintahan. Mereka memberikan harapan-harapan palsu kepada
rakyat agar bisa terpilih menjadi wakil rakyat. Namun, setelah mendapat
kedudukan di pemerintahan, mereka melupakan janji-janji tersebut.
Akibatnya rakyat tidak akan percaya lagi pada orang-orang seperti itu.
Sekali orang tidak menepati janji, maka selamanya orang tidak akan
percaya.

Agama Hindu_Etika (Moralitas) 12


 Satya Herdaya, yaitu kejujuran atau kesetiaan pada kata hati diri kita
sendiri. Terkadang kita sering lupa dengan yang ada dalam kata hati dan
mengabaikan bisikan hati yang paling dalam. Kata hati adalah penuntun
kita dalam melakukan perbuatan. Penyesalan akan berkurang jika kita
telah berjalan sesuai dengan kata hati. Contohnya pada saat kita
melakukan ujian, kita harus percaya pada kemampuan sendiri dan yakin
dengan yang telah kita buat. Kita harus percaya dengan kata hati kita
sendiri, sehingga tidak terpengaruh untuk melihat jawaban teman. Dengan
begitu, hasil ujian yang kita dapatkan akan memuaskan, karena itu adalah
cerminan dari kemampuan kita.
 Satya Mitra, yaitu kejujuran atau kesetiaan terhadap teman kita. Mereka
adalah bagian penting dalam hidup kita. Dengan adanya teman, kita bisa
berbagi suka duka dan kelu kesah. Teman sejati akan selalu ada dalam
segala suasana hati. Jadi kita pun perlu setia pada teman kita. Kita tidak
bisa hidup sendiri di dunia ini, karena kita adalah mahkluk sosial dan
selalu membutuhkan bantuan orang lain. Contohnya pada mahasiswa yang
menuntut ilmu jauh dari rumahnya, maka mereka pasti membutuhkan
teman untuk bersosialisasi karena jauh dari keluarganya. Pada saat seperti
ini, teman adalah keluarga terdekat yang dimiliki oleh mahasiswa. Karena
itu, kita harus bisa jujur dan setia kepada teman kita.
 Satya Wacana, yaitu kejujuran atau kesetiaan terhadap perkataan atau
ucapan kita. Mulut kita adalah harimau kita, itulah pepatah yang ada
sekarang ini. Jika kita selalu berkata jujur, maka kita akan selalu dipercaya
oleh orang lain, begitu pun sebaliknya. Dalam sebuah pemerintahan
banyak cerminan orang yang hanya bisa bicara dan tidak setia dengan
yang telah ia ucapkan. Akibatnya, sekarang ini banyak masyarakat yang
sudah tidak percaya lagi dengan pejabat pemerintahan.

 Satya Laksana, yaitu kejujuran atau kesetiaan terhadap laksana atau


perbuatan kita. Kita harus setia pada apa yang telah kita lakukan atau
perbuat. Semua perbuatan mengandung resiko, jadi kita harus siap
bertanggung jawab terhadap perbuatan kita. Misalnya kita tidak belajar,

Agama Hindu_Etika (Moralitas) 13


sedangkan besoknya ada ujian, maka kita harus siap menanggung resiko
jika hasil dari ujian tersebut kurang baik.

7. Konsep Tri Kaya Parisudha

Salah satu ajaran yang penting dalam Etika adalah Tri Kaya Parisudha,
yaitu tiga karma yang baik, yang terdiri dari: Kayika Parisudha atau berbuat yang
baik, Wacika Parisudha atau berbicara yang baik, dan Manacika Parisudha atau
berpikir yang baik. Secara sederhana ajaran ini menuntut manusia dalam
kehidupannya, dimana saja, kapan saja mesti selalu berpikir yang baik, berbicara
yang baik dan berpikir yang baik. Ketika hidup dalam masyarakat, hal yang paling
kentara adalah perbuatan dan pembicaraan kita dalam pergaulan. Dan perbuatan
dan pembicaraan tersebut merupakan buah dari pikiran itu sendiri. Sehingga
ketika kita berbuat dan berbicara yang buruk maka pikiran kita juga buruk atau
jauh dari suci. Hal tersebutlah yang menghindarkan diri kita dari Tuhan. Maka
jagalah pikiran kita terlebih dahulu dengan selalu memikirkan Dia, dan melakukan
Smaranam atau menyebut nama Tuhan berulang-ulang niscaya pikiran, perkataan
dan perbuatan akan menjadi baik.

Kita harus menyadari betapa pentingnya etika atau moralitas bagi


kelangsungan citra diri kita dimata publik. Seperti pepatah mengatakan “Gajah
mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama”. Begitulah
sepatutnya kita hidup di dunia, bukan kekayaan, kepandaian, dan kecantikan yang
membuat orang itu dikenang, tetapi perilaku yang luhur dan bermoral serta
kebajikanlah yang membuat orang akan selalu dikenang sepanjang masa.

Agama Hindu_Etika (Moralitas) 14


BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, adapun simpulan dari makalah ini adalah


sebagai berikut:

1. Etika adalah pengetahuan tentang kesusilaan, yaitu kesusilaan yang


berbentuk kaidah-kaidah yang berisi larangan-larangan atau suruhan-
suruhan untuk berbuat sesuatu. Dengan demikian dalam etika kita akan
menemui ajaran tentang perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.
Di dalam ajaran agama Hindu ada tiga jenis etika, yaitu Samanya Dharma,
Naimitika Dharma, dan Kamya Dharma.
2. Salah satu tugas suci bagi umat beragama Hindu ialah untuk menata
dirinya sendiri, masyarakat, serta umat manusia untuk mengenal jati
dirinya untuk berusaha menjadi manusia yang berperikemanusiaan yang
secara ideal disebut manusia “Dharmika” (Manava Madhava).

3. Implementasi kebenaran, kebajikan, kasih sayang, kedamaian, dan tanpa


kekerasan serta implikasi Etika (Moralitas) dalam kehidupan bersama
sehari-hari dapat kita lihat dari ajaran Tri Hita Karana, Panca Satya, dan
Tri Kaya Parisudha.

3.2 Saran

Adapun saran yang diberikan penulis untuk para pembaca yaitu dalam
kehidupan sehari-hari kita harus bisa menaati etika yang ada untuk menciptakan
hubungan yang harmonis, baik hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia
dengan manusia, dan manusia dengan alam atau lingkungan. Janganlah berbuat
baik hanya karena merasa dipantau orang lain dan takut mendapatkan hukuman,
karena sesungguhnya setiap perbuatan pasti akan mendapatkan pahala. Perbuatan
baik akan mendapat pahala yang baik dan perbuatan yang buruk akan mendapat
pahala yang buruk pula. Jadi, berbuat baiklah atas kesadaran diri sendiri.

Agama Hindu_Etika (Moralitas) 15

Anda mungkin juga menyukai