Anda di halaman 1dari 8

Material Adhesive & Bonding Agent

Setiap material restorasi membutuhkan retensi dengan berbagai sistem koneksi atau perlekatan
(attachment). Adhesi atau bonding adalah fenomena yang terjadi bila dua substansi yang berbeda
bergabung menjdi satu, berkontak dengan karena adanya gaya tarikmenartik diantara keduanya..
Bonding dapat terjadi bila cairan masuk ke dalam porus atau celah permukaan material. Karena adanya
mechanical interlocking yang terjadi ketika cairan tersebut mengeras, akan berbentuk ikatan (bond)
yang kuat. Tedapat beberapa terminology yang perlu untuk diketahui terkait dengan adhesi/bonding
yaitu:

 Adhesif : bahasa latin ‘adhaerere’ yang berarti melekatkan. Yaitu material yang ditambahkan
untuk menghasilkan suatu ikatan/perlekatan anatar dua zat berbeda.
 Adhesi = bonding : kompleks mekanisme fisika, kimiawi dan mekanis yang memungkinkan ikatan
antara satu zat dengan lainnya.
 Adherend/substrat : tempat dilekatkannya material material adhesif (ex: enamel, dentin, metal,
composite, ceramic)

Prinsip Adhesi

 Kualitas adhesi tergantung pada sifat permukaan dan material adhesive yang digunakan. Adhesi
yang baik dapat diperoleh apabila permukaan struktur gigi cukup kasar secara mikroskopis dan
makroskopis, serta bersih dari debris. Agar diperoleh suatu perlekatan yang baik maka
hendaknya :

1. Permukaan substrat bersih

2. Material adhesif dapat membasahi subsrat dengan baik, sudut kontak kecil, dan mengalir ke
seluruh permukaan substrat.

3. Ketebalan adhesif harus optimal

4. Adaptasi dari substrat menghasilkan perelekatan material adhesif tanpa adanya udara
yang terperangkap/perubahan dimensi. Adhesif yang memiliki viskositas/kekentalan tinggi
cenderung menyebabkan terperangkapnya udara.

5. Interface mempunya sifat fisik, mekanik yang cukup atau kekuatan mekanik yang dapat
menahan kekuatan debonding (pelepasan)

6. Adhesif bisa sempurna dibawah kondisi yang direkomendasikan dalam penggunaannya.

Perkembangan Bonding/Bahan adhesif

Prinsip-prinsip bahan adhesif dibidang kedokteran gigi dimulai pada tahun 1955 ketika
Buonocore, menggunakan teknik bonding dan menyatakan bahwa asam dapat digunakan
sebagai bahan yang diaplikasikan di permukaan kavitas sebelum penerapan suatu resin. Ia
melakukan etsa pada permukaan enamel menggunakan asam fosfat dengan waktu yang
berbedabeda yang hasilnya dapat meningkatkan proses suatu adhesi. Pada akhir 1960-an,
Buonocore menyatakan bahwa etsa pada email dapat menghasilkan mikroporositas yang dapat
digunakan sebagai retensi utama suatu restorasi yaitu dengan adanya pembentukan resin
tags.11 Seiring berjalannya waktu, beberapa penelitian merekomendasikan variasi durasi
prosedur etsa asam dan konsentrasi asam fosfat, salah satunya adalah konsentrasi asam fosfat
30-40 % dengan waktu etsa hingga 15 detik. Pada tahun 1963, Buonocore menyatakan bahwa
terdapat perbedaan adhesi ketika dilakukan etsa pada email dan dentin.

Bonding Agent

Merupakan bahan yang digunakan untuk melekatkan bahan restorasi pada permukaan enamel
dan dentin, sehingga restorasi tersebut memiliki retensi terhadap permukaan gigi. Retensi
didapat dari penetrasi bahan bonding terhadap permukaan enamel dan dentin dan bereaksi
secara kimia sehingga membentuk micromechanical retention. Tujuan penggunaan bonding
agent adalah meningkatkan kekuatan perlekatan antara restorasi dan permukaan gigi,
meningkatkan retensi bahan restorasi, dan mengurangi terjadinya kebocoran mikro antara
permukaan resin dan dentin.

Bonding agent biasanya terdiri atas 3 komponen yaitu etsa, primer, dan adhesif.

 Etsa : bahan kimia bersifat asam, berfungsi menghilangkan permukaan mineral gigi dan
membentuk micropores yang membuat permukaan enamel menjadi kasar -> resin komposit
dapat berikatan dengan permukaan gigi dan membentuk resin tag.

 Primer : memudahkan perlekatan resin komposit pada permukaan gigi & mengandung bahan
monomer yang dilarutkan dalam air, alkohol dan aseton yang memiliki komponen hidrofobik
(gugus metakrilat) dan hidrofilik (gugus hydroxyl atau carboxyl)

 Adhesif : memiliki komponen yang sama dengan primer, berperan penting dalam menghasilkan
ikatan antara dentin dan resin komposit.

KLASIFIKASI

A. Berdasarkan Perkembangannya : terbagi atas 7 generasi

 Sistem adhesif generasi 1-2 : hanya mengandalkan ikatan mikromekanis yang didapat dari
enamel.

 Sistem adhesif generasi 3-5 : teknik total-etching

 Sitem adhesif generasi 6-7 : teknik self-etching

 Sistem adhesif yang masih beredar saat ini : generasi 4-7

GENERASI PERTAMA
Pada tahun 1956, Buonocore dkk. menunjukkan bahwa penggunaan glycerophosphoric acid
dimethacrylate yang mengandung bahan resin dapat melekat pada dentin melalui etsa asam.9
Perlekatan ini diyakini terdapat hubungan antara molekul resin dengan ion kalsium
hidroksiapatit. Adanya air (kondisi basah) dapat mengurangi kekuatan perlekatan. Sembilan
tahun kemudian Bowen8 mencoba mengatasi masalah ini menggunakan Nphenylglycine and
glycidyl methacrylate (NPG-GMA). NPG-GMA adalah molekul bifungsi atau agen ganda. Ini
berarti bahwa salah satu ujung molekul berikatan dengan dentin sedangkan yang lainnya
(berpolimerisasi) berikatan dengan resin komposit. Kekuatan perlekatan dari sistem ini awalnya
hanya 1 sampai 3 megapaskal yang memberikan efek klinis sangat rendah.. Bahan ini
direkomendasikan terutama untuk kavitas kecil, seperti kelas III dan kelas V.

GENERASI KEDUA

Merupakan pengembangan yang dilakukan pada bahan adhesif yang berfungsi ganda untuk
komposit dan mempunyai daya lekat ke dentin lebih baik. Sistem generasi kedua ini
diperkenalkan pada akhir 1970-an. Sebagian besar generasi kedua ini berisi ester-ester
halophosphorous seperti bisphenol-A glycidyl methacrylate, atau bisGMA, atau hydroxyethyl
methacrylate, atau HEMA. Mekanisme generasi kedua dari sistem ini adalah terbentuknya
ikatan ionik dengan kalsium melalui kelompok-kelompok chlorophosphate. Generasi kedua ini
memiliki perlekatan yang lemah (dibandingkan dengan sistem generasi kelima-keenam) tetapi
memiliki sifat yang lebih baik dibandingkan sistem generasi pertama. Sebagai pengembangan
bahan bonding sebelumnya, maka di generasi kedua ini penghapusan smear layer menjadi
keharusan walaupun ada beberapa hal yang harus menjadi pertimbangan. Salah satu perhatian
utama dari sistem ini adalah bahwa ikatan fosfat dengan kalsium pada dentin tidak cukup kuat
untuk menahan hidrolisis yang dihasilkan dari pembilasan oleh air. Proses hidrolisis ini dapat
menurunkan perlekatan resin komposit dengan dentin dan menyebabkan microleakage. Karena
sistem ini awalnya tidak melibatkan dentin melalui pengetsaan, maka sebagian besar bahan
adhesif melekat pada smear layer. Beberapa produk dari sistem generasi kedua ini dianggap
dapat melunakkan smear layer sehingga mampu meningkatkan penetrasi resin. Namun,
faktanya sistem ini menghasilkan kekuatan ikatan yang lemah dengan dentin.

GENERASI KETIGA

Sistem generasi ketiga mulai dikenalkan sekitar tahun 1980-an yaitu penggunaan etsa asam
pada dentin dan bahan primer yang didesain untuk penetrasi ke tubulus dentin sebagai metode
untuk meningkatkan kekuatan perlekatan. Sistem ini meningkatkan kekuatan perlekatan ke
dentin sebesar 12MPa-15MPa dan mengurangi terjadinya microleakage. Generasi ketiga ini
adalah "generasi" pertama yang terikat tidak hanya untuk struktur gigi, tetapi juga untuk logam
gigi dan keramik. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa retensi perekat dengan bahan-bahan
ini mulai menurun setelah 3 tahun. Untuk mengurangi adanya sensitivitas setelah penumpatan
pada gigi posterior, beberapa dokter gigi mengaplikasikan basis sebelum dilakukan penumpatan
komposit.
GENERASI KEEMPAT

Penghilangan secara keseluruhan smear layer dicapai dengan sistem bonding generasi keempat.
Untuk menghasilkan ikatan pada email dan dentin, Fusayama dkk melakukan etsa dengan asam
fosfat 40%. Sayangnya prosedur ini menyebabkan kerusakan serat kolagen karena proses etsa
yang tak terkontrol pada dentin. Pada tahun 1982, Nakabayashi dkk melaporkan pembentukan
hybrid layer yang dihasilkan dari polimerisasi metakrilat dan dentin. Hybrid layer didefinisikan
sebagai struktur yang terbentuk dalam jaringan keras gigi (enamel, dentin, sementum) oleh
demineralisasi permukaan yang diikuti oleh infiltrasi dari monomer dan kemudian mengalami
polimerisasi. Penggunaan teknik total etsa adalah salah satu ciri utama dari sistem bonding
generasi keempat. Teknik total etsa membolehkan etsa enamel dan dentin secara simultan
dengan menggunakan asam fosfat selama 15 sampai 20 detik. Permukaan harus dibiarkan
lembab ("ikatan basah"), untuk menghindari kerusakan kolagen , penerapan bahan primer
hidrofilik dapat masuk ke jaringan kolagen yang terbuka membentuk hybrid layer. Sayangnya,
"dentin lembab" tidak mudah didefinisikan secara klinis dan dapat mengakibatkan ikatan yang
kurang ideal jika dentin tersebut kondisinya terlalu basah atau kering.

GENERASI KELIMA

Mulai dikenalkan pada pertengahan tahun 1990-an. Sistem bonding ini bertujuan untuk
menyederhanakan prosedur klinis dengan mengurangi langkah aplikasi bonding dan
mempersingkat waktu kerja. Generasi kelima ini dikembangkan untuk membuat penggunaan
bahan bonding lebih dapat diandalkan bagi para praktisi. Generasi kelima disebut one-bottle
yang merupakan kombinasi antara bahan primer dan bahan adhesif dalam satu cairan untuk
diaplikasikan setelah etsa enamel dan dentin secara bersama-sama (the total-etch wet-bonding
technique) dengan 35-37% asam fosfat selama 15 sampai 20 detik. Sistem ini menghasilkan
mechanical interlocking melalui etsa dentin, terbentuknya resin tags, percabangan bahan
adhesif dan pembentukan hybrid layer serta menunjukkan kekuatan perlekatan yang baik pada
email dan dentin.

GENERASI KEENAM

Mulai dikenalkan pada akhir tahun 1990-an hingga awal tahun 2000-an. Watanabe dan
Nakabayashi mengembangkan self-etching primer yang merupakan larutan 20% phenyl-P dalam
30% HEMA untuk bonding email dan dentin secara bersama-sama. Kombinasi antara etsa dan
bahan primer merupakan suatu langkah yang dapat mempersingkat waktu kerja, meniadakan
proses pembilasan etsa dengan air dan juga mengurangi risiko kerusakan kolagen. Namun, self-
etching primer juga memiliki beberapa kelemahan. Sebagai contoh, penyimpanan larutan harus
diperhatikan supaya formulasi cairan tidak mudah rusak, dan seringkali menyisakan smear layer
diantara bahan adhesif dan dentin. Efektivitas self-etching primer pada permukaan email layer
dengan langkah etsa terpisah sebelum aplikasi bonding akan menghasilkan perlekatan dengan
dentin yang kuat dan tahan lama. Generasi keenam ini mempunyai kekuatan bonding yang
lemah bila dibandingkan dengan generasi kelima atau keempat.3ternyata kurang kuat hasilnya
bila dibandingkan etsa dengan asam fosfat. Tidak menyarankan bahwa penghilangan smear
layer dengan langkah etsa terpisah sebelum aplikasi bonding akan menghasilkan perlekatan
dengan dentin yang kuat dan tahan lama. Generasi keenam ini mempunyai kekuatan bonding
yang lemah bila dibandingkan dengan generasi kelima atau keempat.

GENERASI KETUJUH

Sistem Bonding Generasi ketujuh merupakan bahan adhesif “all in one” yaitu kombinasi antara
bahan etsa, bahan primer, dan bonding dalam satu larutan. Mulai dikenalkan pada akhir tahun
2002-an. Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan hasil bahwa generasi ini memiliki
kekuatan perlekatan dan penutupan daerah margin sama dengan sistem generasi keenam

B. Berdasarkan tahapan prosedur kerjanya, dibagi menjadi 3 tipe :

- 3 steps bonding agent (aplikasi etsa, primer, dan adhesive secara simultan dan terpisah),

- 2 steps bonding agent (etsa dan primer/primer dan adhesive berada pada satu kemasan,
sementara etsa/adhesive diaplikasikan secara terpisah)

Sistem bonding dua komponen, pertama diaplikasikan bahan primer, kemudian beri waktu
untuk meresap ke dalam porositas selama 20 detik, semprot dengan tiupan ringan udara,
aplikasi bahan adhesif, biarkan selama 20 detik, ratakan dengan semprotan udara.

- 1 step bonding agent (etsa, primer dan adhesive berada dalam satu kemasan).

C. menurut sistem etsanya, menjadi 2 tipe

- Self-etching :mengurangi sensitivitas teknik dengan menyederhanakan langkah bonding, yaitu


menggabungkan langkah conditioning dengan langkah infiltrasi monomer hidrofilik (priming).
- Total-etching : memungkinkan pengetsaan enamel dan dentin secara simultan dalam satu
aplikasi, untuk mendapatkan daerah retentive yang lebih luas serta membuat dentin menjadi
tahan bocor.

Bonding Email dan Dentin

Adhesi Email
 Teknik Etsa Asam merupakan teknik yang banyak digunakan untuk memodifikasi email. Etsa
pada email dapat menghasilkan mikroporositas yang dapat digunakan sebagai retensi utama
suatu restorasi, yaitu dengan adanya pembentukan resin microtags di permukaan email. Etsa
permukan email akan menambah luas area untuk bonding, menaikan surface energi untuk
memudahkan wetting, bonding yang adekuat tergantung pada permukaan etsa yang kering,
sehingga harus dijaga dari kontaminasi saliva.

Asam fosfat 30-50% (pH = 1) merupakan etsa yang paling banyak digunakan.
Etsa asam akan menghasilkan :
1. Menghilangkan debris dari permukaan email
2. Membentuk pori-pori pada email -> Mikroporositas
3. Meningkatkan energi bebas permukaan email
4. Memperluas area permukaan email

Konsentrasi etsa yang lebih umum digunakan adalah dengan konsentrasi 37%

Adhesi Dentin
Konsep dasar adhesi resin komposit terhadap jaringan gigi berkembang di antara tahun 1980-an
hingga 1990-an, dengan diperkenalkannya teknik adhesi baru untuk jaringan dentin. Adhesi di
dentin memiliki tantangan tersendiri. Bahan adhesif berikatan dengan dentin secara mekanis
dan kimiawi.Prinsip utama adhesi dentin adalah penetrasi monomer adhesif di antara kolagen
fibril yang terbuka oleh etsa asam. Syarat suatu bahan adhesif/ bonding dentin yang ideal:
1. Dapat berikatan dengan dentin dan mencapai kekuatan yang setara > kekuatan ikat terhadap
email,
2. Mencapai kekuatan ikat yang maksimal dalam waktu singkat,
3. Biokompatibel,
4. Tidak mengiritasi jaringan pulpa,
5. Mencegah kebocoran mikro,
6. Stabil dalam jangka waktu lama di RM,
7. Mudah diaplikasikan

Perlekatan bahan tumpatan pada dentin lebih sulit didapat oleh karena komponen tertentu yang dimiliki
dentin; struktur tubulus dentin, kelembaban intrinsik dentin dan sifat dentin yang lebih hidrofilik
dibanding enamel. Permukaan dentin yang telah dietsa dapat dikeringkan dengan dua cara yaitu teknik
wet-bonding dan dry-bonding.

1. Teknik wet-bonding : permukaan dentin dikeringkan dengan cara blotting sehingga permukaan
dentin dalam kondisi lembab.

2. Teknik dry-bonding : permukaan dentin dikeringkan dengan semprotan udara yang


menghasilkan permukaan dentin yang benar-benar kering.

Dafpus

Eko Fibryanto. Jurnal Bahan Adhesif Restorasi Resin Komposit. Departemen Konservasi Gigi, Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia. JKGT VOL.2, NOMOR 1, JULY (2020) 8-13

Dwi Kartika Apriyono. PERKEMBANGAN BONDING DALAM KEMAJUAN RESTORASI ESTETIK. Bagian Ilmu
Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Jember.
Slide 13 :
 Beberapa faktor yang memberikan pengaruh pada perlekatan dentin antara lain komposisi dari
dentin (consisting of 50 vol% (volume percentage) of calcium phosphate mineral
(hydroxyapatite), 30 vol% of organic material (mainly type I collagen), and 20 vol% fluid, adanya
cairan di dalam tubulus dentin, prosesus odontoblast yang terdapat pada tubulus dentin, jumlah
dan lokasi dari tubulus dentin, serta keberadaan smear layer
 Smear layer tersebut dapat menutup tubulus dentin dan berperan sebagai barrier difusi
sehingga mengurangi permeabilitas dentin
 Bila dentin terlalu kering -> kolagen kolaps & ikatana ayg terbentuk inadekuat
 Prinsip dasar suatu ikatan atau kontak yang baik adalah bahan adhesif harus mempunyai
tegangan permukaan yang rendah dan substrat harus mempunyai energi bebas permukaan yang
tinggi.
 Hidroksiapatit mempunyai energi permukaan yang tinggi, tetapi kolagen dan komposit
mempunyai energi permukaan yang rendah. Dentin memiliki dua substrat yang berbeda energi,
yaitu: hidroksiapatit dan kolagen.

 Sistem adhesif generasi ke-7 menggunakan sistem self-etching sebagai karakteristik utamanya,
yaitu sistem one-step self-etching. Sistem adhesif ini disebut juga dengan all-in-one adhesive
system, ketiga langkah etsa, priming, dan bonding resin telah digabung,16,22 dalam satu
kemasan dengan air, etanol atau aseton. Generasi ini mengkombinasikan etsa, primer dan
bahan bonding dalam satu larutan agar aplikasinya mudah.
 Single component/one step primer/adhesif pada kavitas, Cairan diaplikasikan pada kavitas,
dibiarkan selama 20 detik untuk meresap ke dalam porositas dan mengeringkan solvent-nya.
Kavitas kemudian ditiup dengan semprotan udara ringan selama 1-2 detik.

 Sesudah aplikasi bahan bonding, permukaan dentin harus terlihat mengkilat, kemudian
dilakukan penyinaran light curing unit selama 20 detik atau disesuaikan dengan alat yang
digunakan. Setelah itu kavitas siap diisi dengan bahan tambal.

Anda mungkin juga menyukai