PEMERIKSAAN (A-1)
PENETRASI BAHAN-BAHAN BITUMEN
( SNI 2432:2011 )
( AASHTO T-49-68 )
( ASTM D-5-71 )
1.2. PENGERTIAN
1.2.1. Penetrasi adalah kekerasan yang dinyatakan sebagai kedalaman
masuknya jarum penetrasi standar secara vertikal yang dinyatakan dalam
satuan 0.1 mm pada kondisi beban, waktu dan temperatur tertentu;
1.2.2. Aspal adalah bitumen yang diperoleh dari residu hasil destilasi minyak
bumi pada keadaan hampa udara.
2.1. PERALATAN
Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum secara vertikal
tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1 mm;
b. Pemegang jarum seberat (47,5±0,05) gram yang dapat dilepas
dengan
mudah dari alat penetrasi untuk peneraan;
c. Pemberat dari (50±0,05) gram atau (100+0,05) gram masing-masing
dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan beban 100 gram dan 200
gram;
d. Jarum pentrasi dibuat dari stainless steel, grade 440-C atau HRC 54 sampai
60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut terpancung dengan berat jarum 2,5
± 0,05 gram;
e. Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar
yang rata berukuran sebagai berikut :
Penetrasi
Tinggi
Diameter
Permukaan
(mm) (mm) dibawah 55 35
200 200 – 55 – 45 –
350 350 – 75 70
55 70
f. Bak perendam terdiri dari bejana dengan isi tidak kurang dari 10 liter dan
dapat menahan suhu 25°C dengan ketelitian lebih kurang 0,1C°; bejana
dilengkapi dengan pelat dasar berlubang-lubang terletak 50 mm di atas dasar
bejana dan tidak kurang dari 100 mm di bawah permukaan air dalam bejana;
1
Laboratorium Perkerasan Jalan Tgl Edisi : Agustus 30, 2019
Prodi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana
g. Wadah air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat penetrasi; tempat
tersebut mempunyai isi tidak kurang dari 350 ml dan tinggi yang cukup untuk
merendam benda uji tanpa bergerak;
h. Pengatur waktu untuk pengukuran penetrasi dengan tangan
(manual)
diperlukan stop watch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang
dan kesaiahan tertinggi per 60 detik; untuk pengukuran penetrasi dengan alat
otomatis, kesalahan alat tersebut tidak boleh melebihi 0,1 detik;
i. Termometer harus dikalibrasi dengan maksimum kesalahan skala tidak
melebihi 0,1°C atau juga dapat digunakan pembagian skal thermometer lain
yang sama ketelitian dan kepekaannya.
2
Laboratorium Perkerasan Jalan Tgl Edisi : Agustus 30, 2019
Prodi Teknik Sipil Universitas Mercu Buana
7)
Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang berimpit
8) dengan jarum penunjuk; bulatkan hingga angka 0,1 mm terdekat;
Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat penetrasi untuk
9) pekerjaan berikutnya;
Lakukan pekerjaan 1) sampai 8) di atas tidak kurang dari 3 kali untuk benda
uji yang sama, dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak satu sama
lain dan dari tepi dinding lebih dari 1 cm.
5.1. LAPORAN
Laporkan angka penetrasi rata-rata dalam bilangan bulat sekurang-kurangnya
tiga kali pembacaan dengan ketentuan di bawah ini :
Tabel 1 Toleransi hasil penetrasi
Hasil Penetrasi
150-249
50-149
0-49
> 250 Toleransi atau
maksimum
perbedaan nilai 2,0 4,0 12 20
penetrasi antara
yang tertinggi dengan
5.3. PERHITUNGAN
Hasil penetrasi rata-rata dari kedua benda uji :
𝑨+𝑨+𝑨
𝑷𝒆𝒏𝒆𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊= 𝟏 𝟐 𝒊
, dalam satuan mm
𝒏
Keterangan :
Ai = Penetrasi benda uji ke i
n = Jumlah benda uji
3
LABORATORIUM PERKERASAN JALAN
No. Form : F-A1 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MERCU BUANA
Kelompok : ............ Jl. Meruya Selatan No. 1, Kec. Kembangan, Kota Jakarta Barat 11650
Telp : (021) 5840816
Subjek :
FORMULIR
PENGUJIAN
PENETRASI ASPAL
A. DASAR TEORI
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................
Uraian
432No.
: Kondisi 11 Jenis contoh benda
lingkungan
Tgl.-Pengujian
Temperatur Hasiluji
pengujian
2 :
3
:
5 - Kelembaban
Rata rata
B. ANALISIS KESIMPULAN
.............................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................