Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SISTEM PERTANIAN SAWAH LAHAN


KERING DAN IRIGASI
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Pertanian - Praktikum
Dosen Pengampu : Julian Adam Ridjal, S.P., M.P. dan Illia Seldon Magfiroh,
S.E., M.P.

Oleh :

Agung Triyahya Putra (201510701037)


Afina Rahmatika (201510701025)
Indina Sarah Firmanda (201510701030)
Roscupon Algeri (201510501103)
Eka Ratna Azkiya (201510701013)
Faisep Ratna Sari (201510101075)

KELAS H
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI JEMBER
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami kelompok 3 dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Sistem Pertanian Sawah Lahan Kering dan Irigrasi.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Juliam Adam Ridjal, S.P., M.P. dan Ibu Illia Seldon Magfiroh, S.E., M.P. pada mata
kuliah Pengantar Ilmu Pertanian - Praktikum. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Pertanian Sawah Lahan Kering dan Irigrasi bagi
para pembaca dan juga penyusun makalah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Juliam Adam Ridjal, S.P., M.P. dan
Ibu Illia Seldon Magfiroh, S.E., M.P. selaku dosen mata kuliah Pengantar Ilmu
Pertanian - Praktikum yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan oleh kami demi kesempurnaan
makalah ini.

Jember, 11 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................


DAFTAR ISI ..............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................
1.3 Tujuan ..................................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Lahan Sawah ......................................................................................
2.2 Produktivitas Lahan Sawah ..................................................................................
2.3 Pengolahan dan Perawatan Lahan Kering dan Irigasi..........................................
2.4 Jenis Tumbuhan yang dapat di Tanam pada Lahan Kering .................................
2.5 Wilayah Penerapan Lahan Kering .......................................................................
2.6 Dampak dari Sistem Lahan Kering dan Irigasi ....................................................
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................................
3.2 penutup .................................................................................................................
DAFTAR PUSAKA ...................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini pertanian di Indonesia sudah memiliki beberapa sistem untuk


pengelolaannya diantara lainnya sistem pertanian ladang, pertanian tegal, sawah
lahan kering dan irigasi, pertanian perkebunan, agroforestry, dan pertanian
hidroponik, dari banyaknya sistem pertanian tersebut, terdapat sistem pertanian
lahan kering. Lahan kering sendiri memiliki pengertian lahan yang kurang subur
tanahnya dan masih mengandalkan curah hujan, agar lahan dapat ditanami
tanaman. Di Indonesia sendiri banyak para petani yang mengandalkan sistem lahan
kering. Tentunya hal ini tidak mudah dilakukan, karena proses pengerjaan lahan
kering tidak sama seperti sistem pertanian yang lain.

Adapun beberapa hal yang harus dilakukan agar lahan kering dapat ditanami
tumbuhan dengan cara, memastikan bahwa tanah harus lembab dan memiliki
kandungan nitrogen. Ketika lahan kering dikelola dengan baik, maka akan
mempermudah kegiatan para petani dalam menanam dan memanen kedepannya.
Ketika mengelola lahan kering diharuskan melihat permasalahan apa yang akan
timbul seperti letak kemiringan lahan, daya tamping pada lahan, dan tingkat
kemasaman tanahnya.

Tidak banyak orang mengerti akan cara sistem lahan kering bagi kehidupan
bertani. Sehingga banyak sekali orang yang mengalami gagal panen atau
kekeringan. Jika sudah seperti itu ada baiknya untuk melakukan riset tentang
bagaimana cara mengolah ladang dengan sistem pertanian ladang kering.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara mengelola sistem pertanian Lahan Kering agar dapat ditanam
tanaman dengan baik ?

1.3 Tujuan

Untuk menjelaskan cara mengelola sistem pertanian Lahan Kering agar dapat
ditanam tanaman dengan baik
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Lahan Sawah

Tanah sawah didefinisikan sebagai tanah yang digunakan untuk bertanam


padi sawah yang digenangi, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun
bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah
taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah
perkebunan, tanah pertanian, dan sebagainya. Segala macam jenis tanah dapat
disawahkan asalkan air cukup tersedia. Padi sawah juga ditemukan pada berbagai
macam iklim yang jauh lebih beragam dibandingkan dengan jenis tanaman
lain,sehingga tidak mengherankan bila sifat tanah sawah sangat beragam sesuai
dengan sifat tanah asalnya (Hardjowigenoet al. 2004).

Menurut Biro Pusat Statistik (2014) menyatakan bahwa luas lahan sawah di
Indonesia sekitar 8.132.345 ha dari total luas lahan tersebut sebagian besar
terkonsentrasi di Pulau Jawa yang meliputi Jawa Barat seluas 925.565 ha, Jawa
Tengah seluas 1.101.851 ha dan terluas di Jawa Timur mencapai 1.152.875 ha;
sedangkan sisanya di Banten 191.020 ha dan D.I. Yogyakarta 71.868 ha. Lahan
sawah di Pulau Jawa menghadapi tantangan yang berat, misalnyaterjadinya alih
fungsi lahan dari lahan sawah menjadi lahan non sawah, baik untuk perumahan,
jalan, industri, dan kegiatan ekonomi lainnya. Alih fungsi lahan sawah tersebut
terjadi pada lahan sawah yang terletak pada lokasi yang cukup strategis di sekitar
jalur utama perekonomian.

Luas kepemilikan lahan sawah di Indonesia relatif sempit hanya sekitar 0,3 ha
per keluarga petani. Luas kepemilikan lahan 9 Lahan Sawah Terdegradasi sawah
petani Indonesia lebih sempit dibandingkan denganThailand yang luas kepemilikan
lahan oleh petani sebesar 3 ha, sedangkan bila mengacu ke Eropa rata-rata 50 ha
per keluarga petani. Salah satu faktor yang membuat produk pertanian Indonesia
sulit bersaing dengan produk pertanian dari negara lain ad
2.2. Kondisi Lahan Kering dan Irigasi di Indonesia

Lahan kering didefinisikan sebagai hamparan lahan yang tidak pernah


tergenang atau digenangi air pada sebagian besar waktu dalam setahun atau
sepanjang waktu.

Penggunaan lahan kering untuk pertanian di Indonesia pada umumnya


dikelompokkan menjadi beberapa contoh yakni pekarangan,
tegalan/kebun/ladang, padang rumput, perkebunan, tanaman kayu-kayuan. Lahan
kering untuk perkebunan yang belum dikelola seluas ± 12,2 juta ha,
tegalan/kebun/ladang seluas ± 9,7 juta ha (Dirjen Perkebunan, 2001). Lahan kering
yang belum diusahakan ternyata masih luas, yang disertai indeks pertanaman yang
rendah terutama di luar Pulau Jawa karena sebagian lahan belum dikelola secara
benar.

Pada umumnya lahan kering memiliki tingkat kesuburan tanah yang rendah,
sehingga lapisan tanah menjadi tipis dan kadar bahan organik rendah. Namun
dengan strategi dan teknologi yang tepat, masalah teknis tersebut dapat diatasi
(Agus, 2012). Terbatasnya informasi air tanah di area lahan kering antar lembaga
pengumpul atau pengelola data air tanah menyebabkan pemanfaatan air tanah
dilaksanakan tidak terencana dengan baik (Arsyad, 2010). Irigasi pada lahan
kering dibatasi oleh ketersediaan sumber daya air, sehingga akan memberikan
dampak terhadap hasil, kualitas, dan pendapatan.
2.3. Pengolahan dan Perawatan Lahan Kering dan Irigasi

Kebijakan sentralistik program pembangunan pertanian pada padi sawah


selama periode 1969 -1997 (Pelita I-VI), menyebabkan usahatani lahan kering
kurang mendapat perhatian. Sementara itu, proyek-proyek pembangunan
pertanian lahan kering telah banyak dilaksanakan tetapi tidak menunjukkan hasil
yang menggembirakan, dimana penyebabnya antara lain adalah tidak
berkembangnya kemandirian masyarakat dan pembinaan yang tidak
berkesinambungan. Hal ini menyebabkan sistem usahatani lahan kering semakin
tertinggal, terutama di Daerah Aliran Sungai (DAS) bagian hulu.

Ketimpangan pengelolaan dan penanganan permasalahan lahan kering antara


lain mencakup:

• Input usahatani konservasi terbatas sehingga memicu degradasi lahan dan


menyebabkan produktivitas rendah,

• Pengelolaan lahan yang tidak dilandasi pengetahuan tentang kesesuaian


dan kemampuannya, dan

• Pertambahan jumlah penduduk sehingga mendorong petani untuk


mengusahakan lahan kering berlereng di DAS hulu yang rentan terhadap
erosi.

Sedangkan untuk pengolahan dan perawatan lahan kering dengan baik diperlukan:

1. Curah hujan

Pertumbuhan tanaman di lahan kering secara langsung dipengaruhi oleh


faktor iklim terutama curah hujan. Berbeda dengan padi sawah, yang lingkungan
tumbuhnya selalu tergenang air. Di lahan kering seringkali mendapat berbagai
tekanan (stress) karena kekeringan, keracunan dan kekahatan berbagai unsur-
unsur hara, selain gangguan berbagai penyakit dan gulma. Curah hujan tahunan
di lahan kering berkisar antara 1.200-3.000 mm. Bulan kering umumnya terjadi
antara bulan Mei sampai dengan Oktober, dan zone agroklimatnya termasuk B-2,
C-3, D-4, E-1, dan E-3. Oleh karena itu, pada lahan kering curah hujan dan
kapasitas tanah. memegang air merupakan salahsatu faktor yang menentukan
keberhasilan produksi pangan. Untuk mengatasi masalah ini antara lain dengan
penggunaan varietas unggul berumur genjah, saat tanam yang tepat dan membuat
konservasi air permukaan berupa embung/waduk kecil.

2. Pengaruh pupuk kandang

sampah organik dan kompos terhadap perbaikan kesuburan tanah dan


peningkatan hasil tanaman telah lama diketahui. Peranan pupuk kandang dalam
perbaikan sifat-sifat tanah antara lain karena pupuk kandang mengandung kadar
C-organik, N, P, K, dan mempunyai nilai kapasitas tukar kation (KTK) tinggi.
Peningkatan perbaikan sifat-sifat tanah ini berdampak positif terhadap hasil
tanaman. Penggunaan 20 ton pupuk kandang/ha yang dikombinasikan dengan
mulsa jerami cukup efektif dalam pengurangan erosi (Sudirman at al.. 1981).
Penelitian Mueller et al. (1984) menunjukkan bahwa penggunaan 8 ton pupuk
kandang/ha yang disebarkan di permukaan tanah cukup efektif mengendalikan
erosi, mengurangi aliran permukaan dan kehilangan hara. Pengendalian gulma,
hama, dan penyakit.

3. Pengendalian gulma, hama, dan penyakit.

Di lahan kering, pertumbuhan gulma merupakan masalah yang cukup berat,


karena bersaing dengan tanaman pangan, dalam hal cahaya, hara, air, dan ruangan.
Keberhasilan tanaman pangan tergantung dari keberhasilan pengendalian gulma.
Berdasarkan pengalaman pengendalian hama-penyakit selama ini, pengendalian
kurang berhasil baik bila hanya dilakukan dengan mengandalkan satu komponen
teknologi pengendalian saja (insektisida atau varietas tahan atau agen hayati).
Dengan adanya UU No. 2 tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman, maka
pengendalian hama-penyakit dilakukan dengan pendekatan pengendalian hama
terpadu (PHT). Paket PHT hama tikus menggunakan bubu perangkap, PHT
wereng coklat dengan pergiliran varietas tahan, PHT penggerek batang dengan
pola tanam, PHT tungro dengan eradikasi virus helper, dan walang sangit dengan
insektisida nabati (CRIFC, 1986).

2.4. Jenis Tumbuhan atau Tanaman yang dapat di Tanam pada


Lahan Kering

Dalam system pertanian di Indonesia, lahan kering dan irigasi termasuk


salah satu didalamnya. Lahan kering ini memiliki tingkat kesuburan rendah.

Adapun beberapa hal yang menjadikan lahan kering relative rendah


suburnya, misalnya kandungan masam atau batuan vulkanik yang masam .
Sehingga membutuhkan perawatan lebih dalam menjalakankan sistem penanaman
di lahan kering. Perawatan yang diperlukan untuk menjaga kesuburan lahan kering
yaiti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K). kalsium dan magnesium (Ca dan Mg),
besi (fe), dan hara mikro. Sehingga tanaman atau tumbuhan dapat tumbuh dengan
baik

Ketika tanaman di tanam pada lahan kering, kondisikan tanah untuk tidak
tercemar oleh zat kimia, serta mempertahankan sumber daya genetik yang dimiliki
oleh tanaman. Selain itu juga petani harus mampu mempertahankan produksinya
ketika sudah mulai proses perawatan tanaman hingga menuju panen.

Terdapat beberapa tanaman yang bisa ditanam pada lahan kering. Apabila
ingin menanam tanaman yang menggunakan lahan kering, diharuskan untuk
memberikan air untuk tanaman. Jangan sampai tanah menjadi kekurangan nutrisi
maupun unsur hara. Berikut beberapa tanaman yang dapat di tanam pada lahan
kering ;
Tanaman Jagung (Zea mays)

Tanaman Terong (Solanum melongena)

Umbi-Umbian

Kacang Panjang (Vigna unguiculate ssp.sesquipedalis)

Itulah beberapa contoh tanaman yang dapat ditanam di lahan kering. Sebenarnya
masih ada beberapa lagi tanaman yang bisa ditanam pada lahan kering seperti
mentimun dan labu. Jika lahan kerin dapat ditanam pada tanaman gambar di atas,
Maka kita bisa mengolah lahan dengan baik, sesuai tata cara yang ada.
2.5. Wilayah penerapan lahan kering

Keterbatasan ketersediaan air di lahan kering menjadi factor pembatas


dalam upaya meningkatkan produktivitas lahan karena periode hujan terbatas
akibatnya intensitas tanaman rendah, sehingga penyesuaian pola tanaman menjadi
urgent dilakukan guna mendukung program ketahanan pangan. Untuk wilayah
wilayah rawan kekeringan dan/atau pada musim yang diperkirakan curah hujan di
bawah normal perlu petimbangan lebih detail dalam menciptakan alternative pola
tanaman. Penerapan pola tanaman di daerah setempat dengan memperhatikan
karekteristik alamnya merupakan pendekatan dini dalam mengantisipasi tanaman
dari kekeringan.

Lahan kering iklim kering utamanya terdapat di Kepulauan Nusa


Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Sulawesi, dan Maluku. Lahan
pertanian di areal lahan kering iklim kering, khususnya di kepulauan Nusa
Tenggara dominan diusahakan untuk usahatani tanaman pangan semusim seperti
jagung dan kacang hijau. Lain halnya dengan areal lahan kering masam,
persaingan penggunaan lahan dengan tanaman perkebunan sangat tinggi.
Produksi tanaman, misalnya jagung pada lahan kering iklim kering juga
umumnya relatif lebih tinggi dibanding lahan kering masam karena kesuburan
tanahnya sangat mendukung, namun demikian ratarata produksi yang dicapai saat
ini masih lebih rendah dibanding potensinya. Aspek pengelolaan air merupakan
kunci utama peningkatan produktivitas lahan pada lahan kering iklim kering,
dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutannya, di antaranya aspek
pengelolaan hara dan bahan organik, serta pencegahan erosi.

Sistem Informasi Dampak Perubahan Iklim Tanaman Pangan (SIDAPI


TAPA) merupakan perangkat lunak analisis yang dibangun berdasarkan dampak
perubahan iklim terhadap produksi pangan, terutama padi gogo dan jagung, pada
lahan kering di Sulawesi Selatan, NTB, dan NTT.
Sistem Informasi Dampak Perubahan Iklim terhadap Tanaman Pangan
perlu terus dikembangkan untuk seluruh wilayah Indonesia agar informasi dapat
menyeluruh dan terintegrasi melalui pengembangan sistem informasi lahan
kering yang dipadukan dengan pengembangan informasi proyeksi produksi
palawija, baik jagung maupun kedelai, serta komparasi proyeksi produksi
palawija di wilayah timur dan barat Indonesia. pada wilayah kajian.
2.6. Dampak Dari Sistem Lahan Kering Dan Irigasi

Di Indonesia, pengairan pertanian lahan kering belum populer, meskipun


beberapa pengusaha swasta dan petani dalam skala terbatas telah menerapkannya.
Pengairan dengan pompa yang meman- faatkan air tanah (sumur dalam) dan
mengalirkannya secara gravitasi pernah dilakukan Departemen Pekerjaan Umum
di beberapa daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Lampung. Di daerah Jember
dan Malang (Jawa Timur) pernah ada sistem pengairan sprinkler pada perkebunan
kopi, kakao, dan apel. Namun, pelaksanaannya menghadapi berbagai kendala,
baik ekonomi, pengelolaan maupun teknis operasional.

Prospek pengairan pertanian lahan kering cukup baik, khususnya untuk


komoditas bernilai ekonomis tinggi. Penelitian Tala’ohu et al. (2002) di Lampung
Tengah menunjukkan pengairan lahan kering pada musim kemarau dengan pompa
berkekuatan 6 PK mampu meningkatkan IP dari 1 menjadi 3. Dengan demikian
pengairan pada lahan kering mempunyai prospek yang baik dalam intensifikasi
pertanian. Namun, sejauh ini data hasil penelitian untuk mendukung penerapan
teknologi tersebut, baik aspek teknis maupun sosial ekonomis masih terbatas.

Ketersediaan air pada lahan kering sering kali menjadi faktor pembatas
akibat rusaknya daerah aliran sungai (DAS), sehingga air hujan yang jatuh di
atas permukaan tanah tidak lagi mampu mengisi cadangan air (reservoir) di
dalam tanah, sungai-sungai meluap saat hujan besar, dan kekurangan
air/kekeringan pada musim kemarau. Untuk mengurangi limpasan aliran
permukaan yang besar serta memperbesar kapasitas tanah dalam meresapkan air,
diperlukan penerapan teknik konservasi tanah secara terpadu dalam sistem
pengelolaan DAS.
Penerapan teknik konservasi tanah harus dikaitkan dengan upaya mengisidan
memfungsikan waduk, embung, check dam, dan reservoir lainnya untuk
mengantisipasi kekeringan pada musim kemarau dan cekaman air pada fase-fase
kritis pertumbuhan tanaman di musim hujan. Petani lahan kering di perbukitan kritis
Imogiri, Yogyakarta, telah lama memanfaatkan embung mikro atau kedung pada
musim kemarau untuk mengairi tembakau, bawang merah, cabai, dan jagung
(Kurnia et al. 2001). Ukuran embung atau kedung disesuaikan dengan luas lahan
yang mereka miliki. Manfaat embung cukup besar, yaitu memperbaiki pola tanam
dan meningkatkan produktivitas lahan. Di wilayah iklim basah dengan curah hujan
cukup tinggi sering terjadi periode atau bulan kering yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman. Pembuatan kolam, embung atau reservoir lain untuk
menampung dan menyimpan kelebihan air hujan atau aliran permukaan pada bagian
terendah dari suatu areal pertanian, diharapkan dapat menyediakan air pada musim
kemarau atau periode kritis pertumbuhan tanaman.

Di kawasan timur Indonesia, pemanenan hujan dan aliran permukaan untuk


mengisi embung, waduk, atau check dam sebagai sumber air pengairan (disebut
juga konservasi air) perlu dilakukan. Penerapan teknik konservasi air bertujuan
untuk mengendalikan erosi. Walaupun periode hujan singkat, intensitas hujan di
wilayah ini cukup tinggi, sehingga dapat menimbulkan erosi dan kerusakan tanah
yang cukup serius. Untuk memperluas pilihan sumber air pengairan, perlu dicari
sumber-sumber air pengairan baru di samping sungai, air hujan atau aliran
permukaan, antara lain pemanfaatan air tanah, air sungai, dan waduk. Dengan
mempertimbangkan kondisi wilayah dan jenis tanah, terutama tanah-tanah
bertekstur halus, maka pengairan pertanian lahan kering yang dapat dilakukan
adalah dengan irigasi pompa. Air tanah dinaikkan ke tempat penampungan dengan
menggunakan pompa, kemudian didistribusikan ke lahan pertanian secara gravitasi
melalui saluran air atau jaringan irigasi permukaan, irigasi drip, sprinkler atau
penggunaan siphon kapiler. Pada tanah bertekstur kasar, pengairan sprinkler lebih
memungkinkan karena dapat menghemat pemakaian air.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan data yang sudah disebutkan penulis dapat menyimpulkan
beberapa hal yaitu :
1. Pengolahan dan perawatan lahan kering dan irigasi bisa dimanfaatkan
dengan baik jika dapat mengelola curah hujan, pemakain pupuk, dan juga
pengendalian gulma,hama, dan penyakit.
2. Untuk jenis tumbuhan yang ditanaman dilahan kering juga bermacam-
macam, contoh ; tanaman jagung, umni-umbian, kacang panjang.
Sebenarnya masih terdapat beberapa yang bisa ditanam di lahan kering
jika kita bisa mengolah lahan dengan baik, dan sesuai tata cara yang ada

3.2. Saran
Penulis menyadari sepenuhya jika makalah ini masih banyak kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah penulis
meminta kritik yang membangun dari pembaca dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSAKA
Andi Bahrum. 2011. Strategi Pengolahan Air di Lahan Kering Suatu Upaya
Mengatasi Kekeringan. Kendari: Unhalu Press

Ai Dariah dan , Nani Heryani. 2014. Pemberdayaan Lahan Kering Suboptimal


untuk Mendukung Kebijakan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan. Jurnal
Sumberdaya Lahan Edisi Khusus Vol. 01, No. 16

Yayan Apriyana, Erni Susanti, Suciantini, Fadhlullah Ramadhani dan Elza


Surmaini. 2015. Analisis Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Tanaman
Pangan pada Lahan Kering dan Rancang Bangun Sistem Informasinya.
Informatika Pertanian, Vol. 25 No.1

Dwiratna N.P.S., Nawawi, G. dan Asdak, C. 2013. Analisis Curah Hujan dan
Aplikasinya dalam Penetapan Jadwal dan Pola Tanam Pertanian Lahan Kering
Di Kabupaten Bandung. Bionatura-Jurnal Ilmu-ilmu Hayati dan Fisik Vol. 15,
No. 1

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB (IPB Press).

Dirjen Perkebunan. 2001. Statistik Perkebunan. Ditjen Perkebunan. Jakarta.

Agus, F. 2012. Konservasi Tanah dan Karbon untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Mendukung Keberlanjutan Pembangunan Pertanian. Orasi Pengukuhan Profesor
Riset Bidang Hidrologi dan Konservasi Tanah. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Kementrian Pertanian Bogor

Moelyohadi, Yopie, M. Umar Harun, Renih Hayati, dan Nuni Gofar. 2012.
Pemanfaatan berbagai Jenis Pupuk Hayati pada Budidaya Tanaman Jagung (Zea
Mays) Efisiensi Hara di Lahan Kering. Jurnal Lahan Suboptimal. 1 (1)

Rusdi, Yulianti Riri, AR Tolangara, dan Hasna Ahmad. 2018. Jenis Tumbuhan
Bertahan Hidup di Lahan Kering. Jurnal Penelitian. 6(02). Hal 12-17

Matheus, Rupa. 2019. Skenario Pengelolaan Sumber Daya Lahan Kering:


Menuju Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta: Deepublish Publisher.
Andi Bahrum. 2011. Strategi Pengolahan Air di Lahan Kering Suatu Upaya
Mengatasi Kekeringan. Kendari: Unhalu Press

Ai Dariah dan , Nani Heryani. 2014. Pemberdayaan Lahan Kering Suboptimal


untuk Mendukung Kebijakan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan. Jurnal
Sumberdaya Lahan Edisi Khusus Vol. 01, No. 16

Yayan Apriyana, Erni Susanti, Suciantini, Fadhlullah Ramadhani dan Elza


Surmaini. 2015. Analisis Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi Tanaman
Pangan pada Lahan Kering dan Rancang Bangun Sistem Informasinya.
Informatika Pertanian, Vol. 25 No.1

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB (IPB Press). 472 p. Dirjen
Perkebunan. 2001. Statistik Perkebunan. Ditjen Perkebunan. Jakarta.

Agus, F. 2012. Konservasi Tanah dan Karbon untuk Mitigasi Perubahan Iklim
Mendukung Keberlanjutan Pembangunan Pertanian. Orasi Pengukuhan Profesor Riset
Bidang Hidrologi dan Konservasi Tanah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Kementrian Pertanian. Bogor, 26 September 2012. 68.

Anda mungkin juga menyukai