Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

DINAMIKA PLANET BUMI SEBAGAI RUANG


KEHIDUPAN

Nama Kelompok : 1. Ika Vahidha Arfianti


2. Ulfi Wuri Hanitamara
Kelas : X IPS 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya yang berjudul “DINAMIKA PLANET BUMI SEBAGAI RUANG
KEHIDUPAN”
Dengan selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah
memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
tercapainya kesempurnaan dari makalah ini.

Trenggalek, 07 November 2017


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bumi adalah planet yang menempati urutan ketiga dalam Tata Surya, setelah planet
Mercurius dan Venus, dan planet Bumi merupakan satu-satunya planet pada Tata Surya ini
yang dihuni mahluk hidup terutama manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Atmosfer
Bumi terdiri dari beberapa unsur zat, yang secara tersusun unsur zat yang ada pada
lapiasan bumi, sebagai berikut: Zat lemas 78%, Oksigen 21%, Orgon 0,9%, dan unsur
lainya seperti karbon dioksida, dan ozon yang jumlahnya sangat sedikit Bumi terbungkus
oleh lapisan atmosfer,dan permukaan Bumi tertutup oleh 71% lapisan air dan 29% terdiri
dari daratan.
Ukuran besar bumi hampir sama dengan venus dan bergaris tengah 12.640 km.
Jarak antara bumi dengan matahari adalah 149 juga km. Bumi mengadakan rotasi 24 jam,
berarti hari bumi = 24 jam. Arah rotasi bumi sama dengan arah revolusinya, ada pun
revolusi bumi setiap tahunnya adalah 365,25 hari yakni dari barat ke timur. Inilah
sebabnya mengapa matahari terbit lebih dulu di Irian Barat dari pada di Jawa.

B. Tujuan
1. Mendeskripsikan TEORI TERBENTUKNYA BUMI
2. Menjelaskan gerak rotasi dan revolusi bumi
3. Mendeskripsikan karakteristik lapisan bumi dan pergeseran benua
4. Mendeskripsikan kala geologi dan sejarah kehidupan
5. Mengaplikasikan teknis analisis data geografi
6. Memahami kelayakan planet bumi untuk kehidupan
BAB 2
PEMBAHASAN

TEORI TERBENTUKNYA BUMI


Bumi merupakan salah satu planet dari sistem tata surya yang terdapat dalam suatu galaksi
bernama Galaksi Bima Sakti (The Milky Ways atau Kabut Putih).

Bumi yang seperti sekarang ini baru terjadi setelah berjuta-juta tahun. Sesudah bumi
bertambah dingin, berubahlah gas tersebut menjadi cairan dan lama-kelamaan bagian luarnya
makin padat sehingga pada permukaan bumi dapat ditempati manusia, tumbuhan, serta
makhluk hidup lainnya.

Sejak zaman dahulu sudah banyak teori-teori tentang terbentuknya bumi dan tata surya.
Beberapa teori tentang proses terjadinya bumi dan tata surya sebagai berikut:

1. Teori Nebula (Kant dan Laplace)


Immanuel Kant (1749-1827) seorang ahli filsafat Jerman membuat suatu hipotesis tentang
terjadinya tata surya. Dikatakan bahwa di jagat raya terdapat gumpalan kabut yang berputar
perlahan-lahan.

Bagian tengah kabut itu lama kelamaan berubah menjadi gumpalan gas yang kemudian
menjadi matahari dan bagian tengah kabut sekitarnya menjadi planet-planet dan satelitnya.

Pada waktu yang hampir bersamaan, tanpa ada komunikasi, seorang ahli fisika Prancis
bernama Pierre de Laplace mengemukakan teori yang hampir sama.

Dikatakan bahwa tata surya berasal dari kabut panas yang berpilin, karena pilinannya itu
berupa gumpalan kabut yang berbentuk bulat seperti bola yang besar.

Makin mengecil bola itu, makin cepatlah pilinnya. Akibatnya, bentuk bola itu merapat pada
kutubnya dan melebar di bagian ekuatornya, bahkan sebagian massa gas di ekuator menjauh
dari gumpalan intinya, membentuk gelang-gelang.

Lama-kelamaan gelang-gelang itu berubah menjadi gumpalan padat. Itulah yang disebut
planet-planet dan satelitnya, sedangkan bagian inti kabut itu tetap berbentuk gas pijar yang kita
lihat sebagai matahari sekarang ini.

Kedua teori itu mempunyai persamaan tentang material asalnya, yaitu kabut.

Itulah sebabnya, keduanya dijadikan satu nama, yaitu Teori Nebula atau Teori Kabut (Nebular
Hypotheses), bahkan lebih dikenal Teori Kant dan Laplace.

2. Teori Planetesimal (Moulton dan Chamberlin)


Teori planetesimal dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin (1843 - 1928) seorang ahli
geologi dan Forest R. Moulton (1872 - 1952) seorang ahli astronomi, keduanya ilmuwan
Amerika.

Disebut sebagai Teori Planetesimal (berarti planet kecil) karena planet terbentuk dari benda
padat yang memang telah ada.

Menurut teori ini, Matahari telah ada sebagai salah satu dari bintang-bintang yang banyak.
Pada suatu masa, ada sebuah bintang berpapasan pada jarak yang tidak terlalu jauh.

Akibatnya, terjadilah peristiwa pasang naik pada permukaan Matahari maupun bintang itu.
Sebagian dari massa Matahari itu tertarik ke arah bitang yang menjauh.

Menurut Moulton dan Chamberlin, sebagaian dari massa Matahari itu jatuh kembali ke
permukaan Matahari dan sebagian lagi terhambur ke ruang angkasa sekitar Matahari. Hal
inilah yang dinamakan planetesimal yang kemudian menjadi planet-planet.

3. Teori Pasang Surut (Jeans dan Jeffreys)


Teori Planetesimal hampir sama dengan Teori Pasang Surut yang dikemukakan oleh Sir James
Jeans (1877 - 1946) dan Harold Jeffreys (1891), keduanya ilmuwan Inggris.

Jeans dan Jeffrey melukiskan bahwa setelah bintang itu berlalu, massa Matahari yang lepas itu
membentuk bentukan cerutu yang menjorok ke arah bintang.

Kemudian, akibat bintang yang makin menjauh, massa cerutu itu terputus-putus dan
membentuk gumpalan gas disekitar Matahari.

Gumpalan-gumpalan itulah yang kemudian membeku menjadi planet-palanet. Teori ini


menjelaskan apa sebab planet-planet bagian tengah, seperti Jupiter, Saturnus, Uranus dan
Neptunus merupakan planet raksasa, sedangkan di bagian ujungnya, Merkurius dan Venus di
dekat Matahari merupakan palanet yang lebih kecil.

4. Teori Awan Debu (Von Weizsaecker)


Pada tahun 1940 seorang ahli astronomi Jerman bernama Carl Von Weizsaecker
mengembangkan suatu teori yang dikenal dengan Teori Awan Debu (The Dust-Cloud Theory).

Teori ini kemudian disempurnakan lagi oleh ahli astronomi lain, yaitu Gerard P. Kuiper (1950)
dan Subrahmanyan Chandra-Sekhar.

Pada dasarnya, teori ini mengemukakan bahwa tata surya itu terbentuk dari gumpalan awan
gas dan debu.

Dewasa ini, di alam semesta bertebaran gumpalan awan seperti itu. Lebih dari 5.000 juta tahun
yang lalu, salah satu gumpalan awan itu mengalami pemampatan.

Pada proses pemampatan itu partikel-partikel debu tertarik ke bagian pusat awan tersebut,
membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin.

Lama-kelamaan gumpalan gas itu memipih menyerupai bentuk cakram yang tebal di bagian
tengah dan lebih tipis di bagian tepinya. Bagian tengah cakram gas itu berpilin lebih lambat
daripada bagian tepinya.
Partikel-partikel di bagian tengah cakram kemudian saling menekan sehingga menimbulkan
panas dan menjadi pijar. Bagian inilah yang kemudian menjadi Matahari.

Bagian yang lebih luar berputar sangat cepat, sehingga terpecah-pecah menjadi banyak
gumpalan gas dan debu yang lebih kecil.

Gumpalan kecil ini juga berpilin. Bagian inilah yang kemudian membeku dan menjadi planet-
planet serta satelit-satelinya.

Bahan planet itu dinamakan juga proto planet, sehingga teori ini dinamakan juga Teori Proto
Planet.
SEJARAH PEMBENTUKAN BUMI
Menurut para ahli, setelah bumi terbentuk, keadaannya masih belum stabil. Kulit bumi masih
sangat panas sehingga tidak dapat ditempati.

Menurut sejarah perkembangan bumi, para ahli membagi kedalam empat zaman berdasarkan
penelitian geologi bumi. Berikut ini merupakan sejarah pembentukan Bumi dan kehdiupan
didalamnya.

1. Zaman Arkaikum
Arkaikum adalah zaman tertua yang berumur kurang lebih 2.500 juta tahun. Pada zaman ini
keadaan bumi belum stabil akibat dari tenaga yang berasal dari dalam bumi (endogen) dan dari
luar bumi (eksogen) yang sangat ekstrem. Pada saat itu kulit bumi masih panas sekali, yaitu
masih dalam proses pembentukkan. Dengan keadaan seperti itu, di Bumi belum ada kehidupan.

2. Zaman Palaeozoikum (Zaman Primer)


Zaman ini berlangsung kira-kira 340 juta tahun yang lalu. Pada zaman ini sudah mulai ada
tanda-tanda kehidupan, yaitu binatang-binatang terkecil (mikroorganisme), binatang yang tidak
bertulang punggung sampai beberapa jenis ikan, amphibi dan reptil

3. Zaman Mesozoikum (Zaman Sekunder)


Zaman mesozoikum disebut juga zaman sekunder (zaman kedua). Zaman mesozoikum
berlangsung kurang lebih 140 juta tahun yang lalu. Pada zaman ini, kehidupan mengalami
perkembangan yang pesat. Kehidupan ada zaman mesozoikum ini dapat dibagi menjadi zaman
Tiras (masa ini terdapat ikan, amphibi, dan reptil jura, masa ini terdapat reptil dan sebangsa
katak) dan Calcium (masa ini terdapat burung-burung pertama dan tumbuhan berbunga).

4. Zaman Neozoikum atau Zaman Kainozoikum


Zaman ini berumur kurang lebih 60 juta tahun yang lalu. Pada zaman ini keadaan bumi sudah
membaik, perubahan cuaca tidak begitu ekstrem dan kehidupan berkembang dengan pesat.
Zaman ini dibedakan menjadi dua, yaitu zaman Tersier dan zaman Kuarter.

a. Zaman Tersier
Zaman tersier terbagi menjadi beberapa kala, yaitu kala Paleosen, kala Eosen, kala Oligosen,
Kala Miosen, kala Pliosen.

Pada zaman Tersier kehidupan dari jenis-jenis binatang raksasa mulai berkurang dan telah
muncul binatang menyusui sejenis kera. Diperkirakan binatang menyusui sejenis kera tampak
sejak kala Paleosen.

Pada kala Miosen diperkirakan telah muncul orang utan, Binatang tersebut diduga telah
muncul di Afrika. Diperkirakan pada saat itu Benua Afrika masih bersatu dengan jazirah Arab.
Selanjutnya orang utan menyebar ke Asia Barat Daya, Asia Selatan, dan Asia Tenggara.
Perubahan besar-besaran di bumi pada kala Miosen menyebabkan daerah Afrika berubah
menjadi daerah sabana. Orang utan yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan alam Afrika
bermigrasi ke Asia Tenggara yang masih memiliki hutan lebat. Oleh karena itu sampai
sekarang kita masih melihat orang utan di pedalaman Kalimantan yang masih berhutan lebat.

Pada kala Paleosen diduga telah hidup binatang yang lebih besar daripada gorila. Binatang
tersebut disebut Giganthropus, artinya kera manusia raksasa. Binatang tersebut diduga hidup di
kaki Pegunungan Himalaya dan di dekat Simla (India Utara). Binatang ini diduga
berkelompok, tetapi tidak jelas mengapa bisa punah.

Pada kala Paleosen juga hidup makhluk yang disebut Australopithecus artinya manusia kera
dari selatan.  Ada puluhan fosil Australopithecus yang telah ditemukan di Afrika Selatan dan
Afrika Timur.

b. Zaman Kuarter
Zaman kuarter diduga berusia 600 ribu tahun yang lalu. Pada era kuarter muncul dan
berkembang tanda-tanda kehidupan manusia Praaksara. Era Kuarter dibedakan lagi menjadi
dua kala, yaitu kala Pleistosen dan kala Holosen.
SEJARAH PERKEMBANGAN BUMI 
Pengetahaun terhadap bumi telah memberikan gambaran bahwa bumi pernah melewati fase
cair pijar, di mana bagian terluar mengalami pengkristalan menjadi kulit bumi dan sewaktu-
waktu mengalami retak sehingga magma dapat menerobos ke permukaan. Teori perkembangan
muka bumi dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

 1. Teori Kontraksi (Constraction Theory) Teori ini

 2. Teori Dua Benua (Laurasia-Gondwana Theory) Teori ini

 3. Teori Apung Benua Teori apungan benua atau teori tentang pergeseran benua yang
ddikemukakan

4. Teori Konveksi Menurut teori konveksi

 5. Teori Lempeng Tektonik Teori lempeng tektonik dikemukakan oleh Tozo Wilso

Anda mungkin juga menyukai