Anda di halaman 1dari 10

Volume 9 Nomor 2, Oktober 2016 Hlm.

109-118
http://journal.trunojoyo.ac.id/pamator
ISSN: 1829-7935
Received: Agustus 2016; Accepted: Oktober 2016

Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Pelayanan Kesehatan Bidang Gizi


(Studi Kasus di Wilayah Puskesmas Sidotopo Surabaya Utara)

Haris Fariadi, Sanggar Kanto, Mardiyono
Faculty of Social and Political Sciences, University of Brawijaya, Indonesia
ABSTRAK
Pembangunan kesehatan juga harus dipandang sebagai suatu investasi dalam kaitannya mendukung
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi, serta memiliki peran penting dalam
upaya penanggulangan kemiskinan. Upaya kesehatan harus dilakukan sejak dini dan berkesinambungan.
Gizi yang cukup serta perilaku sehat sangat penting bagi kesehatan dan pertumbuhan balita. Anak yang
sehat akan lebih berkonsentrasi dalam belajar, pekerja yang sehat akan lebih produktif dalam pekerjaannya,
serta ibu-ibu yang sehat akan melahirkan anak-anak yang sehat pula, dan angka kematian bayi pun dapat
ditekan. Kejadian kasus balita gizi buruk di Kota Surabaya masih cukup mengkhawatirkan, Berdasarkan
data Dinas Kesehatan penyebab balita gizi buruk diantaranya karena pola asuh yang keliru, kurang
asupan makanan bergizi, hingga masalah kemiskinan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, sedangkan metode yang digunakan adalah
Studi Kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua balita sebagian besar tidak mengetahui
kalau masih berada dalam kondisi pola pengasuhan yang kurang tepat, baik dalam pola asuh pemberian
makan, maupun pola asuh perawatan kesehatan dan hygiene sanitasi serta lingkungan rumah yang kurang
mendukung, sedangkan untuk kepedulian keluarga miskin terhadap kesehatan masih sangat rendah,
kurangnya keluarga miskin dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada. Persepsi keluarga miskin
terhadap bantuan penganggulangan masalah gizi adalah positif. Mereka beranggapan bahwa bantuan
tersebut bermanfaat sekali dalam menunjang perekonomian keluarga dan juga dapat meningkatkan status
gizi anak mereka, serta dengan adanya kegiatan pendampingan tersebut mereka merasakan manfaatnya
karena mereka merasa diperhatikan setiap bulannya untuk mengontrol kesehatan anaknya.
Kata Kunci: Persepsi, Masyarakat Miskin, Pelayanan Kesehatan, Gizi, Puskesmas

ABSTRACT
Health development should also be viewed as an investment in terms of supporting the improvement of
the quality of human resources and economic development, as well as having an important role in poverty
reduction efforts. Health efforts should be done early and continuous. Adequate nutrition and healthy
behaviors is critical to the health and growth of infants. A healthy child will be more concentrated in
learning, healthy workers are more productive at work, as well as healthy mothers who will give birth
to healthy children as well, and the infant mortality rate can be suppressed. The incidence of cases of
malnutrition children in the city of Surabaya is still quite alarming, Based on data from the Health Service
causes of malnutrition among children under five due to faulty parenting, lack of nutrition, to the problem
of poverty. This type of research is qualitative research that uses qualitative descriptive approach, whereas
the method used is a case study. The results showed that parents children mostly do not know if it is still in
a state of parenting that is not quite right, either in parenting feeding, as well as parenting health care and
hygiene sanitation and home environments that are less supportive, whereas for the care of poor families
against health is still very low, the lack of poor families in utilizing existing health facilities. Perception of
poor families to help penganggulangan nutritional problems is positive. They assume that the very useful
assistance in supporting the economy of the family and can also improve the nutritional status of their
children, as well as assisting with the activities they felt the benefits because they feel cared every month to
control their children’s health.

Keywords: Perceptioni, Poor people, Health Service, nutrient, Community Healthcare Centre

PENDAHULUAN sia (SDM) yang dicirikan sebagai manusia-manusia


Salah satu titik berat pembangunan nasional kita yang sehat, cerdas, produktif dan mandiri dengan
adalah pembangunan kualitas Sumber Daya Manu- status kesehatan dan gizi yang baik. Oleh karena itu,

Corresponding author : 109
Address : Akademi Gizi Surabaya, Jl. Bendul © 2016 LPPM-UTM
Merisi 126 Surabaya
Email : haris.akzi@gmail.com
110 |Haris Fariadi, dkk: Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Pelayanan Kesehatan Bidang Gizi

pembangunan kesehatan dan gizi yang erat kaitan- pendapatan, karena pendapatan akan mempenga-
nya dengan tingkat umur harapan hidup bangsa In- ruhi tingkat konsumsi, dan tingkat konsumsi berkai-
donesia, telah mendapatkan prioritas yang tinggi tan dengan kesehatan. Mereka yang berpendapatan
dalam strategi pembangunan nasional. tinggi akan memiliki kemampuan memperbaiki
Pembangunan kesehatan haruslah diarah- tingkat konsumsi, yang pada akhirnya akan mening-
kan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyara- katkan taraf gizi penduduk, dan taraf kesehatan, ser-
kat, dalam rangka peningkatan kualitas dan taraf ta menurunkan tingkat kematian penduduk. Karena
hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan rakyat itu, peningkatan aksesibilitas pelayanan kesehatan
pada umumnya yang tertuang dalam Program Pem- yang murah dan berkualitas menjadi sangat relevan
bangunan Nasional (PROPENAS) yang meliputi : bagi masyarakat miskin. Disparitas status kesehatan
program lingkungan sehat, perilaku sehat dan pem- antar-tingkat sosial ekonomi, antar-kawasan, dan
berdayaan masyarakat, program upaya kesehatan, antara perkotaan pedesaan masih cukup tinggi.
program penanggulangan gizi buruk, program sum-
Meski dari tahun ke tahun perkembangan
berdaya kesehatan, program obat, makanan dan ba- kualitas kesehatan masyarakat Jawa Timur cender-
han berbahaya, program kebijakan dan manajemen ung terus meningkat, tetapi tidak dapat dipungkiri
kesehatan. masih terdapat disparitas status kesehatan yang cuk-

Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai up tinggi antar-kelas sosial ekonomi, antar-kawasan,
dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia den- dan antara perkotaan- pedesaan. Disparitas status
gan perhatian utama pada proses tumbuh kembang kesehatan antara lain dapat dilihat dari beberapa in-
anak sejak pembuahan sampai mencapai dewasa dikator, seperti Angka Kematian Bayi, Angka Hara-
muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan pan Hidup, Angka Kematian Ibu Melahirkan, status
kebutuhan dasar anak seperti perawatan dan makan- gizi anak. Namun, angka kematian bayi dan angka
an bergizi yang diberikan dengan penuh kasih say- kematian balita pada kelompok termiskin adalah
ang dapat membentuk SDM yang sehat, cerdas dan empat kali lebih tinggi daripada kelompok terkaya.
produktif. Selain itu, angka kematian bayi dan angka kematian

Masalah gizi pada hakikatnya adalah ma- ibu melahirkan lebih tinggi di daerah pedesaan, dan
salah kesehatan masyarakat, namun penanggulan- pada penduduk dengan tingkat pendidikan rendah.
gannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan
Rendahnya status kesehatan penduduk
medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab tim- miskin terutama disebabkan oleh terbatasnya akses
bulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena terhadap pelayanan kesehatan karena kendala biaya,
itu pendekatan penanggulangannya harus melibat- jarak dan transportasi.
kan berbagai sektor yang terkait atau pendekatan
Selain itu, krisis ekonomi yang berkepan-
yang mengandung unsur multisektor. jangan ini telah dilihat menjadi beban yang tak ter-

Sebagai salah satu tujuan utama dari PRO- tanggungkan sehingga status gizi menurun, akses
PENAS adalah menstimulasi partisipasi masyarakat pada pelayanan kesehatan juga turun akibat mem-
disektor kesehatan melalui pelayanan dan pendidi- bumbung tingginya biaya pelayanan dan alat-alat
kan kesehatan. Dengan tujuan untuk memperkenal- medis serta menurunnya daya beli masyarakat, ter-
kan konsep-konsep biomedis pada masyarakat agar hadap alat-alat kontrasepsi, obat-obatan dan berb-
mereka tidak lagi mengintrepetasi gejala-gejala agai macam barang guna mencegah terjadinya ber-
dengan paradigma “tradisonal”. Dan diharapkan bagai macam penyakit. Ternyata keluarga miskin
agar masyarakat memainkan peranan yang lebih tak mudah mengakses pelayanan jaminan kesehatan
aktif dalam pelayanan kesehatan. Pembangunan yang disediakan bagi mereka. Paradigma pemberian
kesehatan juga harus dipandang sebagai suatu in- jaminan kesehatan tidak berorientasi kepada subjek,
vestasi dalam kaitannya mendukung peningkatan yakni orang miskin, namun pada jenis penyakit
kualitas sumber daya manusia dan pembangunan yang diderita, sehingga pembebasan biaya berobat
ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya berlaku selektif untuk jenis penyakit tertentu. Di
penanggulangan kemiskinan. Upaya kesehatan ha- luar daftar penyakit yang ditanggung pemerintah,
rus dilakukan sejak dini dan berkesinambungan. pasien miskin harus membayar sendiri. Sesuatu
Pemberian gizi yang cukup serta perilaku sehat san- yang mustahil bisa dilakukan oleh pasien keluarga
gat penting bagi kesehatan dan pertumbuhan balita. miskin. Akibatnya, banyak pasien miskin telantar
Anak yang sehat akan lebih berkonsentrasi dalam tanpa pengobatan. Kebijakan seperti itu memperbu-
belajar, pekerja yang sehat akan lebih produktif ruk kualitas kesehatan penduduk miskin. Pemberian
dalam pekerjaannya, serta ibu-ibu yang sehat akan jaminan kesehatan bagi keluarga miskin seyogyan-
melahirkan anak-anak yang sehat pula, dan angka ya dilakukan tanpa “syarat dan ketentuan berlaku”.
kematian bayi pun dapat ditekan. Kemiskinan mereka sudah cukup menjadi dasar un-

Tingkat kesehatan juga dipengaruhi tingkat tuk memperoleh pembebasan biaya pelayanan kes-
Jurnal Pamator, 9(2) Oktober 2016: 109-118| 111

ehatan. berian pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.



Pemerintah melalui Puskesmas, posyandu, Puskesmas adalah suatu organisasi fungsional yang
rumah sakit membuka pintu pelayanan kesehatan langsung memberikan pelayanan secara menyelu-
bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Akan ruh kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja
tetapi, dengan berbagai alasan serta krisis multi di- tertentu dalam bentuk usaha kesehatan pokok.
mensi sejak tahun 1998, fungsi sosial dan berbagai
Indonesia sendiri telah berhasil menurunk-
jenis pelayanan kesehatan milik pemerintah, apalagi an tingkat kemiskinan sebagaimana diukur oleh
dengan adanya otonomi daerah mulai dari Posyan- garis kemiskinan nasional sebesar 13,33 persen
du, Puskesmas, rumah sakit, dan berbagai pelay- (2010) menuju target 8-10 persen pada tahun 2014.
anan kesehatan masyarakat lainnya yang bersifat Harapannya dengan berkurangnya tingkat kemiski-
sosial mulai tererosi oleh sifat-sifat komersialnya. nan dapat memberi dampak pada perbaikan gizi ma-
Puskesmas sebagai Lembaga dalam bidang kes- syarakat Indonesia.
ehatan diharapkan dapat memperbaiki dan mening-
Dalam Undang-Undang Nomor 36/ 2009
katkan kesehatan masyarakat. Dimana para petugas tentang Kesehatan, secara eksplisit disebutkan bah-
atau tenaga kesehatan Puskesmas mempunyai peran wa tujuan pembinaan gizi adalah tercapainya mutu
dan tanggung jawab yang besar mengenai masalah gizi perorangan dan masyarakat melalui: perbaikan
kesehatan masyarakat. Terutama dalam hal pem- pola konsumsi makanan yang sesuai dengan gizi
Tabel 1
Perbandingan persentase kejadian status gizi buruk di wilayah Kota Surabaya tahun 2013

Status Wilayah Puskesmas


Gizi Sby Barat Sby. Pusat Sby Utara Sby Timur Sby Selatan
Kurus, 86 55 109 66 62
TB Pendek 49,1 % 66,3 % 70,3 % 48,2 % 60,2 %
Kurus, 64 18 29 34 33
TB Pendek 36,6 % 21,7 % 18,7 % 24,8 % 32,0 %
Kurus, 25 10 17 37 8
TB Pendek 14,3 % 12,0 % 11,0 % 27,0 % 7,8 %
Total 175 83 155 137 103
100 % 100 % 100 % 100 % 100 %
Sumber : Laporan Pendampingan balita Gizi Buruk Kota Surabaya, 2013.
seimbang, perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas 269 dari 6.696 bayi, Kec Sukomanunggal mencapai
isik, dan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat), 184 dari 4.072 bayi, dan Kec Tambaksari mencapai
serta peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi 118 dari 7.182 bayi.  Adapun penyebab penyebab
yang sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. balita gizi buruk diantaranya karena pola asuh yang
Pemerintah memiliki tanggung jawab atas pemenu- keliru, kurang asupan makanan bergizi, hingga ma-
han kecukupan gizi pada keluarga miskin. salah kemiskinan.
Akar masalah gizi sendiri adalah kemiski-
Pada tahun 2013 per Agustus ini, setida-
nan yang sangat terkait dengan ketersediaan bahan knya tercatat 653 balita di Kota Surabaya alami
pangan, pola makan dan kurangnya pengetahuan gizi buruk, di mana dari 31 kecamatan di Surabaya,
tentang gizi seimbang serta belum optimalnya pro- hampir 50 persen kasus gizi buruk sebagian besar
gram yang ada dalam mengatasi penyebab masalah ditemukan di tiga kecamatan. Ketiga kecamatan
gizi kurang, stunting, maupun gizi lebih. tersebut adalah Kecamatan Semampir, Bulak dan

Kasus Balita gizi buruk di Kota Surabaya Kenjeran.
masih cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan data Ketiga kecamatan ini masuk dalam admin-
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, sepan- istrasi Surabaya utara, karena letaknya yang berada
jang tahun 2011, kasus balita yang menyandang di pesisir dan menghadap ke Pulau Madura. Ketiga
status gizi buruk jumlahnya mencapai 1.027 balita. kecamatan yang sebagian besar penduduknya beras-
Jumlah ini sebenarnya sudah jauh menurun diband- al dari Madura ini, setiap tahunnya memiliki temuan
ing tahun sebelumnya yang mencapai 2.068 atau kasus gizi buruk lebih banyak ketimbang kecamatan
sekitar 1,81% dari jumlah seluruh balita sebanyak lain di Surabaya. Perbandingan prosentase kejadian
114.108. Sedangkan, balita dengan kasus kurang status gizi buruk di wilayah Kota Surabaya dapat
gizi mencapai 7.047 atau sekitar 6,18%. Dari data dilihat pada Tabel 1.1.
itu juga terungkap, kasus balita gizi buruk paling Dari tabel 1.1. yakni hasil kegiatan
banyak terjadi di Kec Semampir yakni mencapai pendampingan balita Gizi Buruk Kota Surabaya
112 |Haris Fariadi, dkk: Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Pelayanan Kesehatan Bidang Gizi

tahun 2013, menunjukkan bahwa prosentase balita masyarakat miskin terhadap layanan program gizi
dengan status gizi kurus dan tinggi badan pendek di wilayah Surabaya Utara, dengan berusaha meng-
terbesar, jika dibandingankan dengan wilayah keca- gali fakta-fakta yang ada, menggambarkan kondisi
matan lain adalah di wilayah Surabaya Utara den- yang terjadi serta faktor-faktor yang mempengaruhi
gan angka 70,3%, atau sekitar 109 balita. secara obyektif, tidak dogmatis, walaupun bersan-
Dari beberapa penjelasan diatas beberapa dar pada prinsip-prinsip teroritis. Adapun pendeka-
hal yang mendasari dalam penelitian ini adalah seb- tan dalam analisis penelitian yang digunakan
agai berikut : dengan analisis kualitatif, dimana penelitian meng-
a. Wilayah Surabaya Utara memiliki prosentase ma- gunakan data deskriptif, berupa kata-kata atau lesan
salah gizi terbesar dibandingkan wilayah lain. dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Den-
b. Pelayanan kesehatan yang optimal sangat di per- gan demikian diharapkan mampu mengetahui dan
lukan oleh masyarakat terutama masyarakat yang mengkaji permasalahan yang terjadi secara utuh.
berstatus sosial-ekonomi rendah adalah pihak
yang paling membutuhkan pelayanan kesehatan Teknik Pengumpulan Data
tersebut, jadi perlu ditemukan strategi yang tepat Pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai
dalam interaksi antara penyedia layanan dengan berikut :
pasien dalam hal ini masyarakat untuk mengeta- (1) Wawancara Mendalam (in-depth interview),
hui sejauh mana layanan kesehatan terutama lay- dilakukan untuk memperoleh data primer den-
anan gizi yang mereka rasakan. gan mewawancarai 10 informan gakin yang
Perihal inilah yang mendasari penelitian memiliki balita dengan gangguan kesehatan
ini dipilih berdasarkan prosentase kejadian masalah atau gizi buruk sesuai dengan kriteria yang ada,
gizi dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan serta dan 1 petugas pelaksana gizi Puskesmas serta
bagaimana persepsi masyarakat terhadap pelayanan 1 kader kesehatan di wilayah Puskesmas Sido-
kesehatan yang sudah ada, untuk memperoleh pe- topo, dimana wawancara yang dilakukan dalam
layanan yang lebih baik. penelitian ini menggunakan wawancara tak
Penelitian ini akan mempelajari fenomena terstruktur, yaitu bahan wawancara tidak ketat,
terjadinya masalah gizi pada masyarakat miskin dan menyesuaikan dengan situasi dan dialog yang
bagaimana kebutuhan masyarakat miskin terhadap ada antara informan dengan peneliti. Sehingga
pelayanan kesehatan terutama layanan gizi, dan un- akan menghasilkan rekaman dialog informan
tuk memperoleh gambaran masalah gangguan gizi dengan peneliti untuk kemudian ditulis hal-hal
pada masyarakat miskin serta untuk menganalisis yang berkaitan dengan masalah penelitian dan
persepsi masyarakat miskin terhadap layanan pro- dilakukan analisis data. Dengan menggunakan
gram pendampingan balita gizi buruk di wilayah pedoman wawancara fleksibel akan dapat meng-
Surabaya Utara. etahui jalan pemikiran informan yang berkaitan
langsung dengan kondisi kemiskinan yang di-
METODE PENELITIAN alaminya, wawancara ini dipergunakan untuk
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian mendapatkan data berkaitan dengan interpres-
kualitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif tasi informan terhadap persepsi masyarakat mis-
kualitatif, sedangkan metode yang digunakan ada- kin terhadap pelayanan kesehatan terutama di
lah Studi Kasus. bidang gizi, pandangan yang menyebabkan ter-
Berdasarkan rumusan masalah dalam jadinya gangguan kesehatan khususnya masalah
penelitian ini, yaitu bagaimana gambaran persepsi gizi, strategi dan tindakan masyarakat miskin
masyarakat miskin terhadap layanan program gizi di untuk dapat meningkatkan derajat kesehatannya.
wilayah Surabaya Utara, maka jenis penelitian yang (2) Observasi. Observasi dilapangan dilakukan
sesuai adalah jenis deksriptif. Dalam penelitian ini terhadap keluarga miskin yang meliputi penga-
mencoba akan menguraikan, dan mendeskripsikan matan terhadap kondisi rumah, kondisi lingkun-
secara sistematis dan jelas tentang beberapa fokus gan, kondisi kesehatan serta hal lain yang terkait
penelitian yang mempengaruhinya berdasarkan fak- dengan penelitian termasuk juga untuk mem-
ta-fakta yang diselidiki. peroleh informasi tentang kondisi nyata tentang
Tujuan dan penelitian deskriptif adalah informan keluarga miskin dan balita sasaran
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan penelitian serta kondisi sarana dan prasarana di
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fak- puskesma Sidotopo. Teknik observasi dilaku-
ta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena kan untuk mengamati situasi sosial yang terkait
yang diselidiki. dengan tujuan penelitian, termasuk pengambilan
Dalam penelitian ini penulis berusaha un- foto-foto yang terkait dengan informan dan den-
tuk memperoleh gambaran konkrit tentang persepsi gan cara observasi peneliti akan dapat mema-
Jurnal Pamator, 9(2) Oktober 2016: 109-118| 113

hami dan menyelami pola pikir dan pola kehidu- sar pekerjaan keluarga balita adalah tukang becak
pan keluarga miskin yang mengalami gangguan (4 orang), buruh dengan pendapatan tidak tetap (3
masalah kesehatan yang akan diteliti. orang), tukang sapu jalan (1 orang), sopir dan tidak
(3) Dokumentasi, merupakan sumber data yang bekerja.
digunakan untuk melengkapi penelitian, baik Jenis pekerjaan anggota keluarga sangat
berupa sumber tertulis, gambar (foto), yang terkait dengan jumlah penghasilan dari keluarga
semua itu memberikan informasi bagi proses tersebut. Bahan makanan bergizi seimbang akan
penelitian. Dokumentasi dilakukan untuk mem- dapat terpenuhi dengan jumlah yang cukup jika ke-
peroleh data sekunder dari berbagai instansi luarga tersebut mempunyai penghasilan yang me-
terkait dengan penelitian. Teknik penentuan pe- madai. Namun demikian pengaturan penggunaan
milihan informan dalam penelitian ini menggu- keuangan untuk belanja pangan juga tergantung
nakan tehnik purposive sampling. pada tingkat pengetahuan keluarga tersebut, se-
hingga jumlah pendapatan yang tinggi belum tentu
Teknik Analisa Data mencerminkan ketepatan konsumsi belanja pangan
Teknik analisa data yang digunakan dalam peneli- dari keluarga tersebut.
tian ini adalah analisis model interaktif (Interactive Beberapa ibu balita juga bekerja yaitu se-
Model of Analysis). Menurut Miles dan Huberman bagai pembantu rumah tangga dan buruh (2 orang),
(1992 h. 16) dalam model ini tiga komponen ana- namun sebagian besar dari mereka adalah tidak
lisis, yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan bekerja atau sebagai Ibu rumah tangga (6 orang).
kesimpulan, dilakukan dengan bentuk interaktif Kondisi ini sebenarnya merupakan hal yang posi-
dengan proses pengumpulan data (data collecting) tif sebagai suatu potensi untuk dapat memberikan
sebagai suatu siklus. pola pengasuhan dengan baik karena tersedianya
waktu yang cukup. Namun kondisi tidak bekerja
HASIL DAN PEMBAHASAN juga dapat bersifat negatif jika pendapatan keluarga
Persepsi Informan Terhadap Kemiskinan yang yang hanya berasal dari Ayah tersebut sangat ren-
dialaminya dah. Kondisi demikian tentu berpengaruh terhadap
Berdasarkan uraian diatas karakteristik kemiskinan kemampuan untuk mendapatkan makanan dan tem-
Keluarga sebagian besar dalam kondisi yang kronis pat tinggal yang layak untuk mencapai derajat kes-
dan kompleks karena tidak hanya ekonomi tetapi ehatan yang optimal bagi anggota keluarganya.
juga sosiokultural dan psikologis. Kondisi yang
serba dalam kekurangan yang dijalani oleh keluarga Tingkat Pendidikan orang tua
sudah seperti menjadi kebiasaan/hal yang wajar. Pendidikan orang tua juga berperan penting dalam
Sebagian besar Keluarga memiliki daya tahan yang pengetahuan orang tua terhadap cara mengasuh bal-
luar biasa terutama dalam hal kesabaran dan ketaba- ita, juga berpengaruh terhadap kondisi ekonomi dan
han menghadapi kondisi kemiskinan yang dialami. pendapatan keluarga. Dengan pendidikan yang ting-
Karakteristik kemiskinan yang dimiliki gi mereka dapat mencari pekerjaan yang layak den-
oleh keluarga balita bermacam-macam, ada seba- gan penghasilan yang mencukupi, tapi seandainya
gian mereka yang merasa memang dalam kondisi pendidikannya rendah maka mereka akan kesulitan
kekurangan, tetapi ada juga dari mereka yang untuk mencari pekerjaan yang layak.
merasa cukup keberadaannya, walaupun dalam ke-
nyataannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Gambaran Masalah Gangguan Gizi Pada In-
serba kurang. Gambaran kemiskinan didapatkan forman berdasarkan Berat Lahir
berdasarkan apa yang mereka rasakan dan alami Dari 10 sampel penelitian terdapat 3 balita sasaran
dari kenyataan sehari-harinya. dengan berat badan saat lahir dibawah normal yaitu
kurang dari 2500 gram, berat badan saat lahir perlu
Karakteristik Informan Berdasarkan Jenis diketahui karena hal ini sangat terkait dengan status
Pekerjaan Orang Tua dan Tingkat Pendidikan gizi balita tersebut dan upaya penangannya.
Pekerjaan adalah salah satu faktor kontribusi tidak Dari hasil kegiatan Pendampingan yang
langsung dari penyebab masalah gizi pada sebuah pernah dilakukan di wilayah kota Surabaya, ter-
keluarga, disamping faktor-faktor yang lain yang dapat korelasi yang positif antara Berat Badan Lahir
berhubungan dengan karakteristik keluarga seperti Anak dengan Status gizi balita saat ini. Apabila kon-
pendidikan orangtua, jumlah anak dan pengetahuan disi ini berlanjut hingga dewasa maka sebagian be-
orangtua. Dalam penelitian ini pekerjaan menjadi sar menyumbangkan balita-balita yang bermasalah
salah satu pembahasan karakteristik keluarga yang baik kurus maupun pendek dan berat badan rendah.
dianalisa karena terkait erat dengan pendapatan dan Untuk memperbaiki kondisi ini jauh lebih sulit bila
daya beli keluarga terhadap pangan. Sebagian be- dibandingkan dengan balita-balita yang lahir deng-
114 |Haris Fariadi, dkk: Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Pelayanan Kesehatan Bidang Gizi

an berat badan normal. Balita dengan BBLR akan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah
mengakibatkan balita menjadi gizi kurang (BB/U), yang lengkap. Yang sering menjadikan variasi
balita pendek (TB/U). makan balita kurang lengkap adalah protein hewani
dan sayur. Pemberian protein hewani pada balita ter-
Karakteristik Balita Informan berdasarkan kait erat dengan pendapatan dan daya beli keluarga
Status Gizi serta kebiasaan makan yang terbentuk sejak usia 6
Masalah status gizi balita dengan status pertumbu- bulan keatas. Demikian juga dengan sayur, banyak
han terganggu atau pendek terjadi pada semua sasa- ibu balita yang tidak mengenalkan sayur pada bali-
ran penelitian yaitu berjumlah 10 anak pada kelu- tanya sedini mungkin mulai pengenalan Makanan
arga miskin tersebut, status gizi buruk balita yang Pendamping ASI sejak usia di atas 6 bulan, sehing-
pertumbuhannya tidak sesuai di gambarkan dengan ga sampai usia balita di atas 1 tahun banyak balita
Indeks TB/U yang dapat menggambarkan masalah yang belum mengenal sayur hingga sekarang.
gizi yang terjadi untuk masa yang lama, dimana
sangat terkait dengan masalah status sosial ekonomi Karakteristik berdasarkan kejadian infeksi
keluarga balita serta kejadian penyakit infeksi yang yang dialami Balita
khronis akibat daya tahan tubuh yang rendah terha- Seberapa sering balita mengalami sakit atau seperti
dap penyakit, sehingga menyebabkan pertumbuhan halnya kondisi kejadian infeksi yang menonjol pada
ke atas anak balita menjadi terhambat. balita adalah diare dan ISPA. Kejadian ISPA lebih
Berdasarkan dari hasil penelitian dapat tinggi kasusnya daripada diare.
dilihat bahwa angka balita gizi buruk yang menjadi
sasaran, dimana datanya lebih banyak yang men- Hygiene dan Sanitasi Lingkungan
galami gizi kurang daripada status gizi normal pada Higiene dan sanitasi lingkungan rumah balita ter-
balita. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar cermin dari kondisi dinding, lantai dan atap rumah
balita sasaran memiliki masalah gizi yang kronis, penghuninya serta ketersediaan WC, ventilasi dan
disamping masalah gizi yang akut seperti tercer- pemanfaatan cahaya di lingkungan rumah tinggal
min dari tabel diatas sebelumnya. Tidak menutup keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa se-
kemungkinan ada banyak balita yang memiliki ma- bagian besar sebanyak 7 rumah dengan kondisi lan-
salah yang akut dan kronis dalam waktu yang bersa- tai terdiri dari semen plester yang kemudian dila-
maan. Masalah gizi akut yang tercermin dari indeks pisi dengan perlak atau plastik, sedangkan 3 rumah
BB/U ini relatif lebih cepat untuk diatasi dibanding- tangga dengan lantai yang sudah permanen kera-
kan masalah-masalah gizi khronik yang tercermin mik. Demikian pula untuk kondisi dinding dan atap
dari indeks TB/U. rumah, masih ada beberapa rumah sebanyak 4 ru-
mah tangga yang kondisi dinding luarnya sebagian
Karakteristik Pemberian ASI dan Praktek Pola tembok dan untuk dinding penyekatnya terbuat dari
Makan Balita triplek, sedangkan untuk atap rumahnya 4 rumah
Pemberian ASI eksklusif merupakan pemberian terbuat dari genting dan 6 rumah terbuat dari asbes.
pola makan yang sesuai untuk bayi dalam masa 6 Kondisi lingkungan lainnya tercermin
bulan pertama sejak bayi dilahirkan tanpa memberi- dari adanya ventilasi dan pencahayaan yang ada di
kan makanan lain selain ASI. Pemberian ASI ek- rumah keluarga balita. Beberapa rumah keluarga
sklusif akan menghantarkan bayi untuk mempunyai balita ada yang tidak memiliki ventilasi sebanyak 3
imunitas yang baik, sehingga bayi tidak sering sakit rumah tangga. Namun ada 3 rumah tangga yang me-
dan pada akhirnya proses pertumbuhan dan perkem- miliki ventilasi tetapi ventilasinya kadang-kadang
bangannya akan terjaga. Pada balita sasaran hanya tidak dimanfaatkannya dengan baik. Sedangkan 4
terdapat 3 balita yang mendapat ASI eksklusif. Sele- rumah tangga memanfaatkan ventilasi yang ada un-
bihnya balita tersebut telah mendapat MP-ASI sebe- tuk sirkulasi udara. Sedang untuk pencahayaan juga
lum waktunya atau diberikan MP-ASI dini. tidak berbeda jauh, yaitu sejumlah 6 keluarga mem-
Dari hasil penelitian ini didapatkan seluruh punyai masalah dalam hal pencahayaan di lingkun-
balita (10 sasaran) yang memiliki masalah dalam gan rumahnya, jadi kondisi pencahayaan hanya di-
pola makan yang tidak sesuai. Balita informan ban- dapat dari penerangan lampu dan dari cahaya dari
yak memiliki pola makan yang tidak seimbang an- pintu rumah.
tara sumber KH, Protein dan lemak. Menyimak pada hasil diatas dan fenomena
Keberanekaragaman/variasi makan adalah yang ada ternyata memberikan gambaran yang ber-
merupakan indikator yang paling banyak belum te- beda jika dibanding dengan pendapat-pendapat se-
pat yang dilakukan ibu terhadap balitanya. Variasi belumnya, bahwa lamanya seseorang tinggal dalam
makan yang tepat adalah untuk setiap hari minimal lingkungan tertentu dan pengalamannya berinter-
ada 2 kali makan yang mengandung unsur makanan aksi dengan lingkungan tersebut dapat mempenga-
Jurnal Pamator, 9(2) Oktober 2016: 109-118| 115

ruhi partisipasi seseorang. Semakin lama ia tinggal beragam pendapat dan tindakan baik yang negatif
dalam lingkungan tersebut maka rasa memiliki ter- atau sikap positif terhadap keadaan mereka, seperti
hadap lingkungan cenderung lebih meningkatkan beberapa kutipan yang mengatakan bahwa “ akan
partisipasinya dalam setiap kegiatan lingkungan menjadi suatu masalah jika anak mereka mengalami
tersebut. gangguan kesehatan gizi buruk karena akan men-
jadi omongan orang lain terhadap anaknya sehingga
Gambaran Pengetahuan Informan orang tua merespon omongan tersebut dengan usaha
Pengetahuan, perhatian dan pemahaman tentang mereka untuk menjadi lebih telaten terhadap penga-
kesehatan anak sangat mempengaruhi sikap ibu ter- suhan anaknya.
hadap anaknya secara tidak langsung dapat mem- Jika terkait dengan penellitian ini, hal ini
pengaruhi status gizi anak balita. Ibu atau orang lain seperti yang diungkapkan oleh Ritzer (1985 h. 69),
yang mengasuh anak adalah sumber pengasuhan bahwa diri merupakan bagian dari orang lain dan
(resources of care) yang sangat menentukan status persepsi seseorang terhadap dirinya dan kemudian
gizi anak balita, disamping intake makan anak balita akan mengembangkan definisi melalui interaksi so-
itu sendiri dan kejadian infeksi. sial.
Beberapa balita sasaran masih berada
dalam kondisi pola pengasuhan yang kurang tepat, Kepedulian keluarga terhadap kesehatan
baik dalam pola asuh pemberian makan, maupun anaknya yang mengalami gangguan gizi
pola asuh perawatan kesehatan dan hygiene sanitasi Kepedulian orang tua terhadap kesehatan anak
serta lingkungan rumah yang kurang mendukung. adalah bentuk perhatian dan kasih sayang orang
Dari hasil penelitian sebagaian besar informan tua terhadap anak. Banyak macam dan bentuk
menjawab bahwa mereka pada awalnya tidak men- kepedulian orang tua terhadap anaknya jika anak
getahui bahwa ada anggota keluarga mereka yang mereka mengalami sakit. Tidak menutup kemungki-
mengalami gangguan kesehatan atau gangguan gizi, nan kepedulian keluarga juga bisa dipengaruhi oleh
tetapi berdasarkan informasi dari tetangga , petugas beberapa faktor misalnya ekonomi keluarga yang
posyandu dan petugas kesehatan, akhirnya mer- kurang untuk berobat, terus faktor pengetahuan
eka mengetahui bahwa anak mereka berada dalam keluarga terhadap pemanfaatan fasilitas kesehatan
kondisi yang tidak sehat. Hal ini merupakan interak- yang ada, juga faktor daya tahan anak balita terha-
si dari akibat proses komunikasi yang terjadi antar dap sakit. Di mana ada anak jika sudah sakit sulit
individu di masyarakat terkait masalah gizi buruk. sekali untuk sembuh.
Dengan orang tua mengetahui bahwa anak mereka Berdasarkan hasil penelitian tentang
berada dalam kondisi gizi buruk maka orang tua kepedulian orang tua balita terhadap anak mer-
merespon informasi yang mereka peroleh dengan eka jika menderita sakit seperti yang terjadi di atas
lebih bersikap perhatian kepada anak mereka. menunjukkan bahwa tindakan yang diambil oleh
Berkaitan dengan penelitian ini, persepsi orang tua beraneka ragam, dan tidak lain semua
gakin yang terbentuk sebagai akibat terjadinya tindakan tersebut adalah demi kesembuhan anak
komunikasi antar individu dan antar kelompok, se- mereka sehingga anak mereka bisa untuk hidup nor-
hingga menimbulkan persepsi dan tindakan sosial. mal dan memperoleh derajat kesehatan yang optima
Hal ini sesuai dengan teori Max Weber dalam para- seperti layaknya orang sehat.
digma definisi sosial yang secara definitive meru- Jika di kaitkan dengan teori sosial yang ada,
muskan sebagai ilmu yang berusaha menafsirkan hal ini seperti juga diungkapkan oleh Blumer dalam
dan memahami tindakan atau perilaku sosial serta Poloma, 2000;259, Seperti beberapa pendapat dan
antar hubungan sosial untuk sampai pada penjelasan persepsi dari informan yang mengatakan bahwa jika
kausal. anak mereka sakit maka mereka akan membawanya
untuk berobat atau ke fasilitas pelayanan kesehatan
Persepsi Informan Terhadap Masalah Gizi yang yang ada dan menyembuhkannya.
Ada
Masalah pertumbuhan sangat terkait dengan intake Strategi/Pola adaptasi yang dilakukan gakin
makanan balita. Permasalahan yang sering terjadi dalam mengatasi kemiskinan dan masalah gizi
adalah anak sulit atau kurang menyukai kegiatan yang ada
makan. Oleh karena itu sangat diperlukan ketelat- Bagaimana pola adaptasi yang dilakukan gakin
enan dari Ibu dalam memberikan makan pada balita. terkait dengan masalah gizi yang mereka alami
Berdasarkan beberapa pernyataan dari in- yaitu penyesuaian diri keluarga miskin dalam upaya
forman tentang sejauh mana reaksi mereka terhadap mempertahankan kondisi kesehatannya, bagaimana
persepsi tentang masalah gizi yang mereka hadapi keseharian kehidupan yang dilakukan keluarga mis-
seperti disebutkan diatas memang menimbulkan kin dalam upaya beradaptasi terhadap kondisi kes-
116 |Haris Fariadi, dkk: Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Pelayanan Kesehatan Bidang Gizi

ehatan anak yang mengalami gangguan gizi seperti kurang gizi, meliputi permasalahan kebersihan diri
pola konsumsi, pemenuhan kebutuhan makan dan dan lingkungan, pola pengasuhan serta faktor keter-
kebutuhan untuk sehari-harinya, maupun kebi- sediaan pangan ditingkat rumah tangga yang sangat
asaannya. tergantung pada kondisi sosial ekonomi keluarga.
Sebagai keluarga yang tidak mampu harus Hal ini tentunya akan membawa dampak
bekerja dengan berbagai keterbatasan yang dimiliki positif bagi masyarakat karena mereka akan dengan
untuk menghidupi anggota keluarganya, para ke- sukarela terlibat dalam suatu kegiatan jika ada tang-
luarga miskin disini memiliki berbagai strategi dan gapan yang positif dan menguntungkan mereka.
tindakan dalam upaya untuk bertahan dan bila perlu Hal menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus
bisa berkembang. mampu mempengaruhi dan menghimbau bawah-
Strategi yang menjadi keinginan keluarga annya, dan harus memiliki keterbukaan terhadap
miskin dalam berupaya bertahan dan bisa berkem- pandangan-pandangan baru, tanggap atas keperluan
bang rata-rata masih dalam lingkup pekerjaan bawahannya, serta mendukung pelaksanaan ino-
utama yang telah/ pernah dilakukan sebelumnya, vasi. Selain itu juga bahwa kepemimpinan adalah
seperti keinginan ibu balita untuk membantu suami proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas
dalam hal penghasilan dengan mencari pekerjaan, yang berkaitan dengan tugas para anggota kelom-
begitu juga dengan sang suami mempunyai keingi- pok.
nan untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik.
Berdasarkan uraian beberapa pendapat Persepsi Terhadap Layanan Program Gizi
dari informan, dapat disimpulkan bahwa mereka Persepsi masyarakat terhadap program gizi di
lebih banyak bersikap diam menunggu bantuan dari Puskesmas Sidotopo secara umum dapat diketahui
orang lain atau saudara dan bertahan dalam kondisi dari pengalaman berkunjung ke Puskesmas Sido-
mereka untuk mempertahankan kehidupan mer- topo, sedangkan pelayanannya dapat diketahui dari
eka, sampai mereka menemukan jalan keluar untuk pengetahuan masyarakat tentang bagaimana bentuk
permasalahan mereka baik dari segi ekonomi atau pelayanan dan kelengkapan prosedur pendaftaran
kesehatannya. Salah satu tindakan mereka untuk serta informasi yang terkait dalam proses pemerik-
tetap berada dalam kondisi yang stabil adalah den- saan.
gan menunggu pemberian dari orang sekitar yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa be-
lebih mampu dari mereka, baik itu tetangga ataupun berapa informan memang berkunjung ke Puskesmas
saudara dekat. Hal lain yang dilakukan oleh infor- secara langsung untuk berobat dan berkonsultasi
man adalah dengan memberikan makanan yang tentang kesehatan gizi anak mereka, artinya ibu bal-
baik kepada balita saat mereka mempunyai uang ita pernah mendapatkan layanan gizi di Puskesmas.
untuk membeli makanan. Kalau tidak mempunyai Dari beberapa uraian diatas, banyak infor-
uang mereka melakukannya dengan cara berhutang man yang merasakan manfaatnya layanan Puskes-
kepada orang lain, untuk mencukupi kebutuhan se- mas kepada mereka, karena mereka ke Puskesmas
hari-harinya. selain untuk melihat kondisi anaknya, mereka juga
bisa sekalian mengambil bantuan yang akan mereka
Persepsi Terhadap Bantuan Program Gizi terima. Hal ini dapat dikatakan mereka merespon
Persepsi keluarga terhadap program pendampingan dengan sikap positif terhadap layanan Puskesmas
yang dilakukan terhadap balita dengan gangguan yang sudah ada khususnya layanan dalam bidang
gizi kurang. Sudah sesuai dengan yang diharapkan gizi.
oleh informan. Sebagian besar informan merasa Sesuai dengan teori interaksi sosial yang
bermanfaat dengan adanya program pendampin- terkait dengan penellitian ini, hal ini seperti yang
gan yang dilakukan dari Puskesmas kepada balita. diungkapkan oleh Ritzer (1985 h. 69) dan Blumer,
Kegiatan pendampingan selama ini telah berusaha yang dalam hal imi terjadi sebuah interaksi di ma-
untuk menangani masalah gizi pada balita melalui syarakat dengan puskesmas sebagai pelaksana ke-
dua pendekatan, yaitu penanganan secara spesifik giatan dalam memberikan bantuan bahwa mereka
yang meliputi kegiatan penanganan secara lang- merespon positif dari kegiatan tersebut bahwasan-
sung, antara lain peningkatan asupan balita mela- nya ternyata informan mempersepsikan bantuan
lui pemberian PMT, zat gizi makro maupun mikro, tersebut sebagai bantuan yang layak di terima bagi
serta penanganan balita gizi kurang dan buruk lain- dia untuk perbaikan gizi balitanya dan menunjang
nya dari sisi kesehatannya dengan suplementasi mi- dalam segi perekonomian keluarga serta justru in-
cronutrient dalam bentuk sirup. Penanganan lainnya forman mengharapkan adanya bantuan tersebut.
yang tidak kalah penting adalah penanganan secara
sensitif, yaitu perubahan ke arah yang lebih baik Proposisi
dari beberapa faktor pendukung terjadinya masalah Berdasarkan hasil penelitian yang dilanjutkan
Jurnal Pamator, 9(2) Oktober 2016: 109-118| 117

dengan pembahasan sebagaimana telah diuraikan tua balita sebagian besar tidak mengetahui kalau
sebelumnya, maka pada bagian ini akan dirumus- masih berada dalam kondisi pola pengasuhan yang
kan proposisi hasil penelitian terkait dengan gam- kurang tepat, baik dalam pola asuh pemberian
baran persepsi gakin terhadap masalah gizi pada makan, maupun pola asuh perawatan kesehatan
masyarakat miskin, dapat dirumuskan proposisi se- dan hygiene sanitasi serta lingkungan rumah yang
bagai berikut : kurang mendukung, dimana hal tersebut merupakan
Proposisi Minor 1 : faktor yang bisa mendukung terjadinya masalah
Pengetahuan, pemahaman dan perhatian serta gizi pada balita. Sedangkan untuk kepedulian kelu-
tindakan nyata dari seluruh anggota keluarga arga miskin terhadap kesehatan masih sangat ren-
dan masyarakat sangat penting dalam menca- dah, hal ini terungkap dalam kurangnya keluarga
pai pertumbuhan balita yang optimal dari segi miskin dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
fisik, mental dan sosialnya serta berpengaruh yang ada. Bentuk tindakan mereka jika mendapat-
terhadap derajat kesehatan keluarga miskin. kan keluarganya dalam kondisi sakit adalah dengan
membelikan obat di warung-warung terdekat dan
Proposisi Minor 2 : dengan membawanya ke dukun pijat terdekat. Hal
Pemberian bantuan perbaikan gizi yang tepat
ini mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor sep-
bentuk, tepat waktu serta tepat sasaran bisa ber-
erti mereka lebih percaya ke dukun karena dengan
manfaat dan membantu keluarga miskin untuk
di bawa ke dukun maka penyakitnya hilang dan
memperbaiki derajat kesehatannya.
biaya murah. Sedangkan jika dibawa ke fasilitas
Dari proposisi minor diatas yang terkait
kesehatan kadang-kadang tidak sembuh serta rasa
dengan persepsi gakin terhadap masalah gizi yang
takut kalau seandainya dibawa ke Puskesmas, mer-
dihadapi tersebut, maka dapat dirumuskan proposisi
eka akan dianjurkan untuk menjalani rawat inap,
mayor (PM) sebagai berikut :
yang dimana akan membutuhkan biaya yang tidak
Proposisi Mayor :
sedikit. Persepsi keluarga miskin terhadap ban-
Persepsi keluarga miskin terhadap Layanan
tuan penganggulangan masalah gizi adalah positif.
kesehatan dibidang gizi dalam bentuk pembe-
Mereka beranggapan bahwa bantuan tersebut ber-
rian bantuan perbaikan gizi dan pendampingan
manfaat sekali dalam menunjang perekonomian
balita gizi buruk serta pemanfaatan fasilitas
keluarga, karena dengan adanya bantuan tersebut
kesehatan oleh keluarga miskin, memberikan
mereka dapat menyisihkan biaya yang seharusnya
persepsi yang positif bagi keluarga miskin ka-
dibelikan susu dan jajan anaknya, untuk keperluan
rena dapat membantu keluarga miskin untuk
lain. Dan juga dapat meningkatkan status gizi anak
memperbaiki derajat kesehatannya.
mereka, serta dengan adanya kegiatan pendampin-
Persepsi masyarakat terhadap bantuan perbaikan gan tersebut mereka merasakan manfaatnya karena
gizi di Puskesmas Sidotopo secara umum berman- mereka merasa diperhatikan setiap bulannya un-
faat karena dengan adanya bantuan tersebut bisa tuk mengontrol kesehatan anaknya. Tetapi ada hal
mengurangi biaya ibu untuk membeli susu balita, lain yang terjadi dimasyarakat penerima bantuan
dan dengan adanya biskuit dapat mengurangi biaya penanggulangan gizi buruk, yaitu disaat bantuan
untuk jajan. Tetapi untuk kesesuaian bantuan ter- tersebut datang dalam jumlah banyak dan dalam
hadap keluarga balita mereka menganggap bantuan waktu yang seketika, hal ini membuat stok di rumah
tersebut sudah sesuai tetapi ada yang kurang, kalau balita mengalami kelebihan stock sedangkan yang
bias diberikan selama satu tahun, dan bermanfaat bulan kemarin belum habis, kadang situasi seperti
tapi dengan catatan adanya bantuan ini sebaiknya ini dimanfaatkan oleh keluarga balita dengan mem-
tidak satu jenis seperti yang diberikan oleh Puskes- berikannya kepada orang lain atau tetangga mereka
mas, tapi berbagai jenis. padahal seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan,
Secara umum persepsi masyarakat terha- tetapi dengan diberikannya bantuan tersebut kepada
dap program gizi sudah cukup baik layanannya, dan tetangganya terkadang mereka juga memperoleh
bermanfaat untuk kesehatan anak2, proses pelay- imbalan berupa uang sebagai pengganti bantuan
anannya lambat hal ini dimungkinkan karena ket- tersebut. Kadang juga balita merasa bosan dengan
erbatasan tenaga. Dari petugasnya baik, komunikasi susu yang dikonsumsinya karena kurang bervariasi.
terjalin antara informan dengan petugas kesehatan, Sedangkan untuk persepsi masyarakat terhadap lay-
peralatan yg ada di Puskesmas sudah cukup leng- anan di bidang gizi secara umum sudah cukup baik
kap. karena petugas yang ramah dan selalu menanyakan
keadaan balita saat dibawa ke Puskesmas, sehingga
SIMPULAN
orang tua balita merasa mendapatkan perhatian.
Gambaran masalah gizi yang dapat disimpulkan
yang terjadi pada keluarga miskin, bahwa Orang
118 |Haris Fariadi, dkk: Persepsi Masyarakat Miskin terhadap Pelayanan Kesehatan Bidang Gizi

DAFTAR PUSTAKA Berparadigma Ganda. Jakarta : C.V. Ra-


Depkes RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan no- jawali.
mor : 1457/Menkes/SK/X/2003, tentang
Yulianti, Yoni, 2012. Analisis Partisipasi
Pedoman Penetapan Standar Pelayanan
Masyarakat dalam Pelaksanaan Program
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupat-
Nasional Pemberdayaan Masyarakat
en/Kota.
(PNPM) Mandiri Perkotaan di Kota So-
Dinkes Provinsi Jatim, 2010, Profil Dinas Keseha- lok. Artikel. Universiatas Andalas. Pa-
tan Tahun 2010. dang.

Depkes RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan no- Ritzer, George. 1985. Sosiologi Ilmu Pengetahuan
mor : 1457/Menkes/SK/X/2003, tentang Berparadigma Ganda. Jakarta : C.V. Ra-
Pedoman Penetapan Standar Pelayanan jawali. (hal. 45).
Minimal Bidang Kesehatan di Kabupat-
Firmansyah, saca. 2009. Partisipasi Masyarakat.
en/Kota.
http://sacafirmansyah.wordpress.
Supariasa I Dewa, 2002, Penilaian Status Gizi, Ja- com/2009/06/05/partisipasi-masyarakat/
karta, EGC. Diakses pada 29 November 2014.

Anonimous, 2009, RPJMD Provinsi Jawa Timur


2009-2014 “Makmur bersama wong cilik
melalui APBD untuk rakyat” Pemerintah
Provinsi Jawa Timur.

Anonimous, 2009, RPJMD Provinsi Jawa Timur


2009-2014 “Makmur bersama wong cilik
melalui APBD untuk rakyat” Pemerintah
Provinsi Jawa Timur. (hal – 105)

Anonimous, 2009, RPJMD Provinsi Jawa Timur


2009-2014 “Makmur bersama wong cilik
melalui APBD untuk rakyat” Pemerintah
Provinsi Jawa Timur. (hal – 106)

Anonimous, 2009, RPJMD Provinsi Jawa Timur


2009-2014 “Makmur bersama wong cilik
melalui APBD untuk rakyat” Pemerintah
Provinsi Jawa Timur. (hal – 107)

Azwar Asrul, 1980, Pengantar Administrasi Kes-


ehatan . Edisi 2. (Jakarta:PT. Binapura
Aksara,1980).

Wasono Agung dkk, 2013, Ketidakadilan, Kesen-


jangan, dan Ketimpangan: Jalan Pan-
jang Menuju Pembangunan Berkelan-
jutan Pasca-2015, PERPUSTAKAAN
NASIONAL. Katalog Dalam Terbitan
(KDT), Kemitraan, Jakarta, Cetakan per-
tama, Maret 2013.

Undang-Undang No 36/2009 pengganti Undang-


Undang No. 23/1992 tentang Kesehatan.

Dinkes Kota Surabaya, 2011 Laporan Tahunan Sek-


si Gizi Tahun 2011.

Ritzer, George. 1985. Sosiologi Ilmu Pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai