Anda di halaman 1dari 8

UJI T

Uji T Berpasangan

d
t=
Sd
n

Dimana :
d = rata-rata deviasi (selisih sampel 1 dengan sampel 2)

Sd = simpangan baku deviasi (selisih sampel 1 dengan sampel 2)


n = jumlah sampel

Langkah-langkah untuk melakukan uji komparatif dua sampel yang


berpasangan Pada Skala Kontinyu adalah sebagai berikut :
1. Tentukan hipotesis :
Ho : Tidak ada perbedaan bermakna rata-rata nilai X1 dan rata-rata nilai X2
(F(X1)=F(X2))
Ha : Terdapat perbedaan bermakna rata-rata nilai X1 dan rata-rata nilai X2
(F(X1)≠F(X2))
2. Tentukan selisih nilai X1 dan X2 untuk masing-masing urutan responden, lalu
jumlahkan secara keseluruhan
3. Tentukan rata-rata deviasi (selisih sampel 1 dengan sampel 2) => d
4. Hitung selisih nilai X1 dan X2 untuk masing-masing urutan responden dengan
rata-rata deviasi (d- d )
5. Kuadratkan selisih antara nilai X1 dan X2 untuk masing-masing urutan
responden dengan rata-rata deviasi (d- d ), lalu jumlahkan secara
keseluruhan.
6. Tentukan simpangan baku deviasi (selisih sampel 1 dengan sampel 2)
7. Tentukan derajat bebas (df)
8. Hitung nilai t hitung dengan menggunakan rumus t-test yang digunakan untuk
menguji hipotesis komparatif dua sampel yang berpasangan
9. Lihat t tabel pada α dan df yang sudah ditentukan
10. Pengambilan keputusan :
Ho diterima bila –t tabel < t hitung < t tabel
Ho ditolak bila –t tabel > t hitung atau t hitung > t tabel
11. Buat kesimpulan apakah ada perbedaan atau tidak antara rata-rata nilai X1
dan rata-rata nilai X2

Contoh kasus :
Suatu uji klinis dilakukan untuk mengetahui efektivitas obat penenang yang baru
pada 10 orang penderita psikoneurotik. Setiap penderita mendapatkan
pengobatan dengan obat baru selama 1 minggu dan 1 minggu kemudian dengan
plasebo. Setelah selesai pengobatan dilakukan evaluasi menggunakan skor
kecemasan dengan nilai 0-30. Dapatkah anda simpulkan bahwa ada perbedaan
bermakna rata-rata skor kecemasan ketika diberi obat penenang dengan rata-
rata skor kecemasan ketika diberi plasebo? α = 0,05. Perbedaan skor
kecemasan ketika diberi obat penenang dan skor kecemasan ketika diberi
plasebo adalah seperti ditunjukkan pada tabel.
Tabel 4.1. Perbedaan score kecemasan ketika diberi obat penenang dengan
skor kecemasan ketika diberi plasebo
No. Responden Score kecemasan ketika diberi obat penenang dan skor
kecemasan ketika diberi plasebo
Ketika diberi obat penenang (X1) Ketika diberi plasebo (X2)
1 19 22
2 11 18
3 14 17
4 17 19
5 23 22
6 11 12
7 15 14
8 19 11
9 11 19
10 8 7

Ho : Tidak terdapat perbedaan bermakna rata-rata skor kecemasan ketika diberi


obat penenang dan skor kecemasan ketika diberi plasebo
Ha : Terdapat perbedaan bermakna rata-rata skor kecemasan ketika diberi obat
penenang dan skor kecemasan ketika diberi plasebo
No Score kecemasan Selisih (d- d ) (d- d )2
Obat (X1) Plasebo (X2) (d)
1 19 22 -3 -1,7 2,89
2 11 18 -7 -5,7 32,49
3 14 17 -3 -1,7 2,89
4 17 19 -2 -0,7 0,49
5 23 22 1 2,3 5,29
6 11 12 -1 0,3 0,09
7 15 14 1 2,3 5,29
8 19 11 8 9,3 86,49
9 11 19 -8 -6,7 44,89
10 8 7 1 2,3 5,29

∑ 148 161 -13 186,10

d 13
d 
n 10

Sd =
 (d i  d )2
=
186,1
= 20 ,68 = 4,55
n 1 9
df = n-1 = 10-1 = 9
d 13
, 1,3
t    
hitung 0
,
9
Sd 4
,
55 1
,
44
n 10

T tabel, pada α = 0,05 dan df= 9 = 2,262


Pengambilan keputusan :
–t tabel (-2,262) < t hitung (-0,9) < t tabel (2,262)
→ Ho diterima
Kesimpulan :
Tidak ada perbedaan bermakna rata-rata skor kecemasan ketika diberi obat

penenang dengan rata-rata skor kecemasan ketika diberi plasebo (x1  x2 ) .


Obat penenang baru tersebut tidak memberikan efek menurunkan kecemasan
pada penderita psikoneurotik.
Setelah diberi obat penenang yang baru, skor kecemasan dalam sampel
cenderung menurun dibandingkan dengan ketika diberi plasebo, tetapi
menurunnya skor kecemasan karena obat penenang yang baru dibandingkan
dengan plasebo tidak dapat diberlakukan untuk seluruh populasi dimana sampel
diambil.

Uji T Tidak Berpasangan

Rumus (1) Separated Varians

X1  X2
t
s12 s22

n1 n2

Rumus (2) Polled Varians

X X
t 1 2

 1 2 2 
2 2
(n 1
)s (n 1
)s 1 1
1

 
n
1n22  n
1 n
2
a. Bila jumlah anggota sampel n1 = n2 dan varians homogen (σ1 = σ2), maka
dapat digunakan rumus t-test, baik untuk separated maupun polled varians.
Untuk mengetahui t tabel digunakan dk yang besarnya derajat kebebasan =
n1 + n2 – 2
b. Bila n1 ≠ n2, varians homogen (σ1 = σ2), maka dapat digunakan rumus t-test
dengan polled varians, besarnya derajat kebebasan = n 1 - n2 – 2
c. Bila n1 = n2, varians tidak homogen (σ1 ≠ σ2), maka dapat digunakan rumus t-
test, baik untuk separated maupun polled varians. Untuk mengetahui t tabel
digunakan dk yang besarnya derajat kebebasan = n 1 – 1 atau n2 – 2.
d. Bila n1 ≠ n2 dan varians tidak homogen (σ1 ≠ σ2), maka dapat digunakan
rumus t-test dengan separated varians. Harga t sebagai pengganti harga t
tabel dengan dk = (n1 – 1) dan dk = n2 -1, dibagi dua dan kemudian ditambah
dengan harga t yang terkecil. Contoh : n1 = 25; berarti dk 24, maka harga t
tabel = 2,797. n2 = 13, dk = 12. Harga t tabel = 3,005 (untuk kesalahan 1%,
uji dua pihak). Jadi harga t tabel yang digunakan adalah 3,055 – 2,797 =
0,208. Selanjutnya harga ini ditambah dengan harga t yang terkecil. Jadi
0,208 + 2,797 = 2,923. Harga t = 3,005 (lihat tabel) ini adalah sebagai
pengganti harga t tabel.

Langkah-langkah untuk melakukan uji komparatif dua sampel yang


Independen Pada Skala Kontinyu adalah sebagai berikut :
1. Tentukan hipotesis :
Ho : Tidak ada perbedaan bermakna rata-rata nilai X1 dan rata-rata nilai X2
(µ1=µ2)
Ha : Terdapat perbedaan bermakna rata-rata nilai X1 dan rata-rata nilai X2
(µ1≠µ2)
2. Menghitung rata-rata masing-masing kelompok
3. Hitung standar deviasi masing-masing kelompok dengan rumus :

s
(xx
)i
2

(n1
)

4. Hitung varian masing-masing kelompok (s2)


5. Untuk menentukan rumus t-test mana yang akan digunakan untuk pengujian
hipotesis, maka perlu diuji dulu varians kedua sampel homogen atau tidak.
Pengujian homogenitas varians digunakan uji F dengan rumus :

Varian terbesar
F=
Varian terkecil

Lalu harga F hitung tersebut dibandingkan dengan F tabel, dengan dk


pembilang = X1 – 1 dan dk penyebut X2 – 2
Bila harga F hitung lebih kecil atau sama dengan F tabel (Fh < Ft), maka Ho
diterima dan Ha ditolak. Ho diterima berarti varians homogen.
6. Tentukan rumus t-test yang bisa digunakan
7. Tentukan harga t hitung, lalu dibandingkan dengan harga t tabel (t tabel dapat
dilihat pada α dan dk yang sudah ditentukan)
8. Pengambilan keputusan :
Ho diterima bila –t tabel < t hitung < t tabel
Ho ditolak bila –t tabel > t hitung atau t hitung > t tabel
9. Buat kesimpulan apakah ada perbedaan atau tidak antara rata-rata nilai X1
dan rata-rata nilai X2

Contoh kasus :
Dilakukan penelitian untuk mengetahui frekuensi pemeriksaan ibu hamil ke
pelayanan kesehatan antara kehamilan pertama dengan kehamilan ke-2.
Berdasarkan 22 responden yang merupakan kehamilan pertama dan 18
responden yang merupakan kehamilan ke-2, maka perbedaan frekuensi
pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan adalah seperti ditunjukkan
pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Perbedaan Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan Ke Pelayanan
Kesehatan Antara Kehamilan ke-1 dan Kehamilan ke-2
No. Responden Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan Ke Pelayanan
Kesehatan Antara Kehamilan ke-1 dan Kehamilan ke-2
Pemeriksaan Kehamilan Ke Pemeriksaan Kehamilan
Pelayanan Kesehatan Antara Ke Pelayanan Kesehatan
Kehamilan ke-1 Antara Kehamilan ke-2
1 6 2
2 3 1
3 5 3
4 2 1
5 5 3
6 1 2
7 2 2
8 3 1
9 1 3
10 3 1
11 2 1
12 4 1
13 3 3
14 4 2
15 2 1
16 3 2
17 1 2
18 5 1
19 1
20 3
21 1
22 4
Hipotesis :
Ho : Tidak ada perbedaan bermakna Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan Ke
Pelayanan Kesehatan Antara Kehamilan ke-1 dan Kehamilan ke-2
Ha : Terdapat perbedaan bermakna Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan Ke
Pelayanan Kesehatan Antara Kehamilan ke-1 dan Kehamilan ke-2
No Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan
X1 X2
1 6 2
2 3 1
3 5 3
4 2 1
5 5 3

6 1 2
7 2 2
8 3 1
9 1 3
10 3 1

11 2 1
12 4 1
13 3 3
14 4 2
15 2 1

16 3 2
17 1 2
18 5 1
19 1
20 3

21 1
22 4

n1 = 22,00 n1 = 18,00
x1 = 2,91 x1 = 1,78
S1 = 1,51 S1 = 0,81
S12 = 2,28 S12 = 0,65
Pengujian homogenitas varians:
2,28
F= = 3,49
0,65

Dengan dk pembilang = 22-1 dan dk penyebut = 18-1, dengan taraf kesalahan


yang telah ditetapkan = 5%,maka harga F tabel = 2,22.
Ketentuan : F hitung < F tabel ( Fh < Ft) => Ho diterima, Ha ditolak
3,49 > 2,22 => Ho ditolak, Ha diterima. Hal ini berarti varians tidak homogen.
Setelah diketahui varians tidak homogen (σ1 ≠ σ2) dan jumlah sampel 1 tidak
sama dengan sampel 2 (n1 ≠ n2), maka digunakan rumus separated varians,
yaitu :

X X 2 ,
91
1,
78
t 1 2  
3,
02
2 2
s s 2,
28 0,
65
1
2 
n1 n
2
22 18

Harga t hitung tersebut lalu dibandingkan dengan harga t tabel


Karena jumlah sampel dan varians tidak homogen maka digunakan t tabel
pengganti. t tabel dihitung dari selisih harga t tabel dengan dk = n 1 -1 dan dk = n2
– 2 dibagi dua, dan kemudian ditambahkan dengan harga t yang terkecil.
n1 = 22; dk = 21,maka t tabel = 2,08 (α = 5%)
n2 = 18; dk = 17,maka t tabel = 2,11 (α = 5%)
t tabel pengganti = ((2,11-2,08) : 2)+ 2,08 = 2,095
Ketentuan : Ho diterima bila –t tabel < t hitung < t tabel
3,02 > 2,095 => Ho ditolak, Ha diterima
Kesimpulan : Terdapat perbedaan secara bermakna Frekuensi Pemeriksaan
Kehamilan Ke Pelayanan Kesehatan Antara Kehamilan ke-1 dan Kehamilan ke-2

Anda mungkin juga menyukai