Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu reaksi kimia berlangsung karena atom-atom bersenyawa membentuk

molekul molekul baru dengan cara pembentukan elemen oktet dalam masing

masing atom. Laju berlanglangsungnya proses kimia dan energi-energi yang

bertalian dengan proses ini secara mekanisme reaksi dipelajari dalam kinetika

reaksi (Luluk, 2007 :57).

Kinetika kimia bagian dari kimia fisika yang mempelajari tentang

kecepatanm reaksi-reaksi kimia dan mekanisme reaksi-reaksi tersebut. Reaksi

reaksi yang berjalan sangat cepat seperti reaksi-reaksi ion atau pembakaran dan

reaksi reaksi yang sangat lambat seperti pengkaratan, tidak dapat dipelajari secara

kinetik. Di antara kedua jenis reaksi tersebut, banyak reaksi reaksi yang

kecepatannya dapat diukur dengan kecepatan reaksi seperti kecepatan perubahan

konsentrasi pereaksi terhadap waktu (soekardjo, 2004 :323).

Termodinamika kimia mempelajari hubungan tenaga antara pereaksi dan


hasil-hasil reaksi, tidak mempelajari bagaimana reaksi-reaksi tersebut berlangsung

dan dengan kecepatan berapa kesetimbangan untuk reaksi kimia ini dicapai. Hal

ini dipelajari dalam kinetika kimia, sehinmgga dengan ini dapat dikatakan bahwa

kietika kimia merupakan pelengkap bagi termodinamika kimia (soekardjo, 2004

:323).

1
2

Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan dari percobaan tentang

kinetika kimia dengan reaksi sistem HCl-Na2S2O3, agar dapat dipahami dan

ditentukan nilai tetapan kecepatan reaksi dan orde reaksinya.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana tetapan

kecepatan reaksi dan orde reaksi sistem HCl-Na2S2O3 ?

C. Tujuan Pustaka

Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah menentukan tetapan

kecepatan reaksi dan orde reaksi sistem HCl-Na2S2O3.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinetika kimia

Cabang ilmu kimia yang khusus mempelajari tentang laju reaksi disebut

kinetika kimia. Tujuan utama kinetika kimia ialah menjelaskan bagaimana laju

bergantung pada konsentrasi reaktan dan mengetahui mekanisme suatu reaksi

berdasarkan pengetahuan tentang laju reaksi yang diperoleh dari eksperimen.

Kinetika kimia disebut juga dinamika kimia, karena adanya gerakkan molekul,

elemen atau ion dalam mekanisme reaksi dan laju reaksi sebagai fungsi waktu.

Mekanisme reaksi dapat diramalkan dengan bantuan pengamatan dan pengukuran

besaran termodinamika suatu reaksi, dengan mengamati arah jalannya reaktan

maupun produk suatu system. Suatu reaksi kimia dapat berlangsung laju reaksi

yang berbeda-beda karena perbedaan konsentrasi ataupun suhu yang digunakan

pada saat mereaksikan suatu unsur(Tim dosen,2013 : 127).

Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk.

Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat peraksi semakin
sedikit,sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi berhubungan dengan cepat

atau lambatnya reaksi berlangsung. Laju suatu reaksi kimia sebanding dengan

hasil kali dari konsentrasi molar reaktan yang masin-masing dipangkatkan dengan

angka yang menunjukkan jumlah molekul dari zat-zat yang ikut serta dalam

reaksi. Reaksi kimia juga dapat di definisikan sebagai adalah berubahnya pereaksi

menjadi hasil reaksi. Proses itu ada yang lambat dan ada yang cepat. Contohnya

bensin terbakar lebih cepat dibandingkan dengan minyak tanah. Ada reaksi yang

berlangsung sangat cepat, seperti membakar dinamit yang menghasilkan ledakan,

dan yang sangat lambat adalah seperti proses berkaratnya besi. Pembahasan

tentang kecepatan (laju) reaksi disebut kinetika kimia (Petrucci,2011 :197).

3
4

B. Laju reaksi

Laju reaksi didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi persatuan waktu.

Satuan yang umum adalah mol.L-1.detik-1(molar/ detik). Laju reaksi kimia terlihat

dari perubahan konsentrasi molekul reaktan atau konsentrasi molekul produk

terhadap waktu. Laju reaksi tidak tetap melainkan berubah terus-menerus seiring

dengan perubahan konsentrasi (Tim dosen,2013 : 127).

Pengukuran laju secara percobaan menghasilkan hukum laju untuk reaksi

yang menyatakan laju dalam konstanta laju dan konsentrasi reaktan.

Ketergantungan laju pada konsentrasi menghasilkan orde reaksi. Jika suatu reaksi

melibatkan reaktan, maka hukum laju dapat dengan mudah di tentukan dengan

mengukur laju awal reaksi sebagai fungsi konsentrasi reaktan. Contohnya, jika

laju reaksi menjadi dua kali lipat bila konsentrasi reaktan dilipat gandakan, maka

reaksinya adalah orde pertama dalam reaktan tersebut. Jika laju reaksi menjadi

empat kali lipat bila konsentrasi dilipatgandakan, maka reaksiya adalah orde

kedua pada reaktan tersebut (chang,2005: 29).

Banyak suatu reaksi dapat dikatalis dengan membiarkannya terjadi pada


permukaan padatan yang cocok. Intermedict reaksi yang esensial ditemukan pada

permukaan, jenis katalis ini disebut katalis heterogen. Dua molekul akan

bertabrakan langsung, jika konsentrasi reaksi diperbesar, berarti kerapatannya

bertambah dan akan memperbanyak kemungkinan tabrakan sehingga akan

mempercepat laju reaksi. akan tetapi tidak selalu pertambahan konsentrasi

pereaksi yang meningkatkan laju reaksi, karena laju reaksi di pengaruhi juga oleh

faktor lain (Petrucci,2011 : 227).


5

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Menurut rusdiman (2010: 158) faktor-faktor yang mempengaruhi laju

reaksi adalah sebagai berikut:

a) Konsentrasi

Kecepatan reaksi bergantung pada banyak factor. Konsentrasi reaktan

memainkan peran penting dalam mempercepat atau memperlambat rekasi

tertentu. Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi karena banyaknya partikel

memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin

banyak tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan.

b) Suhu

Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya

suhu, energy kinetic partikel zat-zat meningkat sehinga memungkinkan semakin

banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. Berdasarkan teori

tumbukan, reaksi terjadi bila molekul bertumbukan dengan energy yang cukup

besar, disebut energy aktivasi. Untuk memutus ikatan dan mengawali reaksi,

konsatanta laju dan energy aktivasi dihubungkan oleh persamaan Arrhenius.

k = Ae-Ea/RT
keterangan: Ea = energy aktivasi

T = suhu mutlak
A = frekuensi tumbukan

c) Luas Permukaan

Luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan

zat, semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar

peluang adanya tumbukan efektif menghasilkan perubahan. Semakin luas

permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat
6

d) Katalis

Katalis ialah zat yang mengambil bagian dalam reaksi kimia dan

mempercepatnya, tetapi ia sendiri tidak mengalami perubahan kimia yang

permanen. Jadi, katalis tidak muncul dalam laju persamaan kimia balans secara

keseluruhan, tetapi kehadirannya sangat mempengaruhi hukum laju, memodifikasi

dan mempercepat lintasan yang ada. Katalis menimbulkan efek yang nyata pada

laju reaksi, meskipun dengan jumlah yang sangat sedikit. Dalam kimia industry,

banyak upaya untuk menemukan katalis yang akan mempercepat reaksi tertentu

tanpa meningkatkan timbulnya produk yang tidak diinginkan. Aktivitas katalitik

dikaitkan dengan banyak unsur transisi dans senyawanya. Katalis dinakan

heterogen apabila reaktan-reaktan dari fase gas atau fase larutan diserap, atau

melekat pada permukaan katalis dan tidak semua atom permukaannya sama

efektifnya untuk katalis, atom permukaan efektif disebut tapak aktif.

e) Efek pelarut

Pengaruh pelarut terhadap laju penguraian obat merupakan suatu topic

terpenting untuk ahli farmasi. Walau efek-efek tersebut rumit dan generalisasi
tidak dapat dilaksanakan. Tampak reaksi nonelektrolik dihubungkan dengan

tekanan dalam relative atau parameter kelarutan dari pelarut dan zat terlarut. Ada

beberapa prinsip dan proses laju yang berkaitan dimasukkan dalam rantai

peristiwa ini yaitu: kestabilan dan tak tercampurkan, disolusi, proses

absorbs,distribusi dan eliminasi, dan kerja obat pada tingkat molekuler suatu

unsur.
7

D. Orde reaksi

Menurut chang (2005 : 29) menyatakan bahwa suatu reaksi dapat

dinyatakan berorde nol jika laju tidak bergantung pada konsentrasi reaktan atau

berorde pertama jika lajunya bergantung pada konsentrasi reaktan yang

pangkatkan satu. Adapun orde suatu reaksi dapat dientukan oleh beberapa metode.

Metode metode tersebut antara lain:

a) Metode substansi.

Data yang terkumpul dari hasil pengamatan jalannya suatu reaksi

disubtitusikan ke dalam bentuk integral dari persamaan berbagai orde reaksi. Jika

persamaan itu menghasilkan menghasilkan harga K yang tetap konstan dalam

batas-batas variasi percobaan, maka reaksi dianggap berjalan sesuai dengan orde

tersebut.

b) Metode grafik.

Plot data dalam bentuk grafik dapat digunakan untuk mengetahui orde

reaksi tersebut. Jika konsentrasi diplot terhadap t dan didapatkan garis lurus,

reaksi adalah orde nol. Reaksi dikatakan orde pertama bila log (a-x) terhadap t
menghasilkan garis lurus. Suatu reaksi orde-kedua akan memberikan garis lurus

bila 1/(a-x) diplot terhadap t (jika konsentrasi mula-mula sama). Jika plot 1/(a-x)2

terhadap t menghasilkan garis lurus dengan seluruh reaktan sama konsentrasi

mula-mulanya, reaksi adalah orde-ketiga.

c) Metode waktu-paruh.

Dalam reaksi orde, waktu paruh sebanding dengan konsentrasi awal a,

waktu paruh reaksi orde-pertama tidak bergantung pada a, waktu paruh untuk

reaksi orde-kedua, dimana a=b sebanding dengan 1/a dari dalam reaksi orde-

ketiga, dimana a=b=c, sebanding dengan 1/a2. Waktu paruh adalah waktu yang

dibutuhkan oleh suatu unsur untuk terurai setengahnya dari konsentrasi mula mula

unsur yang sama dapat menunjukkan orde penguraian yang berbeda pada konsidi
8

yang berbeda. Walaupun penguraian hidrogen peroksida, misalnya dengan katalis

ion iodine adalah satu orde pertama, telah ditemukan bahwa penguraian larutan

yang distabilkan dengan berbagai pereaksi dapat menjadi orde-nol. Dalam hal ini,

di mana reaksi tidak tergantung pada konsentrasi larutan, penguraian mungkin

akibat kontak dengan dinding wadah atau berbagai faktor luar lainnya.
BAB III METODE PENELITIAN

A. waktu dan tempat

Kegiatan praktikum dilaksanakan pada hari selasa,1 desember 2020. Pukul

14.30-16.00 di Laboratorium Analitik Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Alauddin Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini hotplate, termometer, kawat

kasa, gelas kimia, pipet skala 5 mL, tabung reaksi dan rak tabung reaksi.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah asam klorida (HCl) dan

natrium tiosulfat (Na2S2O3).

C. Prosedur Kerja

1. Pengaruh Konsentrasi HCl

Menyiapkan tabung reaksi sebanyak 6 buah dan mengisi tabung reaksi 1,2

dan 3 dengan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,01 N sebanyak 2 mL.

Kemudian pada tabung reaksi 4,5 dan 6 dengan larutan asam klorida (HCl)

masing-masing dengan konsentrasi 0,01 N, 0,05 N dan 0,1 N 2mL. Langkah

selanjutnya menuangkan tabung reaksi 4 ke tabung reaksi 3 lalu dengan cepat

tuang kembali tabung reaksi 3 ke tabung reaksi 4. Lakukan langkah kerja yang

sama tabung reaksi 5 ke tabung reaksi 2. Begitupun dengan tabung reaksi 6 ke 1.

Amati reaksi yang terjadi.

7
2. Pengaruh Konsentrasi Natrium Tiosulfat (Na2S2O3)

Menyiapkan tabung reaksi sebanyak 6 buah dan mengisi tabung reaksi 1,2

dan 3 dengan Asam klorida (HCl) 0,01 N sebanyak 2 mL. Kemudian pada tabung

reaksi 4,5 dan 6 dengan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) masing-masing

dengan konsentrasi 0,1 N, 0,05 N dan 0,01 N 2 mL. Langkah selanjutnya

menuangkan tabung reaksi 4 ke tabung reaksi 3 lalu dengan cepat tuang kembali

tabung reaksi 3 ke tabung reaksi 4. Lakukan langkah kerja yang sama tabung

reaksi 5 ke tabung reaksi 2. Begitupun dengan tabung reaksi 6 ke 1. Amati reaksi

yang terjadi.

3. Pengaruh Temperatur pada Reaksi HCl + Na2S2O3

Menyiapkan tabung reaksi sebanyak 6 buah dan mengisi tabung reaksi 1,2

dan 3 dengan larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N sebanyak 2 mL.

Kemudian pada tabung reaksi 4,5 dan 6 dengan larutan asam klorida (HCl)

dengan konsentrasi yang sama 0,01 N sebanyak 2 mL. Langkah selanjutnya

untuk pengamatan suhu kamar menuangkan tabung reaksi 4 ke tabung reaksi 3

lalu dengan cepat tuang kembali tabung reaksi 3 ke tabung reaksi 4. Kemudian

untuk pengamatan terhadap suhu 50ᵒC menuangkan tabung reaksi 2 ke tabung

reaksi 5 lalu dengan cepat tuang kembali tabung reaksi 5 ke tabung reaksi 2

kemudian memasukkan kedalam penangas air. Begitupun dengan suhu 100ᵒC

dengan mencampurkan tabung 6 dan tabung 1 lalu memasukkan ke dalan

penangas air. Amati reaksi yang terjadi.

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Pengamatan

Tabel 4.1 Pengaruh konsentrasi HCl

No. Tabung Waktu (s) Keterangan

1. 1 dan 6 55 s Bening

2. 2 dan 5 71 s Keruh

3. 3 dan4 84 s Keruh

Tabel 4.2 Pengaruh konsentrasi Na2S2O3

No. Tabung Waktu (s) Keterangan

1. 1 dan 6 53 s Bening

2. 2 dan 5 71 s Keruh

3. 3 dan4 67 s Keruh

Tabel 4.1 Pengaruh temperatur reaksi HCl- Na2S2O3

No. Tabung Waktu (s) Keterangan

1. 1 dan 6 (suhu 100ᵒC) 43 s Keruh

2. 2 dan 5(suhu 50ᵒC) 50 s Keruh

3. 3 dan 4(suhu kamar) 69 s Keruh

2. Reaksi

HCl → H+ + CL-

Na2S2O3 → 2 Na+ + SO2-2

Na2S2O3 → 2 NaCl + S2H2O3

9
10

3. Grafik

a) Grafik konsentrasi HCl

90
80
70
60
50
40
30
20 Waktu (s)
10
0
Na2S2O3 0,01 N Na2S2O3 0,01 N Na2S2O3 0,01 N
+ HCl 0,1 N + HCl 0,05 N + HCl 0,01 N

b) Grafik konsentrasi Na2S2O3

80

70

60

50

40
Waktu (s)
30

20

10

0
HCl 0,01 N + HCl 0,01 N + 3HCl 0,01 N +
Na2S2O3 0,01 N Na2S2O3 0,05 N Na2S2O3 0,1 N
11

c) Grafik pengaruh temperatur reaksi HCl dan Na2S2O3

120

100

80

60
temperatur ᵒC
40

20

0
Na2S2O3 0,1 N Na2S2O3 0,1 N Na2S2O3 0,1 N
+ HCl 0,01 N + HCl 0,01 N + HCl 0,01 N

B. Pembahasan
Reaksi kimia adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk seiring

dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi semakin sedikit,

sedangkan produk semakin banyak. Laju reaksi berhubungan dengan cepat atau

lambatnya reaksi berlangsung. Maka laju reaksi berbanding dengan hasil kali dari

konsentrasi molar reaktan yang masing-masing dipangkatkan dengan angka yang

menunjukkan jumlah molekul dari zat-zat yang ikut serta dalam reaksi(Rusdiman,

2010: 106).

Pada percobaan pertama penentuan konsentrasi HCl tabung reaksi 1 dan 6

hasilnya bening pada waktu 55 sekon. Pada tabung reaksi 2 dan 5 hasil larutannya

keruh dalam waktu 71 sekon. Pada tabung reaksi 3 dan 4 hasil larutannya keruh

dalam waktu 84 detik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah konsentrasi yang

digunakan semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk larutan tersebut bereaksi

sebaliknya semakin banyak konsentrasi yang di digunakan maka waktu yang


12

dibutuhkan larutan untuk bereaksi semaki sedikit, begitupun yang terjadi pada reaksi

Na2S2O3.

Pada hasil percobaan temperatur reaksi HCl- Na2S2O3 hasil yang di peroleh

pada campuran HCL 0,01 N dan Na2S2O3 0,1 N pada suhu kamar 25ᵒC menghasilkan

larutan keruh dalam waktu 69 sekon. Kemudian pada suhu 50ᵒC menghasilkan

larutan keruh dalam waktu 50 sekon sedangkan pada suhu 100ᵒC menghasilkan

larutan keruh dalam waktu 43 sekon. Hal ini sesuai dengan teori
(Palatina,ddk.,2013:42-46) menyatakan bahwa semakin tinggi suhu maka semakin

cepat laju reaksi yang terjadi, begitupun sebaliknya semakin rendah suhu yang

digunakan maka semakin lambat laju reaksi yang terjadi pada larutan.

Adapun prosedur mencampurkan kedua larutan dari 2 tabung reaksi yang

berbeda jenis larutan dan konsentrasinya dilakukan untuk mengamati cepat

lambatnya laju reaksi yang terjadi pada sebuah reaksi kimia jika dilihat dari sedikit

banyaknya konsentrasi yang digunakan. Sedangkan prosedur pencampuran larutan

dengan suhu yang berbeda-beda namun konsentrasi yang digunkan tetap sama pada

masing-masing suhu yang berbeda dilakukan untuk mengamati laju reaksi suatub

reaksi kimia dilihat dari tinggi rendahnya suhu yang digunakan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hal di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa semakin besar

konsentrasi suatu zat maka semakin cepat pula laju reaksinya, begitu pun dengan

suhunya, semakin tinggi suhunya maka laju reaksinya akan semakin cepat pula

terjadi.

B. Saran

Saran saya percobaan berikutnya yaitu sebaiknya digunakan pula pereaksi

lain, misalnya natrium hidroksida (NaOH) agar dapat pula di ketahui sifar

kelarutannya.

13
DAFTAR PUSTAKA
Endawati,Luluk. ”Kinetika Reaksi Pembuatan NaOH Dari Soda ASH Dan
Ca(OH)”. Jurnal Penelitian Ilmu teknik. Vol.7, No.2(2007),Hal.55-63.
Naomi, Palatina. “Pembuatan sabun Lunak Dari Minyak Goreng Bekas Di tinjau
Dari Kinetika Reaksi Kimia”. Jurnal Teknik kimia. Vol.19. No,
2(2013).Hal. 42-46.
Petrucci. 2011. Kimia Dasar Prinsip-Prinsip dan Aplikasi Modern Edisi
Kesembilan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Raymond chang.2005.”kimia Dasar Jilid 2”.Jakarta: PENERBIT ERLANGGA.
Rusdiman. 2010. Kimia Dasar Analitik. Akademi Gizi Indonesia Makassar:
Makassar.
Soekardjo. 2004. Kimia Fisika. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Tim Dosen Kimia UIN Alauddin Makassar. 2013. Kimia dasar I. Jurusan Kimia
UIN Alauddin Makassar University Press : Makassar.

Anda mungkin juga menyukai