Anda di halaman 1dari 7

Nama : Angraeni Sri Hanifa Wahyuni

NIM : 200322860508

Mata Kuliah Nanomaterial


Classification of nanomaterials

Nanomaterial dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang berbeda


berdasarkan kriteria yang dimiliki. Secara umum nanomaterial dikelompokkkan berdasarkan
dimensi, morfologi, keadaan, dan komposisi kimia. Nanomaterial juga dapat dikelompokkan
berdasarkan ukurannya yang berkisar antara 1-100 nm yang berada pada satu dimensi.
Berdasarkan dimensinya, nanomaterial dapat dikelompokkan menjadi empat kelas. Nanomaterial
dimensi nol (0D) yakni yang memiliki ukuran kurang dari 100 nm seperti nanorod, poligon,
hollow sphere, metal, dan core-shell, serta quantum dots (QDs). Nanomaterial satu dimensi (1D)
adalah material dengan satu dimensi tidak dalam skala nano sedangkan dua dimensi lainnya
dalam skala nano. Contohnya yakni logam, polimer, keramik, nanotube, dan filamen atau serat
nano. Sedangkan nanomaterial dua dimensi (2D) hanya berisi satu dimensi dalam skala nano,
sementara dua lainnya tidak. Yang termasuk dalam nanomaterial dimensi dua yakni kristal satu
lapis dan berlapis-lapis atau amorf, film tipis, nanoplates, dan nanocoating. Nanomaterial tiga
dimensi memiliki ukuran melebihi 100 nm dan menggabungkan beberapa nanocrystal degan
arah yang berbeda. Contohnya adalah busa, serat, tabung nano karbon, tabung nano, fullerene,
pilar kristal, polikristal, honeycombs, dan layer skeletons.
Sifat morfologi nanomaterial meliputi bentuk yang rata atau bulat ditinjau dari aspek
rasionya. Berdasarakn keseragaman, nanomaterial dapat dikelompokkan sebagai isometrik dan
tidak homogen atau tersebar dan menggumpal. Aglomerasi ini bergantung pada sifat
elektromagnetik, magnetisme, dan muatan permukaan dari suatu nanopartikel. Aglomerasi
nanopartikel dalam cairan bergantung pada morfologi dan fungsionalisasi yang menghasilkan
sifat hidrofilik atau hidrofobik. Nanopartikel dengan morfologi yang berbeda dianataranya
nanorod, nanozigzag, nanohook, nanostars, nanocubes, nanohelices, dan nanoplates.
Nanomaterial berdasarkan sifat kimia dan elektromagnetiknya dapat terjadi dalam fase
terdispersi, suspensi, dan koloid, atau dalam keadaan teraglomerasi. Misalnya nanopartikel
magnetik cenderung mengalami aglomerasi. Berdasarkan komposisi kimianya, nanomaterial
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori seperti nanopartikel pengusun tunggal dan
nanokomposit. Nanomaterial carbonaceous terutama terbentuk dari karbon, misalnya fullerene,
CNT, dan graphene. Nanomaterial logam dibuat dari logam seperti perak, tembaga, besi,
alumina, seng, titania, dan silika. Nanokomposit adalah bahan yang menggabungkan
nanopartikel ke dalam matriks bahan standar untuk meningkatkan sifat seperti mekanis,
konduktivitas listrk atau termal. QDs merupakan partikel semikonduktor kecil berukuran
beberapa nanometer dengan sifat optik dan elektronik yang berbeda dari partikel yang lebih
besar karena mekanika kuantum. QDs menampilkan sifat optik dan elektronik yang unik karena
menyerap cahaya putih atau ultraviolet dan memancarkan kembali sebagai panjang gelombang
tertentu. Di sini elektron pita konduksi, hole pita valensi, atau eksiton dibatasi pada tiga dimensi
spasial.
Material

Nanomaterial Bulk material

 Nanomaterial merupakan subtansi kimia atau  Material bulk merupakan partikel


material yang memiliki ukuran, satu dimensi, dengan ukuran di atasa 100 nm di
dengan skala nano 1-100 nm semua dimensi
 Tidak dapat dilihat dengan menggunakan  Dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop sederhana atau mata telanjang, mikroskop sederhana
diperlukan mikroskop yang yang lebih maju.  Rasio permukaan ke volume yang
 Tingginya presentasi atom atau molekul pada renda mengarah pada kinerja yang
permukaan mengarah kepada bentuk yang lebih lebih baik misalnya pada katalis,
unik. permukaan panas, dan sensor gas.
 Gaya pada permukaan sangat diperlukan  Rendahnya presentasi atom atau
 Nanopartikel logam memiliki sifat hamburan molekul pada permukaan
yang unik menunjukkan sifat material bulk.
 Semikonduktor nanopartikel menunjukkan sifat  Bulk forces tidak sepenting dengan
energi elektronik yang terbatas pada pita energi gaya permukaan
 Sifat kimia dan fisika nanomaterial unik  Logam bulk memiliki penyebaran
berubah bergantung ukuran dan bentuk yang normal
 Sifat nanomaterial dapat diatur dengan  Semikonduktor bulk tidak
memvariasikan ukuran partikel menunjukkan terbatasnya sifat
 Kompleksitas menawarkan berbagai fungsi elektronik pada pita energi
pada produk  Sifat fisika dan kimia tidak dapat
 Adsorpsi dan absorpsi dari molekul sangat diatur
tinggi dan cepat  Adsrorpsi dan absorpsi molekul
 Contohnya yakni nanosilica, nanotitania, dan sangat lambat dan rendah
nanolumina.  Misalnya pasir, semen, aluminium,
garam, dan lain-lain.
Gambar 1. Ciri umum nanomaterial dan material bulk
1. Nanomaterial Logam
Nanopartikel logam, seperti emas, besi, perak, dan nanopartkel logam lainnya, telah
dipelajari, dan terbukti bahwa bahan-bahan ini memiliki sifat kimia, optik, dan listrik yang
tidak biasa dibandingkan dengan bahan bulk. Misalnya, nanopartikel Au (emas) dapat
disintesis dan dibuat dengan kombinasi sonoelektrokimia dan getaran ultrasonik. Ukuran
beberapa nanopartikel logam bergantung pada kebutuhan maupun metode yang digunakan,
misalnya dengan mengurangi ukuran partikel ke skala nanometer, struktur bandgap elektronik
diubah menjadi level elektronik diskrit dengan sejumlah besar atom muncul di permukaan.
Dengan mengecilnya ukuran partikel menjadi skala nanometer, atom-atom di permukaan
material akan menjadi lebih aktif karena jarak antara koordinat atom dan situs tak jenuh
semakin jauh. Area permukaan yang aktif pada nanopartikel logam dapat digunakan untuk
beberapa aplikasi seperti proses katalisis dan adsorpsi. Umumnya nanopartikel logam dapat
menyerap cahaya melalui transisi antar pita energi seperti Pt, Pd, Ni, dan Ru dan transisi
intra-band seperti Al, Ag, Au, dan Cu.

Gambar 2. Klasifikasi nanomaterial berdasarkan beberapa kriteri yang dimiliki


2. Nanomaterial Logam Oksida
Berbagai macam oksida logam, seperti TiO2, Fe2O3, Al2O3, ZnO, dan SiO2, telah
disintesis dengan menggunakan reaksi sol-gel atau hidrotermal. Karena perubahan sifat
permukaannya yang mempengaruhi struktru bandgap suatu material, logam oksida memiliki
keunggulan yang signifikan dalam beberapa aplikasi seperti katalis, sensor kimia, dan
semikonduktor. Karakteristik yang lebih penting dari bahan-bahan ini adalah
biokompatibilitas dan luas permukaan yang sangat aktif. Permukaan nanopartikel dapat
dengan mudah dimodifikasi dengan beberapa reaksi, seperti memasang rantai polimer, zat
penghubung, atau doping ion logam. Asam lemak dapat digunakan untuk memodifikasi
permukaan nanopartikel dengan melalui metode green synthesis, seperti Al2O3. Modifikasi
permukaan nanopartikel ini dapat merubah sifat-sifat material, misalnya modifikasi Al2O3
dengan tipe asam lemak yang berbeda menunjukkan bahwa material yang diendapkan dalam
larutan air disebabkan oleh hidrofobisitas pengubah yang menempel pada permukaan Al 2O3.
Beberapa senyawa organik digunakan untuk modifikasi permukaan nanopartikel seperti
epoxies, amina, tiol, dan beberapa senyawa anionik. Permukaan yang dimodifikasi
menggunakan gugus organik fungsional juga dapat memberikan sifat fisik dan kimia yang
unik, seperti analit target pengikatan spesifik dan kepadatan tinggi.
3. Nanomaterial Bimetalik
Nanopartikel bimetalik terdiri dari dua komponen logam yang memiliki sifat unik, seperti
stabilitas kimiawi dan reaktivitas, serta sifat listrik dan optik yang bergantung pada ukuran.
Selain itu juga dipengaruhi oleh komposisi, bentuk, dan distribusi ukuran. Salah satu
contohnya adalah Bimetalik Pd/Cu-BNPs dapat dibuat dengan pencangkokan sederhana
bagian binaphthyl
sebagai stabilisator pada permukaan Pd-logam dan aplikasi untuk reaksi katalitik yang efisien.
Metode yang digunakan secara signifikan mempengaruhi distribusi ukuran nanopartikel dan
kemampuan daur ulangnya sebagai bahan katalis. Beberapa material bimetalik seperti Al –
TiO2 – Ag, Ag – Cu, Au / Pd, Au – Pd @ SiO 2, Fe – Cu, dan Ag – Au menunjukkan bahwa
kombinasi dua logam dapat memberi perbedaan dispersi dan stabilitas nanopartikel dan
aktivitas permukaan selain sifat optik dan magnet. Struktur nano material bimetalik sangat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi preparasi. Secara umum, naopartikel
bimetalik dapat dibagi menjadi lima kelas dengan struktur yang berbeda, seperti yang terlihat
pada Gambar 3.

Gambar 3. Perbedaan tipe struktur (a) metalic, (b) segregated metalic, (c) organize metalic mixed,
(d) random biometrics mixed, dan € cluster biometallic mixed structures.
4. Nanomaterial Komposit
Komposit adalah material padat yang terdiri dari beberapa fasa, dengan salah satu fasa
memiliki dimensi kurang dari 100 nm, atau struktur yang memiliki jarak pengulangan skala
nano antar fase. Dimensi fisik dalam rentang ukuran nanometer selalu digunakan dalam
proses pembentukan struktur komposit. Kombinasi beberapa material pembentuk komposit
mampu menghasilkan sifat yang berbeda, salah satunya adalah elastisitas, penyerapan air,
sifat optik, keausan, dan gloss retention. Nanokomposit kitosan – tripolifosfat / TiO2 dapat
dibuat mengikuti metode Box – Behnken, menggunakan lebih sedikit energi dan bahan kimia
untuk adsorpsi pewarna reaktif oranye. Kombinasi dari bahan untuk menghasilkan
nanokomposit menunjukkan bahwa luas permukaan bahan meningkat dari 0,156 m 2 / g
menjadi 2,75 m2 / g. Material komposit memungkinkan peningkatan kapasitas adsorpsi
material melalui beberapa jenis interaksi, seperti interaksi elektrostatis, interaksi n-π antara
elektron pasangan bebas yang terdelokalisasi menjadi orbital π, katan hidrogen dipol-dipol,
dan ikatan Yoshida H.
5. Nanomaterial Berbasis Karbon
Nanomaterial berbasis karbon memiliki sifat unik dan memainkan peran penting dalam
beberapa bidang interdisipliner. Karbon adalah bentuk padat alotrop yang memiliki berbagai
bentuk, seperti grafit, karbon amorf, dan intan. Nanomaterial berbasis karbon ini terdiri dari
atom karbon sp2 hibridisasi yang telah dikembangkan dalam berbagai dimensi seperti pada
gambar 4. Nanomaterial berbasis karbon dengan dimensi skala nano menunjukkan bahan
kimia yang berbeda dengan sifat fisik, antara lain konduktivitas, sifat mekanik, stabilitas
kimia, dan sifat termal. Oleh karena itu, nanomaterial berbasis karbon telah menarik banyak
perhatian karena banyak aplikasinya.

Gambar 4. Perbedaan bentuk nanomaterial berbasis karbon


Berdasarkan bentuknya, nanomaterial berbasis karbon dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: (1) fullerene (0D), yang merupakan alotrop karbon (C) dengan Atom 60 C tersusun
dalam struktur buckyball. Turunan fullerene memiliki sifat unik yang dapat menetralkan
spesies reaktif seperti nitrogen dan oksigen; (2) Carbon Nanotube (CNT) (1D), yaitu material
yang memiliki struktur berongga terdiri dari atom karbon yang terhubung dalam struktur
heksagonal. Modifikasi kimia dan fisik dari CNT menunjukkan sifat yang berbeda
berdasarkan bahan yang digunakan. CNT dapat langsung disintesis dengan Chemical Vapor
Deposition (CVD) dan langkah persiapan memungkinkan pengendalian homogenitas dan
ukuran struktur berbasis karbon; (3) Graphene (2D) yang merupakan struktur karbon berikat
sp2 yang membentuk kisi heksagonal atau sarang lebah. Graphene membentuk lapisan tipis
dengan satu atom karbon terikat secara kovalen dengan tiga atom karbon lainnya. Material ini
memiliki beberapa sifat unik, seperti luas permukaan yang besar, konduktivitas listrik yang
tinggi, stabilitas yang baik, dan reaktivitas kimiawi. Graphene dapat diisolasi dari grafit
dengan pengelupasan mekanis dan kimiawi; dan (4) grafit dan nanodiamonds (3D). Grafit
tersusun atas atom karbon sp2 yang tersusun dalam bentuk heksagonal sedangkan
nanodiamond memiliki bentuk heksagonal seperti bola berlapis. Nanodiamond memiliki
karakteristik unik, seperti sifat optik dan magnet. Material ini yang biasa digunakan untuk
pelapisan, semikonduktor, dan abrasive.
6. Nanomaterial berbasis Zeolit dan Silika
Nanomaterial berbasis zeolit telah banyak digunakan karena sifat kimia permukaan dan
struktur mesopori yang baik. Morfologi mesopori dan ukuran pori silika dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti template, laju hidrolisis, dan kondisi reaksi. Nanopartikel
mesoposri silika, dengan diameter pori 2-50 nm, dapat disintesis dalam kedua kondisi tersebut
basa maupun media asam dengan memvariasikan konsentrasi template, larutan pH, dan
penggunaan senyawa hidrofobik. Bahan berbasis silika yang paling banyak digunakan adalah
nanoclays, yang merupakan nanopartikel dari silikat berlapis dengan atom Si terikat secara
tetrahedral ke oktahedral Al (OH)3 atau Mg (OH)2. Lapisan tanah liat umumnya dihubungkan
oleh gaya van der Waals yang lemah yang dapat menembus rantai polimer interkalasi.
Namun, sebagian besar polimer tidak kompatibel dengan struktur nanoclays karena perbedaan
energi permukaan. Nanoclay dapat dimodifikasi menggunakan beberapa senyawa anorganik
kompleks.
7. Nanomaterial Keramik
Nanokeramik adalah jenis bahan nanopartikel yang terdiri dari keramik dan selanjutnya
diklasifikasikan sebagai tahan panas, anorganik, dan padatan bukan logam terbuat dari
senyawa bukan logam dan logam yang memiliki dimensi lebih kecil dari 100 nm. Banyak
metode kimia dan fisika untuk pembuatan nanomaterial keramik telah dieksplorasi dan
dilaporkan. Ditemukan bahwa bahan-bahan ini menunjukkan struktur, elektro-optik, sifat
superkonduktif, feromagnetik, dan feroelektrik. Begitu pula dengan sifat struktural dan fisik
Ti-doped nanoceramics BiFeO3 dapat diubah dengan mengubah konsentrasi doping, yang
dapat menyebabkan distorsi struktural.
8. Nanomaterial Semikonduktor
Nnaomaterial semikonduktor memiliki energi celah pita rendah kurang dari 4 eV. Contoh
semikonduktor yang dikenal adalah silikon, germanium, galium arsenida, dan elemen di dekat yang
disebut '' metalloid staircase '' pada tabel periodik. Nanomaterial ini adalah terdiri dari senyawa yang
berbeda dari berbagai kelompok, seperti II – VI (ZnO), IV (SiO2), dan III – V (GaAs). Modifikasi dari
struktur material tersebut menjadi skala nano dapat mengubah sifat kimia dan fisik material akibatnya
efek ukuran kuantum atau dengan meningkatkan luas permukaan. Semikonduktor C / ZnO, dengan
porositasnya yang tinggi, menunjukkan bahwa konduktivitas listrik yang tinggi dari material
tergantung pada struktur nano yang terbentuk. Semikonduktor nanomaterial dapat dibagi menjadi dua
jenis: (1) semikonduktor intrinsik, terdiri dari senyawa murni atau unsur tanpa doping yang ada dari
logam lain dalam struktur. Karakteristik utama dari semikonduktor intrinsik adalah memiliki koefisien
resistansi suhu negatif. Artinya dengan menaikkan temperatur maka resistivitasnya bahan akan
berkurang dan konduktivitas akan meningkat; (2) semikonduktor ekstrinsik, yang merupakan jenis
material ditambahkan ke logam lain dengan doping pada strukturnya, yang bertujuan untuk
meningkatkan konduktivitasnya, misalnya tipe-n dan tipe-p semikonduktor.
9. Nanomaterial Polimer
Nanomaterial polimer adalah partikel padat yang berukuran nano dan terdiri dari polimer alami
atau sintetis. Bahan-bahan ini banyak digunakan dalam aplikasi farmasi dan medis sebagai pengontrol
pelepasan obat yang digunakan untuk pada tubuh. Nanomaterial berbasis polimer meliputi: (i) misel
polimer yang dibentuk oleh perakitan sendiri amfifilik memblokir kopolimer dalam pelarut tertentu.
Misel polimer kitosan dapat digunakan untuk pengiriman obat karena keunikan karakteristiknya,
seperti ukuran nano, stabilitas, biokompatibilitas, asosiasi misel, dan toksisitas rendah: (ii)
nanopartikel polimer, yang umumnya terdiri dari polimer yang biokompatibel dan dapat terurai secara
hayati dengan ukuran rata-rata dari 10–1000 nm. Bahan-bahan ini banyak digunakan untuk
mengantarkan obat ke target tertentu. Persiapan metode untuk menghasilkan nanopartikel polimer
mempengaruhi karakteristik spesifik dari bahan yang diproduksi. Umumnya, metode pembuatan
diklasifikasikan sebagai polimerisasi monomer, ionik gelasi polimer hidrofilik, dan dispersi polimer;
(iii) dendrimers, yang berukuran kurang dari 15 nm dengan makromolekul berbentuk 3D. Bahan-
bahan ini adalah jenis baru nanomaterial polimerik yang banyak digunakan di bidang farmasi dan
aplikasi medis karena karakteristik seperti struktur, ukuran, dan multivalnya; dan (iv) nanokomposit
polimer, yang merupakan kombinasi dari nanofiller dan polimer lain yang digunakan untuk
memberikan properti dan karakteristik.
10. Nanomaterial berbasis Lipid
Nanopartikel berbasis lipid, seperti nanopartikel lipid padat, pembawa lipid berstruktur nano, dan
liposom, digunakan untuk pengiriman obat karena dapat mengangkut molekul hidrofilik dan
hidrofobik, memiliki toksisitas rendah, dan dapat mengontrol pergerakan obat dalam tubuh manusia.
Nanopartikel berbasis lipid memiliki sifat menguntungkan tertentu, seperti fisik dan stabilitas kimiawi,
penargetan spesifik lokasi, biaya rendah, kurangnya toksisitas, dan kemungkinan pengendalian
hidrofilik dan molekul hidrofobik. Namun, nanopartikel lipid juga memiliki beberapa kekurangan,
seperti kapasitas terbatas untuk memuat obat dan pengeluaran obat karena bahan dapat mengkristal
selama proses penyimpanan.

Anda mungkin juga menyukai