Nim : 180104060 Kelas : VI/C Tugas resume ekologi hewanpertemuan ke 6
KONSEP MAKANAN DAN HUBUNGAN MAKANAN
A. Analisis makanan hewan (nilai gizi, daya cerna, ukuran makanan) 1. Nilai Gizi Nilai Gizi makanan menyangkut masalah kandungan protein, karbohidrat, lemak mineral-mineral, vitamin dan air dalam makanan itu. Kandungan substansi organiknya memberikan nilai kandungan energi makanan itu . Kekurangan salah satu komponen dalam dlit dapat dideteksi oleh hewan melalui mekanisme neurofisiologi tubuhnya. Heawan kemudian akan berusaha mengatasinya dengan memakan dalam jumlah yang banyak makanan lain yang mengandung komponen yang kurang itu. Apabila kekurangan itu tidak dapat diatasi, hewan akan mengalami ketegangan yan mungkin menjurus ke terjadinya kanibelisme, Meskipun hewan itu jenis herbivora. Penjilatan garam yang diperlukan rusa dan berbagai hewan ruminantia lain tampaknya berkaitan dengan masalah kekurangan garam natrium dalam diet hewan-hewan itu. Butir- butir kerikil dalam lubang otot pada burung granivor desamping membantu pencernaan diduga berperan juga sebagai sumber mineral-mineral. Nilai gizi makanan dalam arti pemanfaatan makanan itu hingga dapat digunakan dalam tubuhnya hewan yang mengkonsumsi makanan itu erat kaitannya dengan daya cerna makanan. 2. Daya Cerna Daya cerna maakanan tergantung daari komposisi kimia dan struktural makanan itu serta adaptasi fisiologis yang didukung adaptasi struktural hewan pemaka. Hewan herbivor lebih memerlukan enzim-enzim proteasa dan hewan-hewan omnivor memerlukan komplek enzim yang lebih lengkap. Daya cerna makanan lebih merupakan masalah bagi hewan herbivor dari pada hewan karnivor. Yang dihadapi hewan karnivor adalah masalah menemukan, menangkap dan menangani mangsa, bukan masalah pencernaan. Ditinjau dari segi nilai gizi, komposisi tubuh mngsaa berupa tikus, ikan atau cacing bagi hewan karnivor semuanya praktis tidak berbeda. Lain halnya dengan makanan hewan herbivor. Berbagai jenis mammalia, Aves, Mollusca danserangga herbivor, saluran pencernaanya Mengandung flora bakteri pencerna selulosa. Dalam rumen jenis - jenis hewan Ruminantia, Disamping bakteri terdapat Diplodinium (Protozoa) yang juga mampu mencerna selulosa. Asosiasi dua kelompok hewan untuk memanfaatkan selulosa yang bernilai energi tinggi itu terdapat pada lipas (Blattidae) dan rayap ( kalotermitidae) dengan berbagai jenis Flagellata ( Polymastigina ; Hypermastigina ) yang hidup dalam usus serangga-serangga tersebut. 3. Ukuran Makanan Bagi hewan-hewan herbivor, saprovor dan parasit ukuran tubuh hewan makanannya tidak merupakan masalah. Tidak demikian halnya pada hewan – hewan karnivor (Predator) yang makanannya berupa hewan lain yang mungkin mobilitasnya tinggi. Ukuran tubuh hewan mangsa biasanya lebih kecil dari pemangsanya. Namun demikian ukuran itu tidak boleh terlalu kecil agar energi perolehan memangsa tidak lebih rendah daari pada energi yang telah dipakai untuk mencari dan mengejar hewan mangsanya itu. Kita mengenal beberapa jenis hewan karnivor yang ukuran tubuhnya kecil sekali dibandingkan dengan ukuran tubuhnya sendiri. Hewan-hewan ini mempunyai adaptasi- adaptasi dan strategi khusus untuk mendapatkan mangsanya. Misalnya, tenggiling (Manis javanica ) mendapatkan semut, rayap dan serangga lainnya yang sangat panjang. Labah- labah menggunakan jaring untuk menjebak mangsanya. Bangsa buaya, ular, kadal dan ikan predator mempunyai strategi mengefesiensikan penggunaan energi dengan merayap mengsanya. Secara tiba-tiba apabila ukuran tubuh hewan mangsa lebih besar maka hewan pemangsa menyerangnya dengan secara bergerombol, seperti misalnya pada bangsa ajag atau pun hyena. B. Nisbah pemangsaan (strategi mencari makan, kebiasaan makan) 1. Strategi mencari makan Berikut ini adalah sebagian metode yang digunakan hewan untuk memperoleh makanan diantaranya, yaitu: a) Penggembalaan Pemakan rumput (grazer) memanen rumput dan tanaman lain di daratan atau alga serta organisme lain dipermukaan air. Rumput dan alga adalah makanan enak dan sedikit atau tidak ada resistansi ketika dimakan, disamping itu rumput adalah jenis tumbuhan yang cepat menyesuaikan diri dan cepat tumbuh untuik menggantikan biomass yang hilang. Kondisi ini mendukung usaha penggembalaan berbagai jenis hewan. Salah satu kerugian dari pengembalaan dalah beberapa makanan yang dimakan memiliki nutrien atau kandungan gizi yang rendah dan tidak terkontrol.untuk menutupi permasalahan ini hewan biasanya harus mengkonsumsi rumput atau alga dalam jumlah besar serta menghabiskan prosentase waktu makan yang lebih besar pula dibandingkan dengan kegiatan pemangsaan (predator). Biasanya mamalia yang mencari makanan melalui pengembalaan cenderung untuk membentuk kelompok. Terdapat hubungan keselamatan dalam mempertahankan jumlah melalui pencarian makanan secara berkelompok dengan kemelimpahan rumput dan kepadatan populasi yang tinggi suatu kumpulan jenis hewan tertentu. b) Menjelajah (browser) Pemakan daun di darat (browser) memakan daun-daunan dari pohon dan semak belukar. Hewan-hewan meliputi ulat bulu, kura-kura darat, burung belibis, jerapah, kambing, dan lain-lain. Hewan penjelajah tergantung pada makan yang tidak berlimpah dan tersebar luas dibandingkan dengan rumput, sehingga mereka cenderung untuk membentuk kelompok lebih kecil atau menjadi soliter atau introvert. c) Makan Nectar, Buah-buahan, Tepung Sari, dan Biji Tanaman menyediakan satu kemelimpahan makanan selain dari pada daun- daunan. Makanan ini jelas merupakan keuntungan bagi hewan. Madu yang manis merupakan makanan dari lebah, ngengat, burung, kupu-kupu, dan kelelawar yang sekaligus menyebarkan tepung sari dari bunga satu ke bunga yang lainnya. Sedangkan tumbuhan yang memiliki buah-buahan yang mengandung gula memikat burung, monyet, kelelawar buah, beruang, gajah, dan manusia untuk makanan mereka, kemudian menyebarkan benih yang sukar dicerna di daerah pedesaan. Tepung sari dan biji adalah alat untuk reproduksi makanan, jadi tidak dimaksudkan untuk dimakan oleh hewan atau manusia. Akan tetapi banyak lebah, dan kumbang mengkonsumsi tepung sari, sementara burung, tupai, dan semut mengumpulkan biji-biji untuk makanan dan sekaaligus untuk penyebaran benih. d) Menggali Beberapa binatang menggali makanan mereka, satu tyerowong makan dibuat sekaligus sebagai jalan mereka. Perilaku ini meliputi banyak hewan herbivora (pemakan tumbuhan), seperti kumbang, serangga dan larva ngengat, undur-undur, dan anai-anai (rayap) kayu. Memakan makanan secara sporadic, sehingga pencernaan mereka harus memiliki kemampuan khusus (termasuk enzim khusus untuk mencerna selulosa), kemudian bahan organik dan partikel yang sulit dicerna tersebut dibuang. Undur-undur adalah larva sejenis serangga myrmeleon sp yang hidup mencari mangsa dengan cara menggali lubang jebakan (pit trap). Lubang yang dibauang harus sesuai dengan proporsional dengan ukuran tubuh undur-undur, serta konstuksi lubang benar-benar tepat agar mangsa (kebanyakan semut) yang masuk ke dalam lubang jebakan tidak dapat keluar lagi. e) Menyaring Makanan Menyaring makan adalah strategi umum yang digunakan hewan-hewan yang hidup di habitat air, terutama samudra. Kegiatan menyaring dilakukan dengan menggunakan alat anatomis yang bertindak sebagai saringan untuk menyaring makanan kecil dari air. Pemakan detritus atau hewan-hewan pemakan dengan menggunakan saringan (filter-feeders), seperti tiram, fanworm, dan tunicates, diam di suatu tempat kemudian air laut dipompa sehingga plankton melewati saringan yang ada dalam tubuhnya. Penyaringan lain hidup bergerak, ikan Haring berenang dengan mulut yang terbuka, membiarkan air yang mengandung partikel kecil makanan mengalir sepanjang lembaran-lembaran insang mereka. f) Pemakan Sisa dan Deposit Hewan-hewan ini umumnya adalah hewan laut yang relatif tidak bergerak; berbagai jenis bintang laut berbentuk bunga, cacing laut, dan chrinoids. Lengan- lengan ini menjulur ke atas untuk menangkap makanan apapun yang melintas di atasnya. Timun laut dan bunga laut menempelkan tangan-tangan mereka ke substrat yang ditempatinya. Makanan ditangkap oleh bulu-bulu halus (cilliata) kemudian dengan mantap menggerakkan makanan-makanan tersebut masuk ke dalam mulutnya. g) Pemangsaan Pemangsaan adalah kata yang lebih sering didengar sehubungan dengan metode memperoleh makanan yang dilakukan oleh hewan. Populernya istilah pemangsaan lebih disebabkan juga karena kemampuan hewan-hewan besar dalam memburu mangsanya lebih sering ditemukan dan dipertontonkan dalam berbagai film. Akan tetapi sebenarnya, kegiatan perburuan tidak hanya dilakukan oleh hewan-hewan besar di darat. Di laut bahkan di udara, perburuan terjadi dengan begitu intensif. Beberapa hewan berburu secara soliter (misalnya kucing), beberapa hewan berburu secara berkelompok dengan menggunakan strategi yang rapi. Beberapa jenis hewan bekerja sama dengan menjebak mangsa agar lebih mudah dimangsa, dan beberapa jenis hewan mencari makan dengan cara menggoda untuk menarik perhatian agar mangsa tidak menaruh curiga (kura-kura). Sementara itu, hewan jenis lain melakukan penyamaran untuk menarik perhatian mangsa, sedangkan hewan lain membuat jaring-jaring perangkap (laba-laba) h) Simbiosis Simbiosis adalah usaha binatang untuk mempertahankan hidup dengan memanfaatkan binatang lain. Simbiosis dapat terjadi saling menguntungkan, salah satu untung atau merugikan. Tidak seperti pemangsa, simbion (hewan yang bersimbiosis) yang hidup saling menguntungkan dengan hewan inang (host) membiarkan hewan lain memperoleh manfaat dari hewan yang menempatinya, sedangkan hewan yang menempati inangmemperoleh manfaat karena dapat terlindung dari hewan pemangsa. Hubungan seperti ini disebut sebagai simbiosis komensialisme dan mutualisme (saling atau salah satu diuntungkan). Sedangkan hubungan yang merugikan salah satu pihak (dengan cara mencuri makanan dari tuan rumahnya) disebut sebagai hubungan parasitisme. Ikan dilaut yang berwarna-warni dapat hidup bersama saling menguntungkan dengan anemone laut yang menempel di dasar alut. Ikan memperoleh perlindungan dari anemone karena warnanya yang hampir mirip, sedangkan anemone memperoleh makanan dari sisa-sia makanan yang tercecer ke tentakel-tentakel anemone laut. Demikian juga kelelawar yang memakan nectar bunga kaktus, kelelawar memperoleh nektar dan kaktus dapat menyebarkan pollen (serbuk sarinya) hingga dapat berpindah ke putik sehingga terjadi penyerbukan. Berneda dengan tipuan yang dilakukan terhadap burung cuckoo. Burung cuckoo sering tidak mengenali sarang dan anak burung yang ada di saranagnya. Kondisi ini dimanfaatkan oleh burung lain untuk menerima makanan dari burung cuckoo dan menempati sarangnya yang hangat. i) Mengais Akhirnya terdapat jenis binatang yang memperoleh makanan sambil “membersihkan dunia agar tetap bersih dan sehat”. Hewan ini berjasa membersihkan sampah-sampah dari jenis sampah organik yang terdiri dari pupuk, binatang yang mati, dan tumbuh-tumbuhan yang juga mati. Binatang itu terdapat banyak di sekitar kita: keong, cacing tanah, dan lain-lain. Sedangkan burung manyar dan anjing hutan membersihkan sampah dari bangkai- bangkai yang tidak mungkin dimakan oleh hewan lain. 2. Kebiasaan makan (heterotrof) Berdasarkan macam makanan yang dimakan, dikenal empat kategori, yaitu a) Herbivor, makanan utamanya tumbuhan atau bagian-bagian tumbuhan b) Karnivor (predator, pemangsa), makanan utama berupa jenis hewan lain. c) Omnivor, makanan berupa tumbuhan dan jenis hewan lain dalam proporsi yang lebih kurang sebanding. d) Saprovor (saprofag), makanan berupa tumbuhan mati dan bangkai hewan atau feses yang mengalami pembusukan. Parasitoidisme merupakan hubungan makan yang intermedier sifatnya antara predasi dan parasitisme. Juga memperlihatkan kekhasan tertentu karena melibatkan individu dari dua generasi yang berurutan. Ukuran tubuh hewan parasit biasanya lebih kecil daripada iangnya. Hewan inang biasnya tidak terbunuh, kecuali bila jumlah parasit banyak atau mengeluarkan toksik. Ukuran predator biasanya lebih besar daripada mangsanya. Berjenis-jenis Hymenoptera dan Diptera seringkali dinamakan parasit telur, parasit larva, parasit pupa atau parasit nimfa, tergantung stadium mana yang dijadikan inang parasitoid itu. Hewan dapat dikategorikan atas dasar jumlah spesies yang merupakan makannnya yakni monofag, oliofag dan polifag. Hewan monofag termasuk spesialis makan, polifag merupakan generalis, dan oliofag adakalanya dianggao spesialis maupun generalis tergantung kategori taksonominya. Semua hewan adalah makhluk yang bersifat heterotrophic (kebalikan dari autotrof), artinya untuk memperoleh nutrien organik untuk keperluan tubuhnya, hewan harus memakan organisme lain baik makhluk yang masih hidup atau makhluk yang sudah mati. Sebagian besar umur hewan digunakan untuk memperoleh makanan. Dengan demikian, ketersediaan sumber daya bagi hewan tergantung pada ruang dan waktu. Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah sifat dari sumberdaya terssebut apakah mudah atau tidaknya diperoleh atau dicerena. Beberapa jenis hewan yang bersifat generalistis dalam memakan makanan (euryphagous); hewan-hewan jenis ini memakan makanan berbagai jenis hampir tidak terbatas. Anjing hutan, oposum (sejenis hewan berkantung), dan manusia adalah contoh kelompok jenis ini. Sedangkan hewan jenis lainnya memakan makanan hanya beberapa jenis hewan saja (stenophagous). Ahli ekologi hewan yang mempelajari startegi makanan sering memperhatikan model-model pencarian makanan yang optimal yang dilakukan oleh hewan. Hal ini sangat dipertimbvangkan bahwa binatang harus memasukkan energi yang lebih banyak dibangdingkan yang dikeluarkannya. Selain dari energi, hewan juga harus memperoleh nutrien (zat-zat gizi) yang spesifik yang betul-betul dibutuhkan oleh tubuh. Dengan demikian pencarian makanan oleh hewan akan sangat memperhatikan pertimbangan pemilihan makanan, penggantian, mangsa yang harus dimakan, dan lain sebagainya.