Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang atas Rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Asuhan Keperawatan
yang berjudul Pediculosis. Penulisan Makalah Asuhan Keperawatan ini
merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam Mata Kuliah Keperawatan
Medikal Bedah 3.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II TINJUAN PUSTAKA 3
A. Pengertian 3
B. Klasifikasi 3
C. Cara Penularan 6
D. Patofisiologi 6
E. Patway 7
F. Pemeriksaan Penunjang 8
G. Penatalaksanaan 8
H. Komplikasi 10
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN .……………………….. 9
A. Pengkajian 9
B. Pemeriksaan fisik 9
C. Pemeriksaan penunjang 10
D. Diagnosa Keperawatan 10
E. Intervensi 11
BAB IV PENUTUP 14
A. Kesimpulan 16
B. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Parasit adalah organisme yang hidup dari makhluk hidup lainnya. Manusia adalah
tuan rumah bagi banyak parasit, yang dapat hidup di dalam tubuh atau pada kulit. Parasit
ini menggunakan tubuh manusia untuk mendapatkan makanan dan untuk mereproduksi,
dan dalam tawar-menawar menyebabkan masalah kesehatan manusia yang
terinfeksi. Parasit terdapat di seluruh dunia dan banyak orang menderita infeksi parasit kulit
Sebagai contoh, sekitar 6 untuk 12 juta orang di seluruh dunia mendapatkan kutu
setiaptahun dan di Amerika Serikat. Banyak penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit
contohnya yaitu pedicolosis.
Pedicolosis adalah penyakit yang juga disebabakan oleh parasit obligat pediculus
humanis yang menyerang pada kulit badan, kulit kepala, rambut dan daerah pubis.
Persentase penderita pediculus di Indonesia 20% pada tahun 2002-2009
dalam penelitian pediculosis di rumah sakit Dr.Soetomo Surabaya menunjukan penderita
pediculosis 0,5% pada tahun 1999-2003.
Perawat merupakan bagian dari tim kesehatanyang memiliki lebih banyak
kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien, sehingga fungsi dan peran perawat
dapat dimaksimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap penderita seperti
memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesehatan fisik, perawat juga dapat
melakukan pendekatan spiritual, psikologis dan mengaplikasikan fungsi edukatornya
dengan memberikan penyuluhan kesehatan terhadap penderita sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga yang nantinya diharapkan dapat
meminimalisir resiko maupun komplikasi yang mungkin muncul dari skabies dan
pediculosis tersebut.
1
B. Rumusan Masalah.
a. Apakah pengertian pediculosis ?
b. Apakah penyebab pediculosis ?
c. Apakah diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien pediculosis?
d. Bagaiamana penatalaksanaan pada pasien dengan pediculosis ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penulisan makalah ini, yaitu :
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetian
Pedikulosis adalah penyakit infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan
dengan pediculus (tergolong family pediculidae). Selain menyerang manusia, penyakit ini
juga menyerang binatang. (Adhi Djuanda, 1998)
Pedikulosis adalah infeksi kulit / rambut pada manusia yang disebabkan oleh
parasitobligat pediculus humarus. (Arif Mansjoer, 2002)
B. Klasifikasi Pedikulosis.
a. Pedikulosis Capitis
Infeksi kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh pediculus humanus var
capitis(Ronny P Handoko).
Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala atau tuma yang
disebut pediculus humanus capitis pada kulit kepala. (Brunner & Suddarth).
a) Epidemiologi
Penyakit ini lebih menyerang anak-anak dan cepat meluas di lingkungan
yang padat seperti asrama dan panti asuhan. Ditambah lagi jika
kondisi hygiene tidak baik (misalnya jarang membersihkan rambut).
b) Etiologi
Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan
menjadi kemerahan jika telah menghisap darah. Betina mempunyai ukuran yang
lebih besar(panjang 1,2-3,2 mm lebar lebih kurang setengah panjangnya)
daripada yang jantan (sekaligus jumlahnya lebih sedikit).
Siklus hidupnya melalui stadium telur, larva, nimfa, dan dewasa. Telur (nits)
diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti tumbuhnya rambut (makin ke
ujung terdapat telur yang lebih panjang).
c) Patogenesis
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan
gatal. Gatal ditimbulkan oleh liur dan eksreta kutu yang dikeluarkan ke kulit
sewaktu menghisap darah.
d) Gejala Klinis
Rasa gatal (terutama di daerah oksipital dan temporal). Karena ada garukan,
maka terjadi erosi, ekskoriasi, dan infeksi sekunder (ada pus dan krusta). Bila
infeksi sekunder berat, rambut akan menggumpal karena banyaknya pus dan
3
krusta (plikapelonika) dan disertai pembesaran kelenjar getah bening regional
(oksiput dan retroaurikular). Dalam keadaan ini menimbulkan bau busuk.
e) Pembantu Diagnosis
Caranya dengan menemukan kutu atau telur. Telur berwarna abu-
abu dan mengkilat. Juga digunakan sinar Wood yang akan menampakkan telur d
ankutu berfluoresensi.
f) Diagnosis Banding
a) Tinea kapitis
b) Pioderma (impetigo krustosa)
c) Dermatitis seboroik
b. Pedikulosis Carporis
Infestasi kutu pedikulosis humanus korporis pada badan (Ronny P Handoko)
a) Epidemiologi
Penyakit ini lebih menyerang dewasa terutama pada orang dengan
hygiene buruk, misalnya pengembala karena mereka jarang mandi dan jarang
mengganti dan mencuci pakaian, karena itu penyakit ini sering disebut
Vagabond.
Hal ini disebabkan kutu tidak melekat pada kulit, tetapi pada serat kapas di
sela-sela lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit untuk menghisap darah.
Penyakit ini bersifat kosmopolit, lebih sering pada daerah beriklim dingin karena
orang memakai baju tebal dan baju jarang dicuci.
b) Etiologi
Pediculus humanus corporis betina mempunyai ukuran panjang 1,2-4,2 mm
danlebar kira-kira setengah panjangnya, sedangkan jantan relative lebih kecil.
Siklus hidup sama dengan pedikulosis pada kepala.
c) Patogenesis
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan
gatal. Gatal ditimbulkan oleh liur dan eksreta kutu yang dikeluarkan ke kulit
sewaktu menghisap darah.
d) Gejala Klinis
Umumnya hanya ditemukan kelainan berupa bekas garukan pada badan,
karena gatal baru berkurang dengan garukan yang intens. Kadang timbul infeksi
sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional.
e) Pembantu Diagnosis
Caranya dengan menemukan kutu atau telur pada serat kapas pakaian.
f) Diagnosis Banding
Neurotic excoriation
4
c. Pedikulosis Pubis
Pediculosis pubis adalah infeksi rambut di daerrah pubis dan di sekitarnya
karena phthirus pubis. Pediculosis pubis dulu dianggap phthirus pubis secara mor
fologis samadengan pediculus, maka itu dinamakan pediculus pubis. Ternyata
morfologi keduanya berbeda, phthirus pubis lebih kecil dan pipih.
a) Epidemiologi
Penyakit ini menyerang orang dewasa dan dapat digolongkan dalam PMS
(Penyakit Menular Seksual), dapat juga menyerang daerah lain yang
berambut,misalnya jenggot, kumis, bulu mata. Infeksi juga terjadi pada anak-
anak di daerah alis dan bulu mata dan pada tepi batas rambut kepala.
b) Etiologi
Kutu ini berukuran panjang dan lebar yang sama (1-2 mm) pada betina.
Pada jantan ukurannya lebih kecil.
c) Patogenesis
Gejala gatal sama dengan pedikulosis.
d) Gejala Klinis
Gejala yang dominan yaitu gatal di daerah pubis dan sekitarnya. Gatal dapat
meluas sampai ke daerah abdomen dan dada, yang ditemukan bercak-bercak
yang berwarna abu-abu kebiruan yang disebut macula serulae.
Walaupun kutu ini dapat dilihat dengan mata telanjang, kutu ini sulit dilepaskan
karena kepalanya dimasukkan ke dalam muara folikel rambut.
Gejala lainnya adanya black dot, yaitu bercak-bercak hitam yang tampak
jelas pada celana dalam berwarna cerah (atau putih) setelah bangun tidur. Bercak
ini merupakan krusta darah yang disalahartikan sebagai hematuria. Kadang
disertai dengan infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening
regional.
e) Pembantu Diagnosis
Mencari telur atau bentuk dewasa.
f) Diagnosis Banding
a) Dermatitis Seboroika.
b) Dermatomikosis
5
C. Cara Penularan
a. Pedikulosis Capitis
Pada lingkungan yang padat, anak-anak, cara penularannya melalui
benda perantara, misalnya : sisir, bantal, kasur, topi, sikat rambut, wig, bantal dan
sprei.
b. Pedikulosis Corpotis
Pada orang dewasa dengan hygiene yang buruk (jarang mandi/ganti
pakaian), cara penularannya dapat melalui pakaian maupun kontak langsung.
c. Pedikulosis Pubis
Pada orang dewasa, PMS serta mengenai jenggot dan kumis, pada anak-anak
padaalis / bulu mata. Cara penularannya umumnya kontak langsung, hubungan seks
atau dengan benda seperti pakaian, handuk dan sprei.
D. Patofisiologi
P. Humarus var. capitis dan P. Humarus var.carporis adalah penyebab dari Infeksi
kulit parasitik pedikulosis. P. Humarus var.capitis dan P. Humarus var.carporis
berkembang biak sesuai dengan siklus hidup tuma yaitu telur, larva, nimpa dan akhirnya
tumbuh dewasa. Pada saat bertelur (nits) mereka akan berada disepanjang rambut dan
mengikuti tumbuhnya rambut manusia dan cara penularan mereka adalah melalui kontak
langsung dan tidak langsung. Pada masa siklus nimpa, mereka akan turun ke dasar rambut
kemudian berkembang biak menjadi dewasa dan mengeluarkan sekret yang dimasukkan ke
dalam kulit sewaktu menghisap darah, mengakibatkan timbulnya rasa gatal yang hebat dan
adanya rasa panas dikulit kepala. Akibat garukan tersebut maka akan timbul kelainan kulit
lainnya seperti erosi, ekskotiasi dan infeksi sekunder. Hal tersebut dapat menyebabkan
berbagai komplikasi diantaranya Pioderma ( infeksi kulit yang terbebtuk pus ) dan terdapat
pembesaran kelenjar getah bening.
Pedikulosis Pubis disebabkan oleh phthirus pubis yang dalam siklus hidupnya
mengalami morfologi yaitu telur, larva, nimpa dan tumbuh menjadi kutu dewasa. Kutu
tersebut masuk melalui kulit / folikel rambut dan menghisap darah dengan mengeluarkan
saliva yang dapat mengubah bilirubin menjadi biliverdin. Hal tersebut menimbulkan
makula pada tubuh, paha, ketiak yang berwarna coklat kemerahan disebut juga makula
srulae sehingga mengakibatkan rasa gatal yang hebat. Timbullah lesi yang diakibatkan dari
garukandan adanya bercak hitam yang terdapat pada celana dalam akibat krusta. Pada
akhirnya mengakibatkan infeksi sekunder dengan pembesaran KGB regional.
6
E. Patway
Gangguan Integritas
Kulit/jaringan Ulkus, erosi ekskovrasi
Kurang
pengetahuan
Gangguan body
image
7
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Anamnesis
Riwayat keluhan penderita, riwayat adanya penyakit yang sama pada keluarga.
b. Pemeriksaan fisik
- Ditemukan telur/kutu dengan pemeriksaan secara seksama terutama apabila
dicari didaerah oksiput dan temporal.
- Telur berwarna abu-abu dan berkilat.
- Adanya lesi akibat garukan dan kelainan kulit.
- Pembesaran kelenjar getah bening regional.
c. Pemeriksaan mikroskop
- Ditemukan telur kutu yang menempel pada batang rambut.
- Ditemukan kutu dan telur pada serat kapas pakaian.
G. Penatalaksanaan
a. Pedikulosis Capitis
- Pengobatan yang dianggap terbaik ialah malathion 0,5% atau 1% dalam bentuk
lasioatau spray
Cara Pemakaian : Malam sebelum tidur cuci rambut dengan shampo kemudian
oleskan losio malathion dan tutup kepala dengan kain. Keesokan harinya cuci
rambut dengan shampo lalu disisir dengan serit. Pengobatan dapat diulang lagi
seminggu kemudian jika masih terdapat kutu atau telur kutu.
- Pengobatan lain dan cukup efektif ialah krim gameksan 1%.
Cara Pemakaian : setelah dioleskan dan didiamkan selama 12 jam, cuci dan sisir
rambut dengan serit agar semua kutu dan telur terlepas. Jika masih terdapat
telur,seminggu kemudian diulangi dengan cara yang sama. Obat lain ialah emulsi
benzil benzoat 25%, dipakai dengan cara yang sama.
- Pada keadaan infeksi sekunder berat, sebaiknya rambut dicukur, diobati dengan
antibiotik sistemik dan topikal, preparat anti pruritus, lalu disusul dengan obat di
atas dalam bentuk shampo.
- Semua barang, pakaian, handuk dan perangkat tempat tidur yang bisa
mengandungtuma atau telurnya harus dicuci dengan air panas, sedikitnya dengan
suhu 54°C atau dicuci kering (dry cleaning) untuk mencegah infeksi silang.
- Perabot, permadani dan karpet yang berbulu halus sering dibersihkan dengan
alatvacum cleaner.
- Sisir dan sikat rambut juga harus didesinfeksi dengan shampo.
- Semua anggota keluarga dan orang yang berhubungan erat dengan pasien harus
diobati.
8
b. Pediculosis Corporis
- Dengan menggunakan krim gamekson 1% yang dioleskan tipis di seluruh tubuh
dandidiamkan 24 jam, setelah itu mandi, jika belum sembuh diulangi 4 hari
kemudian.
- Pengobatan lain ialah emulsi benzil benzoat 25% dan bubuk malathion 2%.
- Pakaian direbus atau disetrika untuk membunuh telur dan kutu.
- Jika terdapat infeksi sekunder, obati dengan antibiotik sistemik dan topikal.
c. Pediculosis Pubis
- Harus dicari penyakit menular seksual lain yang mungkin menyertai pedikulosis
pubissering diderita bersamaan dengan PMS lain, seperti gonorrhea,
trikomoniasis,skabies, kandidosis dan sifilis.
- Pasangan seks atau anggota keluarga harus diperiksa jika perlu diobati.
- Pakaian dalam, handuk dan sprei dicuci dengan air panas dan disetrika, atau
jangandipakai sedikitnya selama 3 hari.
- Shampo gameksan (Lindare) 1% yang dioleskan selama 4 menit kemudian
dicuci.
- Krim permithrin 1 % yang dioleskan selama 10 menit kemudian dicuci.Salep
mata oklusif pada tepi kelopak mata, 2 kali sehari selama 10 hari.
- Salep mata fisostigmin 0,25%, 4 kali sehari selama 3 hari.
- Sebaiknya rambut kelamin dicukur.
- Setelah 1 minggu dilakukan evaluasi, bila masih ditemukan kutu atau telurnya
pada pangkal rambut, maka therapi harus diulang. Untuk rasa gatal yang menetap
karena sensitasi, dapat diberikan anti inflamasi ringan seperti krim hidrokortison
1%, 2 kalisehari.
9
H. Komplikasi
a. Pruritus yang hebat.
b. Pioderma.
c. Dermatitis.
d. Pembesaran kelenjar getah bening
10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
a. Biodata
Meliputi :nama, umur, nomor register, Jenis kelamin, status, alamat, tanggal MRS,
diagnosa medis.
b. Anamnesa yang berkaitan dengan pedikulosis :
- Keluhan atau gejala yang dirasakan.
- Sejak kapan gejala dirasakan.
- Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
- Apakah pasien pernah mengalami gatal-gatal di sekitar kulit kepala, badan, dan
pubis.
- Apakah pasien pernah pinjam-meminjam alat mandi, handuk, baju, sisir,
bantal,kasur, topi kepada orang lain atau anggota keluarga
- Identifikasi aktifitas pasien selama di rumah.
- Riwayat penggunaan obat (bagaimana pengobatan sebelumnya)
c. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
Kulit kepala: ditemukan telur-telur di rambut pada oksiput dan di atas
telinga(biasanya terdapat kurang dari 10 ekor kutu dewasa). Ditemukan impetigo
sekunder dan furunkulosis.
- Badan
Terlihat jalur bekas garukan sejajar, perubahan-perubahan urtikaria, dan papula
erithematosa yang awet, lesi tampak jelas punggung. Ditemukan kutu-kutu yang
biasanya terdapat pada lipatan-lipatan pakaian dan jarang sekali di kulit.
- Pubis
Rambut pubis atau paha dihuni oleh beberapa buah telur (nits) saja atau sampai
tak terhitung jumlahnya. Ditemukan noktah-noktah hitam kecil yang merupakan
titik-titik darah terhisap dalam kutu dewasa ataupun bagian kotorannya.
d. Pemeriksaan Penunjang
a) Pedikulosis capitis
Diagnosa pasti adalah menemukan kutu atau telur, terutama dicarai di daerah
oksiput dan temporal, telur berwarna abu-abu dan berkilat.
b) Pedikulosis corporis
Diagnosa pasti adalah menemukan kutu dan telur pada serat kapas pakaian.
11
Pedikulosis pubis Dilakukan pemeriksaan dengan perhatian khusus terhadap
kemaluan kalau perlu dengan menggunakan kaca pembesar, biasanya
ditemukan telur atau kutu bentuk dewasa.
12
III. Intervensi keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
1. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
2x24 jam, Status Kenyamanan meningkat Observasi :
dengan kriteria hasil : - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
- Keluhan tidak nyaman menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Gelisah menurun - Identifikasi skala nyeri
- Keluhan sulit tidur menurun - Identifikasi respon non verbal
- Gatal menurun - Identifikasi factor yang memperberat dan
- Merintih menurun memperingan nyeri
- Nangis menurun - Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
- Pola hidup membaik - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
- Pola tidur membaik hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan
analgesic
Terapeutik :
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
13
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgesic secara
tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu
2. Gangguan Integritas Kulit / Jaringan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan integritas kulit :
14
2x24 jam, Integritas kulit dan jaringan Observasi :
meningkat dengan kriteria hasil : Identifikasi penyebab gangguan integritas
Kerusakan jaringan menurun kulit
Edukasi :
Anjurkan menggunakan pelembab
15
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
16
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil pengkajian diatas maka kesimpulan yang dapat kami ambil yaitu :
a. Dalam melaksanakan perawatan pada penderita scabies kita dapat mendokumentasikan
setiap klien yang akan diberikan pengobatan.
b. Setiap perawat perlu memperhatikan keadaan klien setiap saat.
c. Beberapa masalah dapat didefinisikan pada klien sehubungan dengan penyakitnya
B. Saran
a. Untuk klien dan keluarga
Perawatan tidak kalah pentingnya dibanding dengan pengobatan, sebab bagaimanapun
teraturnya pengobatan yang diberikan tanpa perawatan yang sempurna maka
penyembuhan yang diharapkan tidak akan tercapai. oleh sebab itu perlu
adanya penjelasan baik pada klien maupun keluarganya mengenai
manfaat serta pentingnya kesehatan.
b. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa harus bisa mengetahui konsep dasar penyakit pediculus dan asuhan
keperawatan untuk menangani dan mencegah.
c. Masyarakat
Agar masyarakat bisa memahami gejala dan pencegahan pada penyakit pediculus.
18
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK-UI. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Ed.4.Jakarta: Fakuktas Kedokteran Universitas Indonesia.
June M. Thomson, et. al. (1986). Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby
Company, Toronto. Ngastiah. 1995. Perawatn Anak Sakit. EGC : Jakarta
Nihayah Lukman, Yunita Armiyanti, Dini Agustina. (2018). Hubungan Faktor-Faktor
Risiko Pediculosis capitis terhadap Kejadiannya pada Santri di Pondok
Pesantren Miftahul Ulum Kabupaten Jember. Jurnal of Agromedicine and
medical science, Volume 4, Nomor 2.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defiinisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
19