1 - HKM Ketenagakerjaan - Hand Out
1 - HKM Ketenagakerjaan - Hand Out
HUKUM KETENAGAKERJAAN
(Hukum Perburuhan)
PENGERTIAN
Ketenagakerjaan dapat diartikan sebagai segala hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja (Pasal 1
angka 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan)
Istilah ketenagakerjaan berasal dari kata kerja ”tenaga kerja”, yang mempunyai
pengertian berdasarkan Pasal 1 angka 2 UU No. 13 Tahun 2003, sebagai :
”Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat”
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 dalam Pasal 1 angka 4 memberikan
definisi Pemberi kerja, adalah :
”Orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan
lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah
atau imbalan dalam bentuk lain”
”Pengusaha adalah:
a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang
menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara
berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada
di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia”
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 dalam Pasal 1 angka 6 memberikan
definisi Perusahaan, adalah:
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan
membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;
b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus
dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan
dalam bentuk lain”
• Pemberdayaan tenaker secara optimal dan manusiawi;
• pemerataan kesempatan kerja & penyediaan teker yg sesuai dgn kebutuhan pemb
nas & daerah;
• perlindungan bagi tenaker dalam mewujudkan kesejahteraan;
• Peningkatkan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.
TUJUAN
HKM KETENAGAKERJAAN
Pembangunan
Ke-TENAKER-an
SUMBER HUKUM KE-TENAKER-AN
Custom
Traktat
Perjanjian
Keputusan
Penetapan
Per-UU-an
• UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
• UU No. 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial
• UU No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
yg dirubah dgn UU No. 25 thn 1997 & dijelaskan lebih
terperinci dalam PP No. 14 tahun 1993 tentang
Penyelenggaran Jamsostek dan PP No. 28 thn 2002 tentang
Perubahan Pasal 21 PP No. 3 thn 1992;
• Dll.
Contoh:
Konvensi ILO No. 100 tentang pengupahan yang sama antara pekerja pria
dan pekerja wanita, yang telah diratifikasi oleh Pemerintah RI melalui UU No.
80 tahun 1957;
Konvensi ILO No. 120 tentang hygiene dalam perniagaan dan perkantoran,
yang kemudian diraifikasi oleh Pemerintah RI melalui UU No. 3
tahun 1969;
Konvensi ILO No. 155 tahun 1981 tentang kewajiban penyelenggaraan program
K3
• Terkesan (seringkali) dianggap wajib untuk dilakukan sehingga
dengan tidak dilakukannya kebiasaan tersebut dianggap
sebagai sebuah pelanggaran;
• Berulang-ulang dilakukan
PK DGN PERUSH
PEMBORONG PK DGN PPJP
a. Menyediakan jasa pekerja
a. Harus dibuat tertulis;
bagi kepentingan perushn
b. Dilakukan terpisah dari kegiatan
lain;
utama;
b. T’dpt hub kerja antara
c. Dilakukan melalui perintah
pekerja dgn PPJP;
langsung atau tidak adri
c. Mrpkn PKWT;
pemberi pekerjaan;
d. Upah, kesejahteraan, syarat
d. Mrpkn kegiatan penunjang dari
kerja, perselisihan menjadi
perushn scr keseluruhan;
tanggungjawab PPJP ;
e. Tdk menghambat produksi
e. dibuat tertulis dan didaftar
pada dinas ketenagakerjaan
“Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak-hak dan kewajiban (prestrasi dan kontra-
prestasi) antara pekerja/buruh dengan pengusaha”
Bila segala upaya telah dilakukan (secara bipartit), dan PHK tidak dapat
dihindari, maksud PHK tersebut wajib dirundingkan (membahas mengenai
hak-hak atas PHK) oleh pengusaha dengan serikat pekerja/buruh yang
bersangkutan (apabila tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh
atau tidak ada Serikat Pekerja di perusahaan tersebut.).
Setelah perundingan benar-benar tidak menghasilkan Persetujuan Bersama
(PB), pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja (PHK) setelah
memperoleh penetapan (izin) dari lembaga PPHI. Dengan kata lain, PHK
yang tidak terdapat alasan dan normanya dalam UUK, dapat dilakukan
dengan besaran hak-haknya harus disepakati melalui perundingan
(dituangkan dalam PB)
PHK Oleh
Perushn, PHK Oleh
Majikan, TENAKER
Pengusaha
JENIS
PHK
PHK Oleh
PHK Pengadilan
Demi Hukum (PPHI)
PHK OLEH MAJIKAN / PENGUSAHA / PERUSAHAAN
a. PHK karena pekerja/buruh melakukan kesalahan berat (Pasal 158 ayat 4 UUKK);
b. PHK karena pekerja/buruh (setelah) ditahan pihak berwajib selama 6 (bulan)
berturut-turut disebabkan melakukan tindak pidana di luar perusahaan (Pasal 160
ayat 3 UUKK);
c. PHK setelah melalui SP (surat peringatan) I, II, dan III (Pasal 161 ayat 3 UUKK);
d. PHK oleh pengusaha yang tidak bersedia lagi menerima pekerja/buruh (melanjutkan
hubungan kerja) karena adanya perubahan status, penggabungan dan peleburan
perusahaan (Pasal 163 ayat 2 UUKK);
e. PHK karena perusahaan tutup (likuidasi) yang disebabkan bukan karena
perusahaan mengalami kerugian (Pasal 164 ayat 2 UUKK);
f. PHK karena mangkir yang dikualifikasi mengundurkan diri (Pasal 168 ayat 3 UUKK);
g. PHK atas pengaduan pekerja/buruh yang menuduh dan dilaporkan pengusaha
(kepada pihak yang berwajib) melakukan "kesalahan" dan (ternyata) tidak benar
(Pasal 169 ayat 3 UUKK);
h. PHK karena pengusaha (orang-perorangan) meninggal dunia (Pasal 61 ayat 4
UUKK);
PHK OLEH TENAKER
a. P/B sakit (sesuai surat keterangan dokter) selama (dalam waktu) 12 bulan secara
terus terus menerus; (Pasal 93 ayat (2) huruf a UUKK)
b. P/B menjalankan tugas negara (lihat penjelasan Pasal 6 PP No. 8 Tahun 1981 jo Pasal
93 ayat (2) huruf d UUKK)
c. P/B menjalankan ibadah (tanpa pembatasan pelaksanaan ibadah yang keberapa,
(biasanya ibadah yang pertama upah dibayar penuh), lihat Pasal 93 ayat (2) huruf e
UUKK
d. P/B menikah (Pasal 93 ayat 2 UUKK)
e. P/B (perempuan) hamil, melahirkan, gugur kandung, atau menyusui bayinya (lihat
Pasal 93 ayat (2) huruf c jo Pasal 82 dan Pasal 83)
f. P/B mempunyai hubungan (pertalian) darah dan semenda, kecuali (terlebih dahulu)
telah diatur dan ditentukan lain dalam PERJANJIAN KERJA,PP/PB
g. P/B mengadukan pengusaha (kepada yang berwajib) yang melaporkan mengenai
suatu perbuatan tindak pidana kejahatan
h. Adanya perbedaan faham , agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, kondisi fisik atau status perkawinan (sp)
i. P/B cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja/hubungan kerja yang menurut
keterangan dokter jangka waktu penyembuhannya tidak dapat ditentukan
Pada prinsipnya, apabila terjadi PHK maka pengusaha diwajibkan membayar upah
pesangon (UP) dan/atau uang penghargaan masa kerja (UPMK) dan uang
penggantian hak (UPH) yang seharusnya diterima yg dihitung berdasarkan MASA
KERJA
UP UPMK
MASA KERJA MASA KERJA
HAK PEKERJA HAK PEKERJA
NO (X) DALAM NO (X) DALAM
(UPAH / BLN) (UPAH / BULAN)
TAHUN TAHUN
1. X<1 1x u/b 1. X<3 0
2. 1≤X <2 2x u/b 2. 3≤X<6 2x u/b
3. 2≤X <3 3x u/b 3. 6 ≤X<9 3x u/b
4. 3≤X <4 4x u/b 4. 9 ≤ X < 12 4x u/b
5. 4≤X <5 5x u/b 5. 12 ≤ X < 15 5x u/b
6. 5≤X <6 6x u/b 6. 15 ≤ X < 18 6x u/b
7. 6≤X <7 7x u/b 7. 18 ≤ X < 21 7x u/b
8. 7≤X <8 8x u/b 8. 21 ≤ X < 24 8x u/b
9. X > 8 atau 9x u/b 9. X > 24 atau 10x u/b
lebih lebih
Perselisihan perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya
HAK perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan perundang-
undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
bersama
Perselisihan Perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya
KEPENTINGAN kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan atau perubahan syarat-
syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja atau peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama
Perselisihan Perselisihan antara serikat pekerja dengan serikat pekerja lainnya hanya
Antar dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham
Serikat Pekerja mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak dan kewajiban
keserikatpekerjaan
Pembagian perselisihan menjadi beberapa klasifikasi mensyaratkan
pengetahuan dalam membedakan jenis perselisihan.
Pengetahuan ini menjadi penting dengan mengingat bahwa
perbedaan perselisihan tersebut akan berdampak pada jenis
lembaga penyelesaian perselisihan yang akan ditempuh oleh para
pihak yang berselisih
BIPARTIT MEDIASI KONSILIASI ARBITRASE PENGADILAN HI
Upaya I sebelum B’wenang thd semua jenis B’wenang untuk B’wenang menjadi lembaga peradilan yang
perselisihan diajukan pada perselisihan menjadi penengah wasit pada: P’selisihan berwenang memeriksa dan
lembaga penyelesai pada: Perselisihan Kepentingan & Antar memutus semua jenis
perselisihan Semula dikenal dgn istilah Kepentingan, PHK Serikat Pekerja perselisihan
TRIPARTIT dan Antar Serikat
musyawarah antara Pekerja arbiter dapat dipilih Hakim terdiri atas hakim
pekerja dan pengusaha Mediator adlh pegawai oleh para pihak yang dari lembaga peradilan dan
Disnaker yg akan Konsiliator adlh berselisih dari daftar hakim Ad Hoc
diselesaikan dlm waktu memberikn anjuran tertulis orang yang arbiter yang ditetapkan
paling lama 30 (tiga puluh memenuhi syarat-2 oleh menteri serikat pekerja dan
hari) Selain perselisihan hak, sesuai ketetapan organisasi pengusaha dapat
Disnaker akan menawarkan menteri & wajib bertindak sebagai kuasa
Jika tidak mencapai penyelesain akan dilakukan m’berikan anjuran hukum mewakili
kesepakatan, maka salah via Konsiliasi atau Arbitrase tertulis kpd para anggotanya
satu atau kedua belah pihak yg berselisih
pihak harus mencatatkan Bila para pihak berselisih pengadilan HI dibentuk
perselisihannya ke disnaker tdk memberi tanggapan dlm pada setiap PN yg berada di
7 hari, perselisihan akan tiap ibu kota provinsi yang
dilimpahkan kpd Mediator daerah hukumnya meliputi
provinsi ybs
Untuk perselisihan hak,
sengketa wajib melalui
mendapatkan anjuran
tertulis Mediator krn
Pengadilan HI hanya
memproses sengketa yg
telah melalui proses Mediasi
B
PEKERJA ORANG MUDA
C
PEKERJA WANITA
D
WAKTU KERJA
E
WAKTU ISTIRAHAT
F
TEMPAT KERJA
A
PEKERJA ANAK
Pengertian orang muda adalah anak yang berusia lebih dari 12 tahun namun
belum genap berusia 18 tahun.
Pada dasarnya, orang muda boleh melakukan semua jenis pekerjaan namun
oleh UU diberikan batasan sebagai berikut:
Yang dimaksud pekerja wanita adalah pekerja wanita yang telah dewasa, karena
akan digolongkan oleh hukum sebagai pekerja anak atau pekerja orang muda
bila berusia di bawah 18 tahun (belum dewasa).
Berdasarkan pasal 77 ayat (2) UU No. 13 tahun 2003 (UUKK), waktu kerja adalah:
• Untuk 6 hari kerja adalah 7 jam setiap harinya atau sama dengan 40 jam setiap
minggunya;
• Untuk 5 hari kerja adalah 8 jam setiap harinya atau sama dengan 40 jam setiap
minggunya;
Berdasarkan sifat dan jenis pekerjaan diperkenankan terjadi waktu kerja di luar
waktu yang telah ditetapkan atau yang biasa disebut “lembur” atau waktu kerja
tambahan.
Menurut pasal 78 UUKK, waktu lembur yang diperkenankan adalah tidak lebih 3
jam setiap harinya atau sama dengan 14 jam setiap minggunya
E
WAKTU ISTIRAHAT
Sumber informasi :
• Flow diagram dari kegiatan proses dan operasi
• Kondisi operasi tiap tahap dalam rangkaian operasi dan proses
• Bahan baku, bahan pembantu, hasil antara, hasil samping,
hasil dan limbah
• Jurnal teknik
• Keluhan dari tenaga kerja dan laporan safety inspector.
MANFAAT :
• Ketahui secara kualitatif faktor bahaya pada setiap tahapan
dari rangkaian proses
• Bila diperlukan tindakan lebih lanjut maka dapat secara tepat
dan cepat dimana lokasi bahaya termasuk penggunaan alat
dan metode
• Ketahui secara kuantitatif jumlah pekerja yang terpapar suatu
faktor bahaya
PENILAIAN LINGKUNGAN
Maksud :
• Enggineering surveilance
• Legal surveilance
• Epidemiologi dan penelitian medis
Manfaat :
• Sebagai dasar untuk nyatakan kondisi lingkungan kerja
membahayakan / tidak
• Sebagai dasar untuk perencanaan alat2 kontrol
• Sebagai dasar untuk membantu mengkorelasikan penyakit
dengan lingkungan kerja
• Sebagai dokumen untuk inspeksi sesuai peraturan
perundangan
Hal yang perlu diperhatikan :
• Pemilihan alat dan metode yang digunakan
• Lokasi pengambilan sample
• Waktu pengambilan sample
• Jumlah sample
PENGENDALIAN LINGKUNGAN.
Ialah penerapan metode teknis untuk menurunkan
tingkat faktor bahaya lingkungan sampai batas yang
masih ditolelir oleh tenaga kerja
Upaya pencegahan meliputi :
• Eliminasi
• Substitusi
• Isolasi
• Enclosing
• Ventilasi
• Penyempurnaan proses
• Penyempurnaan produksi
• Houskeeping
• Pengendalian/peniadaan debu
• Maintenance
• Sanitasi
• Inspeksi
• Pendidikan
• Membuat label dan tanda peringatan
• APD
• Monitoring lingkungan kerja
• Pengendalian limbah
• Administrasi control
• Pemeriksaan kesehatan
• Manajemen program pengendalian sumber bahaya
1. DASAR HUKUM : UU NO. 1 THN 1970 tentang KESELAMATAN
KERJA
2. TINDAKAN & KONDISI TIDAK AMAN
3. ALAT-2 PELINDUNG DIRI
4. SAFETY SYMBOLS
1. UU NO. 3 THN 1992 jo. UU NO. 25 THN 1997 tentang JAMINAN SOSIAL
TENAGA KERJA
2. PP NO. 14 THN 1993 jo. PP NO. 28 THN 2002 tentang
PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
3. PP NO. 28 THN 2002 tentang PERUBAHAN PASAL 22 PP NO. 14 THN
1993 perihal SANTUNAN KEMATIAN & BIAYA PEMAKAMAN
4. KEPPRES NO. 22 THN 1993 tentang PENYAKIT YANG TIMBUL AKIBAT
HUBUNGAN KERJA
5. PERMENAKER NO. 05/ MEN/ 1993 tentang PROGRAM MINIMAL
JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
JAMSOSTEK ADALAH:
“suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam
bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti
sebagian pengganti sebagian dari penghasilan
yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai
akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh
tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil,
bersalin, hari tua, dan meninggal dunia”
J K K: SEMENTARA TDK MAMPU BEKERJA Dengan tetap membayar upah (gaji) tenaker, PREMI DIBAYAR PERUSAHAAN
yaitu: (PENGUSAHA)
4 Bln Pertama : 100% X gaji/bln
4 Bln Kedua : 75% X gaji / bln Kelompok I : 0,24 % dari upah sebulan
Bulan berikutnya : 50% X gaji / bln Kelompok II : 0,54 % dari upah sebulan
Kelompok III : 0,89 % dari upah sebulan
CACAT SEBAGIAN UNTUK SELAMA-2 NYA % (prosentase) sesuai Tabel X 60 bulan gaji Kelompok IV : 1,27 % dari upah sebulan
Kelompok V : 1,74 % dari upah sebulan
CACAT TOTAL UNTUK SELAMA-2 NYA Santunan yg dibayar sekaligus:
70% X 60 Bln Gaji
Santunan yg dibayar berkala :
Rp. 25.000 X 24 Bln
JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN PELAYANAN KESEHATAN sesuai aturan yg TDK DIPUNGUT PREMI
berlaku
JKK
JK
J HT
J PK
TANGGUNG JAWAB
PERUSAHAAN
CACAT SEBAGIAN TDK MAMPU BEKERJA
UNTUK SELAMA-2 NYA UNTUK SEMENTARA
BERHENTI BEKERJA
CACAT KEKURANGAN UNTUK SELAMA-2 NYA
FUNGSI ORGAN
Bila terdapat pekerja tertimpa kecelakaan kerja,
maka yang harus dilakukan oleh pengusaha ialah:
Terhadap pekerja yang terkena penyakit akibat hubungan kerja, maka sama
halnya dengan terjadinya kecelakaan kerja, Pengusaha wajib melaporkan penyakit
yang timbul karena hubungan kerja tersebut dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24
jam (2 hari) setelah ada hasil diagnosis dari Dokter Pemeriksa. Proses selanjutnya
sama dengan proses kecelakaan kerja.
Hak-hak yang didapat oleh tenaga kerja yang terkena penyakit dapat sama
dengan akibat kecelakaan kerja (mis.: cacat sebagian atau total dan meninggal
dunia) hanya dibatasi oleh waktu yaitu tidak boleh lebih dari 3 tahun setelah
berakhirnya hubungan kerja.
(Pasal 19 PP No. 14 thn 1993, Pasal 3 ayat (2) Keppres No. 22 thn 1993)
TENAKER yg mengalami kecelakaan kerja BERHAK ATAS:
1. Santunan
2. Pengobatan dan perawatan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk:
• Dokter * Operasi * Rontgen
• obat * Perawatan Puskesmas * Gigi
• Mata * Jasa tabib / sinshe / tradisional
Biaya untuk seluruh perawatan tersebut untuk satu peristiwa kecelakaan maksimum
Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah)
3. Biaya rehabilitasi harga berupa penggantian pembelian alat bantu (orthese) dan atau alat
pengganti (prothese) diberikan satu kali untuk setiap kasus dengan patokan harga yang
ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi Profesor Dokter Suharso Surakarta dan ditambah 40%
dari harga tersebut.
4. Ongkos pengangkutan tenaga kerja dari tempat kejadian kecelakaan kerja ke Rumah
sakit diberikan penggantian biaya sebagai berikut:
• Bilamana hanya menggunakan jasa angkutan darat/sungai maksimum sebesar Rp
100.000,-
• Bilamana hanya menggunakan jasa angkutan laut maksimum sebesar Rp 200.000,-
• Bilamana hanya menggunakan jasa angkutan udara maksimum sebesar Rp
250.000,-
Jaminan yg diberikan kepada Tenaker yg
meninggal dunia bukan akibat kecelakaan
kerja.
SANTUNAN BIAYA
BERUPA UANG PEMAKAMAN