Anda di halaman 1dari 13

Sejarah Singkat PT Timah (Persero), Tbk

Indonesia merupakan negara yang terletak pada daerah The Southeast Asia Tin Belt
yaitu Jalur Timah Asia Tenggara atau disebut juga Sabuk Timah Asia Tenggara. Para peneliti
timah di Indonesia, Malaysia dan Thailand, berpendapat bahwa bijih timah alluvial
ditemukan oleh penduduk setempat dan didulang dengan cara yang sederhana. Pada awalnya
ditemukan secara tidak sengaja bahwa ada pasir hitam yang berubah warna menjadi logam
keperakan ketika dibakar. Catatan sejarah Kerajaan Sriwijaya menyebutkan bahwa salah satu
komoditi dagang pada zaman kerajaan itu adalah timah yang disebut-sebut berasal dari hulu
Sungai Rokan (Sujitno, Sutedjo., 2007)
Marcopolo yang singgah di Aceh pada tahun 1297 juga mencatat bahwa salah satu
komoditi dagang Kerajaan Peurelak di Aceh adalah timah. Dari sejumlah publikasi
didapatkan bahwa penemuan timah di Bangka terjadi pada tahun 1709 (Sujitno, Sutedjo.,
2007) meskipun sebenarnya kesimpulan tersebut tidak didukung oleh fakta-fakta yang akurat
dan otentik.
Rakyat Pulau Bangka diwajibkan membayar pajak kepada Kesultanan Palembang
dengan bijih timah pada waktu itu. Kemudian tahun 1711 didatangkan ahli-ahli dari Malaka
dan Siam untuk memperkenalkan teknik penambangan sistem sumur, yang dikenal dengan
teknik “Sumur Palembang“ kepada rakyat. Peralatan-peralatan pada tambang di darat yang
cukup maju dan efisien dalam menunjang pekerjaan baru diperkenalkan berupa mesin
semprot (water sprayer) dan excavator tahun 1909, pompa tanah pada tahun 1917 dan jig
pada tahun 1920 (Sujitno, Sutedjo., 2007).
Menurut Sujitno, Sutedjo., (2007) eksplorasi laut diawali sejak diciptakan ponton bor
kontiki dan tahiti. Selain ponton bor tersebut dibuatlah Kapal Bor Pelatuk dilengkapi dengan
alat bor yang sanggup mengebor hingga kedalaman 78 meter dan dilengkapi dengan alat
geofisik laut / sparker untuk memperlihatkan prakiraan cadangan pada lapisan bawah laut.
Setelah dilakukan eksplorasi laut dan diindikasi keterdapatan cadangan maka pada tahun
1917 diperkenalkan juga penambangan dengan Kapal Keruk (bucket dregde) di Pulau
Singkep dan di Pulau Bangka tahun 1926. Sampai dengan sekarang terdapat 3 unit Kapal
Keruk yang masih beroperasi.
Menurut Erman, E, (2009) awal mula sejarah lahirnya PT. Timah (Persero) Tbk
bermula pada waktu Perang Dunia II (1942-1945) penguasaan penambangan timah beralih
kepada pendudukan Jepang. Karena Jepang kalah perang, maka dari tahun 1946-1949
penambangan timah sepenuhnya dikuasai kembali oleh perusahaan Belanda yang bernama
Bangka Tin Winning. Pada tahun 1949 terjadi pemulihan kedaulatan ke tangan Republik
Indonesia, maka perusahaan timah diambil alih sepenuhnya oleh pemerintah Republik
Indonesia, tetapi penguasaannya masih tetap ditangan perusahaan Belanda sampai berakhir
masa kontrak tanggal 28 Februari 1952.
Sejak berakhirnya masa kontrak hingga saat ini, maka sepenuhnya penguasaan dan
pengelolaannya dilakukan oleh PT. Timah (Persero) Tbk . Puncak dari masa transisi itu
adalah di tahun 1960 dengan dibuatnya undang-undang nomor 19 dimana telah ditetapkan
oleh Badan Pimpinan Perusahaan Tambang Timah dan Perusahaan Negara dengan 3 unit
produksinya yang berada di Bangka, Belitung dan Pulau Singkep. Di tahun 1976 status
perusahaan telah berubah menjadi PT.Timah (Persero) Tbk yang merupakan status
perusahaan resmi dimana pemerintah sebagai satu-satunya pemegang saham utama.
Perjalanan panjang PT. Timah (Persero) Tbk untuk terus berbenah dan menyehatkan
kondisi perusahaan terus menerus diupayakan secara maksimal. melewati masa-masa yang
sulit saat restrukturisasi digulirkan tahun 1992 telah membuahkan hasil yang
menggembirakan. PT Timah (Persero) Tbk berhasil menjadi perusahaan yang sehat kembali
dan pada tahun 1995 mampu melakukan show up dengan mencatatkan penjualan sahamnya di
bursa dalam dan luar negeri.
Sebagai perusahaan induk, PT.Timah (Persero) Tbk mempunyai beberapa anak
perusahaan yang diantaranya adalah (Sujitno, Sutedjo., 2007) :
1. PT. Tambang Timah, bergerak dalam bidang pertambangan timah dan mineral
ikutan serta bahan galian industri. PT. Tambang Timah juga bergerak di bidang
jasa dan perdagangan.
2. PT. Timah Industri, bergerak dalam bidang usaha perdagangan, bidang jasa dan
masih banyak lainnya
3. PT. Timah Eksplomin, bergerak dalam menyediakan jasa di bidang penyelidikan
tambang, eksplorasi, analisis laboratorium contoh mineral bahan galian, pembuatan
studi kelayakan, penyelidikan geologi teknik, dan penyelidikan geohidrologi.
4. PT. Timah Investasi Mineral, bergerak dalam bidang jasa investasi dan konsultasi
usaha pertambangan.
5. PT. Dok dan Perkapalan Air Kantung, menyediakan jasa perbengkelan, galangan
kapal, serta jasa pelayanan kapal penumpang untuk karyawan.
Pada tahun 2008, PT. Timah (Persero), Tbk. meresmikan tanur 9 dan perluasan pabrik
Electrolytic Refining (ER) yang merupakan proses metamorphosis dari perkembangan
industri dan perkembangan timah dunia yang cukup drastis dari tahun 2003 – 2004.
Kemudian pada 17 Januari 2009, dibangun pabrik Tin Chemical sebagai salah satu usaha
perseroan dalam pengembangan produk hilir. PT. Timah masih berjaya dari masanya sampai
sekarang.

2.2. Iklim dan Curah Hujan


Pulau Bangka dipengaruhi oleh iklim atau kita kenal dengan musim, yaitu musim hujan
dan musim kemarau. Periode musim hujan terjadi antara bulan Oktober sampai bulan Maret
dengan variasi suhu udara antara 22C sampai dengan 26,3C. Jumlah hari hujan pertahun
sekitar 116 hari atau 31,78 % dari jumlah hari dalam satu tahun. Sedangkan untuk periode
musim kemarau biasanya terjadi pada bulan April sampai bulan September.
Pada musim hujan atau dikenal dengan musim barat, biasanya juga disertai dengan
angin kencang , badai dan juga gelombang besar. Kondisi seperti inilah yang perlu
diwaspadai terhadap kegiatan operasi penambangan. Karena hal ini dapat mempengaruhi
pengoperasian peralatan dan memungkinkan produksi dan recovery (perolehan) yang
semakin kecil atau berkurang.
Keadaan kedalaman air laut juga dapat mempengaruhi terhadap kegiatan
penambangan. Untuk itu perlu diperhitungkan kondisi pasang surut air laut pada setiap
penempatan lokasi sesuai rencana kerja.

2.3. Keadaan Topografi dan Morfologi


2.3.1. Topografi
Topografi daerah Pulau Bangka dipengaruhi deformasi tenaga endogen yang
terjadi pada masa lampau, yang mengakibatkan terbentuknya pegunungan dan
perbukitan sekitar.
Sedangkan laut sekitarnya yang dangkal dibentuk oleh lembah dan sungai-sungai
yang tenggelam berisi endapan alluvial yang mengandung bijih timah putih dalamnya
jarang melebihi 50 m. Lembah-lembah di daratan diisi oleh alluvium, sebagian besar
merupakan rawa-rawa dan sebagian lagi terpengaruh oleh pasang surut air laut dan
lembah sempit yang tinggi letaknya serta mempunyai mata air yang tetap.

2.3.2. Morfologi
Pulau Bangka secara umum dapat dikatakan sebagai suatu daerah yang hampir
rata datarannya. Di atas dataran ini muncul beberapa bukit yang letaknya saling terpisah
dan merupakan gunung terpencil. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa daerah
Bangka sudah mencapai tingkatan tua (Old Age Stage), karena itu wilayah Bangka
terdiri dari satuan morfologi rendah dan batuan morfologi perbukitan yang
bergelombang.
Satuan ini terdiri dari endapan alluvial, rawa dan pantai yang menempati bagian
sebelah barat, timur dan utara wilayah Pulau Bangka dengan luas sekitar 46%
berketinggian kurang dari 50 mdpl. Di bagian barat dataran alluvial ini cukup luas
dengan lebar  1 km dari pantai. Sedangkan di sepanjang daerah sungai-sungai sekitar
pantai sebagai akibat pengaruh pasang air laut atau kenaikan permukaan laut yang
terdapat di bagian timur dan utara tidak begitu luas lebarnya dan kurang dari 1 km dari
pantai.

2.4. Keadaan Geologi dan Stratigrafi


2.4.1 Geologi
Menurut Hakim. H. L, (2005) mineral utama yang terkandung pada bijih timah
adalah cassiterit (SnO2). Batuan pembawa mineral ini adalah batuan granit yang
berhubungan dengan magma asam dan menembus lapisan sedimen (intrusi granit).
Pada tahap akhir kegiatan intrusi, terjadi peningkatan konsentrasi elemen di bagian atas,
baik dalam bentuk gas maupun cairan, yang akan bergerak melalui pori-pori atau
retakan. Karena tekanan dan temperatur berubah, maka terjadilah proses kristalisasi
yang akan membentuk deposit dan batuan samping.
Pembentukan mineral cassiterit (SnO2) dan mineral berat lain erat hubungannya
dengan batuan granitoid. Secara keseluruhan endapan bijih timah yang membentang
dari Myanmar Tengah hingga Paparan Sunda merupakan kelurusan sejumlah intrusi
batholit. Batuan induk yang mengandung bijih timah adalah granit, adamelit dan
granadiorit. Batholit yang mengandung bijih timah pada daerah barat ternyata lebih
muda daripada daerah timur.
Berdasarkan sejarah geologi pada zaman Yura-Kapur di daerah Paparan Sunda
terjadi intrusi-intrusi batuan granit. Hal ini merupakan pendapat dari teori Plate
Tektonik, dimana terdapat penekukan benua pada subduktion zona. Sehingga magmatik
art muncul di sebelah utaranya, yang menempati Pulau Bangka, Pulau Belitung, Pulau
Singkep, Pulau Karimun, Pulau Kundur dan sebagian Pulau di Kalimantan Barat. Di
daerah Pulau Bangka tersusun oleh formasi batuan beku, sedimen dan batuan sedimen
resen.
Batuan sedimen terdiri atas lapisan lapisan tanah liat, lempung, lempung pasiran,
lanau dan juga masih banyak lapisan batuan lainnya.
Batuan sedimen ini juga merupakan batuan tua yang mengalami penerobosan
oleh intrusi batuan granit pada batuan samping. Sehingga pada batuan samping
mengalami perubahan bentuk ke batuan metasedimen.
Proses pembentukan bijih timah berasal dari magma cair yang mengandung
mineral cassiterite (SnO2). Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi,
maka akan terjadi fase dimana terbentuk mineral- mineral bijih diantaranya bijih timah.
Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan granit maupun di dalam batuan
yang diterobosnya, dan pada akhirnya membentuk vein. Jadi pada proses pembentukan
bijih timah ada terdapat dua sumber, pada batuan granit dan pada batuan samping yang
diterobosnya.
Endapan bijih timah merupakan salah satu endapan alluvial, yang terbentuk
karena lapisan atau material hasil pengendapan yang belum terkonsolidasi dengan kuat.
Lapisan ini terdiri dari kerakal, kerikil, pasiran, lempungan atau kombinasi dari
semuanya.
Ada dua jenis endapan timah (Batchelor, D. 1980) yang dijumpai didaerah jalur
timah Indonesia ini, yaitu timah primer dan timah sekunder. Endapan timah sekunder
adalah cadangan timah utama yang ditambang oleh PT. Timah (Persero) Tbk. Endapan
timah primer dijumpai umumnya berupa pengisian vein kuarsa-tourmalin yang tidak
ekonomis untuk dilakukan penambangan. Berikut endapan timah, yaitu :
a. Endapan Timah Primer
Endapan timah primer terbentuk akibat intrusi granit terjadi mineralisasi yang
terbentuk pada jalur kontak antara tubuh granit dengan batuan sedimen atau
metasedimen yang diintrusi. Tidak semua intrusi granit akan menghasilkan endapan
timah, hal ini sangat tergantung pada magma asal. Karena magma ini ada yang
mengandung unsur atau senyawa pembawa timah. Pada saat intrusi batuan granit
naik ke permukaan bumi, maka akan terjadi fase pneumatolitik, dimana terbentuk
mineral bijih yang berharga diantaranya mineral yang mengandung timah Mineral
ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan granit maupun batuan yang
diterobosnya.
b. Endapan Timah Sekunder
Pembentukan timah sekunder atau placer deposit didefinisikan sebagai endapan
mineral yang terbentuk secara konsentrasi mekanis dari sumber-sumber mineral
yang berasal dari batuan induk. Endapan timah sekunder akan terbentuk melalui
beberapa proses sebagai berikut :
1. Pelapukan
Batuan yang berada dipermukaan akan mengalami pelapukan akibat proses
eksogen baik pelapukan fisik maupun kimia. Faktor-faktor penyebab pelapukan
antara lain berupa Perubahan suhu, unsur organis, air dan juga struktur geologi
yang terdapat pada batuan atau daerah tersebut
Akibat dari pelapukan, batuan yang keras dan besar berubah menjadi batuan
kecil. Peristiwa ini disebut sebagai pelapukan fisik. Sedangkan bila batuan
tersebut dipengaruhi oleh unsur organik atau air sehingga mineral yang terdapat
dalam batuan itu bersenyawa karena proses kimia dan menyebabkan batuan
tersebut berubah menjadi lunak atau menjadi mineral mineral lain, peristiwa ini
disebut dengan pelapukan kimia.
2. Erosi
Erosi merupakan proses pengikisan terhadap batuan atau lapisan tanah
dimanapun berada seperti di pegunungan, di dataran atau padang pasir, pantai
maupun dilaut. Media sebagai penyebab atau faktor yang menyebabkan
terjadinya erosi terdiri dari beberapa macam, yaitu air, ombak, dan juga angin.
Umumnya erosi ini sangat aktif pada daerah hulu atau daerah dimana terjadinya
intrusi dan memiliki kemiringan permukaan yang besar.
Pada endapan sungai alluvial, air sangat berperan penting sebagai media
dalam proses pengikisan dan penghancuran batuan, juga mengangkut dan
mengendapkannya pada daerah yang sangat jauh dari tempat asalnya.
3. Transportasi
Material-material yang sudah mengalami pelapukan dengan mudah
terlepas dan terkikis, butiran-butiran hasil erosi ini akan dibawa oleh air ketempat
yang lebih rendah. Daya angkut air untuk mentransport material hasil rombakan
tersebut tergantung pada kecepatan aliran dan besarnya volume air yang bergerak
pada tingkat kekeruhannya.
Material atau fragmen batuan yang berukuran besar tidak akan terangkut
jauh dari sumbernya dan sebaliknya untuk material yang berukuran halus akan
tertransportasi sangat jauh. Material yang ditransport tergantung pada ukuran dan
kekuatan daya angkut air, sehingga material yang berukuran besar akan
menggelinding didasar sungai, yang berukuran sedang dan pipih akan meloncat-
loncat didasar sungai, sedangkan material yang berukuran halus akan melayang-
layang di dasar sungai.
4. Pengendapan
Setelah terjadi pengikisan dan dibawa oleh air, material tersebut akan
diendapkan pada bagian terendah (lembah). Namun demikian, pengendapan juga
terjadi pada daerah hulu atau tengah. Hal ini tergantung kecepatan air, jumlah
muatan sedimen dalam sungai serta berat jenis mineral yang diendapkan.
Umumnya apabila menyusuri sungai akan tampak bahwa material yang
besar diendapkan pada daerah hulu sehingga dapat dikatakan semakin jauh
terendapkannya material dari batuan sumbernya maka butiran material semakin
halus.
Pengetahuan ini sangat berguna bagi kita untuk mengetahui posisi dari
peletakan mineral bijih maupun material kerikil dan pasiran dalam daerah
pengendapan alluvial. Hubungan satu lingkungan pengendapan dengan
lingkungan pengendapan lain akan memiliki perbedaan karakteristik

2.4.2. Stratigrafi
Batuan - batuan yang dijumpai terdiri atas batuan pra tersier yang meliputi, batu
pasir, batu lempung, lapisan - lapisan pasir, lempung yang mengandung sisa tanaman,
campuran antara lempung, pasir, lanau dan sebagainya. Menurut Katili ,(1967) di Pulau
Bangka terdapat 2 generasi granit. Granit tua tidak mengandung kasiterit dan umumnya
terdapat di daerah rendah, yakni granit Klabat & A. Kapo dan granit generasi muda
sebagai pembawa timah umumnya telah tererosi lanjut.
Menurut Suyitno, S (1981), generasi granit tersebut adalah Granit Klabat-Jebus
terletak di utara, Granit Belinyu-Sungailiat yang menyebar di bagian timur Granit
Jebus, Granit Menumbing, Granit Tempilang, Granit Mangkol, Granit Pading-Koba,
dan Granit Toboali. Granit yang terpenting adalah Granit Klabar, Menumbing, Plangas,
Tempilang, Mangkol, dan Pading. Umumnya tubuh granit tersebut tersusun atas granit
biotit, granit hornblende, granit muskovit mineral yang umum terdiri atas kuarsa,
ortoklas, oligoklas, biotit, serta sebagai asesoris zircon, apatite dan ortit.
Ada beberapa kelompok lapisan dianggap akan mewakili sedimentasi Quarter di
pulau Bangka. Kelompok tersebut diklasifikasikan dalam sebuah susunan lapisan
lapisan antara lain sebagai berikut (Osberger, 1965) :
a. Lapisan alluvium muda, yang mengandung bijih timah dan terdapat di lembah,
diatas batuan pra tersier dilapisi lapisan lempung liat.
b. Lapisan marine muda, menutupi lapisan alluvium muda, berupa pasir hingga
lempung.
c. Lapisan alluvium tua, mewakili keadaan daratan yang meluas pada saat
regeresi muka air laut karena glacial.
d. Lapisan marine tua, merupakan bidang erosi dan dapat dikorelasikan dengan
lapisan lempung liat.

Gambar 2.1. Stratigrafi Pulau Bangka (Sumber : Osberger, 1965 dan Katili, 1967)
Adapun urutan stratigrafi batuan daerah Bangka sebagai berikut :
a. Lapisan Humic (Humus)
Merupakan lapisan yang sangat dominan. Terbentuknya dari sisa-sisa
tumbuhan terendapkan di daerah rawa yang bersamaan dengan itu
diendapkan pula material halus hasil transportasi yang tererosi.
b. Tanah Liat Kepasiran (Sand Clay)
Lapisan ini mempunyai ukuran yang halus mendekati ukuran butir tanah
liat.Adapun yang membedakan keduanya adalah warna tanah liat kepasiran
relatif lebih terang dan kandungan air lebih kecil
c. Lapisan Clay
Biasanya terletak diantara lapisan tanah liat humus dengan lapisan pasir yang
mengandung bijih timah. Sifat lapisan ini apabila kering akan menjadi keras
dan apabila basah menjadi lengket dan liat, lapisan ini menggangggu dalam
proses penambangan. Ukuran butirnya sangat halus dan memiliki kandungan
air tinggi (59,40%).
d. Lapisan Clay Sand
Pada lapisan ini terdapat lapisan yang terdiri dari lempung dan pasir dimana
kebalikan dari sand clay. Lapisan ini bewarna agak gelap. Kandungan air nya
lebih besar dari sand
e. Lapisan Sand
Pada lapisan ini, berupa lapisan pasir yang memiliki butiran kasar dan juga
memiliki kandungan air yang sedikit
f. Lapisan Tanah Bertimah (Kaksa)
Merupakan lapisan yang memungkinkan terdapat banyak kandungan timah.
Lapisan yang membutuhkan perhatian saat penambangan.
g. Lapisan Batuan Dasar (Bedrock)
Batuan dasar merupakan lapisan paling dasar terdiri dari batuan keras
biasanya di dominasi oleh batuan beku , namun dapat juga berupa batuan
sedimen. Lapisan batuan di Pulau Bangka sangatlah bervariasi sehingga
menunjukkan stratigrafi yang berbeda pula (Gambar 2.2).

Gambar 2.2. Urutan Stratigrafi Batuan Bangka (Sumber : Katili, 1967)


2.5.

2.6. Sifat Fisik dan Karakterisik Mineral


Endapan bijih timah berasal dari magma asam (Murwanto. H, 1993). Sehingga
keterdapatannya berhubungan dengan adanya batuan granit. Dalam pembentukannya, mineral
ini disertai dengan mineral berharga lainnya dan pengotor. Berikut karakteristik mineral yang
terdapat dalam endapan timah:
1. Cassiterite (SnO2)
Cassiterite merupakan mineral utama dalam endapan timah yang mengandung unsur
Sn. Dengan menggunakan mikroskop, dapat terlihat bahwa mineral ini memiliki warna
merah marun, merah kecoklatan atau kehitaman. Cassiterite memiliki kilap minyak
dengan berat jenis 6,9 - 7. Jika terkena larutan HCl, mineral ini akan mengalami
perubahan warna menjadi pucat. Cassiterite dapat dialiri arus listrik (konduktor).
2. Xenotime (YPO4)
Mineral ini berwarna kuning keputih-putihan (putih keruh) dengan berat jenis 4,6.
Xenotime tidak dapat dialiri listrik tapi dapat ditarik magnet
3. Ilmenite (FeTiO3)
Mineral ini berwarna hitam gelap dengan permukaan yang kasar. Ilmenite memiliki
berat jenis 4,7 memiliki sifat konduktor dan magnetik.
4. Monazite ((CeLaYTh)PO4)
Mineral ini memiliki warna seperti Xenotime yaitu putih keruh. Untuk membedakan
Monazite dan Xenotime adalah dengan menyinari mineral tersebut dengan sinar ultraviolet.
Jika disinari dengan sinar ultraviolet, Monazite mengalami perubahan warna menjadi
kehijau-hijauan.
5. Zircon (ZrSiO4)
Mineral ini memiliki warna merah muda, merah kekuningan atau merah keputih-
putihan. Zircon berbentuk bulat seperti telur dan memiliki berat jenis 4,6. Mineral ini
bersifat nonkonduktor dan nonmagnetik.
6. Pyrite (FeS2)
Mineral ini memiliki warna kekuning-kuningan. Pyrite berbentuk kotak (kubus) dan
memiliki berat jenis 5. Selain itu mineral ini memiliki sifat konduktor.
7. Tourmaline (Na(MgFe)3Al6(Bo3)3(Si6O18)(OH)4)
Mineral ini memiliki warna mengkilap dan mempunyai urat-urat yang sejajar serta
bersifat nonkonduktor dan memiliki berat jenis 3,2. Tourmaline bersifat magnetik dan non
konduktor.
8. Siderite (FeCO3)
Mineral ini memiliki warna seperti pyrite tetapi berbentuk menyerupai gumpalan
(bulat). Siderite termasuk mineral yang bersifat konduktor
9. Marcasite (FeS2)
Mineral ini memiliki warna seperti pyrite dan siderite tetapi berbentuk panjang.
Marcasite termasuk mineral konduktor dengan berat jenis 4,8.
10. Quartz (SiO2)
Mineral ini memiliki warna bening dan mempunyai kilap glassy seperti kaca.
Merupakan mineral pengotor dalam endapan timah.
Kuarsa bersifat nonkonduktor dan nonmagnetik. Mineral ini memiliki berat jenis
2,65.
11. Hematite (Fe203)
Memiliki warna merah tua kehitaman dan merupakan mineral magnetik dan juga
konduktor yang baik. Mineral ini memiliki kekerasan 5,5 - 6,5 dan mempunyai berat
jenis 5,1 - 5,2.
12. Rutile (TiO2)
Merupakan mineral yang memiliki warna coklat kemerahan, dan agak kehitaman.
Kekerasan pada mineral ini antara 5,5 - 6,5 dengan sifat magnet yang kurang baik namun
memiliki sifat konduktor yang baik.
13. Topas (Al2SiO6 (OH2F)2)
Mineral yang memiliki kilap seperti kaca dengan berat jenis 3,4 – 3,6. Bersifat non
magnetik dan bukan penghantar listrik yang baik.

2.7. Karakteristik dan Pemanfaaan Logam Timah


Timah adalah logam berwarna putih keperakkan dengan kekerasan dan kekuatan yang
rendah, mempunyai sifat – sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Logam ini
mempunyai sifat mengkilap dan sangat mudah dibentuk. Jika dipanaskan sifatnya akan rapuh
dan berubah menjadi serbuk halus.
Timah cair mudah berpadu dengan logam lain membentuk membentuk suatu lapisan.
Hal ini menjadi dasar penggunaannya sebagai bahan lapis peralatan sehari hari. Sifat ini
dimanfaatkan dalam pembuatan pelat timah yang banyak dipakai dalam industri. Contoh
pemanfaatan timah antara lain :
1. Timah dalam Solder
Pada setiap inti barang elektronik seperti camera, telephone portable, computer, televisi
dan juga radio terdapat sebuah papan sirkuit yang terbuat dari solder timah. Timah solder
mempermudah orang orang melakukan aktivitas sehari hari seperti perbaikan alat elektonik
dan lainnya.
2. Timah dalam Pelat Timah
Penggunaan pelat timah dalam kemasan makanan dan minuman kaleng merupakan
bahan pengemas dan penyimpanan yang tahan lama, aman dan hemat energi
3. Timah dalam Industri
Industri kimia adalah konsumen timah yang berkembang dengan pesat. Permintaan
pasar yang terkuat adalah untuk industri rumah tangga, cat, plastik serta non-besi untuk
digunakan dalam industri mesin seperti tembaga, perunggu dan perunggu fospor.
Contoh dari aplikasi komersial termasuk pelapisan kawat tembaga (Copper wire) dan
kabel dan pembuatan bentuk timah tempa. Timah juga digunakan sebagai stabilizer yang
tahan lama pada sinar matahari dan perubahan cuaca/ temperature.
Logam timah bersifat stabil, maka logam ini banyak dipakai sebagai pelapis pada
perabotan dan peralatan kimia untuk tujuan perlindungan terhadap karat (korosi). Logam
timah efektif digunakan untuk penambalan gigi, pelapis stick golf, pembuatan peluru timah
dan masih banyak lainnya.

2.9. Struktur Organisasi


PT. Timah (Persero) Tbk Unit Laut Bangka memiliki 1530 karyawan (Bidang
administrasi, 2015). Dipimpin oleh Kepala Unit dan didampingi Wakil Kepala Unit yang
menaungi beberapa bidang dan bagian, antara lain:
1. Bidang Evaluasi Produksi, Bidang Perawatan,Bidang Penjangkaran dan Angkutan
Laut
2. Bidang Kapal Isap Produksi, Kapal Keruk dan Kapal Isap
3. Bidang K3LH dan CSR (coorporate social responsibility)
4. Bidang Administrasi dan Keuangan yang menaungi masalah keuangan
5. Bidang PAM ULB

Gambar 2.4. Struktur Organisasi Unit Laut Bangka (Sumber : Bidang Administrasi Pt.
Timah (Persero) Tbk)

Struktur organisasi Kapal Keruk singkep 1 dan Kapal Isap Stripping Pulau 7
(Lampiran B)

Anda mungkin juga menyukai