Indonesia merupakan negara yang terletak pada daerah The Southeast Asia Tin Belt
yaitu Jalur Timah Asia Tenggara atau disebut juga Sabuk Timah Asia Tenggara. Para peneliti
timah di Indonesia, Malaysia dan Thailand, berpendapat bahwa bijih timah alluvial
ditemukan oleh penduduk setempat dan didulang dengan cara yang sederhana. Pada awalnya
ditemukan secara tidak sengaja bahwa ada pasir hitam yang berubah warna menjadi logam
keperakan ketika dibakar. Catatan sejarah Kerajaan Sriwijaya menyebutkan bahwa salah satu
komoditi dagang pada zaman kerajaan itu adalah timah yang disebut-sebut berasal dari hulu
Sungai Rokan (Sujitno, Sutedjo., 2007)
Marcopolo yang singgah di Aceh pada tahun 1297 juga mencatat bahwa salah satu
komoditi dagang Kerajaan Peurelak di Aceh adalah timah. Dari sejumlah publikasi
didapatkan bahwa penemuan timah di Bangka terjadi pada tahun 1709 (Sujitno, Sutedjo.,
2007) meskipun sebenarnya kesimpulan tersebut tidak didukung oleh fakta-fakta yang akurat
dan otentik.
Rakyat Pulau Bangka diwajibkan membayar pajak kepada Kesultanan Palembang
dengan bijih timah pada waktu itu. Kemudian tahun 1711 didatangkan ahli-ahli dari Malaka
dan Siam untuk memperkenalkan teknik penambangan sistem sumur, yang dikenal dengan
teknik “Sumur Palembang“ kepada rakyat. Peralatan-peralatan pada tambang di darat yang
cukup maju dan efisien dalam menunjang pekerjaan baru diperkenalkan berupa mesin
semprot (water sprayer) dan excavator tahun 1909, pompa tanah pada tahun 1917 dan jig
pada tahun 1920 (Sujitno, Sutedjo., 2007).
Menurut Sujitno, Sutedjo., (2007) eksplorasi laut diawali sejak diciptakan ponton bor
kontiki dan tahiti. Selain ponton bor tersebut dibuatlah Kapal Bor Pelatuk dilengkapi dengan
alat bor yang sanggup mengebor hingga kedalaman 78 meter dan dilengkapi dengan alat
geofisik laut / sparker untuk memperlihatkan prakiraan cadangan pada lapisan bawah laut.
Setelah dilakukan eksplorasi laut dan diindikasi keterdapatan cadangan maka pada tahun
1917 diperkenalkan juga penambangan dengan Kapal Keruk (bucket dregde) di Pulau
Singkep dan di Pulau Bangka tahun 1926. Sampai dengan sekarang terdapat 3 unit Kapal
Keruk yang masih beroperasi.
Menurut Erman, E, (2009) awal mula sejarah lahirnya PT. Timah (Persero) Tbk
bermula pada waktu Perang Dunia II (1942-1945) penguasaan penambangan timah beralih
kepada pendudukan Jepang. Karena Jepang kalah perang, maka dari tahun 1946-1949
penambangan timah sepenuhnya dikuasai kembali oleh perusahaan Belanda yang bernama
Bangka Tin Winning. Pada tahun 1949 terjadi pemulihan kedaulatan ke tangan Republik
Indonesia, maka perusahaan timah diambil alih sepenuhnya oleh pemerintah Republik
Indonesia, tetapi penguasaannya masih tetap ditangan perusahaan Belanda sampai berakhir
masa kontrak tanggal 28 Februari 1952.
Sejak berakhirnya masa kontrak hingga saat ini, maka sepenuhnya penguasaan dan
pengelolaannya dilakukan oleh PT. Timah (Persero) Tbk . Puncak dari masa transisi itu
adalah di tahun 1960 dengan dibuatnya undang-undang nomor 19 dimana telah ditetapkan
oleh Badan Pimpinan Perusahaan Tambang Timah dan Perusahaan Negara dengan 3 unit
produksinya yang berada di Bangka, Belitung dan Pulau Singkep. Di tahun 1976 status
perusahaan telah berubah menjadi PT.Timah (Persero) Tbk yang merupakan status
perusahaan resmi dimana pemerintah sebagai satu-satunya pemegang saham utama.
Perjalanan panjang PT. Timah (Persero) Tbk untuk terus berbenah dan menyehatkan
kondisi perusahaan terus menerus diupayakan secara maksimal. melewati masa-masa yang
sulit saat restrukturisasi digulirkan tahun 1992 telah membuahkan hasil yang
menggembirakan. PT Timah (Persero) Tbk berhasil menjadi perusahaan yang sehat kembali
dan pada tahun 1995 mampu melakukan show up dengan mencatatkan penjualan sahamnya di
bursa dalam dan luar negeri.
Sebagai perusahaan induk, PT.Timah (Persero) Tbk mempunyai beberapa anak
perusahaan yang diantaranya adalah (Sujitno, Sutedjo., 2007) :
1. PT. Tambang Timah, bergerak dalam bidang pertambangan timah dan mineral
ikutan serta bahan galian industri. PT. Tambang Timah juga bergerak di bidang
jasa dan perdagangan.
2. PT. Timah Industri, bergerak dalam bidang usaha perdagangan, bidang jasa dan
masih banyak lainnya
3. PT. Timah Eksplomin, bergerak dalam menyediakan jasa di bidang penyelidikan
tambang, eksplorasi, analisis laboratorium contoh mineral bahan galian, pembuatan
studi kelayakan, penyelidikan geologi teknik, dan penyelidikan geohidrologi.
4. PT. Timah Investasi Mineral, bergerak dalam bidang jasa investasi dan konsultasi
usaha pertambangan.
5. PT. Dok dan Perkapalan Air Kantung, menyediakan jasa perbengkelan, galangan
kapal, serta jasa pelayanan kapal penumpang untuk karyawan.
Pada tahun 2008, PT. Timah (Persero), Tbk. meresmikan tanur 9 dan perluasan pabrik
Electrolytic Refining (ER) yang merupakan proses metamorphosis dari perkembangan
industri dan perkembangan timah dunia yang cukup drastis dari tahun 2003 – 2004.
Kemudian pada 17 Januari 2009, dibangun pabrik Tin Chemical sebagai salah satu usaha
perseroan dalam pengembangan produk hilir. PT. Timah masih berjaya dari masanya sampai
sekarang.
2.3.2. Morfologi
Pulau Bangka secara umum dapat dikatakan sebagai suatu daerah yang hampir
rata datarannya. Di atas dataran ini muncul beberapa bukit yang letaknya saling terpisah
dan merupakan gunung terpencil. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa daerah
Bangka sudah mencapai tingkatan tua (Old Age Stage), karena itu wilayah Bangka
terdiri dari satuan morfologi rendah dan batuan morfologi perbukitan yang
bergelombang.
Satuan ini terdiri dari endapan alluvial, rawa dan pantai yang menempati bagian
sebelah barat, timur dan utara wilayah Pulau Bangka dengan luas sekitar 46%
berketinggian kurang dari 50 mdpl. Di bagian barat dataran alluvial ini cukup luas
dengan lebar 1 km dari pantai. Sedangkan di sepanjang daerah sungai-sungai sekitar
pantai sebagai akibat pengaruh pasang air laut atau kenaikan permukaan laut yang
terdapat di bagian timur dan utara tidak begitu luas lebarnya dan kurang dari 1 km dari
pantai.
2.4.2. Stratigrafi
Batuan - batuan yang dijumpai terdiri atas batuan pra tersier yang meliputi, batu
pasir, batu lempung, lapisan - lapisan pasir, lempung yang mengandung sisa tanaman,
campuran antara lempung, pasir, lanau dan sebagainya. Menurut Katili ,(1967) di Pulau
Bangka terdapat 2 generasi granit. Granit tua tidak mengandung kasiterit dan umumnya
terdapat di daerah rendah, yakni granit Klabat & A. Kapo dan granit generasi muda
sebagai pembawa timah umumnya telah tererosi lanjut.
Menurut Suyitno, S (1981), generasi granit tersebut adalah Granit Klabat-Jebus
terletak di utara, Granit Belinyu-Sungailiat yang menyebar di bagian timur Granit
Jebus, Granit Menumbing, Granit Tempilang, Granit Mangkol, Granit Pading-Koba,
dan Granit Toboali. Granit yang terpenting adalah Granit Klabar, Menumbing, Plangas,
Tempilang, Mangkol, dan Pading. Umumnya tubuh granit tersebut tersusun atas granit
biotit, granit hornblende, granit muskovit mineral yang umum terdiri atas kuarsa,
ortoklas, oligoklas, biotit, serta sebagai asesoris zircon, apatite dan ortit.
Ada beberapa kelompok lapisan dianggap akan mewakili sedimentasi Quarter di
pulau Bangka. Kelompok tersebut diklasifikasikan dalam sebuah susunan lapisan
lapisan antara lain sebagai berikut (Osberger, 1965) :
a. Lapisan alluvium muda, yang mengandung bijih timah dan terdapat di lembah,
diatas batuan pra tersier dilapisi lapisan lempung liat.
b. Lapisan marine muda, menutupi lapisan alluvium muda, berupa pasir hingga
lempung.
c. Lapisan alluvium tua, mewakili keadaan daratan yang meluas pada saat
regeresi muka air laut karena glacial.
d. Lapisan marine tua, merupakan bidang erosi dan dapat dikorelasikan dengan
lapisan lempung liat.
Gambar 2.1. Stratigrafi Pulau Bangka (Sumber : Osberger, 1965 dan Katili, 1967)
Adapun urutan stratigrafi batuan daerah Bangka sebagai berikut :
a. Lapisan Humic (Humus)
Merupakan lapisan yang sangat dominan. Terbentuknya dari sisa-sisa
tumbuhan terendapkan di daerah rawa yang bersamaan dengan itu
diendapkan pula material halus hasil transportasi yang tererosi.
b. Tanah Liat Kepasiran (Sand Clay)
Lapisan ini mempunyai ukuran yang halus mendekati ukuran butir tanah
liat.Adapun yang membedakan keduanya adalah warna tanah liat kepasiran
relatif lebih terang dan kandungan air lebih kecil
c. Lapisan Clay
Biasanya terletak diantara lapisan tanah liat humus dengan lapisan pasir yang
mengandung bijih timah. Sifat lapisan ini apabila kering akan menjadi keras
dan apabila basah menjadi lengket dan liat, lapisan ini menggangggu dalam
proses penambangan. Ukuran butirnya sangat halus dan memiliki kandungan
air tinggi (59,40%).
d. Lapisan Clay Sand
Pada lapisan ini terdapat lapisan yang terdiri dari lempung dan pasir dimana
kebalikan dari sand clay. Lapisan ini bewarna agak gelap. Kandungan air nya
lebih besar dari sand
e. Lapisan Sand
Pada lapisan ini, berupa lapisan pasir yang memiliki butiran kasar dan juga
memiliki kandungan air yang sedikit
f. Lapisan Tanah Bertimah (Kaksa)
Merupakan lapisan yang memungkinkan terdapat banyak kandungan timah.
Lapisan yang membutuhkan perhatian saat penambangan.
g. Lapisan Batuan Dasar (Bedrock)
Batuan dasar merupakan lapisan paling dasar terdiri dari batuan keras
biasanya di dominasi oleh batuan beku , namun dapat juga berupa batuan
sedimen. Lapisan batuan di Pulau Bangka sangatlah bervariasi sehingga
menunjukkan stratigrafi yang berbeda pula (Gambar 2.2).
Gambar 2.4. Struktur Organisasi Unit Laut Bangka (Sumber : Bidang Administrasi Pt.
Timah (Persero) Tbk)
Struktur organisasi Kapal Keruk singkep 1 dan Kapal Isap Stripping Pulau 7
(Lampiran B)