Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Obat, Makanan dan Kosmetik
Halal 2
Dosen Pengampuh:
Drs. M. Yanis Musdja M.Sc.
DISUSUN OLEH :
JULI/2020
DAFTAR ISI
ABSTRAK..................................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN........................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................................6
1.4 Manfaat....................................................................................................................6
1.4.1 Teoritis..............................................................................................................6
1.4.2 Aplikatif............................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..........................................................................................................................7
2.1 Corona Virus Disease................................................................................................7
2.1.1 Sejarah dan Perkembangan Virus Corona......................................................11
2.1.2 Gejala Covid-19...............................................................................................15
2.1.3 Pencegahan Covid-19.....................................................................................19
2.1.4 Tatalaksana Covid-19......................................................................................22
2.2 Daun Ketapang (Cassia alata)................................................................................35
2.2.1 Klasifikasi Tanaman........................................................................................35
2.2.2 Morfologi Tanaman........................................................................................36
2.2.3 Kandungan......................................................................................................37
2.2.4 Efek Farmakologis...........................................................................................37
2.3 Kaempherol, aloeemodin, dan quercetin Sebagai Antiviral...................................38
2.4 Ekstraksi.................................................................................................................39
KESIMPULAN..........................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................41
1
ABSTRAK
Wabah Corona Virus Disease atau lebih dikenal dengan nama virus Corona atau
covid- 19 yang pertama kali terdeteksi muncul di Cina tepatnya di Kota Wuhan
Tiongkok pada akhir tahun 2019 (Supriatna, 2020). Penyakit virus corona 2019
(corona virus disease/COVID-19) sebuah nama baru yang diberikan oleh Wolrd
Health Organization (WHO) bagi pasien dengan infeksi virus novel corona 2019 yang
pertama kali dilaporkan dari kota Wuhan, Cina pada akhir 2019. Penyebaran terjadi
secara cepat dan membuat ancaman pandemi baru. Pada tanggal 10 Januari 2020,
etiologi penyakit ini diketahui pasti yaitu termasuk dalam virus ribonucleid acid
(RNA) yaitu virus corona jenis baru, betacorona virus dan satu kelompok dengan
virus corona penyebab severe acute respiratory syndrome (SARS) dan middle east
respiratory syndrome (MERS CoV). Diagnosis ditegakkan dengan risiko perjalanan
dari Wuhan atau negara terjangkit dalam kurun waktu 14 hari disertai gejala infeksi
saluran napas atas atau bawah, disertai bukti laboratorium pemeriksaan real time
polymerase chain reaction (RT-PCR) COVID-19 (Paru et al., 2019). Melalui metode
uji in silico, daun ketepeng dan benalu mengandung senyawa senyawa aktif yang
menghambat pertumbuhan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID 19, sehingga
potensial dikembangkan menjadi obat antiviral COVID-19. Senyawa-senyawa yang
mempunyai aktivitas antiviral itu adalah kaempherol, aloeemodin, dan qurcetin.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan data yang ada umur pasien yang terinfeksi COVID-19 mulai dari
usia 30 hari hingga 89 tahun. Menurut laporan 138 kasus di Kota Wuhan, didapatkan
rentang usia 37–78 tahun dengan rerata 56 tahun (42-68 tahun) tetapi pasien rawat
ICU lebih tua (median 66 tahun (57-78 tahun) dibandingkan rawat non-ICU (37-62
tahun) dan 54,3% laki-laki. Laporan 13 pasien terkonfirmasi COVID-19 di luar Kota
Wuhan
menunjukkan umur lebih muda dengan median 34 tahun (34-48 tahun) dan 77% laki
laki. (Paru et al., 2019)
Melalui metode uji in silico, daun ketepeng dan benalu mengandung senyawa
senyawa aktif yang menghambat pertumbuhan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID
19, sehingga potensial dikembangkan menjadi obat antiviral COVID-19. Senyawa-
senyawa yang mempunyai aktivitas antiviral itu adalah kaempherol, aloeemodin,
quercitrin, dan qurcetin. Daun ketepeng juga aktif menghambat pertumbuhan virus
dengue penyebab penyakit demam berdarah. Sementara benalu juga mengandung
senyawa aktif yang bisa menghambat pertumbuhan sel kanker.
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Secara teoritis, penulisan literature ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan serta wawasan tentang bagaimana cara penyebaran dan pencegahan
virus covid-19.
1.4.2 Aplikatif
Secara aplikatif, hasil penulisan literature ini dapat dijadikan sebagai bahan
informasi dan pengetahuan dalam penanganan dan pencegahan covid-19.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Corona Virus Disease
Pada akhir Desember 2019, wabah pneumonia seperti SARS disebabkan oleh
coronavirus novel terjadi di kota Wuhan Cina, yang secara resmi dinamai COVID-19
(penyakit coronavirus 2019) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemudian dan
coronavirus novel itu ditunjuk SARS-COV-2, menyebar secara nasional dan di
seluruh dunia. Pada 11 Maret 2020, WHO menilai bahwa COVID-19 dapat
dipertimbangkan sebagai pandemi. Sejauh ini, jumlah COVID-19 didiagnosis di
seluruh dunia adalah 132.758, dan jumlah kematian adalah 5420 pada 13 Maret,
2020. (Zhang et al., 2020)
Penyakit infeksi virus selalu menjadi ancaman bagi manusia bertahan hidup.
Dalam dua dekade terakhir, tiga virus global menular penyakit, sindrom pernapasan
akut (SARS), timur tengah sindrom pernafasan (MERS), dan penyakit corona virus
saat ini (COVID-19), telah terjadi di seluruh dunia, dan semua pathogen adalah jenis-
jenis corona virus. Patogen SARS disebut sebagai corona virus sindrom pernafasan
akut yang parah (SARS-CoV). Ini pertama kali terjadi pada bulan November 2002,
dan berasal dari provinsi Guangdong, Cina selatan. Menurut data agregat WHO, total
8.096 kasus melaporkan, mengakibatkan 774 kematian (rasio fatalitas kasus adalah
9,56%) pada tahun 26 negara di 5 benua selama epidemi SARS. Patogen MERS
disebut sebagai sindrom pernapasan timur tengah corona virus (MERS-CoV) oleh
Kelompok Studi
Coronavirus (CSG). Virus ini pertama kali diisolasi dari seorang pasien yang
meninggal penyakit pada bulan Juni 2012, di Jeddah, Arab Saudi. (Xiao et al., 2020)
Laporan awal dari Tiongkok, yang kemudian dibuktikan dengan data dari
Italia Utara, menunjukkan bahwa demografi yang paling parah terkena dampak
COVID-19 adalah laki-laki lanjut usia, dan faktor prognostik miskin lainnya
termasuk riwayat merokok dan adanya komorbiditas. Dari 1099 pasien dengan
COVID-19 yang dikonfirmasi dalam studi Cina oleh Guan dan rekan, 173 memiliki
penyakit parah. Pada kelompok ini, usia rata-rata adalah 52 tahun, 100 (57,8%)
adalah laki-laki, 41 (23,7%)
memiliki riwayat hipertensi, 28 (16 - 2%) memiliki diabetes mellitus, dan sepuluh (5-
8%) memiliki penyakit arteri koroner. Dari 67 pasien yang dirawat di perawatan
intensif, membutuhkan ventilasi mekanik, atau meninggal, usia rata-rata adalah 63
tahun, 45 (67%) adalah laki-laki, dan 39 (58%) memiliki komorbiditas, yang paling
umum adalah hipertensi yang mempengaruhi 24 (36%) individu. Deskripsi kelompok
yang paling banyak mematikan infeksi SARS-CoV-2 ini juga sangat tinggi mewakili
pasien yang menderita fibrosis paru idiopatik (IPF). IPF secara khas mempengaruhi
pria dalam dekade ketujuh atau kedelapan hidupnya, umumnya dengan komorbiditas
seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung iskemik, dan dengan riwayat
pajanan asap rokok. (George et al., 2020)
Virus corona termasuk superdomain biota, kingdom virus. Virus corona adalah
kelompok virus terbesar dalam ordo Nidovirales. Semua virus dalam ordo
Nidovirales adalah nonsegmented positive-sense RNA viruses. Virus corona
termasuk dalam familia Coronaviridae, sub familia Coronavirinae, genus
Betacoronavirus, subgenus Sarbecovirus. Pengelompokan virus pada awalnya dipilah
ke dalam kelompokkelompok berdasarkan serologi tetapi sekarang berdasar
pengelompokan filogenetik. Lebih jauh dijelaskan bahwa subgenus Sarbecovirus
meliputi Bat-SL-CoV, SARS-CoV dan 2019-nCoV. Bat-SL-CoV awalnya ditemukan
di Zhejiang, Yunan, Guizhou, Guangxi, Shaanxi dan Hubei, China. (Beniac et al.,
2006)
Virus corona berbentuk bulat dengan diameter sekitar 125 nm seperti yang
digambarkan dalam penelitian menggunakan cryo-electron microscopy. Partikel virus
corona mengandung empat protein struktural utama, yaitu protein S (spike protein)
yang berbentuk seperti paku, protein M (membrane protein), protein E (envelope
protein), dan protein N (nucleocapside protein). Protein S (~150 kDa), protein M
(~25– 30 kDa), protein E (~8–12 kDa), sedangkan protein N terdapat di dalam
nukleokapsid. (Beniac et al., 2006)
Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 2012, wabah lain dari coronavirus yang
sangat patogen, MERS-CoV, menyebabkan 2.494 kasus yang dikonfirmasi dan 858
kematian menurut data WHO (tingkat fatalitas kasus: 34,4%) khususnya di Arab
Saudi. MERS mungkin juga berasal dari kelelawar dan unta dan dromedari yang
dimanfaatkan sebagai tuan rumah perantara. Bukti infeksi unta-ke-manusia terjadi
pada awalnya di Semenanjung Arab diikuti oleh penyebaran virus yang mencakup
infeksi nosokomial. (Román et al., 2020)
Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang biasa
ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama
untuk kejadian severe acute respiratory syndrome (SARS) dan Middle East
respiratory syndrome (MERS).Namun pada kasus SARS, saat itu host intermediet
(masked palm civet atau luwak) justru ditemukan terlebih dahulu dan awalnya
disangka sebagai host alamiah. Barulah pada penelitian lebih lanjut ditemukan bahwa
luwak hanyalah sebagai host intermediet dan kelelawar tapal kuda (horseshoe bars)
sebagai host alamiahnya. Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan
dari manusia ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, rute feses dan
oral. (Lam et al., 2015)
a) SARS
b) MERS
MERS-CoV adalah virus RNA indra-positif untai tunggal yang besar. Genom
coronavirus 30–31 kb mengkodekan sejumlah besar protein, yang mungkin memberi
fleksibilitas dalam beradaptasi dengan lingkungan baru dan meningkatkan transmisi
lintas spesies. MERS-CoV memiliki empat protein struktural: protein lonjakan (S),
protein amplop (E), protein membran (M), dan protein nukleokapsid (N). (Memish et
al., 2020)
a) Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala
yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat
disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan
nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan
pasien immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau
atipikal. Selain
itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala
relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi
diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek.
b) Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada
tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat
ditandai dengan batuk atau susah bernapas atau tampak sesak disertai napas
cepat atau takipneu tanpa adanya tanda pneumonia berat.
Definisi takipnea pada anak:
< 2 bulan : ≥ 60x/menit
2-11 bulan : ≥ 50x/menit
1-5 tahun : ≥ 40x/menit. 26
c) Pneumonia berat
Pada pasien dewasa
Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran
napas
Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: >30x/menit),
distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien <90% udara
luar.
Pada pasien anak-anak:
Gejala: batuk atau tampak sesak, ditambah satu diantara kondisi
berikut:
- Sianosis central atau SpO2 <90%
- Distress napas berat (retraksi dada berat)
- Pneumonia dengan tanda bahaya (tidak mau menyusu atau minum;
letargi atau penurunan kesadaran; atau kejang)
Dalam menentukan pneumonia berat ini diagnosis dilakukan dengan diagnosis
klinis, yang mungkin didapatkan hasil penunjang yang tidak menunjukkan
komplikasi.
d) Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
Onset: baru atau perburukan gejala respirasi dalam 1 minggu setelah diketahui
kondisi klinis. Derajat ringan beratnya ARDS berdasarkan kondisi
hipoksemia. Hipoksemia didefinisikan tekanan oksigen arteri (PaO₂) dibagi
fraksi oksigen inspirasi (FIO₂) kurang dari< 300 mmHg.
Pemeriksaan penunjang yang penting yaitu pencitraan toraks seperti foto
toraks, CT Scan toraks atau USG paru. Pada pemeriksaan pencitraan dapat
ditemukan: opasitas bilateral, tidak menjelaskan oleh karena efusi, lobar atau
kolaps paru atau nodul.
Sumber dari edema tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh gagal jantung atau
kelebihan cairan, dibutuhkan pemeriksaan objektif lain seperti ekokardiografi
untuk mengeksklusi penyebab hidrostatik penyebab edema jika tidak ada
faktor risiko. Penting dilakukan analisis gas darah untuk melihat tekanan
oksigen darah dalam menentukan tingkat keparahan ARDS serta terapi.
Berikut rincian oksigenasi pada pasien ARDS.
Dewasa:
ARDS ringan : 200 mmHg < PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg (dengan PEEP
atau CPAP ≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi)
ARDS sedang : 100 mmHg < PaO2/FiO2 ≤200 mmHg dengan PEEP
≥5 cmH2O atau tanpa diventilasi
ARDS berat : PaO2/FiO2 ≤ 100 mmHg dengan PEEP ≥5 cmH2O atau
tanpa diventilasi
Tidak tersedia data PaO2 : SpO2/FiO2 ≤315 diduga ARDS (termasuk
pasien tanpa ventilasi)
Anak:
Ketepeng cina ( Cassia alata L. ) berasal dari daerah tropik Amerika dan
biasanya hidup pada dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1.400
meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ketepeng cina termasuk tumbuhan dikotil
yang mempunyai sistem perakaran tunggang, yaitu memperlihatkan akar pokoknya
yang bercabang-cabang menjadi akar yang lebih kecil dan berbentuk kerucut panjang
yang terus tumbuh lurus ke arah bawah. Sistem perakaran tunggang ini umumnya
berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan dan memperkuat tegaknya batang.
Jika dilihat dari batangnya, tumbuhan ketepeng cina ( Cassia alata L. ) merupakan
tumbuhan berkayu dengan ketinggian ± 3 meter, bentuk batang bulat dan mempunyai
sistem percabangan simpodial. (Hujjatusnaini, 2007)
2.2.2 Morfologi Tanaman
Daun ketepeng cina berbentuk jorong sampai bulat telur sungsang, merupakan
daun majemuk menyirip genap yang berpasang-pasangan sebanyak 5-12 baris,
mempunyai anak daun yang kaku dengan panjang 5-15 cm, lebar 2,5-9 cm, ujung
daunnya tumpul dengan pangkal daun runcing serta tepi daun rata. Pertulangan
daunnya menyirip dengan tangkai anak daun yang pendek dengan panjang ± 2 cm
dan berwarna hijau. (Nugraha & Anwar, 2015)
Di samping itu, buah Ketepeng cina juga mempunyai sayap pada kedua
sisinya dengan panjang 10 – 20 mm dan lebar 12 – 15 mm. Jika buah tersebut masak,
maka pada kedua sisinya akan membuka atau pecah sehingga biji yang terdapat di
dalam polong akan terlempar keluar. Biji yang dimiliki ketepeng cina (Cassia alata
L.) berbentuk segitiga lancip dan berbentuk pipih yang berjumlah 50 – 70 biji pada
setiap polongnya. (Hujjatusnaini, 2007)
Yakubu, et. al. (2010) telah melakukan skrining fitokimia bahwa ekstrak
ketepeng cina (Cassia alata (L.) Roxb) positif mengandung saponin (1.22%),
flavonoid (1.06%), glikosida jantung (0.20%), kardenolid dan dienolides (0.18%),
fenolik (0.44%) dan alkaloid (0.52%). Kurniasari dalam Lumbessy dkk (2013)
menyatakan bahwa sejumlah tanaman obat yang mengandung flavonoid telah
dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antivirus, antiradang, antialergi
dan antikanker. Owoyale et al., (2005) melaporkan bahwa ekstrak methanol dan
etanol daun ketepeng cina (Cassia alata (L.) Roxb) memiliki aktifitas sebagai
antifungi dan antibakteri.
Pada umumya, efek farmakologis yang dimiliki oleh ketepeng cina (Cassia
alata L.) diantaranya sebagai pencahar, obat cacing, penghilang gatal-gatal, dan obat
kelainan kulit yang disebabkan oleh parasit kulit (Arif Haryana, 2005). (Mahmudah et
al., 2018)
Berdasarkan data sampai dengan 2 Maret 2020, angka mortalitas di seluruh dunia
2.3% sedangkan khusus di kota Wuhan adalah 4.9%, dan di provinsi Hubei 3,1%.
Angka ini diprovinsi lain di Tiongkok adalah O, 16%. Berdasarkan penelitian
terhadap 41 pasien pertama di Wuhan terdapat 6 orang meninggal (5 orang pasien di
ICU dan 1 orang pasien non-ICU) (Huang, et.al., 2020). Kasus kematian banyak pada
orang tua dan dengan penyakit penyerta. Kasus kematian pertama pasien lelaki usia
61 tahun dengan penyakit penyerta tumor intraab domen dan kelainan di liver (The
Straits Time, 2020). (Yuliana, 2020). Melalui metode uji in silico, daun ketepeng dan
benalu mengandung senyawa senyawa aktif yang menghambat pertumbuhan virus
SARS-CoV-2 penyebab COVID 19, sehingga potensial dikembangkan menjadi obat
antiviral COVID-19. Senyawa-senyawa yang mempunyai aktivitas antiviral itu
adalah kaempherol, aloeemodin, dan qurcetin.
DAFTAR PUSTAKA
Bachmetov, L., Gal-Tanamy, M., Shapira, A., Vorobeychik, M., Giterman-Galam, T.,
Sathiyamoorthy, P., Golan-Goldhirsh, A., Benhar, I., Tur-Kaspa, R., dan Zemel,
R. 2012. Suppression of Hepatitis C Virus by the Flavonoid Quercetin is
Mediated by Inhibition of NS3 Protease Activity. J Viral Hepatitis.19: e81-88.
Beniac, D. R., Andonov, A., Grudeski, E., & Booth, T. F. (2006). Architecture of the
SARS coronavirus prefusion spike. Nature Structural and Molecular Biology,
13(8), 751–752. https://doi.org/10.1038/nsmb1123
Down, B., Kulkarni, S., Khan, A. H. A., Barker, B., & Tang, I. (2020). Novel
coronavirus (COVID-19) infection: What a doctor on the frontline needs to
know. Annals of Medicine and Surgery, 55(April), 24–29.
https://doi.org/10.1016/j.amsu.2020.05.014
Erlina B, Fathiyah I, Agus Dwi Susanto dkk. Pneumonia COVID- 19. Diagnosis dan
Tatalaksana di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Jakarta, 2020.
George, P. M., Wells, A. U., & Jenkins, R. G. (2020). Pulmonary fibrosis and
COVID- 19: the potential role for antifibrotic therapy. The Lancet Respiratory
Medicine, 2600(20), 1–9. https://doi.org/10.1016/S2213-2600(20)30225-3
Guo W, Li M, Dong Y, Zhou H, Zhang Z, Tian C, et al. Diabetes is a risk factor for
the progression and prognosis of COVID-19. Diabetes/Metabolism Research and
Reviews. 2020:e3319.
Harborne, J.B., (1987), Metode Fitokimia, Edisi ke dua, ITB, Bandung.
Lumbessy, M., Jemmy & Jessy, P. 2013. Uji Total Flavonoid pada beberapa tanaman
obat tradisional didesa Waitina Mangoli Timur Kabupaten Kepulauan Sula
Propinsi Maluku Utara. Jurnal MIPA UNSRAT (Online). Vol 2, No. 1, hal 51
diakses 12 November 2013.
IDAI. (2020). Panduan Klinis Tata Laksana COVID-19 pada Anak. Idai, 33.
https://covid19.idionline.org/wp-content/uploads/2020/04/15.IDAI_.pdf
Khoirunnisa, I., & Sumiwi, S. A. (2019). Peran Flavonoid Pada Berbagai Aktivitas
Farmakologi. Farmaka, 17(2), Hal: 31.
Kusmardi, Kumala S, Triana EE. Efek imunomodulator ekstrak daun ketepeng cina
(Cassia alata) terhadap aktivitas dan kapasitas fagositosis makrofag. Jakarta: UI;
2007.
Lam, N., Muravez, S. N., & Boyce, R. W. (2015). A comparison of the Indian Health
Service counseling technique with traditional, lecture-style counseling. In
Journal of the American Pharmacists Association (Vol. 55, Issue 5).
https://doi.org/10.1331/JAPhA.2015.14093
Mahmudah, R., Abdullah, N., Pratiwi, A., Hidayah, M. A., & Ismail, R. (2018). Uji
Efektifitas Ekstrak Etanol Pada Daun Ketepeng Cina (Cassia alata L.) Terhadap
Mikroba Penyebab Sariawan (Stomatitis Aphtosa). Jurnal Mandala Pharmacon
Indonesia, 4(1), 39–52. https://doi.org/10.35311/jmpi.v4i1.23
Memish, Z. A., Perlman, S., Van Kerkhove, M. D., & Zumla, A. (2020). Middle East
respiratory syndrome. The Lancet, 395(10229), 1063–1077.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(19)33221-0
Nugraha, A., & Anwar, D. (2015). Manfaat Daun Ketepeng Cina ( Cassia alata L . )
sebagai Antifungi pada Tinea Pedis Benefits Ketepeng Cina ( Cassia alata L .)
as an Antifungal on Tinea Pedis.
Octarya, Z., & Saputra, R. (2015). Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Jumlah Ekstrak
Dan Daya Antifungi Daun Ketepeng Cina (Cassia Alata L.) Terhadap Jamur
Trychophyton Sp. Photon: Jurnal Sain Dan Kesehatan, 5(2), 15–21.
https://doi.org/10.37859/jp.v5i2.581
Paru, K. T., Malang, S., Pemberian, P., Terhadap, V. C., Foto, P., Pada, T., &
Tuberkulosis, P. (2019). Multi-Drug Resistance Tuberculosis : 40(2).
Román, G. C., Spencer, P. S., Reis, J., Buguet, A., Faris, M. E. A., Katrak, S. M.,
Láinez, M., Medina, M. T., Meshram, C., Mizusawa, H., Öztürk, S., & Wasay,
M. (2020). The neurology of COVID-19 revisited: A proposal from the
Environmental Neurology Specialty Group of the World Federation of
Neurology to implement international neurological registries. Journal of the
Neurological Sciences, 414(April), 116884.
https://doi.org/10.1016/j.jns.2020.116884
Saaby, L., Rasmussen, H.B., dan Jager, A.K. 2009. MAO-A Inhibitory Activity of
Quercetin from Calluna vulgaris Hull. J Ethnopharmacol.121:178-81.
Setiadi, A. P., Wibowo, Y. I., Halim, S. V., Brata, C., Presley, B., & Setiawan, E.
(2020). Tata Laksana Terapi Pasien dengan COVID-19: Sebuah Kajian Naratif.
Indonesian Journal of Clinical Pharmacy, 9(1), 70.
https://doi.org/10.15416/ijcp.2020.9.1.70
Supriatna, E. (2020). Wabah Corona Virus Disease (Covid 19) Dalam Pandangan
Islam. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 7(6).
https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i6.15247
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M.,
Herikurniawan, H., Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Chen, L.
K., Widhani, A., Wijaya, E., Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F., Jasirwan,
C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan
Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia ,
7(1), 45.
https://doi.org/10.7454/jpdi.v7i1.415
Song, J.H., Shim, J.K., dan Choi, H.J. 2011. Quercetin 7-rhamnoside Reduces
Porcine Epidemic Diarrhea Virus Replication via Independent Pathway of Viral
Induced
Reactive Oxygen Species. Virol J. 8: 460
Wernery, U., Lau, S. K. P., & Woo, P. C. Y. (2017). Middle East respiratory
syndrome (MERS) coronavirus and dromedaries. Veterinary Journal, 220, 75–
79. https://doi.org/10.1016/j.tvjl.2016.12.020
Xiao, J., Fang, M., Chen, Q., & He, B. (2020). SARS, MERS and COVID-19 among
healthcare workers: A narrative review. Journal of Infection and Public Health,
13(6), 843–848. https://doi.org/10.1016/j.jiph.2020.05.019
Yakubu, M., Adeshina, O., Oladijhi.,Akanji, M., Oloyede., Jimoh, G., Olatinwo, &
Afolayan. 2010. Abortifacient potential of aqueous extract of senna alata leaves
in rats. Journal of Reproduction & Contraception (Online), Vol. 21, No. 3
diakses 3 Juli 2014.
Yuliana. (2020). Corona virus diseases (Covid -19); Sebuah tinjauan literatur.
Wellness and Healthy Magazine, 2(1), 187–192.
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/v1i218wh
Zandi, K., Teoh, B.T., Sam, S.S., Wong, P.F., Mustafa, M.R., Abubakar, S. 2011.
Antiviral Activity of Four Types of Bioflavonoid Against Dengue Virus Type-2.
Virol J. 8: 560.
Zhang, Y., Xu, Q., Sun, Z., & Zhou, L. (2020). Current targeted therapeutics against
COVID-19: Based on first-line experience in China. Pharmacological Research,
157(March), 104854. https://doi.org/10.1016/j.phrs.2020.104854