Anda di halaman 1dari 9

 

EVALUASI KEGIATAN TERSTUKTUR


(EKT 2)
PENGANTAR ANTROPOLOGI

Nama : Adhiati Dewi Anggraini (1701010062)


Kelas : 1 (satu) A
Prodi : Administrasi Negara

FAKULTAS ILMU SOSIAL & ILMU POLITIK


UNIVERSITAS ISLAM SYEKH YUSUF TANGERANG TAHUN
AKADEMIK 2017/2018

 
Konsep Suku Bangsa.
Suku BangsaKonsep yang tercakup dalam istilah suku bangsa adalah suatu golongan manusia
yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaanan. istilah
etnografi untuk suatukebudayaan dengan corak khas adalah suku bangsa itu sendiri.'. Beragam
Kebudayaan Suku BangsaPara sarjana antropologi membedakan kesatuan masyarakat suku suku
bangsa di dunia berdasarkan mata pencaharian dan sistem ekonomi.B.

“Konsep “daerah kebudayaan” atau culture area merupakan suatu penggabungan atau
penggolongan ( yang dilakukan oleh ahli antropologi) dari suku-suku bangsa yang dalam
masing-masing kebudayaan yang beranekawarna mempunyai beberapa unsure dan cirri yang
menyolok serta serupa. Demikian system penggolongan daerah kebudayaan sebenarnya
merupakan suatu system klasifikasi yang mengklaskan beranekawarna suku bangsa yang tersebar
di suau daerah atau benua besar ke dalam golongan –golongan berdasarkan atas beberapa
persamaan unsure dalam kebudayaannya.

Derah kebudayaan di Amerika Utara

–       Eskimo

–       Yukon Mackenzie

–       Pantai barat laut

–       Dataran tinggi

–       Plains

–       Hutan timur

–       Kalifornia

–       Barat daya

–       Tenggara

–       Meksiko

1. Daerah kebuayaan Amerika Latin

–       Cacique

–       Andes

–       Andes selatan

–       Rimba Tropik


–       Berburu dan meramu

1. Daerah kebudayaan Afrika

–       Afrika utara

–       Hilir Nil

–       Sahara

–       Sudan Barat

–       Sudan timur

–       Hulu tengah Nil

–       Afrika tengah

–       Hulu selatan Nil

–       Tanduk Afrika

–       Pantai Guinea

–       Bantu Khatulistiwa

–       Bantu Danau-danau

–       Bantu timur

–       Bantu Tengah

–       Bantu barat daya

–       Bantu tenggara

–       Choisan

–       Madagaskar

1. Derah kebudayaan Asia

–       Asia tenggara

–       Asia selatan


–       Asia barat daya

–       Cina

–       Steppa Asia tengah

–       Siberia

–       Asia Timur laut

1. Konsep Suku Bangsa Dan Kebudayaan Masyarakat Indonesia


Ada berbagai wujud kebudayaan yang hidup di dalam masyarakat bisa sebagai komunitas desa,
kota, kekerabatan atau kelompok adat yang menampilan corak khas yang terutama yang tampak
dari luar oleh orang-orang yang bukan merupakan bagian dari masayarakat bersangkuta.
Seseorang yang menjadi bagian dari kebudayaan tersebut, biasanya tidak melihat corak khas
tersebut, karena menjalaninya sehari-hari. Justru orang luar lah yang dapat melihatnya terutama
mengenai unsure-unsur yang berbeda dan mencolok dibandingkan kebudayaan mereka. Corak
khas inilah yang dalam kajian etnografi dikenal sebagai “suku-bangsa”.

Suku Bangsa terbentuk karena adanya kesadaran dari warganya akan kesamaan identitas yang
dikuatkan dengan kesamaan bahasa. Dengan demikian, “kesatuan kebudayaan” bukan suatu hal
yang ditentukan oleh orang luar, namun oleh warga masyarakat/kelompok itu sendiri yang dapat
dilihat oleh orang luar. Misalkan, Suku Minang, Suku Jawa, dan Suku Asmat, bukan peneliti
antropologi yang menetapkan kesatuan budaya mereka, namun entitas dari kelompok itu sendiri.

Kebudayaan Daerah

Kebudayaan daerah diartikan sebagai kebudayaan khas yang terdapat pada wilayah tersebut.
Kebudayaan daerah di Indonesia sangatlah beragam. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan
daerah sama dengan konsep suku bangsa. Suatu kebudayaan tidak terlepas dari pola kegiatan
masyarakat. Keragaman budaya daerah bergantung pada faktor geografis. Semakin besar
wilayahnya, maka makin komplek perbedaan kebudayaan satu dengan yang lain. Jika kita
melihat dari ujung pulau Sumatera sampai ke pulau Irian tercatat sekitar 300 suku bangsa dengan
bahasa, adat-istiadat, dan agama yang berbeda.

Indonesia memiliki banyak suku bangsa dengan perbedaan-perbedaan kebudayaan, yang


tercermin pada pola dan gaya hidup masing-masing. Menurut Clifford Geertz, di Indonesia
terdapat 300 suku bangsa dan menggunakan kurang lebih 250 bahasa daerah. Akan tetapi apabila
ditelusuri, maka sesungguhnya berasal dari rumpun bahasa Melayu Austronesia.

Perbedaan-perbedaan ini menimbulkan berbagai kebudayaan daerah yang berlainan, terutama


yang berkaitan dengan pola kegiatan ekonomi mereka dan perwujudan kebudayaan yang
dihasilkan untuk mendukung kegiatan ekonomi tersebut (cultural activities), misalnya nelayan,
pertanian, perdagangan, dan lain-lain. Pulau yang terdiri dari daerah pegunungan dan daerah
dataran rendah yang dipisahkan oleh laut dan selat, akan menyebabkan terisolasinya masyarakat
yang ada pada wilayah tersebut. Akhirnya mereka akan mengembangkan corak kebudayaan yang
khas dan cocok dengan lingkungan geografis setempat.

Dari pola kegiatan ekonomi, kebudayaan daerah dikelompokan beberapa macam:

Kebudayaan Pemburu dan Peramu


Kelompok kebudayaan pemburu dan peramu ini pada masa sekarang hampir tidak ada.
Kelompok ini sekarang tinggal di daerah-daerah terpencil saja.

Kebudayaan Peternak
Kelompok kebudayaan peternak/kebudayaan berpindah-pindah banyak dijumpai di daerah
padang rumput.

Kebudayaan Peladang
Kelompok kebudayaan peladang ini hidup di daerah hutan rimba. Mereka menebang pohon-
pohon, membakar ranting, daun-daun dan dahan yang ditebang. Setelah bersih lalu ditanami
berbagai macam tanaman pangan. Setelah dua atau tiga kali ditanami, kemudian ditinggalkan
untuk membuka ladang baru di daerah lain.

Kebudayaan Nelayan
Kelompok kebudayaan nelayan ini hidup di sepanjang pantai. Desa-desa nelayan umumnya
terdapat di daerah muara sungai atau teluk. Kebudayaan nelayan ditandai kemampuan teknologi
pembuatan kapal, pengetahuan cara-cara berlayar di laut, pembagian kerja nelayan laut.

Kebudayaan Petani Pedesaan


Kelompok kebudayaan petani pedesaan ini menduduki bagian terbesar di dunia. Masyarakat
petani ini merupakan kesatuan ekonomi, sosial budaya dan administratif yang besar. Sikap hidup
gotong royong mewarnai kebudayaan petani pedesaan. Erat hubungan antara kebudayaan dengan
masyarakat dinyatakan dalam kalimat, “masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan
menghasilkan kebudayaan, sehingga tidak ada masyarakat yang tidak menghasilkan kebudayaan.
Sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya”. Dalam
pengertian kebudayaan daerah sangatlah sulit, karena mencakup lingkup waktu dan lingkup
daerah geografisnya. Dalam lingkup waktu dan daerah diartikan sebagai kebudayaan yang belum
dapat pengaruh asing dari manapun, baik Hindu-Budha, Islam dan Barat. 

2. Pengertian Negara

Secara terminology, negara dapat diartikan dengan organisasi tertinggi di antara satu kelompok
masyarakat yang mempunyai cita-cita untuk bersatu, hidup dalam daerah tertentu dan
mempunyai pemerintahan yang berdaulat.

Secara literal istilah negara merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yakni state (bahasa
Inggris), Staat (bahasa Belanda dan Jerman) dan etat (bahasa Perancis), kata state, staat, etat itu
diambil dari kata bahasa latin status atau statum, yang bermakna keadaan yang tegak dan tetap
atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.
Namun secara umum negara dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menempati wilayah
tertentu dan diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya memiliki kedaulatan.
Negara juga dapat diartikan sebagai suatu wilayah yang mempunyai suatu sistem atau aturan
yang berlaku bagi seluruh individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independent.

Syarat berdirinya Negara, yaitu:

Memiliki Rakyat (De Jure)

Memiliki Wilayah (De Jure)

Memiliki Pemerintah (De Jure)

Pengakuan dari Negara Lain (De Facto)

3 Proses Terbentuknya Suatu Negara

Asal mula terbentuknya suatu negara dapat dibedakan dalam 3 proses yaitu proses secara primer,
secara sekunder dan secara teoritis. Berikut penjelasannya:

1. Secara Primer

Terjadinya negara secara primer, yaitu asal mula terjadinya negara diawali dengan adanya
keluarga yang memiliki kebutuhan masing masing yang kemudian berevolusi ke tingkat yang
lebih kompleks. Secara Primer terjadi sebuah negara melalui beberapa tahapan dan tidak ada
hubungan dengan negara yang telah ada sebelumnya.

2. Secara Sekunder

Asal mula terjadinya Negara secara sekunder lebih pada pendekatan fakta atau kenyataan.
Terjadinya Negara/lahirnya Negara ada hubungan dengan Negara yang telah ada sebelumnya.
Terdapat beberapa macam dari asal mula terjadinya Negara secara sekunder.

3. Secara Teoritis

Terdapat beberapa teori tentang terbentuknya suatu negara secara teoritis,

3. Pengertian Identitas Dan Kepribadian Nasional

Dipandang dari padanan katanya, identitas nasional yang terdiri dari istilah identitas yang berasal
dari istilah identity dan nasional yang berangkat dari istilah nation, yang mana identitas (identity)
dapat diterjemahkan sebagai karakter, ciri, tanda, jati diri ataupun sifat khas, sementara nasional
(nation) yang artinya bangsa; maka identitas nasional itu merupakan sifat khas yang melekat
pada suatu bangsa atau yang lebih dikenal sebagai kepribadian/karakter suatu bangsa.
Tingkah laku tersebut terdiri atas kebiasaan, sikap, sifat-sifat serta karakter yang berada dalam
seseorang sehingga seseorang tersebut berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu
kepribadian adalah tercermin pada keseluruhan tingkah laku seseorang dengan hubungan dengan
manusia lain.

Jikalau kepribadian sebagai suatu identitas dari suatu bangsa, maka persoalannya adalah
bagaimana pengertian suatu bangsa itu. Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar
manusia yang mempunyai persamaan nasib dalam proses sejarahnya, sehingga mempunyai
persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu
wilayah tertentu sebagai suatu “kesatuan nasional”. Para tokoh besar ilmu pengetahuan yang
mengkaji tentang hakikat kepribadian bangsa tersebut adalah dari beberapa disiplin ilmu, antara
lain antropologi, psikologi dan sosiologi. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Margareth Mead,
Ruth Benedict, Ralph Linton, Abraham Kardiner, David Riesman. Menurut Mead
“Anthropology Today” (1954) misalnya, bahwa studi tentang “National Character” mencoba
untuk menyusun suatu kerangka pikiran yang merupakan suatu konstruksi tentang bagaimana
sifat-sifat yang dibawa oleh kelahiran dan unsur-unsur ideotyncrotie pada tiap-tiap manusia dan
patroon umum serta patroom individu dari proses pendewasaannya diintegrasikan dalam tradisi
sosial yang didukung oleh bangsa itu sedemikian rupa sehingga nampak sifat-sifat kebudayaan
yang sama, yang menonjol yang menjadi iri khas suatu bangsa tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka pengertian kepribadian sebagai suatu identitas nasional suatu
bangsa, adalah keseluruhan atau totalitas dari kepribadian individu-individu sebagai unsur yang
membentuk bangsa tersebut. Oleh karena itu pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak
dapat dipisahkan dengan pengertian “peoples character”, national character” atau “national
identity”. Dalam hubungannya dengan identitas nasional Indonesia, kepribadian Indonesia
kiranya sangat sulit jikalau hanya dideskripsikan berdasarkan ciri khas fisik. Hal ini mengingat
bangsa Indonesia itu terdiri atas berbagai macam unsur etnis, ras, suku, kebudayaan, agama, serta
karakter yang sejak asalnya memang memiliki suatu perbedaan. Oleh karena itu kepribadiaan
bangsa Indonesia sebagai suatu identitas nasional secara historis berkembang dan menemukan
jati dirinya setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Namun identitas nasional suatu
bangsa tidak cukup hanya dipahami secara statis mengingat bangsa adalah merupakan kumpulan
dari manusia-manusia yang senantiasa berinterkasi dengan bangsa lain di dunia dengan segala
hasil budayanya. Oleh karena itu identitas nasional suatu bangsa termasuk identitas nasional
Indonesia juga harus dipahami dalam konteks dinamis.

Oleh karena itu dalam hubungannya dengan identitas nasional secara dinamis, dewasa ini bangsa
Indonesia harus memiliki visi yang jelas dalam melakukan reformasi, melalui dasar filosofi
bangsa dan negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang terkandung dalam filosofi Pancasila.
Masyarakat harus semakin terbuka dan dinamis, namun harus berkeadaban serta sadar akan
tujuan hidup bersama dalam hidup berbangsa dan bernegara. Dengan kesadaran akan
kebersamaan dan persatuan tersebut maka insyaallah bangsa Indonesia akan mampu mengukir
identitas nasionalnya secara dinamis di dunia internasional.
Menurut Soemarno Soedarsono, identitas nasional (karakter bangsa ) tersebut tampil dalam tiga
fungsi, yaitu :

Sebagai penanda keberadaan atau eksistensinya. Bangsa yang tidak mempunyai jadi diri tidak
akan eksis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sebagai pencerminan kondisi bangsa yang menampilkan kematangan jiwa, daya juang, dan
kekuasaan bangsa ini. Hal ini tercermin dalam kondisi bangsa pada umumnya dan kondisi
ketahanan bangsa pada khususnya, dan

Sebagai pembeda dengan bangsa lain di dunia.

Karakter tidak datang dengan sendirinya, tetapi dibentuk dan dibangun secara sadar dan sengaja,
berdasarkan jati diri masing-masing. Telah menjadi suatu kemafhuman bahwa suatu bangsa yang
terdiri atas manusia-manusia yang dalam peradabannya senantiasa bergerak dan berinteraksi
dengan bangsa lain melalui segala identitasnya masing-masing, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Akan tetapi jika suatu bangsa hendak terus berkarakter, maka bangsa tersebu
harus dapat mempertahankan identitas nasionalnya sebagai penyanggah untuk kehidupan
berbangsa dan bernegara dalam menghadapi kekuatan-kekuatan luar. Sebab kalau tidak, negara
itu akan mati.

Tanda-tanda suatu negara akan mati, menurut Mahatma Gandhi (Founding Fathers bangsa India)
dalam teori Seven Deadly Sins-nya (tujuh dosa yang dapat mematikan suatu negara), yakni
apabila telah bertumbuh-kembangnya budaya, nilai-nilai, dan perilaku: Kekeyaan Tanpa Bekerja
(wealth without work); Kesenangan Tanpa Hati Nurani (pleasure without conscience);
Pengetahuan Tanpa Karakter (knowledge without character); Bisnis Tanpa Moralitas (bussiness
without morality); Ilmu Tanpa Kemanusiaan (science without humanity); Agama Tanpa
Pengorbanan (religion without sacrifice); dan Politik Tanpa Prinsif (politics without principle).

Identitas Nasional Dan Karakter Bangsa Indonesia

Identitas Bangsa Indonesia meskipun telah menjadi jargon politik, budaya dan pendidikan,
ternyata merupakan suatu konsep yang sangat kabur dan sulit untuk dirumuskan. Namun
demikian, setiap orang merasakan ada suatu yang dapat dianggap sebagai jati diri Bangsa
Indonesia, atau identitas Bangsa Indonesia. Yang jelas pada kita ialah, identitas Bangsa
Indonesia bukanlah suatu yang dilahirkan atau yang telah terwujud dewasa ini, tetapi merupakan
suatu yang terus-menerus diwujudkan oleh keseluruhan Bangsa Indonesia.

Identitas kebangsaan (political unity) merujuk pada bangsa dalam pengertian politik, yaitu
bangsa negara. Bisa saja dalam negara hanya ada satu bangsa (homogen), tetapi umumnya terdiri
dari banyak bangsa (heterogen). Karena itu negara perlu menciptakan identitas kebangsaan atau
identitas nasional, yang merupakan kesepakatan dari banyak bangsa di dalamnya.Identitas
nasional dapat berasal dari identitas satu bangsa yang kemudian disepakati oleh bangsa-bangsa
lainnya yang ada dalam negara itu atau juga dari identitas beberapa bangsa-negara. Kesediaan
dan kesetiaan warga bangsa-negara untuk mendukung identitas nasional perlu ditanamkan,
dipupuk, dan dikembangkan terus-menerus. Warga lebih dulu memiliki identitas kelompoknya,
sehingga jangan sampai melunturkan identitas nasional. Di sini perlu ditekankan bahwa
kesetiaan pada identitas nasional akan mempersatukan warga bangsa itu sebagai “satu bangsa”
dalam negara.

Bentuk identitas kebangsaan bisa berupa adat istiadat, bahasa nasional, lambang nasional,
bendera nasional, termasuk juga ideologi nasional. Proses pembentukan identitas nasional di
Indonesia cukup panjang, dimulai dengan kesadaran adanya perasaan senasib sepenanggungan
“bangsa Indonesia” akibat kekejaman penjajah Belanda, kemudian memunculkan komitmen
bangsa (tekad, dan kemudian menjadi kesepakatan bersama) untuk berjuang dengan upaya yang
lebih teratur melalui organisasi-organisasi perjuangan (pergerakan ) Kemerdekaan mengusir
penjajah sampai akhirnya Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 dan membentuk
negara.

Identitas nasional Indonesia di antaranya, Bahasa Nasional atau Bahasa Persatuan yaitu Bahasa
Indonesia. Bendera negara yaitu Sang Merah Putih, Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya,
Lambang Negara yaitu Pancasila, Semboyan Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, Dasar Falsafah
negara yaitu Pancasila, Konstitusi (Hukum Dasar) negara yaitu UUD 1945, bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat, konsepsi Wawasan Nusantara, dan
kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai