Anda di halaman 1dari 87

Chapter 5

Penyearah Terkontrol
(Controlled Rectifier)

Prof. Dr. Eng. Ir. Abraham Lomi, MSEE, SMIEEE, MIET, MIAENG
Penyearah Terkontrol
• Dalam beberapa aplikasi seperti pengisian batere dan
pengendali motor dc dan motor ac dibutuhkan
tegangan keluaran dc yang dapat dikontrol.
• Konversi tegangan ac ke tegangan dc yang bisa
terkontrol diperoleh dari konverter pengontrol fasa
dengan menggunakan komponen thyristor.
• Pada waktu-waktu yang lalu, konverter jenis ini
banyak digunakan dalam jumlah yang besar dalam
mengatur aliran daya elektrik.
Penyearah Terkontrol (cont’d)
• Dengan meningkatkan penggunaan saklar yang bisa
diatur pada tegangan dan arus tinggi, penggunaan
konverter thyristor menjadi sangat popular saat ini
terutama dalam penggunaaan tiga fasa dan berdaya
tinggi.
Penyearah Terkontrol (cont’d)
• Gambar 4.1a memperlihatkan diagram blok konverter
terkontrol.

Gambar 4.1
Penyearah Terkontrol (cont’d)
• Untuk tegangan saluran ac yang diberikan, tegangan
rata-rata dc sisi terima dapat dikontrol dari nilai
tegangan maksimum ke tegangan minimum secara
kontinyu.
• Arus konverter dc Id (atau io dalam analisis sesaat)
tidak dapat merubah arah. Oleh karena itu, konverter
jenis ini hanya dapat beroperasi dalam dua kuadran
pada bidang Vd – Id, seperti diperlihatkan Gbr. 4.1b.
Penyearah Terkontrol (cont’d)
• Disini, nilai positif dari Vd dan Id menerapkan
penyearahan dimana daya mengalir dari sisi ac ke sisi
dc. Dalam mode inverter, Vd menjadi negatif (tetapi Id
tetap positif) dan daya dialirkan dari sisi dc ke sisi ac.
Penyearah Terkontrol (cont’d)
• Dibeberapa aplikasi, seperti pengendali motor dc
dengan pembalikan putaran pada pengereman
regeneratif, konverter harus dapat beroperasi dalam
empat kuadran.
• Ini akan dicapai dengan menghubungkan dua
konverter dua-kuadran dalam hubungan anti-paralel
atau saling membelakangi.
• Dalam menganalisis konverter tersebut, thyristor
diasumsikan ideal, kecuali untuk pertimbangan waktu
pemadaman thyristor tq.
Penyearah Terkontrol (cont’d)
• Untuk tegangan masukan yang diberikan, besaran dan
tegangan keluaran rata-rata pada konverter thyristor
dapat dikontrol dengan penundaan sesaat dimana
thyristor bisa mulai menghantar, seperti diperlihatkan
Gbr. 4.2.
• Pada Gbr. 4.2a, sebuah thyristor menghubungkan
sumber frekuensi saluran vs dengan suatu resistansi
beban.
Rangkaian Dasar Thyristor

Gambar 4.2a. Dasar konverter thyristor dengan beban R


Rangkaian Dasar Thyristor (cont’d)
• Pada setengah siklus positif vs, arus-nya nol hingga
ωt = α, dimana pada waktu tersebut thyristor disuplai
dengan pulsa pemicu dalam waktu yang singkat.
• Dengan menghantarnya (konduksi) thyristor, vd = vs.
Untuk setengah siklus berikutnya, gelombang arus
mengikuti gelombang tegangan ac dan menjadi nol
pada ωt = π.
• Kemudian thyristor menahan (block) arus yang
mengalir selama setengah siklus negatif dari vs.
Rangkaian Dasar Thyristor (cont’d)
• Arus akan bertahan pada nilai nol hingga ωt = 2π +
α, waktu dimana pulsa picu berikutnya diberikan dan
siklus gelombang berikutnya mulai.
• Dengan mengatur α, nilai rata-rata dari tegangan
beban vd dapat dikontrol.
Rangkaian Dasar Thyristor (cont’d)
Area A 1
vd Area A 2
vR
i
vL i, vd v R , vd
0 t
0  1  2 2
vd
vd vs
iG
0 t

Gambar 4.2b. Dasar konverter thyristor dengan beban R&L


Rangkaian Dasar Thyristor (cont’d)
• Pada Gbr. 4.2b, bebannya terdiri dari R dan L. Pada
kondisi awal, arusnya nol. Konduksi thyristor
tertunda hingga ωt = α.
• Sekali thyristor dipicu pada ωt = α selama setengah
siklus positif dari vs ketika tegangan melalui thyristor
positif, arus mulai mengalir dan vd = vs. Tegangan
yang melalui konduktor dapat ditulis sebagai berikut,
Rangkaian Dasar Thyristor (cont’d)
di
v L (t )  L  vs  v R (4.1)
dt
• dimana vR = Ri. Pada Gbr. 4.2b, vR digambarkan dan
vL diperlihatkan sebagai perbedaan antara vs dan vR.
• Pada Gbr. 4.2b, vR digambarkan dan vL diperlihatkan
sebagai perbedaan antara vs dan vR.
Rangkaian Dasar Thyristor (cont’d)
• Selama α ke θ1, vL positif dan arus meningkat,

1 t
i ( t ) 
L 

v L ( ) d  (4.2)

dimana ξ merupakan variabel dari integrasi.


Rangkaian Dasar Thyristor (cont’d)
• Diatas ωt = θ1, vL menjadi negatif dan arus
(sebagaimana juga vR) mulai menurun.
• Secara grafis pada Gbr. 4.2b, ωt = θ2 adalah waktu
sesaat dimana daerah A1 sama dengan daerah A2 dan
arus menjadi nol. Daerah-daerah ini mewakili integral
waktu dari vL, yang mana harus nol setelah satu siklus
pengulangan pada kondisi steady state. Perlu juga
diperhatikan bahwa arus terus mengalir untuk
beberapa saat bahkan setelah vs menjadi negatif.
Rangkaian Dasar Thyristor (cont’d)
• Hal ini disebabkan karena adanya energi yang
tersimpan pada induktor yang mana sebagian
disalurkan ke R dan sebagian lainnya diserap oleh vs
ketika menjadi negatif.
Rangkaian Dasar Thyristor (cont’d)
• Pada Gbr. 4.2c, beban terdiri dari sebuah inductor dan
tegangan dc Ed. Disini, dengan arus awal nol,
thyristor terbias balik hingga ωt = θ1, seperti
diperlihatkan Gbr. 4.2c. Oleh karena itu, ketika pulsa
picu positif diberikan. Dengan arus mengalir,

di
v L (t )  L  v s  E d (4.3)
dt
Rangkaian Dasar Thyristor (cont’d)

t
1  2 3 4 2

t

t

Gambar 4.2c. Dasar konverter thyristor dengan tegangan dc


Rangkaian Dasar Thyristor (cont’d)
• Kalau persamaan dalam ωt,

1 t
i ( t ) 
L  v ( )  E  d
2
s d (4.4)

• dimana ξ merupakan variabel sesaat integrasi. Arus


puncaknya terjadi pada θ3 dimana vd = Ed. Arus
menuju nol pada ωt = θ4, dimana daerah A1 sama
dengan daerah A2, dan waktu integrasi dari tegangan
induktor selama satu periode waktu pengulangan
menjadi nol.
Pulsa Pemicu Thyristor
• Dengan mengontrol waktu dimana thyristor konduksi,
arus rata-rata pada rangkaian Gbr. 4.2 dapat dikontrol
pada kondisi kontinyu dari nol hingga nilai
maksimumnya.
• Suatu blok diagram sederhana dari rangkaian
pengontrolan pemicuan diperlihatkan Gbr. 4.3.
Pulsa Pemicu Thyristor (cont’d)

Gambar 4.3. Rangkaian kontrol pemicu


Pulsa Pemicu Thyristor (cont’d)

 
 
Vˆst

Gambar 4.3. Rangkaian kontrol pemicu


Pulsa Pemicu Thyristor (cont’d)
• Dari sini, gelombang gigi gergaji dibandingkan
dengan sinyal pengontrol vcontrol, dan sudut tunda α
sebagai fungsi titik silang positif dari tegangan
saluran ac diperoleh dalam persamaan vcontrol dan
puncak gelombang gigi gergaji:

Vcontrol
  180
o o
(4.5)
Vˆst
Konverter Satu Fasa
Rangkaian ideal dengan Ls = 0 dan id (t) = Id
• Rangkaian praktis seperti yang diperlihatkan Gbr.
4.4a, dengan asumsi bahwa Ls = 0 dan arus dc murni
id (t) = Io.
• Arus id mengalir melalui salah satu thyristor pada
kelompok atas (thyristor 1 dan 3) dan satu thyristor
pada kelompok bawah (thyristor 2 dan 4).
Konverter Satu Fasa (cont’d)
(a) α = 0

(b) α = terbatas
Gbr. 4.4
Konverter thyristor dengan
Ls=0
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Jika arus gate yang diberikan pada thyristor bersifat
kontinyu, thyristor pada Gbr. 4.4 akan bersifat
sebagai sebuah diode dan operasinya akan sama.
Gelombang tegangan dan arus yang timbul
diperlihatkan Gbr. 4.5a.
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Konduksi alamiah sesaat dari thyristor yaitu kondisi
sesaat dimana thyristor mulai menghantar jika arus
gatenya diberikan secara kontinyu.
• Oleh karena itu, pada Gbr. 4.4a, konduksi natural
sesaat adalah:
– ωt = 0 untuk thyristor 1 dan 2 dan
– ωt = π untuk thyristor 2 dan 4.
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Selanjutnya, dengan mempertimbangkan efek dari
pemberian pulsa arus gate yang tertunda oleh suatu
sudut α (disebut sudut delay atau sudut picu) dengan
memperhatikan konduksi alamiah sesaat.
• Untuk ωt = 0, arus melalui thyristor 3 dan 4, dan vd =
-vs.
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Seperti diperlihatkan pada Gbr. 4.4b, tegangan yang
melalui thyristor 1 menjadi terbias balik diatas ωt = 0,
akan tetapi tidak dapat menghantar hingga ωt = α
ketika pulsa arus gate diberikan.
• Hal yang sama berlaku pada thyristor 2. Sebagai
konsekwensi dari penundaan sudut α yang terbatas ini
(pada Gbr. 4.4a, α = 0), vd menjadi negatif selama
interval dari 0 ke α.
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Pada ωt = α, arus komutasi dari thyristor 3 dan 4 ke
thyristor 1 dan 2 merupakan sesaat sehubungan
dengan Ls = 0.
• Ketika thyristor 1 dan 2 konduksi, vd = vs. Thyristor 1
dan 2 konduksi hingga ketika thyristor 3 dan 4
dipicu, tertunda sebesar sudau α dengan
memperhatikan konduksi alamiah sesaat (  t   )
• Arus komutasi yang sama juga terjadi dari thyristor 1
dan 2 ke thyristor 3 dan 4.
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Dengan membandingkan efek dari sudut tunda α pada
gelombang vd pada Gbr. 4.4b dengan Gbr.4.4a
menunjukkan bahwa nilai rata-rata tegangan dc Vd
dapat dikontrol oleh waktu tunda. Untuk menghitung
Vd dilakukan sebagai berikut:

1   2 2
Vd 
 

2Vs sin td (t ) 

Vs cos   0.9Vs cos 
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Bila Vdo merupakan nilai rata-rata dari tegangan dc
pada Gbr. 4.4a dengan α = 0 dan Ls = 0, maka

1  2 2
Vdo 
 
0
2Vs sin td (t ) 

Vs  0.9Vs

• Jatuh tegangan pada nilai rata-rata sehubungan


dengan α,

Vd  Vdo  Vd  0.9Vs (1  cos  )


Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Variasi Vd sebagai fungsi dari α diperlihatkan Gbr. 4.6
yang menunjukkan bahwa tegangan rata-rata dc
menjadi negatif diatas α = 900. Daerah ini disebut
daerah mode inverter.
• Daya rata-rata yang melalui konverter dapat dihitung,

1 T 1 T
P
T 
0
p (t ) dt 
T  v i dt
0
d d
Konverter Satu Fasa (cont’d)
Vd
Vdo

Gambar 4.5. Normalisasi Vd sebagai fungsi α.


Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Dengan arus dc konstan (id = Id),

1 T 
P  Id 
T 
0
vd dt   I dVd  0.9Vs I d cos 

Konverter Satu Fasa (cont’d)
Arus saluran is
• Arus saluran masukan is pada Gbr. 4.4b merupakan
sebuah gelombang segi empat dengan amplitudo Id.
• Seluruh gelombang dari Gbr. 4.4b tergeser fasanya
oleh sudut tunda α terhadap gelombang tegangan vs.
• Arus is pada Gbr. 4.6a dapat dinyatakan dalam
persamaan komponen Fouriernya sebagai,
Konverter Satu Fasa
t
(a) 2 I s1

1  

I sh
I s1
(b)

(c)

Gambar 4.6. Besaran sisi ac pada konverter Gbr. 4.4a.


Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Nilai rms dari komponen frekuensi dasar is1,
diluksikan pada Gbr. 4.6a,

2
I s1  2 I d  0 .9 I d (*)

• Dari analisis Fourier, harmonisa is1 dapat dinyatakan


dengan,
I s1
I sh 
h
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• yang dilukiskan pada Gbr. 4.7b. Dengan menerapkan
defenisi dari rms pada gelombang is, nilai rms Is
terlihat sama dengan arus dc,

Is  Id
(4.14)
• Dari pers. (4-12) dan (4-14), distorsi harmonisa total
dapat dihitung,

I s2  I s21
% THD  100 x  48.43% (4.15)
I s1
Konverter Satu Fasa (cont’d)
Daya, Faktor daya, dan Daya reaktif
• Dengan melihat gelombang is1 pada Gbr. 4.7a,
ternyata bahwa rangkaian Gbr. 4.4,

DPF  cos 1  cos 


(4.16)
Dari pers. (4.12), (4.14), dan (4.16),
I s1
PF  DPF  0.9 cos  (4.17)
Is
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Untuk besaran pada sisi ac, daya yang masuk
konverter,
P  V I cos  (4.18)
s s1 1

• Dengan menggunakan pers. (4.12) dan (4.14) ke pers.


(4.18),

P  0.9Vs I d cos  (4.19a)


Konverter Satu Fasa (cont’d)
• yang identik dengan daya rata-rata yang diberikan
oleh pers. (4-10) yang dihitung langsung berdasarkan
besaran pada sisi dc. Sedangkan besaran daya reaktif
adalah,

Q1  Vs I s1 sin 1  0.9Vs I d sin  (4.19b)

• Dan daya semu-nya,


2
S1  Vs I s1  ( P  Q1 )
2
(4.19c)
Konverter Satu Fasa (cont’d)
Efek dari Ls
• Dalam pembahasan berikut ini, kita mengikutkan
komponen induktansi pada sisi ac-nya seperti yang
diperlihatkan Gbr. 4.8, dimana secara umum dalam
konverter thyristor praktis hal ini tidak diabaikan.
• Untuk sudut delay α, arus komutasi yang mempunyai
interval waktu terbatas u, seperti diperlihatkan Gbr.
4.9a.
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Pada prinsipnya, proses komutasi ini sama dengan
yang terjadi pada penyerah diode jembatan. Selama
interval komutasi, keempat thyristornya konduksi,
dan oleh karena itu, vd = 0 dan tegangan vLs = vs pada
Gbr. 4.8,
dis
v s  v Ls  Ls (4.20)
dt
Konverter Satu Fasa (cont’d)

Gambar 4.8. Konverter thyristor satu fasa dengan Ls dan arus dc konstan.
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Dengan mengalikan kedua sisi persamaan diatas
dengan d(ωt) dan mengintegrasikan sepanjang
komutasi interval,

 u Id


2Vs sin t d (t )  Ls 
Id
(diis )  2Ls I d (4.21)

• Sisi kiri dari pers. (4-21) merupakan daerah Au


(dalam radian volt) pada Gbr. 4-9,
Konverter Satu Fasa (cont’d)

 u
Au  

2Vs sin t d (t ) (4.22)

• Dengan menyelesaikan pers. (4-22) dan


kombinasikan dengan pers. (4-21) memberikan,

Au  2Vs [cos   cos(  u )]  2Ls I d (4.23)


dan
2Ls I d
cos  u   cos  
2Vs (4.24)
Konverter Satu Fasa (cont’d)

Gambar 4.9. Gelombang konverter thyristor satu fasa.


Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Untuk α = 0, pers. (4-24) identik dengan persamaan
yang terjadi pada penyerahan diode.
• Dengan membandingkan gelombang vd pada Gbr.
4.5b dan 4.9b, terlihat bahwa Ls menghasilkan jatuh
tegangan tambahan ∆Vdu, sebanding dengan daerah
radian tegangan Au,

Au 2Ls I d (4.25)
Vdu  
 
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Dengan menggunakan pers. (4-6) dan (4-25),

2
Vd  0.9Vs cos   Ls I d (4.26)

Konverter Satu Fasa (cont’d)
Arus Masukan Saluran
• Arus masukan is pada Gbr. 4.9a mempunyai bentuk
gelombang trapesiodal. Dengan asumsi ini, sudut
diperkirakan sama dengan . Oleh karena itu,

DPF  cos(  12 u ) (4.27)


• Nilai rms dari arus frekuensi dasar (fundamental)
dapat diperoleh dengan menyamakan pada sisi ac
dengan daya pada sisi dc,
Konverter Satu Fasa (cont’d)

Vs I s1 DPF  Vd I d (4.28)
• Dengan menggunakan pers. (4-26) melalui pers. (4-
28),

0.9Vs I d cos   (2 /  )Ls I d2


I s1  (4.29)
Vs cos(  u / 2)

• Nilai rms dari arus saluran dapat di kalkulasi dengan


menerapkan defenisi dari rms terhadap gelombang
trapesoidalnya.
Konverter Satu Fasa (cont’d)
Konverter Praktis Thyristor
• Rangkaian Gbr. 4-4 digambarkan kembali pada Gbr.
4.10a, dimana bebannya direpresentasikan oleh
sumber tegangan dc Ed yang seri dengan Ld yang
merupakan bagian dari beban termasuk sebuah
resistansi rd.
• Gelombang yang dihasilkan diperlihatkan oleh Gbr.
4.10b dengan sudut dan mengalir arus kontinyu id.
Ada interval komutasi terbatas u karena adanya Ls.
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Juga karena ada Ls dan riak pada id, gelombang vd
berbeda dengan gelombang sesaat |vs(t)| dengan jatuh
tegangan pada Ls.

Gambar 4.10.
(a) Konverter praktis thyristor.
(b) Bentuk gelombang.
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Dengan demikian, nilai rata-rata vd dapat dinyatakan
dalam pers. (4-26) jika arus id mengalir kontinyu,

2 (4.30)
Vd  0.9Vs cos   Ls I d ,min

dimana Id,min merupakan nilai minimum dari id yang


terjadi pada ωt ≈ α.
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Untuk memperoleh nilai rata-rata vd dari arus dc pada
rangkaian Gbr. 4.10a,

did
vd  rd id  Ld  Ed (4.31)
dt

• Dengan mengintegrasikan kedua sisi dari pers. (4-31)


dalam satu periode waktu T dan membaginya dengan
T, diperoleh tegangan rata-rata,
Konverter Satu Fasa (cont’d)

1 T rd T Ld I d (T )

T 
0
vd dt 
T 
0
id dt 
T 
Id (0)
did  E d (4.32)

• Dalam kondisi steady state, gelombang akan berulang


dengan periode waktu T, sehingga Id (0) = Id (T). Oleh
karena itu, tegangan rata-rata yang melalui Ld pada
kondisi steady state pada pers. (4-32) adalah nol.
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Nilai rata-rata untuk pers. (4-32) adalah,

Vd  rd I d  E d (4.33)
Konverter Satu Fasa (cont’d)
Mode Operasi Inverter
• Seperti yang telah dijelaskan di bagian 4.1 bahwa
konverter thyristor dapat juga beroperasi sebagai
sebuah mode inverter dimana Vd mempunyai nilai
negatif, seperti yang diperlihatkan Gbr. 4.1b,
sehingga terjadi aliran daya dari sisi dc ke sisi ac.
• Salah satu cara yang paling mudah untuk memahami
cara operasi dari mode inverter yaitu dengan
mengasumsi bahwa sisi dc dari konverter dapat
diganti dengan sumber arus dengan amplitudo
konstan Id, seperti yang diperlihatkan Gbr. 4.11a.
Konverter Satu Fasa (cont’d)

Gambar 4.11.
(a) Inverter, dengan asumsi arus dc konstan.
(b) Bentuk gelombang.

t

1, 2  3, 4

t t
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Untuk sudut tunda α yang lebih besar dari 90o tetapi
kurang dari 180o, gelombang tegangan dan arus
diprlihatkan oleh Gbr. 4.11b. Nilai rata-rata vd negatif,
diberikan oleh pers. (4-26), dimana 90o < α < 180o.
• Daya rata-rata Pd (=VdId) negatif dan oleh karena itu
mengalir dari sisi dc ke sisi ac. Pada sisi ac, juga
negatif karena > 90o. Ada beberapa hal yang bisa
dilihat disini, bahwa mode inverter memungkinkan
karena ada sumber energi pada sisi dc.
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Pada sisi ac, sumber tegangan ac memfasilitasi arus
komutasi dari salah satu pasang thyristor ke pasangan
thyristor lainnya. Daya mengalir pada sumber ac ini.
Gambar 4.12a memperlihatkan sumber tegangan Ed
pada sisi dc yang dapat direpresentasi oleh batere,
sumber fotovoltaik, atau sumber dc yang dihasilkan
oleh sistem generator angin.
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Dengan mengasumsi suatu nilai Ld yang besar dan
nilai arus dc konstan id, maka gelombang Gbr. 4.11b
juga dapat diterapkan pada rangkaian 4.11a. Karena
tegangan rata-rata yang melalui Ld adalah nol, maka

2
Ed  Vd  Vdo cos   Ls I d (4.34)

Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Persamaannya tepat jika arus konstan pada Id, kalau
tidak, nilai id pada ωt = α harus digunakan pada pers.
(4-34) sebagai pengganti Id. Gambar 4.12b
menunjukkan bahwa untuk nilai tertentu yang
diberikan pada α, misalnya α1, maka interseksi dari
sumber tegangan dc Ed = Ed1, dan karakteristik
konverter pada α1 menentukan arus dc Id1 dan dengan
demikian daya Pd1 mengalir.
Konverter Satu Fasa (cont’d)
• Selama mode inverter, gelombang tegangan melalui
salah satu thyristor diperlihatkan Gbr. 4.13. Suatu
sudut γ didefenisikan sebagai,

γ = 180o – (α + u) (4.35)

selama dimana tegangan yang melalui thyristor


negatif dan bagian atas menjadi positif. Keberadaan
interval waktu tγ = γ/ω harus lebih besar daripada
waktu pemadaman thyristor tq.
Konverter Satu Fasa (cont’d)

3

2

1

Gambar 4.12. (a) Inverter thyristor dengan sumber tegangan dc. (b) Vd vs Id.
Konverter Satu Fasa (cont’d)

t

 3, 4 u 

Gambar 4.13. Tegangan yang melalui sebuah thyristor pada mode inverter.
Konverter Tiga Fasa
Konverter Tiga Fasa
Rangkaian ideal dengan Ls = 0 dan id(t) = Id
• Rangkaian praktis Gbr. 4.4 dengan asumsi Ls = 0 dan
arus dc murni id(t) = Id diperlihatkan oleh Gbr. 4.14a.
• Arus id mengalir melalui salah satu thyristor grup atas
(thyristor 1, 3 dan 5) dan satu thyristor grup bawah
(thyristor 2, 4 dan 6).
• Jika arus pemicu diberikan secara kontinyu, thyristor
pada Gbr. 4.14 akan bersifat dan operasinya akan
sama dengan rangkaian diode.
Konverter Tiga Fasa (cont’d)
• Pada kondisi-kondisi ini (α = 0 dan Ls = 0), tegangan
arus pada fasa a diperlihatkan oleh Gbr. 4.15a.
Tegangan dc rata-rata Vdo,

3 2 (4.36)
Vdo  VLL  1.35VLL

Konverter Tiga Fasa (cont’d)
• Dengan menggunakan defenisi yang sama, konduksi
alamiah sesaat dari thyristor yang bervariasi
diperlihatkan Gbr. 4.15a oleh 1, 2,…,.
• Efek dari pemicuan atau sudut tunda α pada
gelombang konverter diperlihatkan oleh Gbr. 4.15b
melalui d.
• Dengan memfokus pada arus komutasi dari thyristor
5 ke 1, terlihat bahwa thyristor 5 dipertahankan
konduksi hingga ωt = α, yang mana arus komutasi
sesaat ke thyristor 1 sehubungan dengan Ls = 0.
Konverter Tiga Fasa (cont’d)
• Arus fasa a diperlihatkan Gbr. 4-15c. Demikian juga,
dengan sudut tunda α thyristor yang lain akan
konduksi. Sedangkan tegangan ac antar saluran dan
tegangan dc keluaran vd (= vpn – vNn) diperlihatkan
oleh Gbr. 4.15d.
Konverter Tiga Fasa (cont’d)

Gambar 4.14. Konverter thyristor tiga fasa dengan Ls = 0 dan arus dc konstan.
Konverter Tiga Fasa (cont’d)
• Tegangan dc rata-rata dapat diperoleh gelombang
Gbr. 4.15b dan d. Daerah tegangan-detik Aα (setiap
60o) menghasilkan suatu reduksi tegangan dc rata-rata
dengan sudut delay α dibandingkan Vdo pada Gbr.
4.15a. Dengan demikian,

A
Vd   Vdo  (4.37)
 /3
Konverter Tiga Fasa (cont’d)
• Gambar 4.15b, daerah tegangan-radian Aα merupakan
integral dari van – vcn (= vac). Hal ini dapat dilihat
pada Gbr. 4.15d dimana Aα merupakan integral dari
vab – vcb (= vac). Dengan demikian,

vac  2VLL sin t (4.38)


dan

A  
0
2VLL sin td (t )  2VLL (1  cos  ) (4.39)
Konverter Tiga Fasa (cont’d)
• Substitusi Aα pada pers. (4-37) dan gunakan pers. (4-
36) untuk Vdo,

3 2
Vd  VLL cos   1.35VLL cos   Vdo cos  (4.40)

Konverter Tiga Fasa (cont’d)
vd

vcn vpn van vbn


vcn
1 3 5 vdo
ia

0 t
t  0
ia
2 4 6
vNn
vpn
van vbn vcn

A
0 t

vcn
ia

0 t

vcb vab vac vbc vba vca vcb


A
van vbn vcn
vd
0 t
t  0

Gambar 4.15. Bentuk gelombang konverter Gbr. 4.14.


Konverter Tiga Fasa (cont’d)
• Prosedur diatas untuk memperoleh vdα secara
langsung ketika α < 60o. Untuk α > 60o diperoleh
hasil yang sama akan tetapi penurunannya bisa lebih
mudah.
• Persamaan (4-40) memperlihatkan bahwa Vdα tidak
tergantung pada besaran arus Id sepanjang id mengalir
secara kontinyu (dan Ls = 0). Pengontrolan Vd sebagai
fungsi dari α sama dengan kasus satu fasa yang
diperlihatkan Gbr. 4.16.
Konverter Tiga Fasa (cont’d)
• Gelombang tegangan dc untuk nilai α yang bervariasi
diperlihatkan oleh Gbr. 4.16. Daya rata-rata,

P  Vd I d  1.35VLL cos  (4.41)


Konverter Tiga Fasa (cont’d)
 0
 t

  30o
Gambar 4.16. Gelombang t
tegangan sisi dc sebagai fungsi 
α dimana Vdα = A/(π/3).   60o
t

  90o
t

 t
  120 o
 t
  150 o
 t
  180 o
Konverter Tiga Fasa (cont’d)
Arus masukan saluran ia, ib, dan ic.
• Arus masukan ia, ib, dan ic mempunyai bentuk
gelombang segi-empat dengan amplitude Id.
Gelombang dari ia bergeser fasa oleh sudut tunda α
pada Gbr. 4.17a terhadap Gbr. 4.15a dengan α = 0.
Kalau dinyatakan dalam komponen Fourier, maka
ia (t )  2 I s1 sin t     2 I s 5 sin 5t     2 I s 7 sin 7t   
 2 I s11 sin 11t     2 I s13 sin 13t   
 2 I s17 sin 17t     2 I s19 sin 19t    ...
(4.42)
Konverter Tiga Fasa (cont’d)
dimana hanya harmonik ganjil ke-3 h yang ada dan
h = 6n ± 1 (n = 1, 2, …) (4-43)

• Nilai rms dari komponen frekuensi fundamental,

Is1 = 0.78 Id (4-44)

• dan nilai rms dari komponen harmonik berbanding


terbalik dengan oder harmoniknya,
Konverter Tiga Fasa (cont’d)
dimana h = 6n ± 1 (4-45)
yang diperlihatkan oleh Gbr. 6.22b.
Konverter Tiga Fasa (cont’d)

t

1  
t  0

I sh
I s1

Gambar 4.17. Arus saluran pada konverter tiga fasa dari Gbr. 4.14.
Konverter Tiga Fasa (cont’d)
• Dari gambar gelombang ia pada Gbr. 4.17, arus rms
total dari arus fasa dapat dihitung,

Is  2
3 I d  0.816 I d (4.46)

• Dengan id = Id dan Ls = 0, dari pers. (4-45) dan (4-


46),
I s1 3
  0.955
Is 
(4.47a)
Konverter Tiga Fasa (cont’d)
• Sehingga dalam is,

THD = 31.08% (4-47b)

Anda mungkin juga menyukai