T dengan Gangguan
Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman:Nyeri
Di Kelurahan Sari Rejo
Medan Polonia
Oleh
142500056
ii
Universitas Sumatera Utara
7. Frans siahaan, A.md selaku abang saya, Lasmaria sigalingging, S.E., Fery
nelsa, S.farm,Apt., Natalia S.Pd., Natalita S.Pd., selaku kakak saya, Andreas
siahaan, Chelsea siahaan yang tidak pernah berhenti mendukung dan
memotivasi saya dalam bentuk nasehat
8. Seluruh teman-teman DIII Keperawatan Stambuk 2014, terutama pada Ayu
Febriani, Lia eliana, Naomi Narty dan Desy Sibarani dan seluruh anggota
Kelompok SL A5
9. Kelompok 2 Komunitas Nurul Fazira, Christy Agustina, Desy sinaga,
Chirunissa, Ulfa Nurpratika, Tika Anggraini, Noviyanti,dan Nancy
Maranata.
10. Kelompok Haniel Kak Dian Reh Sitepu, S.Kep, Yosevin karunia, Ivo
Elkania, Kezia Reka dan Putri Girsang.
11. Teman-teman seperantauan Srirahayu damanik, Intan Bako,Roberth Sinaga,
Andy Situmorang, Irma Sidauruk, Parade Sigalingging.
12. Teman sedoping Sriayuh, Yunita, dan Karolina yang turut membantu penulis
dengan memberikan semangat dan dorongan penuh untuk menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
Sebagai manusia penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah
ini. Harapan penulis, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberi manfaat dan
menambah pengetahuan bagi kita semua.
Medan, Juli 2017
Penulis
iii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.2 Tujuan……………………………………………………………………… 2
1.3 Manfaat………………………………………………………………………….3
2.1.1 Pengkajian..............................................................................................................................8
2.14. Perencanaan........................................................................................................................12
2.2.1 Pengkajian………………………………………………………….................13
2.2.4 Perencanaan…………………………………………………………..............18
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………… 23
3.2 Saran…………………………………………………………………… 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2 : Catatan Perkembangan
Lampiran 3: dokumentasi
v
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Universitas Sumatera Utara
Penyakit reumatik bukan penyakit yang mendapat sorotan seperti penyakit
hipertensi, diabetes atau AIDS, namun penyakit ini menjadi masalah kesehatan yang
cukup mengganggu dan terjadi dimana-mana. Reumatik adalah bentuk paling umum
dari arthritis autoimun, yang mempengaruhi lebih dari 1,3 juta orang Amerika. Dari
jumlah tersebut, sekitar 75% adalah perempuan. Bahkan, 1-3% wanita mungkin
mengalami rheumatoid arthritis dalam hidupnya. Penyakit ini paling sering dimulai
antara dekade keempat dan keenam dari kehidupan. Namun, reumatik dapat mulai pada
usia berapa pun (American College of Rheumatology, 2012)
Di Indonesia kejadian penyakit ini lebih rendah dibandingkan dengan negara
maju seperti Amerika. Prevalensi kasus reumatik di Indonesia berkisar 0,1% sampai
dengan 0,3% sementara di Amerika mencapai 3% (Nainggolan, 2009). Angka kejadian
reumatik di Indonesia pada penduduk dewasa (di atas 18 tahun) berkisar 0,1% hingga
0,3%. Pada anak dan remaja prevalensinya satu per 100.000 orang. Diperkirakan jumlah
penderita reumatik di Indonesia 360.000 orang lebih (Tunggal, 2012).
Wahyuni, dkk (2008) sepertiga dari penderita dewasa mempunyai gejala dan
tanda rematik(arthritis)mengakibatkan terjadinya ketidakmampuan sebanyak 17,5
persen, hilangnya penghasilan akibat penurunan aktivitas,hilangnya kesempatan kerja
dan pengembangan karir. Penyakit reumatik dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
gaya hidup yang tidak sehat, kurang gerak dan olahraga, serta pengetahuan mengenai
pencegahan reumatik yang kurang.
Masalah keperawatan yang paling utama dalam reumatik adalah nyeri, baik
bersifat akut maupun kronis akibat proses inflamasi. Tujuan asuhan keperawatan utama
pada pasien dengan reumatik adalah untuk mengurangi nyeri serta mengatasi
perkembangan kerusakan sendi.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk membahas tentang kebutuhan
dasar rasa nyaman (nyeri) terutama pada pasien yang mempunyai masalah kesehatan
dengan nyeri sendi dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien.
1.2 Tujuan
Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan dasar rasa
nyaman pada Ny.T, dengan diagnosa medis Reumatoid artritis di lingkungan 5
kelurahan sari rejo, Medan polonia.
2
Universitas Sumatera Utara
1.2.1 TUJUAN KHUSUS
1 Mengidentifikasi pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan masalah
kebutuhan gangguan rasa nyaman.
1. Mengidentifikasi perumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah
kebutuhan gangguan rasa nyaman.
2. Mengidentifikasi penyusunan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman.
3. Mengidentifikasi implementasi yang dilakukan pada pasien dengan masalah
kebutuhan dasar gangguan rasa nyaman.
4. Mengidentifikasi evaluasi keperawatan pasien dengan masalah kebutuhan dasar
gangguan rasa nyaman.
1.3. Manfaat
1.3.1 Ilmu keperawatan
Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk mengembangkan
ilmu keperawatan, serta menjadi sumber informasi bagi mereka yang ingin
mengadakan penelitian lebih lanjut.
1.3.2 Bagi instusi pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan diagnosa reumatik yang hasilnya dapat
digunakan sebagai acuan bagi praktik mahasiswa
1.3.3 Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang nyeri pada reumatik sehingga
diharapkan masyarakat mengenal lebih tentang penyakit reumatik dan dapat
menerima asuhan keperawatan yang komprehensif selama penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini berlangsung.
3
Universitas Sumatera Utara
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
Konsep Reumatik
4
Universitas Sumatera Utara
d. Heat Shock Protein (HSP), merupakan protein yang diproduksi
sebagai respon terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence)
asam amino homolog. Diduga terjadi fenomena kemiripan molekul dimana
antibodi dan sel T mengenali epitop HSP pada agen infeksi dan sel Host.
Sehingga bisa menyebabkan terjadinya reaksi silang Limfosit dengan sel
Host sehingga mencetuskan reaksi imunologis (Suarjana, 2009).
Faktor resiko dalam peningkatan terjadinya RA antara lain jenis
kelamin perempuan, ada riwayat keluarga yang menderita RA, umur lebih
tua, paparan salisilat dan merokok. Resiko juga mungkin terjadi akibat
konsumsi kopi lebih dari tiga cangkir sehari, khusunya kopi decaffeinated
(suarjana, 2009). Obesitas juga merupakan faktor resiko (Symmons, 2006).
RA merupakan penyakit autoimun sistemik yang menyerang sendi.
Reaksi autoimun terjadi dalam jaringan sinovial. Kerusakan sendi mulai
terjadi dari proliferasi makrofag dan fibroblas sinovial. Limfosit
menginfiltrasi daerah perivaskular dan terjadi proliferasi sel-sel endotel
kemudian terjadi neovaskularisasi. Pembuluh darah pada sendi yang terlibat
mengalami oklusi oleh bekuan kecil atau sel-sel inflamasi. Terbentuknya
pannus akibat terjadinya pertumbuhan yang iregular pada jaringan sinovial
yang mengalami inflamasi. Pannus kemudian menginvasi dan merusak
rawan sendi dan tulang Respon imunologi melibatkan peran sitokin,
interleukin, proteinase dan faktor pertumbuhan. Respon ini mengakibatkan
destruksi sendi dan komplikasi sistemik (Surjana, 2009).
Manfestasi artikular RA terjadi secara simetris berupa inflamasi sendi,
bursa, dan sarung tendo yang dapat menyebabkan nyeri, bengkak, dan
kekakuan sendi, serta hidrops ringan (Sjamsuhidajat, 2010). Tanda kardinal
inflamasi berupa nyeri, bengkak, kemerahan dan teraba hangat mungkin
ditemukan pada awal atau selama kekambuhan, namun kemerahan dan
perabaan hangat mungkin tidak dijumpai pada RA kronik (Surjana, 2009).
Sendi-sendi besar, seperti bahu dan lutut, sering menjadi manifestasi klinis
tetap, meskipun sendi-sendi ini mungkin berupa gejala asimptomatik setelah
bertahun-tahun dari onset terjadinya (Longo, 2012).
5
Universitas Sumatera Utara
Konsep Nyeri
Secara umum dapat dinyatakan bahwa nyeri adalah perasaan yang tidak
menyenangkan bagi tubuh,nyeri bersifat subjektif (tergantung persepsi masing-
masing individu) dan tidak dapat diukur secara objektif oleh orang lain baik
melalu tes labolatorium maupun dengan diagnosis,sering dipersepsikan atau
salah memahami.
McCaffery (1980), menyatakan bahwa nyeri adalah segala sesuatu yang
dikatakan seseorang tantang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja saat seseorang
mengatakan merasakan nyeri. Definisi ini menempatkan seseorang sebagai
expert (ahli) di bidang nyeri, karena hanya pasienlah yang tahu tentang nyeri
yang ia rasakan. Bahkan nyeri adalah sesuatu yang sangat subjektif, tidak ada
ukuran yang objektif padanya, sehingga hanyalah orang yang merasakannya
yang paling akurat dan tepat dalam mendefinisikan nyeri (Prasetyo, 2010).
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu
penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis.
Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma (baik trauma mekanik,
termis, kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi
darah, dan lain-lain. Secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena
adanya trauma psikologis (Asmadi, 2008).
Proses terjadinya nyeri berkaitan dengan adanya stimulus dan reseptor yang
menghantarkan nyeri. Munculnya nyeri dimulai dengan adanya stimulus
(rangsangan) nyeri. Stimulus-stimulus tersebut dapat berupa zat kimia,zat panas,
listrik serta mekanik. Stimulus-stimulus tersebutkemudian ditransmisikan dalam
bentuk impuls-impuls nyeri yang dikirim ke otak (Sigit, 2010)
Nyeri secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu nyeri akut
dan nyeri kronik, yang dibedakan baik karena stimulus yang
menyebabkannya,durasi maupun respon yang dihasilkan nyeri tersebut.
a. Nyeri akut terjadi setelah terjadinya cidera akut, penyakit,atau intervensi
bedah awitan yang cepat dengan intensitas yang bervariatif dari sedang
sampai berat,juga berlangsung untuk waktu singkat (meinhart &
mccaffaer, 1993; NIH; 1986). Fungsi nyeri akut adalah untukmemberi
peringatan akan cidea atau penyakit yang akan dating. Nyeri akut
biasanya akan menghilang dengan atau tanpa pengobatan.Nyeri akut
6
Universitas Sumatera Utara
berdurasi singkat,kurang dari 6 bulan., memiliki onset yang tiba-tiba dan
terlokalisir. Nyeri ini diakibatkan olehtrauma, bedah atau inflamasi nyeri
akut terkadang peningkatan tekanan darah, peningkatan respirasi,denyut
jantungdan dilatasi pupil.
b. Nyeri kronik berlangsung lebih lama daipada nyeri akut, intensitasnya
bervariasi, biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan. Tanda dan gejala
yang tampak pada nyeri kronis sangat berbeda dengan yang
diperlihatkan oleh nyeri akut. Tanda-tanda vitas seringkali dalam batas
normal dan tidak disertai dilatasi pupil. Tanda lainnya yang tampak
adalah kelesuan,penurunan libido, dan berat badan,perilaku menarik
diri,dan terganggunya aktivits fisik.
SKALA KETERANGAN NYERI
1. 10 - Tipe nyeri sangat berat.
2. 7 s/d 9 - Tipe nyeri berat.
3. 4 s/d 6 - Tipe nyeri sedang.
4. 1 s/d 3 - Tipe nyeri ringan.
Respon tingkah laku terhadap nyeri Respon perilaku terhadap nyeri dapat
mencakup:
1. Pernyataan verbal (Mengaduh, Menangis, Sesak Nafas, Mendengkur)
2. Ekspresi wajah (Meringis, Menggeletukkan gigi, Menggigit bibir)
3. Gerakan tubuh (Gelisah, Imobilisasi, Ketegangan otot, peningkatan gerakan
jari & tangan
Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (Menghindari percakapan,
Menghindari kontak sosial, Penurunan rentang perhatian, Fokus pd aktivitas
menghilangkan nyeri) selama beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat
menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau
menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak
rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan
perhatian terhadap nyeri.
7
Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Pengkajian
8
Universitas Sumatera Utara
tidak nyaman oleh klen. Untuk melokalisasi nyeri lebih
spsifik, maka perawat dapat meminta klien untuk melacak
daerah nyeri dari titik paling nyeri, kemungkinan hal ini akan
sulit apabila nyeri yang dirasakan bersifat difus (menyebar)
Durasi (T:time)
9
Universitas Sumatera Utara
seperti: “Apakah anda saat ini merasakan cemas?”. Selain itu juga
ada depresi, ketidak tertarikan terhadap aktivitas fisik dan perilaku
menarik diri dari lingkungan perlu di perhatikan (Sigit, 2010).
e. Persepsi Klien Tentang Nyeri
Dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi klien terhadap nyeri,
bagaimana klien menghubungkan antara nyeri yang di alami dengan
proses penyakit atau hal lain dalam diri dan lingkungan di sekitar nya
(Sigit, 2010).
f. Respon fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik ke medulla spinalis menuju ke batang
otak dan thalamus, system saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai
bagian dari respon stress. Stimulasi pada cabang simpatis pada
system saraf otonom menghasilkan respon fisiologis. Apabila nyeri
berlangsung terus-menerus, berat, dalam, dan melibatkan organ-
organ visceral (misalnya infark miikard atau batu ginjal) maka sistem
saraf simpatis menghasilkan suatu aksi.
g. Mekanisme Adaptasi Klien Terhadap Nyeri
Terkadang individu memiliki cara masing-masing dalam beradaptasi
terhadap nyeri. Perawat dalam hal ini perlu mengkaji cara-cara apa
saja yang biasa klien gunakan untuk menurunkan nyeri yang ia alami,
mengkaji keefektifan cara tersebut dan apakah bisa di gunakan saat
klien menjalani perawatan di rumah sakit. Apabila cara tersebut dapat
di gunakan, perawat dapat memasukkannya dalam rencana tindakan
(Sigit,2010).
10
Universitas Sumatera Utara
klien masuk rumah sakit, selama klien di rawat secara terus menerus, serta pengkajian
ulang untuk menambah/melengkapi data (Sigit,2010).
a. Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan
klien, kemampuan klian mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri, dan hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
b. Data fokus adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien
terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan
yang dilaksanakan terhadap klien.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada gangguan rasa nyaman nyeri,
yaitu: nyeri akut dan nyeri kronis. Keberadaan nyeri pada klien dapat mencetuskan
masalah keparawatan lainnya. Sebagai contoh nyeri artritis yang diderita klien
menyebabkan masalah keperawatan mobilitas fisik,atau nyeri yang dialami pasien
menyebabkan klien tidak bias melakukan aktivitas secara mandiri, sehingga
menimbulkan masalah defisit perawatan diri.
Diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada klien gangguan nyeri:
a. ansietas berhubungan dengan nyeri kronis
b. nyeri berhubungan dengan:
1. cidera fisik/trauma
2. penurunan suplai darah ke jaringan
3. proses melahirkan
c. nyeri kronik berhubungan dengan:
1. control nyeri yang tidak adekuat
2. jaringan parut
3. kanker maligna
d. gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan:
1. nyeri musculoskeletal
2. nyeri insisi
e. gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri yang dirasakan.
11
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Perencanaan
12
Universitas Sumatera Utara
2.2 Asuhan Keperawatan Kasus
2.2.1. Pengkajian
a. Biodata
Seorang perempuan Ny. T berusia 73 tahun, sudah menikah, agama islam. Ny. T
Bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan pendidikan terakhir SD, suami sudah
meninggal dunia 4 tahun lalu, yang beralamat di Jl.Teratai gang
mulia,lingkungan V kelurahan sari rejo, Medan polonia.
b. Keluhan Utama
Dalam pengkajian yang di lakukan pada Ny. T, Ny. T mengatakan bahwa kaki
sebelah kanan sering nyeri, sering dirasakan pada pagi hari dan ketika cuaca
dingin. Jika nyeri dirasakan Ny.T beristirahat saja.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. T merasakan sakit pada bagian kaki jika berjalan tanpa mengunakan alas
kaki. Jalan terlihat pelan-pelan saja untuk mengurangi nyeri. Ny. T masih dapat
melalukan aktivitas seperti menyapu rumah.
d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Ny. T mengalami reumatik sejak belum menikah sampai sekarang.
e. riwayat kesehatan keluarga
Saat di lakukan pengkajian ditemukan bahwa ayah Ny. T memiliki riwayat
penyakit Hipertensi.Ayah Ny. T sudah meninggal dunia akibat penyakit stroke
Ny. Ibu Ny.T memiliki riwayat reumatik dan sudah meninggal.
f. Riwayat Keadaan Psikososial
Keadaan emosi Ny. T saat ini stabil. Orang yang berarti saat ini buat Ny. T
adalah anak - anaknya dan cucu – cucunya Ny. T mengatakan hubungan Ny. T
dengan keluarganya baik. Ny.T Juga mengatakan hubungannya dengan orang
lain juga baik. Tidak ada hambatan dalam hubungan dengan orang lain. Ny. T
menganut agama islam.
13
Universitas Sumatera Utara
g. Pemeriksaan Fisik
Saat di lakukan pengkajian, keadaan Ny. T compos mentis, tekanan darah pasien
140/90 mmHg, suhu 37 C, nadi 83x/i, RR 22x/i, TB 155 cm, BB 51 kg. Dalam
melakukan pengkajian dilakukan juga pemeriksaan head to toe untuk
memperoleh data pemeriksaan fisik lebih lengkap. Dalam pemeriksaan kepala
dan rambut di dapati bentuk kepala bulat dan simetris, penyebaran rambut
merata, rambut tampak bersih dan tidak ada benjolan. Pada pemeriksaan wajah,
wajah kulit pasien sawo matang dengan struktur wajah bulat dan simetris,
penampilan berminyak. Mata lengkap Dan simetris. Pada pemeriksaan hidung,
tulang hidung simetris, posisi septum nasi di tengah, lubang hidung normal,
tidak ada sumbatan, tidak ada pernafasaan menggunakan cuping hidung, bentuk
daun telinga normal dan simetris, ukuran telingga simetris kiri dan kanan,
lubang telingga paten dan tampak kotor, ketajaman pendengaran baik. Pada
pemeriksaan bibir, di dapati bahwa bibir kering, pada pemerikaan mulut, di
dapati mulut simetris. Pada pemeriksaan gigi terdapat gigi tampak kotor. Tidak
ada pembesaran kelenjar thyroid, suara normal.tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada distensi vena jugularis, denyut nadi karotis teraba. Warna kulit
sawo matang. Pada pemeriksaan thoraks/ dada nomal, simetris tidak ada tanda
kesulitan saat bernafas. Saat palpasi pemeriksan paru gerak dada tampak normal.
h. Pola makan dan minum
Frekuensi makan Ny.T 3 kali sehari. Ny. T nafsu makannaya baik. Ny. T tidak
ada mengalami nyeri pada ulu hati. Ny. T tidak memiliki alergi pada makanan.
Ny. T juga tidak ada kesulitan dalam menelan.
i. Perawatan diri/ personal hygine
Ny.T terlihat bersih. Mandi 2 kali sehari. Kuku terlihat pendek dan
bersih. j. Pola kegiatan/ aktifitas
Pasien dapat melakukan aktivitas mandiri, seperti mandi,makan, menyapu
rumah tetapi dengan berjalan pelan-pelan.
k. Pola eliminasi
Pola BAB Ny. T teratur 1x sehari pada pagi hari. Karakter feses lembek, kuning
dan tidak ada riwayat pendarahaan. Pola BAK 6-7 kali sehari. Karakter urine
kuning keruh, berbau khas. Tidak ada kesulitaan dalam BAK. Tidak ada riwayat
penyakit batu ginjal/ kandung kemih dan juga penggunan diuretik.
14
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Analisa data
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 13 juni 2017 dari data - data
yang di peroleh dilakukan analisa data dengan mengelompokkan data objek dan data
subjek. Dari analisa data yang di lakukan di temukan tiga masalah keperawtan yaitu :
Gangguan rasa nyaman,kerusakan mobilitas fisik, dan kurang pengetahuan
ANALISA DATA
apabila terlalu
banyak bergerak
Data objektif :
1. muka tampak
meringis
2. skala nyeri 5
3. Pasien terlihat
memijat-mijat
kakinyasaat
15
Universitas Sumatera Utara
pengkajian.
4. Kulit terasa panas
pada area
pergelangan kaki
dan lutut.
5. Adanya benjolan
pada lutut kaki
sebelah kanan.
6. TD: 140/90
RR: 22x/i
HR: 83x/i
T: 37ºc
7. Klien terlihat
memakai tongkat
pada saat nyeri
dirasakan semakin
sakit
Data objektif:
1. Pasien
bertanya
tentang penyakit
reumatik, apa
penyebabnya dan
bagaimana cara
mengurangi nyeri
reumatik
16
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Rumusan Masalah
4. Masalah keperawatan
1. Nyeri
2. Kurang pengetahuan
5. Diagnosa keperawatan (prioritas)
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan sendi dan
penurunan fungsi tulang ditandai adanya benjolan pada
lutut kaki sebelah kanan dan keluhan nyeri, skala nyeri 5.
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi tentang penyakit ditandai dengan
pasien meminta informasi kepada perawat.
17
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Perencanaan
18
19
20
dilanjutkan
21
Universitas Sumatera
Utara
Hari/ No.Dx Implementasi keperawatan Evaluasi (soap)
tgl
Senin, 2 a. Mengkaji pengetahuan pasien S: klien mengatakan
19 juni tentang reumatik sudah mengetahui
2017
tentang penyakitnya
b. Diskusikan dengan pasien dan
keluarga tentang penyebab O: klien mampu
reumatik, dan gejala-gejala yang mengingat tanda dan
sering timbul pada pasien. gejala rematik seperti
yang telah diajarkan
perawat
c. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang cara mengatasi nyeri A: masalah dapat
reumatik pada pasien dan keluarga teratasi.
pasien.
P: intervensi
d. Mengingatkan kembali penjelasan dihentikan.
tentang teknik relaksasi yang telah
diajarkan
22
Universitas Sumatera Utara
BAB III
3.1 Kesimpulan
23
Universitas Sumatera Utara
3.2 Saran
24
Universitas Sumatera Utara
Daftar pustaka
Hidayat, H. Aziz (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses keperawatan, Aplikasi
Kariman, (2014) Bebas Penyakit Dengan Tanaman Ajaib. Surakarta: Open Books
Medika
Mubarak,W.L.,& Nurul Chayatin. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia, Teoti
Mediaction.
Potter, A.P. & Perry, A.G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Prasetyo, sigit (2010) konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu
Riset Kesehatan Dasar, RI. (2013). Badan Penelitian dan Pengemangan Kesehatan.
Jakarta
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 73 tahun
Status Perkawinan : Cerai Mati
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Teratai, gang mulia, lingkungan V kelurahan
sari rejo, Medan polonia
Tanggal Pengkajian : 13 juni 2017
Diagnosa Medis : artritis reumathoid
I. KELUHAN UTAMA
Klien merasakan sakit pada kaki bagian kanan. Terasa sakit pada saat pagi
hari dan pada saat cuaca dingin. Sakit dirasakan seperti ditusuk-tusuk
II. RIWAYAT KESEHATAN
SEKARANG A. Provocative/palliative
1. Apa Penyebabnya
Klien mengatakan saat merasakan sakit pada saat terlalu lelah
berjalan dan jarang minum air putih.
Hal-hal yang memperbaiki keadaan: Klien mengatakan, keluhan yang
dialaminya akan berkurang jika klien beristirahat.
Universitas Sumatera
Utara
Kulit kepala : Kulit kepala klien bersih dan berwarna
sawo matang
2. Rambut : Penyebaran dan keadaan rambut: rambut
klien tampak tidak lebat dan
penyebarannya merata.
Bau : Rambut tidak berbau
Warna kulit : Warna kulit klien tampak berwarna sawo
matang
3. Wajah:
Warna kulit : Warna kulit klien tampak berwarna sawo
matang
Struktur wajah : Klien tampak memiliki struktur wajah
yang oval
4. Mata
Kelengkapan mata dan kesimetrisan:klien memiliki dua buah bola
mata lengkap yang simetris.
Palpebra : Tidak ditemukan adanya kelainan
Konjungtiva dan sclera : Anemis
Pupil : Reaksi terhadap cahaya lambat
Kornea dan iris : Normal
Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Hidung:
Tulang hidung dan posisi septum nasi: tidak ada tampak kelainan
pada tulang hidung dan letaknya di medical.
Lubang hidung : Normal dan simteris
Cuping hidung : Normal dan tidak ada kelainan
6. Telinga:
Bentuk telinga : Simetris kanan dan kiri
Ketajaman pendengaran : Klien dapat mendengarkan dengan baik.
7. Mulut dan Faring:
Keadaan bibir : Bibir klien tampak kering
Keadaan gusi dan gigi : Gusi dan gigi terlihat kurang bersih
Keadaan lidah : Lidah tampak bersih
Universitas Sumatera
Utara
8. Leher:
Posisi trachea : Posisi trachea normal di bagian medical
Thyroid : Tidak ditemukan adanya pembengkakan
pada thyroid
Denyut nadi karotis : Denyut nadi teraba
9. Pemeriksaan Integument:
Kebersihan : Klien tampak bersih
Kehangatan : Suhu tubuh klien dalam keadaan normal
Warna : Kulit berwarna sawo matang
Turgor : Kembali < 2 detik
Kelembaban : Kulit tampak kering
Kelainan pada kulit : Tidak ditemukan adanya kelainan pada
kulit.
CATATAN PERKEMBANGAN
DOKUMENTASI